• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI AGUNAN DAR

B. Pengertian Perjanjian Kredit Secara Umum

Perjanjian menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, didefinisikan :

“ Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

Pernyataan tersebut di atas menyiratkan bahwa sesungguhnya perjanjian melahirkan kewajiban atau prestasi dari satu atau lebih orang (pihak) kepada satu atau lebih orang (pihak) lainnya, yang berhak atas prestasi tersebut.

Berkaitan dengan perjanjian pinjaman uang menurut Bab XIII Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mempunyai sifat rill. Hal ini disimpulkan dari Pasal 1754 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi :

31

“ Perjanjian pinjam mengganti adalah persetujuan dengan mana pihak kesatu “memberikan” kepada pihak lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”.

Dalam hal ini, ada perjanjian yang berdampingan, yaitu : perjanjian untuk mengadakan perjanjian pinjam mengganti, yaitu perjanjian timbal balik dan yang tidak bernama, yang diatur di dalam bagian hukum perikatan, dimana pihak yang satu wajib menyerahkan benda (uang) yang dipinjamkan, sedangkan pihak yang lain wajib menerima benda (uang) itu. Perjanjian pinjam mengganti merupakan perjanjian sepihak, bernama yang diatur di dalam Pasal 1754-1759 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. Terhadap perjanjian ini berlaku bagian umum hukum perikatan, sepanjang tidak disampingi oleh ketentuan-ketentuan Pasal 1754-1759 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata itu. Perjanjian ini tidak ada tanpa didahului oleh perjanjian pertama.32

Adapun pengertian kredit menurut Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dan harus berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Perjanjian kredit merupakan perikatan pinjam meminjam uang secara tertulis antara Bank (sebagai kreditur) dengan pihak lain (sebagai debitur/nasabah) yang mengatur hak dan kewajiban para pihak sebagai akibat adanya pinjam

32

meminjam uang. Setiap Perjanjian Kredit harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh bank selaku kreditur (dalam hal ini oleh pejabat-pejabat yang memiliki wewenang) dan nasabah selaku debitur sebelum pencairan kredit dilaksanakan.

Perjanjian kredit tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan kesatuan dari : 33 1) Surat Penawaran Pemberian Kredit (SPPK)

SPPK adalah Surat Penawaran Pemberian Kredit kepada debitur/calon debitur atas permohonan kredit yang diajukannya atau atas dasar penawaran dari Bank, yang mencantumkan ketentuan dan persyaratan fasilitas kredit yang ditawarkan. SPPK ini bertujuan agar debitur/calon debitur memahami terlebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan persyaratan pemberian kredit dan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan oleh Bank. Pembuatan SPPK harus didasarkan atas Nota Analisa Kredit (NAK) yang telah disetujui oleh komite kredit sesuai batas kewenangannya, SPPK tidak mengikat Bank untuk memberikan kredit dan tidak mengikat secara legal yang artinya pemberian fasilitas kredit tergantung dari dipenuhinya ketentuan/kondisi serta dokumentasi yang dipersyaratkan sesuai prosedur persetujuan kredit. Konfirmasi persetujuan debitur/calon debitur dengan cara menandatangani SPPK tersebut menjadi dasar untuk menandatangani Perjanjian Kredit dan pengikatan agunan serta pengikatan lainnya yang terkait. Penandatanganan SPPK oleh debitur harus dilakukan oleh pejabat yang berwenang..

33

Untuk sahnya Perjanjian Kredit harus memenuhi 4 (empat) persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 1320 – 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, antara lain :

a. Kesepakatan antara bank dengan nasabah b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal

Dalam penyusunan Perjanjian Kredit ada hal-hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :

a) Harus memperhatikan syarat yang ditetapkan dalam Nota Analisa Kredit.

b) Untuk penghapusan beberapa klausula pada Perjanjian Kredit, harus disetujui oleh Komite Kredit sesuai limit kewenangannya setelah mendapat rekomendasi dari pihak/orang yang sah (lega)l dalam pekerjaan tersebut di masing-masing unit kerja.

Pembuatan draft Perjanjian Kredit dibawah tangan dilakukan oleh Bank Mandiri, sedangkan pembuatan draft Perjanjian Kredit notarial dilakukan oleh Notaris. Perjanjian kredit tersebut harus dibuat dengan memperhatikan kondisi tersebut di atas.

2) Perjanjian Accesoir

Perjanjian Kredit harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh bank selaku kreditur dan nasabah sendiri atau sebagai wakil yang berwenang mewakili perusahaan sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar. Perjanjian kredit merupakan perjanjian pokok yang akan diikuti dengan perjanjian lainnya yang

bersifat accesoir (perjanjian ikutan). Perjanjian Accesoir adalah perjanjian- perjanjian pengikatan agunan/jaminan meliputi antara lain : Hak Tanggungan, Fidusia, Gadai, Borgtocht (Personal Guarantee).

Prinsip-prinsip dalam perjanjian kredit adalah sebagai berikut :34 1. Watak (Character)

Penilaian bank menyangkut kemauan atau itikad baik pemohon akan mempergunakan kredit sesuai dengan tujuan pemberiannya dan pada waktunya akan melunasi kredit termasuk bunganya, di samping mematuhi syarat-syarat yang ditentukan bank.

2. Kemampuan (Capacity)

Dalam hal ini penilaian bank menyangkut seberapa jauh kemampuan pemohon dan usaha pemohon untuk dapat melunaskan kredit beserta pembayaran bunganya. Artinya, bank menilai apakah pengurus atau tenaga-tenaga perusahaan mampu menjalankan usahanya dan mengembangkannya menjadi perusahaan yang berjalan lancar, berkembang, sekaligus menguntungkan. Karena hanya perusahaan yang berkembang dan menguntungkanlah yang mampu untuk membayar kewajiban bunga dan pengembalian kredit bank.

3. Modal (Capital)

Bank harus menilai berapa besarnya modal perusahaan. Makin besar modal perusahaan akan semakin baik, karena :

34

  Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniarti, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan

a. Keterlibatan atau tanggung jawab pemilik modal terhadap maju mundurnya perusahaan akan menjadi besar.

b. Beban perusahaan terhadap kewajiban bunga kredit dan pengembaliannya akan menjadi lebih kecil.

c. Risiko kredit bank akan menjadi lebih kecil. Oleh karena itu di dalam pemberian, bank selalu mensyaratkan adanya modal perusahaan sendiri. Secara umum perbandingan modal sendiri dengan kredit bank dalam suatu pembiayaan.

4. Kondisi- Kondisi Ekonomi (Condition of Economy)

Kondisi ekonomi adalah situasi ekonomi pada waktu dan jangka waktu tertentu, dimana kredit itu diberikan oleh bank kepada pemohon. Apakah kondisi ekonomi tersebut memungkinkan pemohon mendapatkan keuntungan yang diperhitungkan dengan mempergunakan kredit tersebut.

5. Jaminan/Penilaian Terhadap Agunan (Collateral)

Yaitu agunan yang diserahkan kepada bank sebagai pengaman terhadap kredit yang diberikan. Jaminan itu dapat berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak dan dapat berupa penanggungan yaitu disebut jaminan perorangan dimana adanya pihak ketiga yang bersedia untuk menjamin pembayaran dari penerima kredit. Jumlah nilai jaminan lazimnya lebih tinggi dari jumlah kredit yang diberikan.

Dokumen terkait