• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Ulang Sama Bentuk, Berbeda Makna Bentuk Dasar

BAB II MAKNA BENTUK ULANG SAMA BENTUK DALAM KALIMAT YANG

2.2 Faktor Internal

2.2.1 Bentuk Ulang Sama Bentuk, Berbeda Makna Bentuk Dasar

Bentuk ulang sama bentuk yang terdapat dalam kalimat yang berbeda konteksnya pasti memiliki perbedaan makna. Salah satu hal yang menyebabkan perbedaan makna bentuk ulang sama bentuk yang ditemui dalam kalimat berbeda konteks disebabkan bentuk ulang tersebut berasal dari bentuk dasar yang berbeda. Perbedaan bentuk dasar tersebut secara langsung mempengaruhi makna yang dihasilkan. Perbedaan makna yang dihasilkan dari bentuk ulang sama bentuk yang berasal dari bentuk dasar berbeda dapat dilihat dalam contoh kalimat dibawah ini.

(3) Romo Daru, pastor agak tua yang suaranya selalu didengar dalam rapat-rapat keuskupan. (Saman: 41)

(4) Setiap kali pergi kerja kamar itu tertutup rapat-rapat. (CPTCC: 89) Pada contoh (3) dan (4) bentuk ulang rapat-rapat yang terdapat dalam contoh kalimat di atas berasal dari bentuk dasar yang berbeda. Perbedaan bentuk dasar tersebut mengakibatkan makna yang dihasilkan menjadi berbeda. Pada kalimat (3) bentuk ulang rapat-rapat (untuk selanjutnya disebut bentuk ulang rapat-rapat1) berasal dari bentuk dasar rapat yang bermakna ‘kegiatan

yang dilakukan untuk membicarakan sesuatu’. Berbeda dengan bentuk ulang rapat-rapat (untuk selanjutnya disebut bentuk ulang rapat-rapat2) dalam

kalimat (4) yang berasal dari bentuk dasar rapat yang bermakna ‘hampir tidak berantara’.

Perbedaan makna yang terjadi dalam kalimat (3) dan (4) semakin diperjelas dengan adanya proses perulangan dan penggunaanya dalam kalimat berbeda. Perbedaan makna yang terjadi dalam kalimat (3) dan (4) dapat dibuktikan dengan menggunakan teknik ganti yang diterapkan langsung dalam kalimat (3) dan (4). Pembuktian dengan menggunakan teknik ganti dimaksudkan agar perbedaan makna bentuk ulang rapat-rapat yang digunakan dalam kalimat (3) dan kalimat (4) dapat diketahui dengan jelas. Penggantian yang diterapkan adalah dengan menggunakan sinonim dari bentuk ulang. Seperti dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini.

(3a) Romo Daru, pastor agak tua yang suaranya selalu didengar dalam pertemuan-pertemuan keuskupan.

(4a) Setiap kali pergi kerja kamar itu tertutup tanpa bercelah.

Dari kalimat di atas dapat diketahui bahwa dalam kalimat (3a) bentuk ulang rapat-rapat1 setelah diganti dengan sinonim kata pertemuan-pertemuan

menjadi jelas diketahui bermakna ‘kegiatan yang dilakukan untuk membicarakan sesuatu’. Sama halnya dengan bentuk ulang rapat-rapat2 dalam

kalimat (4a). Bentuk ulang rapat-rapat2 setelah diganti dengan sinonimnya

yaitu tanpa bercelah, maknanya juga menjadi semakin jelas yaitu bermakna ‘hampir tidak berantara’. Teknik ganti yang diterapkan untuk membuktikan perbedaan makna bentuk ulang rapat-rapat dalam kalimat (3) dan (4) memang sudah dilakukan, tetapi untuk dapat meyakinkan perbedaan makna itu, perlu dilakukan pertukaran kata ganti. Selain untuk membuktikan perbedaan makna,

pertukaran kata ganti ini juga dimaksudkan untuk membuktikan bahwa perbedaan kalimat yang digunakan juga merupakan salah satu hal penting yang dapat mempengaruhi pembentukan makna sebuah kata. Seperti dalam kalimat berikut ini.

(3b) *Romo Daru, pastor agak tua yang suaranya selalu didengar dalam

tanpa celah keuskupan.

(4b) *Setiap kali pergi kerja kamar itu tertutup pertemuan-pertemuan.

Pertukaran sinonim bentuk ulang rapat-rapat seperti yang diterapkan kalimat (3b) dan (4b) tidak dapat berterima dalam bahasa Indonesia, karena kalimat yang dihasilkan dari proses pertukaran tersebut tidaklah mengandung suatu informasi. Dalam kalimat (3b) kata tanpa celah yang merupakan sinonim dari bentuk rapat-rapat2 tidak dapat menjelaskan informasi yang ingin

dituju oleh penutur. Sama halnya dengan yang terdapat dalam kalimat (4b). Kata ulang pertemuan-pertemuan yang merupakan sinonim dari bentuk ulang rapat-rapat1 jika diletakkan dalam kalimat (4b) tidak dapat diterima dalam

bahasa Indonesia karena tidak memiliki kesatuan makna.

Contoh lain mengenai bentuk ulang sama bentuk tetapi berasal dari bentuk dasar yang memiliki makna dasar berbeda, dapat diperhatikan dalam contoh dibawah ini.

(5) Telah sering aku curiga bahwa kebanyakan raksasa bukan berasal dari India, melainkan menumpang kapal-kapal Eropa yang mencari rempah-rempah ke Hindia. (Saman: 134)

(6) Kapal-kapal kasar itu terbentuk dengan sendirinya karena mata pencariannya sebagai seorang petani yang mengharuskan ia mencangkul setiap hari.

Pada kalimat (5) dan (6) bentuk ulang kapal-kapal memiliki makna berbeda. Perbedaan makna tersebut dikarenakan bentuk dasar dari bentuk ulang kapal-kapal dalam kalimat (5) dan (6) berbeda. Pada kalimat (5), bentuk ulang kapal-kapal berasal dari bentuk dasar kapal yang bermakna ‘kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut’. Berbeda dengan bentuk ulang kapal-kapal yang terdapat dalam kalimat (6). Bentuk ulang kapal-kapal yang terdapat dalam kalimat (6) berasal dari bentuk dasar kapal yang bermakna ‘kulit yang menebal dan mengeras’. Perbedaan bentuk dasar tersebut mengakibatkan makna yang dihasilkan menjadi berbeda, sehingga referen yang dirujuk juga berbeda.

Perbedaan makna bentuk ulang kapal-kapal seperti yang terdapat dalam kalimat (5) dan (6) memang diketahui berasal dari bentuk dasar yang berbeda, tetapi hal lain yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan makna adalah konteks kalimat. Konteks kalimat (5) dan (6) memang mendukung perbedaan makna. Pembuktian yang dapat dilakukan untuk memperjelas makna yang dituju bentuk ulang kapal-kapal dalam kalimat (5) dan (6) adalah dengan menggunakan teknik perluas. Pembuktian dengan menggunakan teknik perluas dimaksudkan untuk memperjelas bahwa bentuk ulang kapal-kapal dalam kalimat (5) memang berbeda maknanya dengan bentuk ulang

kapal-kapal dalam kalimat (6). Pembuktian dengan teknik perluas ini juga dimaksudkan untuk menganalisis apakah setelah mengalami proses perluasan, bentuk ulang kapal-kapal dalam kalimat (5) dan (6) tetap memiliki suatu kesatuan informasi dan dapat diterima dalam bahasa Indonesia. Perluasan bentuk ulang kapal-kapal dapat dilihat seperti dalam kalimat di bawah ini.

(5a) Telah sering aku curiga bahwa kebanyakan raksasa bukan berasal dari India, melainkan menumpang kapal-kapal laut milik orang Eropa yang mencari rempah-rempah ke Hindia.

(6a) Kapal-kapal tangan yang terasa kasar itu terbentuk dengan sendirinya karena mata pencariannya sebagai seorang petani yang mengharuskan ia mencangkul setiap hari.

Perluasan bentuk ulang kapal-kapal seperti yang terdapat dalam kalimat (5a) dan (6a) berbeda satu dengan lainnya. Pada kalimat (5a) bentuk ulang kapal-kapal diperluas ke kanan dengan menambahkan frase laut milik orang. Setelah mengalami proses perluasan, informasi yang ingin disampaikan bentuk ulang kapal-kapal dalam kalimat (5a) menjadi lebih jelas bermakna ‘kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut’. Dalam kalimat (6a) bentuk ulang kapal-kapal mengalami perluasan ke kanan, yaitu dengan menambahkan fungsi keterangan tangan yang terasa kasar. Perluasan ke kanan bentuk ulang kapal-kapal yang dilakukan dalam kalimat (6a) semakin memperjelas makna yang ingin dituju bentuk ulang kapal-kapal yang terdapat dalam kalimat (6) yaitu ‘kulit yang menebal dan mengeras’.

Perbedaan makna bentuk ulang sama bentuk yang muncul karena perbedaan makna bentuk dasar dan digunakan dalam kalimat yang berbeda konteks dapat juga dilihat dalam kalimat dibawah ini:

(7) Biasanya buku-buku pinjaman sudah dibacanya berulang-ulang. (Rumah Bambu: 34)

(8) Si gadis menjawab sambil tersenyum, lalu mengelus buku-buku jari Wis yang berada di sisi kandang. (Saman: 76)

Bentuk ulang buku-buku yang terdapat dalam kalimat (7) dan (8) memiliki perbedaan makna. Sama halnya dengan bentuk ulang rapat-rapat dalam kalimat (3) dan (4) dan bentuk ulang kapal-kapal dalam kalimat (5) dan (6). Bentuk ulang buku-buku pada kalimat (7) dan (8) memiliki makna berbeda dikarenakan bentuk dasar pembentuk bentuk ulang berbeda.

Bentuk ulang buku-buku (untuk selanjutnya disebut bentuk ulang buku-buku1) yang terdapat dalam kalimat (7) berasal dari bentuk dasar buku

yang bermakna ‘lembar kertas yang berjilid yang berisi tulisan atau kosong’. Berbeda dengan bentuk ulang buku-buku (untuk selanjutnya disebut bentuk ulang buku-buku2) yang terdapat dalam kalimat (8). Bentuk ulang buku-buku2

yang terdapat dalam kalimat (8) berasal dari bentuk buku yang bermakna ‘tempat pertemuan dua ruas’. Perbedaan makna yang dihasilkan dari bentuk ulang buku-buku1 dan bentuk ulang buku-buku2 dapat dibuktikan dengan

menggunakan teknik ganti. Seperti dapat dilihat dalam kalimat dibawah ini. (7a) Biasanya pustaka pinjaman sudah dibacanya berulang- ulang.

(8a) Si gadis menjawab sambil tersenyum, lalu mengelus bagian antara ruas jari Wis yang berada di sisi kandang.

Bentuk ulang buku-buku1 dalam kalimat (7a) diganti dengan

sinonimnya yaitu pustaka. Berbeda dengan bentuk ulang buku-buku2 yang

diganti dengan sinonimnya yaitu bagian antara ruas. Perbedaan sinonim pengganti seperti yang dapat dilihat dalam kalimat (7a) dan (8a) semakin memperjelas perbedaan makna yang ingin disampaikan bentuk ulang buku-buku dalam tuturan (7) dan (8). Pembuktian perbedaan makna bentuk ulang dalam kalimat (3), (4), (5), (6), (7), dan (8) di atas, semakin memperjelas bahwa bentuk dasar pembentuk bentuk ulang sangat menentukan makna yang ingin dituju bentuk ulang. Karena apabila bentuk dasar pembentuk bentuk ulang berbeda, maka makna yang ingin dituju akan menjadi berbeda pula. Hal ini juga didukung oleh konteks kalimat, sehingga perbedaan makna yang dihasilkan bentuk ulang dapat diketahui dengan jelas.

Dokumen terkait