• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam acara The Comment juga menggunakan bentuk plesetan untuk berpleset. Pada bentuk ini yang terjadi adalah kenikmatan bermain-main bahasa di dalam bahasa itu sendiri tanpa memperdulikan kaitannya dengan dunia di luar bahasa. Analisisnya sebagai berikut:

(43) Mewah

Bentuk plesetan untuk berpleset mewah terjadi dalam tuturan acara The Comment di NET. Perhatikan percakapan berikut yang diperoleh dari tayangan acara The Comment di NET:

Darto : “Jangan lupa nabung ya buat beli rumah mewah.” Widi : “Mewah itu yang gini ya huuuhuuuhuuu.”

Darto : “Mewek itu.” Widi : “Yes berhasil.”

Darto : “Ngalahin gue ni anak.”

(Sumber: The Comment, 5 Februari 2015)

Pada data (43) mewah merupakan sebuah kata yang secara umum memiliki makna „berlebih-lebih.‟ Namun, dalam acara The Comment, mewah diplesetkan menjadi mewek yang memiliki makna „menangis.‟ Bentuk

plesetan untuk berpleset ini terjadi berdasarkan penggantain fonem /a/ pada kata mewah diplesetkan menjadi fonem /e/ menjadi kata plesetan mewek, sehingga mempunyai kemiripan bunyi. Plesetan ini menunjukkan kekreativan pembawa acara dalam permainan kata yang diujarkan dan menimbulkan efek humor para pendengarnya. Penonton menjadi tertarik dan secara langsung tertawa mendengar plesetan yang dituturkan pembawa acara, karena plesetan yang dituturkan memiliki kemiripan bunyi jika dilafalkan sehingga penonton dapat secara langsung memahami dan mengerti maksud plesetan yang dituturkan pembawa acara.

Bentuk kata mewah terjadi di dalam percakapan antara pembawa acara The Comment yakni, Imam Darto dengan menghadirkan bintang tamu Widi Vierratale. Tuturan terjadi pada segmen yang bertema “Baca Zodiak Commenters.” Imam Darto sebagai penutur membacakan ramalan zodiac dengan menuturkan jangan tidak lupa menabung untuk membeli rumah mewah. Sebagai mitra tutur Widi Vierratale memplesetkan tuturan Imam Darto memberi gambaran sedangan menangis, sehingga Imam Darto menebak plesetan kata yang dimaksudkan oleh Widi Vierratale dengan kata mewek.

(44) Alika

Bentuk plesetan untuk berpleset Alika terjadi dalam tuturan acara The Comment di NET. Perhatikan percakapan berikut yang diperoleh dari tayangan acara The Comment di NET:

Darto : “Vivicu kali ini beda, kita mau versus dengan selebriti di luar sana.”

Danang : “Versus dengan selebriti?”

Darto : “Coba kita lihat siapa yang mau nantang kita.” Danang : “Pertama?”

Darto : “Alika?”

Danang : “Wah lucuan kamu kita komentarin kamu aja deh.” Darto : “Uhhh cayang.”

Danang : “Alika jangan ditambahi met depannya bro.” Darto : “Metalika.”

(Sumber: The Comment, 9 Februari 2015)

Pada data (44) Alika merupakan sebuah kata yang secara umum memiliki makna „nama seorang artis.‟ Namun, dalam acara The Comment, Alika diplesetkan menjadi metalika yang memiliki makna „aliran musik.‟ Bentuk plesetan untuk berpleset ini terjadi berdasarkan penambahan fonem /m/, /e/, dan /t/ di awal kata Alika, sehingga menjadi kata plesetan metalika maka sebab itu mempunyai kemiripan bunyi. Plesetan ini menunjukkan kekreativan pembawa acara dalam permainan kata yang diujarkan dan menimbulkan efek humor para pendengarnya. Penonton dapat memahami dan mengerti plesetan yang dituturkan pembawa acara, dikarenakan plesetan yang dituturkan pembawa acara menggunakan nama artis yang sudah dikenal masyarakat, sehingga penonton maupun pendengar secara langsung mengerti dan tertawa mendengarnya.

Bentuk kata Alika terjadi di dalam percakapan antara pembawa acara The Comment yakni, Dimas Danang dan Imam Darto. Tuturan terjadi pada segmen yang bertema “Vivicu atau Video-Video Lucu.” Dalam segmen ini Imam Darto sebagai penutur menuturkan untuk menayangkan video-video

lucu versus dengan selebriti dan menyebutkan urutan video dari artis Arlika. Sebagai mitra tutur Dimas Danang memplesetkan tuturan Imam Darto nama artis Alika. Imam Darto memperjelas pelestan Dimas Danang dengan menyebutkan metalika.

(45) Kuku

Bentuk plesetan untuk berpleset kuku terjadi dalam tuturan acara The Comment di NET. Perhatikan percakapan berikut yang diperoleh dari tayangan acara The Comment di NET:

Darto : “Jika kukumu panjang potonglah kukunya bukan jarimu, jika terjadi perdebatan potonglah egonya bukan hubungannya.

Danang : “Wahhh.” Darto : “Luar biasa.” Danang : “Luar binasa.”

Darto : “Jadi ini artinya adalah.” Danang : “Perumpamaan.”

Darto : “Perumpaanya kuku. Kuku?” Danang : “Kuku kakiku.”

Darto : “Kaku-kaku.”

Danang : “Kakiku kaku-kaku.”

(Sumber: The Comment, 10 Februari 2015)

Pada data (45) kuku merupakan sebuah kata yang secara umum memiliki makna „bagian tubuh diujung jari.‟ Namun, dalam acara The Comment, kuku diplesetkan menjadi dua kata plesetan yaitu kaki yang memiliki makna „anggota tubuh untuk berjalan‟ dan kaku yang memiliki

makna „keras,‟ sehingga mempunyai kemiripan bunyi. Plesetan ini

diujarkan dan menimbulkan efek humor para pendengarnya. Penonton dapat memahami dan mengerti plesetan yang dituturkan pembawa acara, dikarenakan dari kata kuku menjadi kaki dan kaku. Sebab, ketiga kata tersebut masih berhubungan dengan anggota badan, sehingga penonton secara langsung tertawa dan memahami plesetan yang dimaksudkan oleh pembawa acara.

Bentuk kata kuku terjadi di dalam percakapan antara pembawa acara The Comment yakni, Dimas Danang dan Imam Darto. Tuturan terjadi pada segmen yang bertema “Kata-Kata Wise di Sosial Media dan Danang Silver Wise.” Imam Darto sebagai penutur menuturkan sebuah kata perumpamaan dengan menggunakan kata kuku. Namum, Dimas Danang sebagai mitra tutur memplesetkan tuturan Imam Darto kuku menjadi kata kaki dan kaku.

(46) Tibet

Bentuk plesetan untuk berpleset Tibet terjadi dalam tuturan acara The Comment di NET. Perhatikan percakapan berikut yang diperoleh dari tayangan acara The Comment di NET:

Darto : “Pertanyaan buat Chelsea. Glenn merupakan blasteran Thailand-China-Indonesia.Benar atau salah?”

Chelsea : “Benar.”

Darto : “Jawabannya betul.” Glenn : “Ehhh salah.”

Darto : “Kok salah sih kan lu yang punya darah?” Glenn : “Ada Tibet nya masihan.”

Darto : “Detail amat.” Danang : “Kurang Tibet ya?”

Glenn : “Kurang Tibet.”

Danang : “Tibet itu deket sini ya?” Darto : “Tebet itu bukan Tebet.” (Sumber: The Comment, 13 Februari 2015)

Pada data (46) Tibet yang secara umum memiliki makna „nama provinsi Tiongkok.‟ Namun, dalam acara The Comment, Tibet diplesetkan menjadi Tebet yang memiliki makna „nama kecamatan di Jakarta Selatan.‟ Bentuk plesetan untuk berpleset ini terjadi berdasarkan penggantain fonem /i/ pada kata Tibet diplesetkan menjadi fonem /e/ menjadi kata plesetan Tebet, sehingga mempunyai kemiripan bunyi. Penonton dapat memamahami dan secara langsung tertawa mendengar plesetan yang dituturkan pembawa acara, dikarenakan kata Tibet selalu diplesetkan menjadi nama jalan Tebet oleh kebanyakan masyarakat, maka penonton maupun pendengar secara langsung memamahami plesetan yang dituturkan pembawa acara.

Bentuk kata Tibet terjadi di dalam percakapan antara pembawa acara The Comment yakni, Dimas Danang dan Imam Darto. Tuturan terjadi pada

segmen “The Comment Besok Valentine” dengan menghadirkan bintang tamu

Chelsea Olivia dan Glenn Alinsky. Sebagai penutur Imam Darto memberi pertanyaan kepada Chelsea tentang keturunan darah Glenn. Namun, Glenn menjawab jika memiliki keturunan darah Tibet.Sebagai mitra tutur Dimas Danang memplesetkan kata Tibet kemudian diperjelas dan dibenarkan oleh Imam Darto.

(47) Paris

Bentuk plesetan untuk berpleset Paris terjadi dalam tuturan acara The Comment di NET. Perhatikan percakapan berikut yang diperoleh dari tayangan acara The Comment di NET:

Darto : “Dari Taiwan, sekarang kita ke Paris. Ada yang pernah ke Paris?”

Trio Milova : “Belum.” Danang : “Belum.”

Darto : “Kalau aku sih sama siapa aja ke Paris.” Danang : “Paris mana pak?”

Darto : “Paris van Java.” Dananag : “Paris, Parangtritis.” (Sumber: The Comment, 13 Februari 2015)

Pada data (47) Paris merupakan sebuah kata yang secara umum memiliki makna „nama negara.‟ Namun, dalam acara The Comment, Paris diplesetkan menjadi Parangtritis yang memiliki makna „pantai,‟ sehingga mempunyai kemiripan bunyi. Plesetan ini menunjukkan kekreatifan pembawa acara dalam permainan kata yang diujarkan dan menimbulkan efek humor para pendengarnya. Penonton dapat memahami plesetan yang dituturkan oleh pembawa acara, dikarenakan masyarakat banyak memplesetkan nama negara Paris menjadi Parangtritis, sehingga penonton dapat secara langsung memahami dan tertawa mendengar tuturan plesetan yang dituturkan pembawa acara.

Bentuk kata Paris juga diplesetkan menjadi Parangtritis. Plesetan tersebut terjadi di dalam percakapan pembawa acara The Comment yakni,

Lucu (Vivicu).” Saat itu membahas video disetiap negara, dengan menampilkan bintang tamu Trio Milova. Pada saat segmen ini pembawa acara Imam Darto bertanya kepada Trio Milova apakah sudah pernah ke Paris. Kemudian Dimas Danang menjawab dengan memplesetkan menjadi plesetan akronim Parangtritis. Percakapan serius berubah menjadi santai akibat plesetan yang dituturkan Dimas Danang.

(48) Melly

Bentuk plesetan untuk berpleset Melly terjadi dalam tuturan acara The Comment di NET. Perhatikan percakapan berikut yang diperoleh dari tayangan acara The Comment di NET:

Danang : “Aku ingin mempersembahkan lagu untuk nona Melly.” Melly : “Apa?”

Danang : “Balonku ada Melly.” Melly : “Lima.”

(Sumber: The Comment, 13 Februari 2015)

Pada data (48) Melly merupakan sebuah kata yang secara umum memiliki makna „nama artis.‟ Namun, dalam acara The Comment, Melly diplesetkan menjadi lima yang memiliki makna „angka.‟ Bentuk plesetan untuk berpleset ini terjadi berdasarkan kenikmatan bermain-main bahasa di dalam bahasa itu sendiri tanpa memperdulikan kaitannya sehingga mempunyai kemiripan bunyi. Plesetan ini menunjukkan kekreativan pembawa acara dalam permainan kata yang diujarkan dan menimbulkan efek humor para pendengarnya. Penonton dapat secara langsung tertawa dan memahami

plesetan yang dituturkan pembawa acara, dikarenakan pembawa acara memplesetkan dari nama bintang tamu yang hadir. Sehingga penonton dapat secara cepat memahami dan tertawa atas plesetan yang dituturkan pembawa acara.

Bentuk kata Melly terjadi di dalam percakapan antara pembawa acara The Comment yakni, Dimas Danang. Tuturan terjadi pada segmen yang bertema “Bahas Soundtrack India Terpopuler” dengan menghadirkan bintang tamu Melly Mono. Dalam segmen ini Dimas Danang sebagai penutur menuturkan ingin mempersembahkan lagu untuk bintang tamu Melly Mono, dengan menyanyikan lagu Dimas Danang memplesetkan lirik lagu menjadi nama bintang tamu Melly Mono. Sebagai mitra tutur Melly Mono membenarkan plesetan yang dituturkan Dimas Danang dengan lirik sebenarnya.

(49) Cubit

Bentuk plesetan untuk berpleset cubit terjadi dalam tuturan acara The Comment di NET. Perhatikan percakapan berikut yang diperoleh dari tayangan acara The Comment di NET:

Darto : “Misalnya ini ada video.”

Danang dan Darto : “Ahhh… ahhh… parah… parah… cuwbeth!!! cuwbeth!!!”

Aldy : “Contohin dulu.” Darto : “Udah tadi.”

Aldy : “Parah…parah…cuwbeth!!!cuwbeth!!!” Danang : “Tapi jangan tambahin tan, nanti jadi lagu.”

Danang dan Darto : “Cuwbeth-cuwbethanohhh…Cuwbeth cuwbethan.”

Darto : “Cuwbeth itu bro, cuwbeth-cuwbeth suweng.” Aldy : “Cuwbeth kan kue bro.”

Danang : “Kue cubit.” (Sumber: The Comment, 13 Februari 2015)

Pada data (49) cubit merupakan sebuah kata yang secara umum memiliki makna „getil.‟ Namun, dalam acara The Comment, cubit diplesetkan menjadi cuwbeth yang memiliki makna „lucuw bangeth atau lucu banget.‟ Bentuk plesetan untuk berpleset ini terjadi berdasarkan kesamaan fonem /c/ dan /u/ diawal kata cubit menjadi cuwbeth, sehingga mempunyai kemiripan bunyi. Plesetan ini menunjukkan kekreativan pembawa acara dalam permainan kata yang diujarkan dan menimbulkan efek humor para pendengarnya. Penonton mampu memahami dan mengerti secara cepat plesetan yang dituturkan pembawa acara, sebab kata cubit yang diplesetkan menjadi kata cuwbeth. Bahwa kata cuwbeth sudah selalu dituturkan setiap segmen menampilkan tayangan video maupun gambar.

Bentuk kata cubit terjadi di dalam percakapan antara pembawa acara The Comment yakni, Dimas Danang dan Imam Darto. Tuturan terjadi pada segmen yang bertema “Vivicu yang Parah” dengan menghadirkan bintang tamu Aldy Fairus. Dalam segmen ini Imam Darto sebagai penutur menuturkan untuk menuturkan kata cuwbeth setiap akhir tayangan video. Namun, sebagai mitra tutur Aldy Fairus memplesetkan tuturan dari Imam darto.

(50) Cascada

Bentuk plesetan untuk berpleset Cascada terjadi dalam tuturan acara The Comment di NET. Perhatikan percakapan berikut yang diperoleh dari tayangan acara The Comment di NET:

Darto : “Itu sudah dirilis duluan kan?”

Danang : “Iya tahun 2005 yang nyanyi Cascada.” Darto : “Cascada.”

Danang : “Kasian deh lo. Cascada itu adalah ketika mau minta duit buat beli peralatan bos Cascada.”

Darto : “Kas gak ada.”

(Sumber: The Comment, 17 Februari 2015)

Pada data (50) Cascada merupakan sebuah kata yang secara umum

memiliki makna „nama penyanyi.‟ Namun, dalam acara The Comment,

Cascada diplesetkan menjadi kas gak ada yang memiliki makna „kas tidak ada.‟ Bentuk plesetan untuk berpleset ini terjadi berdasarkan kenikmatan bermain-main bahasa di dalam bahasa itu sendiri tanpa memperdulikan kaitannya, sehingga mempunyai kemiripan bunyi. Plesetan ini menunjukkan kekreativan pembawa acara dalam permainan kata yang diujarkan dan menimbulkan efek humor para pendengarnya. Penonton mampu memahami dan secara cepat tertawa mendengar plesetan yang dituturkan pembawa acara, dikarenakan kata yang diplesetkan memiliki kemiripan bunyi jika dilafalkan, sehingga penonton dapat memahami dan secara cepat tertawa mendengar plesetan yang dituturkan pembawa acara.

Bentuk kata Cascada terjadi di dalam percakapan antara pembawa acara The Comment yakni, Dimas Danang dan Imam Darto. Tuturan terjadi

pada segmen yang bertema “Lagu yang Memiliki Kesamaan.” Dalam segmen ini Imam darto sebagai penutur menuturkan tayangan video klip lagu yang memiliki kesamaan dengan lagu lain. Dimas Danang sebagai mitra tutur menjawab tuturan Imam Darto dengan menyebutkan nama penyanyi dalam video tersebut yaitu Cascada dengan memplesetkan nama penyanyi tersebut menjadi sebuah plesetan. Imam Darto pun memperjelas tuturan plesetan yang dituturkan oleh Dimas Danang.

(51) Jeni

Bentuk plesetan untuk berpleset Jeni terjadi dalam tuturan acara The Comment di NET. Perhatikan percakapan berikut yang diperoleh dari tayangan acara The Comment di NET:

Danang : “Nona Jeni, anda menginspirasikan saya dengan sebuah lagu. Jeniii…”

Darto : “Judi.”

Danang : “Ohhh itu judi.”

(Sumber: The Comment, 19 Februari 2015)

Pada data (51) Jeni merupakan sebuah kata yang secara umum memiliki makna „nama orang.‟ Namun, dalam acara The Comment, Jeni diplesetkan menjadi judi yang memiliki makna „permainan.‟ Bentuk plesetan untuk berpleset ini terjadi berdasarkan penggantain fonem /e/ pada kata Jeni menjadi fonem /u/ dan fonem /n/ pada kata Jeni menjadi fonem /d/, maka diplesetkan menjadi kata judi, sehingga mempunyai kemiripan bunyi. Plesetan ini menunjukkan kekreativan pembawa acara dalam permainan kata yang

diujarkan dan menimbulkan efek humor para pendengarnya. Penonton mampu mengikuti dan secara cepat tertawa maupun mengerti plesetan yang dituturkan oleh pembawa acara, sebab dalam tuturan tersebut memiliki kemiripian bunyi jika dilafalkan, sehingga penonton maupun pendengar memahami tuturan pembawa acara.

Bentuk kata Jeni terjadi di dalam percakapan antara pembawa acara The Comment yakni, Dimas Danang dan Imam Darto. Tuturan terjadi pada segmen yang bertema “Penerawang Imlek 2566 Di Tahun Kambing Kayu” dengan menghadirkan bintang tamu Sandra dewi. Dalam segmen ini menghadirkan seorang penerawang yang akan meramal bintang tamu Sandra Dewi di tahun kambing kayu yang bernama Jeni. Sebagai penutur Dimas Danang memplesetkan nama Jeni menjadi lirik sebuah lagu sambil menyanyikan lagu tersebut. Imam Darto sebagai mitra tutur membenarkan plesetan lirik lagu yang diplesetkan Dimas Danang menjadi Jeni dengan kata sebenarnya yaitu judi.

(52) Tasikmalaya

Bentuk plesetan untuk berpleset Tasikmalaya terjadi dalam tuturan acara The Comment di NET. Perhatikan percakapan berikut yang diperoleh dari tayangan acara The Comment di NET:

Danang : “Sekarang dari Tasmania ya?” Sandra : “Bukan, itu Tasikmalaya.” Danang : “Ohhh Tasikmalaya.”

(Sumber: The Comment, 20 Februari 2015)

Pada data (52) Tasikmalaya merupakan sebuah kata yang secara

umum memiliki makna „nama kota.‟ Namun, dalam acara The Comment,

Tasikmalaya diplesetkan menjadi Tasmania yang memiliki makna „nama kartun.‟ Bentuk plesetan untuk berpleset ini terjadi berdasarkan kenikmatan bermain-main bahasa di dalam bahasa itu sendiri tanpa memperdulikan kaitannya, sehingga mempunyai kemiripan bunyi dan kesaman fonem /t/, /a/, /s/ di awal kata Tasikmalaya maupun Tasmania. Plesetan ini menunjukkan kekreativan pembawa acara dalam permainan kata yang diujarkan dan menimbulkan efek humor para pendengarnya. Penonton secara langsung dan cepat memahami tuturan pembawa acara, sebab terdapat kesamaaan fonem yang membuat plesetan tersebut memiliki kemiripan bunyi jika dilafalkan, sehingga penonton dapat memahami dan secara langsung tertawa mendengar tuturan pembawa acara.

Bentuk kata Tasikmalaya terjadi di dalam percakapan antara pembawa acara The Comment yakni, Dimas Danang dengan menghadirkan bintang tamu Sandra Dewi. Tuturan terjadi pada segmen yang bertema “Sandra Dewi Menilai Vivicu atau Video-Video Lucu Commenters.” Dalam segmen ini Dimas Danang sebagai penutur menuturkan tampilan video berasal dari Tasikmalaya namun diplesetkan menjadi Tasmania. Sebagai mitra tutur Sandra Dewi membenarkan plesetan yang dituturkan oleh Dimas Danang.

(53) Tunggangan

Bentuk plesetan untuk berpleset tunggangan terjadi dalam tuturan acara The Comment di NET. Perhatikan percakapan berikut yang diperoleh dari tayangan acara The Comment di NET:

Darto Danang : “Tunggangan… Tunggangan… Tunggangan memang usahnya jadi tunggangan. “

Danang : “Tunggangan itu bro, tunggangan kata bapak produser adalah kota di Jawa Tengah dan Jawa Barat adalah Temanggung.”

(Sumber: The Comment, 25 februari 2015)

Pada data (53) tunggangan merupakan sebuah kata yang secara umum memiliki makna „sesuatu yang dinaiki.‟ Namun, dalam acara The Comment, tunggangan diplesetkan menjadi Temanggung yang memiliki makna „nama kota.‟ Bentuk plesetan untuk berpleset ini terjadi berdasarkan kenikmatan bermain-main bahasa di dalam bahasa itu sendiri tanpa memperdulikan kaitannya, sehingga mempunyai kemiripan bunyi. Plesetan ini menunjukkan kekreativan pembawa acara dalam permainan kata yang diujarkan dan menimbulkan efek humor para pendengarnya. Penonton dapat memahami dan secara langsung tertawa dengan plesetan yang dituturkan pembawa acara, sebab plesetan yang dituturkan memiliki kesamaan bunyi jika dilafalkan. Kesamaan bunyi tersebut yang menarik penonton atau pendengarnya memahami dan tertawa.

Bentuk kata tunggangan terjadi di dalam percakapan antara pembawa acara The Comment yakni, Dimas Danang dan Imam Darto. Tuturan terjadi pada segmen yang bertema “Tips Menjadi Pria Idaman Wanita 2015.” Dalam

segmen ini Imam Darto dan Dimas Dannag memplesetkan dengan menyanyikan menjadi potongan sebuah lirik lagu menjadi kata unggangan. Sebagai mitra tutur Dimas Danang memplesetkan kembali kata tunggangan menjadi nama kota di Jawa Tengah dan Jawa Barat menjadi Temanggung.

(54) Tanggung

Bentuk plesetan untuk berpleset tanggung terjadi dalam tuturan acara The Comment di NET. Perhatikan percakapan berikut yang diperoleh dari tayangan acara The Comment di NET:

Danang : “Tunggangan itu bro hari tua.” Darto : “Hah?”

Danang : “Tunggangan hari tua.”

Darto : “Tunjangan hari tua. Tunggangan itu bro, pulang aja yuk tunggang.”

Danang : “Tanggung han, tunggangan itu ada lagunya bro.” (Sumber: The Comment, 25 februari 2015)

Pada data (54) tanggung merupakan sebuah kata yang secara umum

memiliki makna „sedikit lagi.‟ Namun, dalam acara The Comment, tanggung

diplesetkan menjadi tunggang yang memiliki makna „sesuatu yang dinaiki.‟ Bentuk plesetan untuk berpleset ini terjadi berdasarkan pembalikan tempat pada fonem /a/ dan fonem /u/ dalam kata tanggung menjadi plesetan dalam kata tunggang, sehingga mempunyai kemiripan bunyi. Plesetan ini menunjukkan kekreativan pembawa acara dalam permainan kata yang diujarkan dan menimbulkan efek humor para pendengarnya. Berdasarkan perubahan dan kesamaan fonem dalam kata yang diplesetkan oleh pembawa

acara, membuat penonton maupun pendengarnya tertawa dan memahami plesetan yang dituturkan oleh pembawa acara, sehingga penonton dapat secara langsung memahami tuturan plesetan yang dituturkan oleh pembawa acara.

Bentuk kata tanggung terjadi di dalam percakapan antara pembawa acara The Comment yakni, Dimas Danang dan Imam Darto. Tuturan terjadi pada segmen yang bertema “Tips Menjadi Pria Idaman Wanita 2015.” Dalam segmen ini Dimas Danang sebagai penutur memplesetkan kata yang ia tuturkan. Sebagai mitra tutur Imam darto membalas tuturan plesetan yang dituturkan Dimas Danang. Namun, Dimas Danang membenarkan plesetan yang dituturkan Imam Darto.

(55) Dasha

Bentuk plesetan untuk berpleset Dasha terjadi dalam tuturan acara The Comment di NET. Perhatikan percakapan berikut yang diperoleh dari tayangan acara The Comment di NET:

Darto : “Nah bro ada lagi bro.” Danang : “Yang beruntung.”

Darto : “Beruntung warga Tiongkok. Mey Ai Cai warga Tiongkok yang melanjutkan kuliah ke Ukraina dapat istri cantik.”

Danang : “Ukraina ya?” Darto : “Namanya Dasha.”

Danang : “Kemudian akhirnya dinikahi ya?” Darto Danang : “Wah memang bener-bener Dasha.” Danang : “Dahsyat.”

Pada data (55) Dasha merupakan sebuah kata yang secara umum memiliki makna „nama orang.‟ Namun, dalam acara The Comment, Dasha diplesetkan menjadi dahsyat yang memiliki makna „hebat.‟ Bentuk plesetan untuk berpleset ini terjadi berdasarkan perubahan tempat fonem /s/ pada kata Dasha dan penambahan fonem /y/ menjadi kata plesetan dahsyat, sehingga mempunyai kemiripan bunyi. Plesetan ini menunjukkan kekreativan pembawa acara dalam permainan kata yang diujarkan dan menimbulkan efek humor para pendengarnya. Penonton dapat memahami plesetan yang dituturkan oleh pembawa acara, karena dalam tuturan plesetan tersebut memiliki kemiripan bunyi jika dilafalkan, sehingga penonton secara langsung tertawa dan dapat memahami plesetan yang dituturkan pembawa acara.