• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELASI ORGANISASI PEMUDA DENGAN CALON ANGGOTA LEGISLATIF PADA PEMILU

3.2. Bentuk Transaksi Antara Calon Legislatif dan Tokoh Pemuda

Sistem Pemilu 2014 menjelaskan bahwa setiap calon anggota legislatif yang mampu mengumpulkan suara sebanyak-banyaknya memiliki peluang yang besar menjadi pemenang. Meskipun beberapa persyaratan seperti terpenuhinya parliamentary threshold untuk calon anggota legislatif di DPRRI menjadi sangat penting. Atas dasar itu, setiap calon anggota legislatif akan mencari suara sebanyak-banyaknya dan cenderung tidak peduli dengan calon sesama partai politik apalagi antar partai politik. Seluruh aktor yang berpengaruh, kelompok dan komunitas yang ada di masyarakat menjadi target suara yang harus didekati. Tidak terkecuali bagi tokoh organisasi pemuda yang dipercaya memiliki basis keanggotaan pemuda yang cukup banyak di Sumatera Utara.

Sebagian calon anggota DPRRI dari Dapil 1 Sumatera Utara sangat percaya bahwa organisasi pemuda di Sumatera Utara dapat membantu mereka untuk meraih suara dalam Pemilu 2014 (lihat Tabel 5.5). Mereka yang termasuk dalam kategori pertama ini adalah calon anggota legislatif yang pernah atau masih aktif menjadi pengurus organisasi pemuda. Sebagai tokoh yang selalu memiliki perhatian terhadap organisasi pemuda maka para calon anggota DPRRI dari Dapil 1 Sumatera Utara menjalin kesepakatan dengan pimpinan organisasi atau tokoh pemuda di Sumatera Utara. Bentuk kesepakatan yang terjalin adalah calon anggota DPRRI dari Dapil 1 Sumatera Utara melakukan pertemuan dengan anggota organisasi di tingkat cabang hingga ranting dalam rangka meraih suara saat hari pencoblosan suara. Detail dari pertemuan tersebut termasuk jadwal, tempat, pendanaan, dan materi acaranya disepakati

secara bersama. Calon anggota legislatif memberikan dana yang dibutuhkan untuk acara itu dan pimpinan organisasi pemuda mempersiapkan pertemuan tersebut.

Tidak semua calon anggota legislatif yang menjalin kesepakatan berhasil meraih dukungan penuh dari pimpinan organisasi pemuda. Mereka yang relatif disebut berhasil karena memiliki hubungan emosional yang sangat dekat dan disertai dengan pemenuhan kebutuhan materi yang diperlukan bagi anggota organisasi pemuda. Kebutuhan materi yang diperlukan tidak hanya sebatas pada saat pelaksanaan acara untuk meraih suara itu, tetapi berlangsung secara terus menerus tanpa melihat substansi kebutuhan yang disampaikan oleh anggota, pengurus maupun tokoh organisasi pemuda. Selain hubungan emosional yang sudah terjalin, tidak semua tingkatan organisasi pemuda yang mentaati perintah dari struktur di atasnya atau tidak semua arahan organisasi provinsi dapat dipastikan akan dijalankan oleh pengurus di kabupaten/kota hingga ranting.

Masing-masing pimpinan organisasi setiap tingkatan memiliki pertimbangan tersendiri dalam memberi dukungan kepada calon anggota legislatif. Beragam motif dan alasan yang menyebabkan adanya diferensiasi dukungan dari tokoh organisasi pemuda. Atas dasar itu, harus ada perlakuan khusus yang diperbuat oleh calon anggota legislatif untuk meraih simpati dan dukungan dari pimpinan organisasi pemuda di tingkat kota/kabupaten. Sebut saja seperti Lubis yang menjalin kesepakatan dengan Ketua Pemuda Pancasila Kota Medan pada saat Pemilu 2014 meraih suara yang cukup besar di basis-basis yang dijanjikan oleh tokoh Pemuda Pancasila di Kota Medan dan Deli Serdang. Tetapi, hasil yang sama tidak diperoleh Irmadi di wilayah Serdang Bedagai dan Kota

Tebing Tinggi.97 Oleh karena itu, pada kategori pertama ini, hubungan emosional dan transaksi dalam bentuk uang dan dukungan (saling memberi dan menerima) menjadi bentuk hubungan yang paling kuat antara anggota DPRRI dari Dapil 1 Sumatera Utara dengan pimpinan organisasi pemuda.

Kategori kedua dari bentuk transaksi yang dilakukan adalah sebagian pimpinan organisasi tidak begitu mempertimbangkan hubungan emosional yang telah atau pernah terjalin sebelumnya. Calon anggota DPRRI Dapil Sumatera Utara 1 yang tidak pernah menjalin hubungan dengan pimpinan organisasi pemuda meminta dukungan untuk meraih suara di lokasi-lokasi tertentu sesuai dengan kesepakatan masing-masing pihak. Para caleg itu, kemudian diminta memberikan sejumlah dana untuk melakukan sosialisasi dengan anggota organisasi pemuda pada lokasi-lokasi sebagaimana yang telah disepakati. Kegiatan pertemuan dengan anggota organisasi pemuda tetap dilaksanakan, tetapi hasil suara yang diperoleh tidak sesuai seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang menjadi penyebab tidak tercapainya perkiraan perolehan suara dengan perolehan suara pada saat perhitungan di TPS.

Sedikitnya interaksi yang dilakukan para caleg dengan pimpinan organisasi pemuda menjadi salah satu penyebab kegagalan meraih suara sebagaimana yang diharapkan. Tidak semua pimpinan organisasi pemuda yang mempertimbangkan gagasan dan rekam jejak para caleg untuk ditawarkan kepada seluruh anggota organisasi berikut jaringan yang dimilikinya. Selalu saja hubungan emosional yang sebelumnya telah terjalin lama menjadi pertimbangan penting untuk memberikan dukungan. Ramadhan Pohan, caleg DPRRI Sumut 1, mencoba memberikan tawaran kesepakatan dengan salah seorang tokoh organisasi pemuda untuk meraih suara di lokasi yang telah disepakati. Ramadhan

      

97

kemudian menyetujui permintaan dari tokoh organisasi pemuda kecuali pemberian uang secara langsung untuk mendapatkan suara. Ramadhan hanya memberikan bantuan berupa konsumsi pertemuan dan alat peraga yang dibutuhkan untuk dibagikan ke anggota organisasi dan jaringannya. Hasilnya, Ramadhan tidak banyak mendapatkan suara di daerah-daerah sebagaimana yang disepakati dan dia tidak terpilih menjadi anggota DPR RI Periode 2014-2019.98

Hal yang berbeda dialami oleh Ruhut, yang menjalin kesepakatan dengan Pemuda Pancasila dan FKPPI secara langsung dengan tokoh organisasi pemuda di tingkat desa atau lingkungan, tanpa melalui Pengurus Wilayah Sumatera Utara. Kesepakatan dilakukan langsung dengan pimpinan ranting (tingkat lingkungan) tanpa unsur pimpinan di atasnya. Ruhut dan tim suksesnya sangat ketat melakukan pengawasan dari kesepakatan yang telah dijalin dengan beberapa pimpinan organisasi pemuda secara langsung di tingkatan desa atau lingkungan. Hasilnya Ruhut memperoleh suara yang cukup di wilayah yang menjadi basis kampanyenya. Meskipun tingkat popularitas Ruhut yang sangat tinggi karena relatif dikenal oleh sebagian besar pemilih di Dapil Sumut 1, tetapi Ruhut menjalankan strategi pemenangan yang sangat ketat untuk memastikan suara yang hendak diperolehnya.99

Ketiga narasumber yang disebutkan di atas, secara terpisah, menjelaskan bahwa struktur organisasi pemuda di Sumatera Utara (Pemuda Pancasila, IPK, dan FKPPI) yang telah terbentuk hingga ke tingkat desa atau lingkungan, memudahkan mereka untuk menawarkan kerjasama kepada setiap caleg agar meraih suara dalam Pemilu. Tidak semua jenjang atau tingkatan organisasi pemuda mengikuti arahan atau

      

98

Wawancara dengan seorang caleg DPR RI, 10 Oktober, di Medan. Salah seorang kerabatnya tercatat sebagai kader dan tokoh Pemuda Pancasila di Sumatera Utara yang disegani karena mengetahui sejarah pembentukan Pemuda Pancasila di Sumatera Utara.

perintah pimpinan organisasi, walaupun selalu saja pimpinan organisasi di atasnya memberikan arahan atau perintah dalam menggerakkan anggota organisasi. Situasi itu terjadi karena beragamnya kepentingan yang ada di antara pimpinan organisasi pemuda sehingga tidak selalu sesuai dengan keinginan anggota organisasi.

Keterikatan pemuda sebagai anggota organisasi dengan institusinya, hampir seluruhnya, hanya didasarkan oleh pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Tidak sedikit anggota organisasi pemuda yang mendapatkan uang dengan cara memberi jasa keamanan dan petugas parkir di wilayah-wilayah tertentu. Jarang ditemukan seorang anggota organisasi pemuda yang aktif dalam kegiatan organisasi dilakukan atas pengabdian dirinya untuk melakukan aktivitas sosial yang dapat meningkatkan harkat dan martabat pemuda. Atas dasar itulah, anggota organisasi pemuda sulit untuk menjalankan arahan atau perintah dari pimpinan organisasi jika tidak diiringi dengan imbalan materi yang sesuai dengan perintah tersebut.

Keterlibatan anggota organisasi pemuda dalam kegiatan pemilu seharusnya dapat mendorong mereka untuk menjalin kesepakatan dengan calon anggota legislatif agar sangat memperhatikan kegiatan organisasi pemuda. Tokoh, pimpinan, dan anggota organisasi pemuda diharapkan meminta seluruh caleg yang menjalin kesepakatan harus menjadi bagian dari hidup dan matinya organisasi pemuda. Sehingga proses regenerasi elit partai politik, yang salah satu sumbernya dari organisasi pemuda, dapat berlangsung secara berkelanjutan dalam kuantitas maupun kualitasnya. Pimpinan organisasi pemuda harus dapat memastikan bahwa mereka memiliki wakil di DPR yang secara serius memperhatikan aktivitas perkembangan pemuda di daerah. Aspirasi pemuda di daerah dengan cepat akan mendapat respon dari pengambil kebijakan di legislatif maupun eksekutif.

Kesepakatan yang terjalin seharusnya tidak selalu dilakukan atas dasar transaksional, tetapi lebih dipertimbangkan pemikiran atau gagasan untuk meminimalisir persoalan yang dihadapi pemuda di daerah. Proses regenerasi tokoh politik yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat hanya dapat diperoleh jika sumber dari rekrutmen itu terjadi secara alamiah. Kadar alamiah itu terkait dengan kebutuhan bersama yang menjadi prioritas untuk diperoleh bukan untuk kepentingan pribadi, kelompok ataupun golongan. Aktivitas organisasi pemuda di Sumatera Utara dalam kegiatan politik diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan publik dalam posisinya sebagai pelaku, pemerhati, atau penerima manfaat. Oleh karena itu, bentuk transaksi yang seharusnya dilakukan oleh pimpinan atau tokoh organisasi pemuda adalah dengan melihat ide, gagasan, dan rekam jejak para caleg yang akan dibantu mendapatkan suara. Semakin baik ide, gagasan, dan rekam jejak yang menjadi pertimbangan maka akan semakin banyak kegiatan dukungan yang harus diberikan. Jika ide, gagasan, dan rekam jejak itu menjadi pertimbangan utama dalam memberi dukungan maka proses regenerasi elit politik di tingkat lokal dan nasional akan berjalan dalam kadar kualitas yang sangat baik.