KISAH NABI NUH AS DENGAN KAUMNYA
B. Dakwah Nabi Nuh as Kepada Kaumnya
3. Berbagai Tuduhan Dilontarkan Terhadap Nabi Nuh as
Kaum musyrikin (yang menyekutukan Allah) menggunakan berbagai macam olok-olok untuk mengalihkan Nuh as dari dakwahnya, namun kesabaran dan ketabahan Nabi Nuh tidak terguncang. Perdebatan panjang pun dilakukan oleh Nabi Nuh as dengan kaumnya. Mereka menuduhnya dengan berbagai macam tuduhan, menyebarluaskan berbagai macam fitnah. Berbagai macam tuduhan yang dilancarkan terhadap Nabi Nuh as antara lain sebagai berikut:
37
1. Nabi Nuh as dituduh sebagai orang yang kurang waras (pikirannya) dan sesat. Firman Allah swt:
“Pemuka-pemuka kaumnya berkata Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata ’. Nuh menjawab : ’Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam ’”.(Q.S. al-A'raf :60-61)
2. Nabi Nuh as dituduh gila. Allah swt berfirman :
“Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan : ’Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman. ”’(Q.S. al-Qamar : 9)
3. Nabi Nuh as dituduh banyak berdebat dan berdusta atas nama Allah, seperti dalam ayat in i:
“Mereka berkata: ‘Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami dan kamu telah memperbanyak bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar. ’” (Q.S. Huud : 32)
4. Nabi Nuh as pernah diancam akan dirajam (dilempari) dengan batu hingga tew as:
“Mereka berkata : ’Sesungguhnya jika kamu tidak mau berhenti hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam. ” ’(Q.S. asy-Syu'ara' :116)
5. Kaum Nabi Nuh as menyambut dakwah Nabi Nuh as dengan olok-olok dan ejekan yang melecehkan :
“Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh :’Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami pun mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek kami. (Q.S. Huud : 38)
Pada suatu hari Nabi Nuh as mendatangi kaumnya untuk menyampaikan risalah yang diembannya, tetapi kaumnya senantiasa merendahkannya seraya berkata : “ Wahai Nuh, bukankah telah beratus-ratus kali kami mengatakan bahwa kami tetap menganggap dirimu sebagai manusia biasa seperti kami. Buat apa kami harus mengikuti kata-kata bualanmu itu? Seandainya ada seorang malaikat diutus kepada kami, mungkin kami dapat mengikutinya serta membenarkan apa yang dikatakan olehnya. Dan perlu engkau ketahui bahwa orang-orang yang mengikutimu adalah orang-orang yang bodoh dan rendah, sedangkan kami ini adalah orang-orang mulia, mempunyai pekerjaan serta kedudukan yang tinggi. Maka ketahuilah bahwa kami semua tidak perlu lagi bertukar pikiran ataupun meminta pertolongan orang lain, cukup dengan kepintaran serta kepandaian kami saja, sedangkan engkau sendiri juga tidak mempunyai kelebihan daripada kami, baik mengenai harta benda, akal pikiran maupun mengenai wawasan dalam kehidupan ini. Maka berhentilah dari omong kosong atau bualanmu itu”.
Cercaan dan hinaan mereka itu kemudian dijawab oleh Nabi Nuh as :”Baiklah, aku memang tidak lebih pandai dari kalian semua, namun kalau kalian merasa lebih pandai, dapatkah kalian memutar jalannya matahari dengan kepintaran kalian itu atau meraih bintang-bintang di langit dengan tangan
39
kalian? Juga bisakah kalian mendapatkan cahaya terang kalau tidak lantaran matahari yang telah diciptakan oleh Allah Ta'ala, dan bisakah kalian hidup tanpa udara yang dijadikan oleh Allah Ta'ala?”
Kaum Nabi Nuh as diam sejenak, kemudian mereka kembali berkata dengan sanggahan baru yang memang sengaja dibuat-buat: “Wahai Nuh, kalau engkau ini benar-benar merupakan manusia yang mencintai sesama, cintailah orang-orang yang mengikutimu itu saja, dan biarkanlah kami karena kami tidak dapat mengikuti langkah mereka. Kami tidak dapat mengikuti agama yang mereka anut, yaitu agama yang telah engkau ajarkan kepada mereka, sehingga dengan demikian akan nampak perbedaan yang jelas antara raja dan rakyat jelata, orang-orang mulia dan orang yang hina dina, antara orang-orang kaya
dan orang-orang miskin yang tidak mempunyai apa-apa”.
Nabi Nuh berkata Wahai kaumku, perlu kalian ketahui, bahwa agama Allah itu tidak membedakan antara si pintar dan si bodoh, antara raja atau budak, antara yang sedang kuasa dengan yang dikuasai, antara si kaya dan si miskin. Hal-hal seperti itu tidak berlaku di hadapan Allah, hanya takwalah yang membedakan antara manusia satu dengan manusia lainnya” .
Kaum Nabi Nuh menjawab :”Wahai Nuh, sesungguhnya kami ini sudah sering kali berdebat sehingga kami sudah merasa muak dan bosan. Oleh karena itu datangkanlah siksaan dari Tuhanmu sebagaimana yang sering kali engkau katakana kepada kami kalau engkau memang orang yang benar. Tapi kami merasa bahwa engkau tidak akan mampu mendatangkan siksaan tersebut”.
Itulah jawaban kaum Nabi Nuh disebabkan mereka benar-benar sudah merasa tersudutkan dan merasa sempit dada mereka. Mendengar tantangan dari kaumnya yang seperti itu, dengan sabar Nabi Nuh menjawab :”Sungguh kalian adalah orang-orang yang sangat bodoh, bukannya rahmat Allah yang kalian minta, tetapi siksaan Allah. Hendaklah kalian ketahui bahwa Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu. Apabila Allah menghendaki siksaan atas dirimu, maka akan disegerakanlah siksaan itu, di mana kamu kelak akan menyesalinya”. Kaum Nabi Nuh berkata :” Ah sudahlah, hentikan saja bualanmu dan segerakanlah siksaan itu kepada kami niscaya kami tidak akan takut apalagi sampai menyesal. Pokoknya engkau tidak usah lagi mengajak-ajak kami, mengerti?”.
Demikianlah, mereka menggunakan berbagai cara yang aniaya, menuduh dan menteror supaya dapat melemahkan hati dan mematahkan semangat Nabi Nuh as. Tuduhan-tuduhan palsu dan dusta ini merupakan senjata orang-orang durjana setiap masa dalam menghadapi seorang nabi mulia atau seorang dai yang akan mengusahakan perbaikan.
C. Nabi Nuh as Membuat Kapal.
Nabi Nuh as berada di tengah-tengah kaumnya dalam kurun waktu yang sangat panjang, menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan mengajak menyembah kepada Allah Yang Maha
41
Kuasa. Akan tetapi, dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh as tidak berhasil menyadarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya. Bahkan kaum Nabi Nuh as tidak akan ada lagi yang beriman kecuali orang-orang yang telah dahulu beriman.
Setelah perdebatan yang sengit dengan kaumnya berlalu, akhirnya Nabi Nuh as lebih mendekatkan diri kepada Allah swt dan berdo a kepada-Nya, sebagaimana terdapat dalam surat Nuh ayat 25 dan 26 berikut in i:
.Cur vi v}
\°jL4
oi
Artinya:
(25) Nuh berdo'a Wahai Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan orang- orang kafir berkelana di muka bumi ”.
(26) Sesungguhnya jika mereka Engkau biarkan tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hanba-Mu. Mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak mau berterimakasih.
Nabi Nuh as memohon kepada Allah agar seluruh orang kafir dimusnahkan dan mereka jangan dibiarkan hidup. Sebab, jika di antara mereka ada yang dibiarkan hidup, tentulah yang masih hidup itu nantinya akan berusaha menyesatkan hamba-hamba Allah yang beriman. Selain itu, mereka yang dibiarkan hidup akan melahirkan anak-anak yang kafir.16 Selain memohon kepada Allah swt agar membinasakan kaumnya, Nabi Nuh as juga memohon agar Allah
swt mengampuni kesalahannya, kedua orang tuanya dan orang-orang yang bersamanya.
Do'a Nabi Nuh as tertulis dalam Surat Nuh ayat 28 sebagai berikut:
Artinya : “ Wahai Tuhanku, ampunilan aku dan ibu bapakku, dan orang- orang yang masuk ke rumahku dengan beriman serta orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan, dan janganlah engkau berikan tambahan kepada orang yang zhalim, melainkan kebinasaan. ” (Q.S. Nuh : 28)
Thabathaba'i memberi penjelasan tentang ayat di atas, bahwa yang dimaksud dengan “orang-orang yang masuk ke rumahnya dengan beriman” adalah semua orang dari kaumnya yang beriman kepadanya, dan orang-orang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan pada umumnya sampai Hari Qiyamat.17
Permohonan Nuh as akhirnya dikabulkan oleh Allah swt dan Allah akan menghancurkan mereka dengan taufan. Kemudian Allah memerintah Nuh as untuk membuat sebuah kapal. Nabi Nuh as mengumpulkan para pengikutnya dan mereka mulai mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk membuat kapal. Nabi Nuh as membuat kapal tersebut atas perintah dan petunjuk wahyu dari Allah swt.
43
Dalam menyelesaikan pembuatan kapal, Nabi Nuh as tidak luput dari ejekan kaumnya yang kebetulan lewat atau sengaja melalui tempat pembuatan kapal tersebut. Hampir setiap orang yang lewat di tempat itu, mereka mengejek Nabi Nuh as dengan berbagai macam ejekan, seperti kata mereka :”Hai Nuh, kemarin kamu mengaku nabi, tiba-tiba kini kamu telah menjadi tukang kayu”. Mereka berkumpul menonton dan sekali-kali tertawa lantang pada saat Nuh as bersungguh-sungguh dan bekeija keras.18
Ada pula yang mengejek Nabi Nuh beserta kaumnya yang setia sebagaimana katanya :”Wahai Nuh, apa manfaatnya kapal yang saat ini tengah engkau buat itu sedangkan di sekitar sini kami tidak menjumpai lautan atau sungai? Apakah untuk menjalankan kapal itu akan engkau tarik dengan belasan ekor lembu? Atau barangkali engkau terbangkan ke udara seperti layaknya seekor burung raksasa?”.19
Para pemuka masyarakat di sekitat Nabi Nuh as menuduh Nabi Nuh as berusaha meraih keunggulan atas kaumnya, yaitu mencari keuntungan pribadi seperti status, kekuasaan dan kekayaan. Mereka mengatakan bahwa Nabi Nuh as sebagai orang kesurupan.
Ejekan kaum yang zhalim tidak hanya sampai di situ saja, bahkan pada suatu malam ketika Nabi Nuh as dan para pengikutnya tertidur disebabkan terlalu lelah bekeija di siang hari, kaum yang zhalim tersebut membuang kotoran (tinja)
18 M. Ali ash-Shabuni, op.cit., him. 180. 19 Rafi'udin, op.cit., hlm.22.
dan air kencingnya di atas kapal yang belum selesai tersebut. Tentu saja pada pagi harinya di sana sini terdapat kotoran dan air kencing manusia-manusia duijana tersebut, sehingga Nabi Nuh menganggap mereka sudah melampaui batas. Di bawah ejekan dan gangguan kaumnya yang kafir serta zhalim tersebut Nabi Nuh beserta para pengikutnya meneruskan pekerjaan tersebut.
Tidak berapa lama kemudian pekerjaan pembuatan kapal itu pun telah selesai dengan baik. Allah swt memerintah Nuh as supaya menaikkan keluarga dan orang-orang yang beriman serta berbagai jenis hewan yang berpasang- pasangan untuk melestarikan keturunannya. Setelah itu akan terjadi taufan yang akan menenggelamkam orang-orang yang menolak kebenaran dan melakukan kesalahan.
Pada saat azab Allah datang, air yang sangat deras menyembur dari dalam tanah dibarengi dengan hujan yang sangat lebat, sehingga menyebabkan banjir dahsyat. Dengan iringan “Bismillahi majreha w a mursaha”, kapal Nabi Nuh as mulai berlayar menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ribut.
Sewaktu Nabi Nuh as tengah berdiri di haluan kapal, tiba-tiba pandangannya tertuju pada salah satu orang yang timbul tenggelam di tengah dahsyatnya air yang bergolak tersebut yang tiada lain adalah seorang anaknya yang bernama Kan'aan, seorang anak yang kafir, ingkar, tidak mau mentaati perintah ayahnya. Melihat keadaan seperti itu, Nabi Nuh as berusaha menyadarkan dan menghimbau anaknya seraya berkata Wahai Kan an anakku,
45
marilah bersama-sama dengan kami dan janganlah engkau bersama-sama orang yang kafir itu.20 21
Meskipun ia putera nabi, tetapi tetap mengalami nasib yang menyedihkan karena tergolong orang-orang yang kafir. Pada saat itu timbullah rasa cinta kasih seorang ayah terhadap petera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang. Kan an yang tersesat dan telah terkena rayuan setan serta hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan ayahnya. Akhirnya seluruh manusia ditenggelamkan, termasuk Kan an, putera Nabi Nuh as yang semula berfikir bahwa dia bisa selamat dengan berlindung ke gunung terdekat. Namun ternyata dia tidak berhasil menyelamatkan diri dari azab Allah tersebut.
Banjir bandang yang dahsyat serta gelombangnya yang bergulung-gulung tersebut telah memporak porandakan serta menelan seluruh kaum Nabi Nuh as yang kafir serta zhalim. Semua pintu langit seakan tertutup kembali, curahan air hujan telah berhenti, sedangkan bumi telah pula menghisap air yang ada di permukaannya. Adapun Nabi Nuh as berlabuh di atas sebuah bukit kecil bernama “Judiy” yang hingga kini bekas-bekasnya tengah dicari oleh orang-orang ahli sejarah. Untuk selanjutnya Nabi Nuh as beserta para pengikutnya kembali ke kampung halaman untuk menghirup udara dan suasana baru yang penuh dengan
91 pertolongan serta berkah dari Allah Ta'ala.
20 Ibid., hlm.24. 21 Ibid., hlm.26.
Ketika berlabuh di bukit Judi, Allah memerintah Nuh dan orang-orang yang menaiki kapal bersamanya untuk turun dengan aman selamat dan keberkahan dari Yang Maha Perkasa Maha Pengasih. Mereka mendarat dari kapal pada hari 'Asyura (sepuluh Muharram) setelah berada di atas kapal selama seratus lima puluh hari. Maka pada hari itu Nabi Nuh as melakukan puasa untuk menyatakan rasa syukur kepada Allah serta memerintahkan kepada pengikutnya untuk berpuasa pula.
Ash-Shabuni mengutip pendapat Ibnu Katsir dalam kitabnya “al-Bidayah Wa an-Nihayah”, sebagai berikut: “Orang-orang yang bersama Nabi (Nuh) as di kapal adalah delapan puluh orang bersama keluarganya. Mereka tinggal di kapal selama seratus lima puluh hari dan bahwasannya Allah mengarahkan kapal itu ke arah Mekah. Kapal itu kemudian mengelilingi Ka'bah 40 hari, lalu diarahkan ke bukit Judi dan berlabuh di atasnya.”
Nuh wafat setelah tinggal di tengah kaumnya 950 tahun sebelum taufan, sedangkan sesudahnya hanya Allah lah Yang Maha Mengetahui. Menurut Ibnu ' Abbas masa hidup Nuh adalah 1780 tahun dan itu merupakan masa hidup manusia terpanjang. Setelah wafat Nabi Nuh dimakamkan di dekat Masjid Haram Mekah.22 23 24
22 M. Ali ash-Shabuni, op.cit., him. 183. 23 Ibid., him 184.
48
BAB IV