• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Konsep Perilaku Seksual

2.3.2 Bentuk Perilaku Seksual

PKBI, (2017) menyebutkan perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual dengan cara-cara yang biasa dilakukan orang untuk menyalurkan dorongan seksual, antara lain :

1. Bergaul dengan ;awan jenis atau sesame jenis 2. Berdandan untuk menarik perhatian

3. Menyalurkan melalui mimipi basah 4. Berkhayal atau berfantasi tentang seksual 5. Mengobrol tentang seksual

6. Menonton film pornografi 7. Masturbasi atau onani

Perilaku seksual yang memuaskan yang menghargai hak orang lain Gangguan perilaku seksual oleh ansietas sebagai akibat dari penilaian Perilaku seksual yang membahayakan, pemaksaan, tidak privasi atau bukan

antara dua orang dewasa Disfungsi

performa seksual

8. Melakukan hubungan seksual non penetrasi (berpegangan tangan, berpelukan, cium, pipi, cium, bibir, cumbuan berat, petting)

9. Melakukan aktivitas penetrasi (intercourse)

10.Menahan diri dengan berbagai cara atau menyibukan diri dengan berbagai aktifitas misalnya olahraga.

Menurut Sarwono (2011) , beberapa tahapan perilaku seksual antara lain : 1. Awakening and Ekxploration

Perilaku yang berkaitan dengan keinginan untuk menimbulkan rangsangan terhadap diri sendiri dengan cara berfantasi, menonton film, melihat maupun membaca gambar juga buku-buku porno.

2. Autosexuality

Perilaku seskual berupa merangsang diri sendiri dengan melakukan maturbasi untuk mendapatkan kepuasan seksual.

3. Heterosexuality : Necking and Petting

Perilaku saling merangsang dengan pasangannya tetapi tidak mengarah ke daerah sensitive pasangannya, hanya sebatas mencium bibir dan leher pasangannya. Aspek ini mencakup pendekatan jasamani yang dilakukan seperti saling memegang ( berpegangan tangan), berciuman (kening, pipi, bibir), berangkulan dan berpelukan.

4. Heterosexuality : Heavy Petting

Perilaku saling merangsang dengan pasangannya sampai daerah sensitive pasangannya untuk mencapai kepuasan, seperti meraba payudara, alat

kelamin, mencium daerah erogen, saling tempel alat kelamin tetapi tidak sampai senggama. Tahap ini merupakan awal terjadinya hubungan seksual. 5. Heterosexuality : Copulation

Perilaku melakukan hubungan seksual dengan melibatkan organ seksual masing-masing.

Nugraha, (2010) mengemukakan, aktivitas seksual dapat dilakukan sendiri dimana objek seksualnya adalah diri sendiri, dan juga dilakukan dengan orang lain sebagai objeknya.

1. Bentuk perilaku seksual yang objeknya diri sendiri a. Menonton video porno

Menonton video porno adalah satu bentuk pendidikan seks tetapi pendidikan seks yang buruk. Karena apa yang dipertontonkan didalamnya tidak semua benar. Pada remaja dapat berdampak negatif karena bisa mengakibatkan ketagihan sehingga sulit berkonsentrasi dan menimbulkan dorongan untuk menyalurkan dorongan seksual setelah menontonnya. b. Menghayal tentang seks

Remaja perlu tahu bahwa hanya karena mereka memiliki khayalan tentang sesuatu, tidak berarti mereka pasti ingin mencobanya. Pikiran dan tindakan adalah dua hal yang berbeda. Remaja yang sering berkhayal tentang seks menimbulkan rasa penasaran untuk melakukan kegiatan seksual yang lebih berbahaya.

c. Masturbasi

Masturbasi adalah stimulus organ genital (seks), biasanya dengan tangan, tanpa melakukan hubungan intim. Bagi laki-laki masturbasi adalah merangsang penis dengan mengusap atau menggosok-gosoknya. Sedangkan bagi perempuan, masturbasi biasanya termasuk mengusap-ngusap dan menggesek-gesek daerah kemaluan, terutama klitoris dan vagina. Masturbasi digolongkan kedalam kegiatan memuaskan diri sendiri, tetapi dapat pula terjadi pada satu pasangan yang merangsang alat kelamin lawan jenisnya untuk mencapai orgasme.

2. Bentuk perilaku seksual yang objeknya orang lain a. Berpegangan tangan

Remaja sering melakukan aktivitas seksual berpegangan tangan dengan lawan jenis. Perilaku tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya berpegangan merupakan ekspresi perasaan sayang yang dapat menimbulkan perasaan aman dan nyaman.

b. Berpelukan c. Berciuman d. Necking

Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher. Necking adalah istilah yang umummnya digunakan untuk menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam.

e. Petting

Petting adalah langkah yang lebih mendalam dari necking. Ini termasuk merasakan dan mengusap-ngusap tubuh pasangan, termasuk lengan, buah dada, kaki dan kadang-kadang daerah kemaluan, entah dari luar atau dalam pakaian. Baik necking maupun petting sama-sama membahayakan. Sebab, persis ketika dua orang begitu terangsang secara seksual, mereka cenderung tidak mampu mencegah untuk tidak melakukan hubungan intim, atau tidak menggunakan alat pencegah kehamilan.

f. Oral seks

Oral seks adalah salah satu variasi dalam hubungan seksual. Oral seks dilakukan dengan cara melakukan rangsangan antara alat kelamin dengan mulut pasangan, missal dilakukan menggunakan mulut seorang pria terhadap alat kelamin wanita, maupun sebaliknya. Oral seks ini dapat memberikan sensasi yang luar biasa terhadap pelakunya. Oral seks dapat dilakukan oleh pasangan heteroseksual maupun homoseksual. Pada pasangan yang telah menikah, oral seks digunakan sebagai variasi pada hubungan seksual untuk menghindari kebosanan dan bisa juga dijadikan sebagai foreplay sebelum memulai penetrasi. Namun, ada juga pasangan di luar nikah yang melakukan oral seks. Karena sensasi yang luar biasa, dikhawatirkan oral seks akan membuat seseorang lupa diri dan menimbulkan keinginan untuk melakukan hubungan seksual yang sebenarnya.

g. Anal seks

Anal seks atau hubungan seksual dengan menggunakan lubang anus pada umumnya dilakukan oeh kaum gay. Karena bakteri menumpuk dalam dubur manusia maka anal seks berbahaya. Perilaku membahayakan karena penularan bakteri dari dubur ke vagina. Anal seks bukan termasuk kedalam perilaku seksual yang biasa dilakukan remaja.

h. Hubungan seksual

Hubungan seksual merupakan kegiatan seksual bertemunya alat kelamin laki-laki dan perempuan. Bersatunya dua orang dewasa secara seksual yang dilakukan setelah pasangan pria dan wanita menikah.

Adapun berdasarkan skala study of value karya All Port dan Vernam dalam (Sumantri, 2012), perilaku seksual dikategorikan menjadi 4 jenis, yaitu : a. Rendah, yaitu apabila saling memandang, berbicara mesra, melakukan

pegangan tangan , saling memandang,berkhayal, serta berpelukan.

b. Sedang, yaitu apabila berciuman, bermesraan dan juga mengeksplorasi daerah genital dan melakukan perabaan antara lain di daerah leher payudara maupun alat kelamin

c. Tinggi, yaitu apabila melakukan ciuman, bermesraan, mengeksplorasi daerah genital dan juga melakukan onani atau masturbasi yang berlebihan.

d. Sangat tinggi, yaitu apabila melakukan ciuman, bermesraan, mengeksplorasi daerah genital juga petting sampai dengan sexual intercourse.

Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah)

maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuna mengenai hal tersebut. (Sarwono S, 2010). Perilaku seksual yang berisiko biasanya muncul serta memuncak selama masa remaja berlangsung hingga dewasa awal (Kahn et al., 2015)

Pardun, L’Engle and Brown, (2005) mengatakan bahwa perilaku seksual ringan mencakup : menaksir, pergi berkencan, menghayal, berpegangan tangan, berciuman ringan (kening, pipi), saling memeluk, sedangkan yang termasuk kategori berat adalah : berciuman bibir/mulut dan lidah, meraba dan mencium bagian-bagian sensitive seperti payudara, alat kelamin, menempelkan alat kelamin, oral seks, berhubungan seksual (senggama).

Dokumen terkait