PENDIDIKAN DALAM KISAH NABI NUH AS
B. Kegagalan Nabi Nuh as Dalam Mendidik Kaum dan Puteranya
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan, di antaranya adalah faktor lingkungan keluarga atau orang tua dan faktor lingkungan tempat tinggalnya. Apabila salah satu dari faktor-faktor tersebut ada yang tidak terpenuhi, maka pendidikan tidak akan berhasil.
Muhaimin mengutip pendapat yang dikemukakan oleh Syari'ati bahwa ada lima faktor yang membangun personalitas anak didik, yaitu :
1. Faktor ibu yang memberi struktur dan dimensi kerohanian yang penuh dengan kasih sayang dan kelembutan.
2. Faktor bapak yang memberikan dimensi kekuatan dan harga diri. 3. Faktor sekolah yang membantu terbentuknya sifat lahiriyah. 4. Faktor masyarakat dan lingkungan.
5. Faktor kebudayaan umum masyarakat yang memberi corak kehidupan manusia.6
Manusia, termasuk kaum Nabi Nuh as, selalu menginginkan sesuatu yang nyata dan benar. Sementara Tuhan yang diperkenalkan oleh Nabi Nuh as kepada kaumnya bersifat ghaib sehingga tidak dapat dilihat oleh mata mereka. Sehingga mereka menolak dan tidak mau mengakui kebenaran yang dibawa oleh Nabi Nuh as. Mereka lebih percaya kepada berhala-berhala yang nampak di hadapan mereka.
Manusia kadang-kadang tidak dapat merasakan manisnya kebenaran disebabkan nafsu (keinginan) yang meluap-luap. Meskipun dia mengetahui hal yang benar, tetapi dia tidak mau mengikutinya. Dia selalu menentangnya karena dalam dirinya terdapat nafsu yang senantiasa membawa manusia kepada kejahatan. Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman Allah swt Surat Yusuf Ayat 53 sebagai berikut:
/ / / x
Artinya ; Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang”.(Q.S. Yusuf :53)7
6 Muhaimin & Abdul Mujib, op.cit., him. 30.
1
55
Nabi Nuh as memiliki kesabaran yang tinggi dalam melaksanakan pendidikan kepada kaumnya. Dia tidak merasa lengah meskipun berada di tengah- tengah kaumnya dalam waktu yang sangat panjang, menyampaikan risalah Tuhan. Berbagai cara ditempuhnya, namun Nabi Nuh as tidak berhasil untuk membuat kaumnya menjadi lebih baik, bahkan puteranya, sampai mati tetap dalam keadaan tidak beriman.
Meskipun Kan'an putera seorang nabi, tetapi ia tetap kafir dan tidak mau mengikuti ajakan ayahnya. Ia lebih cenderung mengikuti para penguasa kaum Nuh as yang menentang ajaran Nuh as. Dari situ dapat diketahui bahwa faktor lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh yang lebih besar bagi pendidikan anak dari pada faktor lingkungan keluarga.
Kan'an telah menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keimanan di hadapan ayahnya. Dengan demikian dia telah munafik karena antara perbuatan dan keyakinan yang ada dalam hatinya bertentangan. Padahal, yang diharapkan dalam pendidikan bukanlah seperti itu. Pendidikan yang diharapkan adalah untuk sepanjang masa, tidak hanya ketika berada di hadapan Nabi Nuh as saja.
Allah swt memberi tahu kepada Nabi Nuh as tentang ilmu ghaib yang khusus dimiliki-Nya. Allah swt ingin berkata kepada nabi-Nya dan memberi tahu keadaan sebenarnya bahwa anaknya bukan termasuk keluarganya karena ia tidak beriman kepada Allah swt. Di sana terdapat pelajaran bahwa hubungan darah bukanlah hubungan hakiki di antara manusia. Anak seorang nabi adalah anak yang meyakini akidah, dan bukan anak yang menentangnya
Nabi Nuh as adalah seorang yang mengembalikan segala sesuatu kepada Allah swt. Dia bertawakkal kepada Allah swt setelah upaya maksimal dilakukannya. Manusia hanya berusaha sekuat kemampuan sedangkan keberhasilan atau kegagalan kembali kepada Allah swt.
Setelah mengetahui hal tersebut maka Nabi Nuh as berdo'a kepada Allah swt. Do'a adalah permohonan pribadi seorang hamba kepada Tuhannya. Bentuk permohonan ini memberi sang hamba kesempatan mencurahkan isi hatinya, mengungkapkan kerinduan, ketakutan dan kebutuhan akan Tuhannya.8
Nabi Nuh as dalam do anya menegaskan bahwa anak-anak orang kafir itu akan menjadi kafir dan durhaka pula. Dari do'a yang diucapkan oleh Nabi Nuh as dapat diketahui bahwa pengaruh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sangat besar. Sehingga, jika orang tua yang kafir dibiarkan hidup dan mendidik anak- anaknya, tentulah sang anak tidak jauh berbeda dari orang tua yang mendidiknya.
Dengan demikian, ucapan Nabi Nuh as dalam do'anya merupakan salah satu isyarat tentang besarnya pengaruh orang tua dalam mendidik dan membentuk kepribadian anak. Hal ini sejalan pula dengan hadits yang menyatakan bahwa “Setiap anak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam fitrah (kesucian), maka orangtuanyalah yang akan menjadikan ia sebagai seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi”.
57
Jelaslah bahwa kegagalan Nuh as dalam mendidik puteranya disebabkan karena pengaruh lingkungan masyarakat dan kebudayaan kaumnya yang sudah mendarah daging. Mereka telah menjauh dari kebenaran dan menyembah kepada selain Allah yang pengaruh buruknya telah mengotori akal mereka.
Nabi tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam merubah nasib suatu kaum karena dia hanya menyampaikan risalah. Keimanan seseorang tidak akan dapat berubah kecuali mereka sendiri yang mau merubahnya. Begitu juga dengan nasib mereka.
Allah swt telah berfirman dalam Surat Ar-Ra'du ayat 11 berikut in i: ° *.*{ %* f **<* * * ° - i ' C -* i * i
g .*«<?ib L» f ja j L* j J u y j j
Artinya : ”Sesungguhnya „Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Ar-Ra'du: l l ) 9
Syari'ati menjelaskan bahwa nabi merupakan tokoh terbesar dalam Islam. Misinya hanyalah menyampaikan risalah Tuhan. Dia adalah pembawa kabar gembira dan menunjukkan jalan yang benar kepada kaumnya. Ia tidak bertanggung jawab atas kemajuan kaumnya. Nabi, dalam Al-Qur'an. tidak dipandang sebagai faktor utama dalam transformasi dan perubahan sejarah.10
9 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., him. 370
Jadi, walaupun dia seorang nabi, dia tetap tidak dapat mengubah nasib kaum dan puteranya untuk menjadi baik jika mereka tidak mau mengubahnya sendiri. Besarnya gelombang air laut tidak dapat mengalahkan ketetapan hati mereka. Hati mereka telah tertutup untuk menerima petunjuk, meskipun telah jelas bahwa adzab Allah telah berada di hadapan mereka dan telah jelas pula bahwa jika mereka naik ke kapal pastilah mereka selamat.
BABY
KESIMPULAN DAN PENUTUP