• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berbagai Aliran Penemuan Hukum

Dalam dokumen Pengantar Ilmu Hukum ILMU HUKUM (Halaman 32-39)

Timbulnya aliran dalam penemuan hukum sebenarnya sebagai akibat akan kodifikasi pada abad 19. Sebelumnya sumber hukum yang pokok adalah hukum kebiasaan, tetapi berdasarkan fakta bahwa hukum kebiasaan hukum tidak tertulis sering beraneka ragam, sehingga dianggap kurang menjamin kepastian hukum, maka ada usaha untuk menyeragamkan digan cara membuat hukum dalam susunan kodifikasi. Persoalan selanjutnya yang muncul adalah yang mana yang merupakan

akibatnya lahirlah aliran-aliran dalam penemuan hukum. Adanya aliran- aliran tersebut adalah berkaitan dengan hukum yang mana yang diterima sebagai sumber hukum, yaitu: legisme, begriffsjurisprudenz, interessenjurisprudenz atau freirechtsschule, soziologische rechtsshule dan penemuan hukum bebas.

Legisme

Inti dan ajaran legis mengatakan bahwa satu-satunya sumber hukum adalah undang-undang; dan di luar undang-undang, tidak ada hukum. Hukum kebiasaan hanya ada apabila diperbolehkan oleh hukum undang- undang. Ajaran legis sebenarnya mulai dipropagandakan oleh mereka yang inempelajari hukum Romawi dan Kanonik, kira-kira mulai abad pertengahan. Ajaran legis sebenarnya cocok dengan ajaran hukum kodrat yang juga kurang menyetujui hukum kebiasaan. Dapat disebut sebagai pendukung ajaran hukum kodrat adalah Montesquieu, yang antara lain mengatakan bahwa tugas pembentukan hukum adalah semata-mata hak luar biasa dan pembentuk undang-undang. Tokoh lain adalah Rousseau sebagai tokoh teori kedaulatan at yang antara lain mengatakan bahwa kehendak bersama dan rakyat adalah kekuasaan tertinggi, undang-undang adalah pernyataan kehendak tersebut, maka tidak ada sumber lain, selain undang-undang. Senada dengan ajaran Montesquieu dan Rousseau, aliran legis berpendapat, bahwa kedudukan hakim adalah pasif, hakim hanya terompet undang-undang, hakim hanya bertugas memasukkan sesuatu hat yang konkrit dalam peraturan perundang-undangan dengan jalan silogisme hukum, secara deduksi logis (Sanusi, 1977 :51).

Kebaikan atau segi positif dan ajaran legis adalah lebih banyak menjamin tercapainya kepastian hukum dan memberi jamman yang maksimal terhadap hak-hak perseorangan dan dapat menghindarkan

terjadinya tindakan yang sewenang-wenang dan penguasa. Sedangkan kelemahan atau segi negatifnya, bahwa ajaran legis bersifat berat sebelah dan hanya cocok untuk hukum yang berbentuk undang-undang. Adalah tidak benar, kalau tugas hakim hanya mempelajari, menganalisis dan dengan menggunakan silogisme, yaitu deduksi yang logis dapat menyelesaikan peristiwa-peristiwa konkrit yang diajukan kepadanya. Hal tersebut disebabkan bahwa undang-undang secara relatif adalah terbatas, dan seringkali tidak jelas, sehingga hakim perlu menafsirkannya.

Begriffsjurisprudenz

Ajaran ini masih mendasarkan pada ajaran legis, namun berusaha memperbaiki kelemahan yang ada, yaitu dengan mengajarkan bahwa undangundang memang tidak Iengkap, tetapi tetap dapat memenuhi kekurangannya itu sendiri, sebab undang-undang mempunyai daya meluas. Sebagai sumber hukum adalah undang-undang dan hukum kebiasaan. Cara memperluas hukum hendaknya normiogist dan dipandang dan segi dogmatik, dengan alasan bahwa hukum adalah merupakan satu kesatuan yang tertutup yang menguasai semua tingkah laku sosial. Begriffsjurisprudenz berpendap bahwa hakim bebas dan ikatan-ikatan undang-undang, namun demikia. hakim tetap harus bekerja dalam sistem hukum yang tertutup. Sebenarny hakim tidak membentuk hukum, yang dikerjakan hakim hanyalab membuka tabir pikiran-pikiran yang ada dalam undang-undang.

Apa yang diajarkan oleh Begrtffsfurisprudenz bahwa kekurangan-. kekurangan dalam undang-undang dapat diatasi dengan memperhia. ketentuannya dengan mengganakan logika secara rasional, memang dap diterima, tetapi sebenarnya itu belum cukup. Kelemahan Begriffsfurisprud

undang-undang itu hanya sebagai alat, sehingga ajaran ini dapat dikatakan sebagai ajaran tentang pengertian, sebagai suatu permainan pengertian. Begriffsjurisprudenz sangat menonjolkan, bahkan dapat dikatakan mendewa-dewakan ratio dan logika, dan merasa puas dengan terjaminnya kepastian hukum. Padahal pekerjaan hakim tidak semata-mata logis ilmiah, namun diperlukan juga pertimbangan-pertimbangan budi yang sifatnya irasional seperti kebenaran, perasaan keadilan dan kemanfaatan bagi masyarakat.

InteressenjurisprudenzatauFreirechtsschule

Sebagai ajaran yang tidak menerima dasar-dasar pikiran Legisme dan Begriffsjurisprudenz, Jnteressenjurisprudenz atau dapat disebut sebagal ajaran kebebasan hakim mengatakan bahwa undang-undang tidak lengkap dan bukan merupakan satu-satu sember hukum, masih ada sumber hukum lam tempat hakim menemukan hukumnya. Undang-undang, kebiasaan dan sebagainya hanyalah sarana bagi hakim dalam menemukan hukumnya. Yang dipentingkan di sini bukan kepastian hukum, melainkan kemanfaatan bagi masyarakat. Hakim dan para pejabat lain mempunyai kebebasan yang seluasluasnya dalam menemukan hukum.

Bahkan dalam usaha mewujudkan hukum seadil-adilnya hakim diperbolehkan menyimpang dan ketentuan undang-undang. Menurut Interessenjurisprudenz hukum lahir karena peradilan.

Interessenjurisprudenz memberikan kebebasan yang sangat luas kepada hakim, sehingga hakim dapat mengesampingkan undang-undang, hakim dapat menciptakan sendiri hukumnya, yang mungkin menyimpang dan ketentuan undang-undang dengan alasan kepentingan dan kesadaran hukum masyarakat atau mungkin ada alasan subjektif lainnya. Hal tersebut dapat melahirkan putusan yang sewenang-wenang.

Soziologische rechtsshule

Ajaran ini tidak setuju dengan apa yang diajarkan oleh Interessenjurisprudenz. Undang-undang harus lab dihormati, hakim memang mempunyai kebebasan dalam menyatakan hukum, tetapi kebebasan tersebut masih dalam kerangka undang-undang. Dalam memutus perkara, hakim mendasarkan pada undang-undang dan juga harus dapat dipertanggungjawabkan terhadap asas-asas keadilan, kesadaran dan perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat. Dengan perkataan lain untuk menemukan hukumnya, hakim harus mencarinya dalam kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat.

Soziologisehe rechtsshule mengajarkan bahwa pada akhirnya yang primer bagi hukum adalah penyesuaiannya dengan kesadaran hukum masyarakat. Hal tersebut menggambarkan adanya pendemokrasian atau penyosialisasian dan hukum.

Aliran Sistem Hukum Terbuka

Aliran sistem hukum terbuka dianggap sebagai aliran yang berlaku sekarang. Undang-undang merupakan peraturan hukum yang bersifat umum yang diciptakan oleh pembentuk undang-undang, dan tidak mungkm mampu mencakup semua kegiatan dalam kehidupan manusia. Banyak hal yang belum diatur oleh undang-undang. Dalam hal undang- undang tidak mengatir atau ada kekosongan hukum dalam undang- undang, maka kekosongan itu akan diisi oleh peradilan dengan membuat penafsiran terhadap undang-undang atau konstruksi-konstruksi hukum. Di samping ada hukum dalam undang-undang dan peradilan, juga ada hukum kebiasaan.

Aliran sistem hukum terbuka mengatakan bahwa tugas hakim menciptakan hukum. Undang-undang bukan merupakan peranan utama, tetapi merupakan alat bantu untuk memperoleh pemecahan yang menunit hukum tepat dan tidak perlu harus sama dengan penyelesaian yang sesuai undang-undang. Hakim bukan hanya menerapkan undang-undang, tetapi menciptakan penyelesaian yang tepat untuk peristiwa konkrit, sehingga peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian dapat diselesaikan dengan kaidab hukum yang telah diciptakan oleh hakim.

Aliran-aliran tersebut di atas berusaha menjawab apakah yang merupakan sumber hukum. Dalam garis besarnya, kalau dihubungkan dengan tugas hakim, dapat dikelompokkan dalam ada 3 (tiga) aliran, yaitu: 1. Legisme, sebagai aliran yang menganggap bahwa undang-undang merupakan satu-satunya sumber hukum, yurisprudensi tidak penting Dalam mempelajari hukum, undang-undang adalah primer, sedangkan yurisprudensi adalah sekunder. Hakim tugasnya hanya menerapkan undang-undang (Wetstoepassing) dengan jalan juridisch syllogisme, yang sifatnya ligische deductie dan preposisi mayor kepada preposisi minor sehingga sampai pada conclusio.

2. Freirechtsbewegung atau aliran kebebasan hukum, yang intinya bahwa dalam melaksanakan tugasnya hakim bebas, apakah akan mengikuti undang-undang atau tidak. Tugas hakiin adalah menciptakan hukum (Rechtschepping). Dalam mempelajari hukum, yurisprudensi adalah primer, sedangkan undang-undang adalah sekunder.

3. Aliranrechtsvinding, sebagai aliran yang mengambil jalan tengah diantara legisme dan freirehtbewegung. Hakim memang terikat

pada undang-undang, tetapi hakim juga mempunyai kebebasan. Dalam melaksanakan tugasnya hakim mempunyai keterikatan dalam kebebasan (Gebonden-Vrijheid, sebab hakim harus berusaha menyelaraskan undang-undang dengan tuntutan jaman, oleh sebab itu hakim mempunyai wewenang untuk menafsirkan undang-undang dan dibenarkan melakukan argumentasi atau komposisi dengan analogi, cara berfikir a contrario dan penghalusan hukum.

Bagian 3

Dalam dokumen Pengantar Ilmu Hukum ILMU HUKUM (Halaman 32-39)

Dokumen terkait