• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bercerita / Circle time

Dalam dokumen Merayakan Literasi Menata Masa Depan (Halaman 42-49)

Fajar Rosyidah

4. Bercerita / Circle time

Hari Kamis adalah hari yang menyenangkan bagi anak-anak. Mereka dapat membawa benda kesukaannya atau apapun yang mereka punya ke dalam kelas. Mereka membawa mainan, boneka, buku kesukaan dan sebagainya. Di depan teman-temannya, anak mendeskripsikan benda yang mereka bawa dalam kelompok kecil yang terdiri dari

empat hingga lima anak. Circle time memberi kesempatan anak untuk mengembangkan kemampuan berbicara dengan cara mendeskripsikan benda tertentu dengan kosakata yang mereka punya. Kami ikut membaur bersama siswa dalam kelompok-kelompok kecil, mendengarkan deskripsi mereka sambil dan berdidkusi. Selain meningkatkan kemampuan berbahasa, siswa dapat belajar dari teman-temannya tentang banyak hal dan meningkatkan wawasan mereka. Di kelas tinggi, kemampuan berbicara siswa tidak lagi dilatih dengan kegiatan

circle time. Misalnya, anak-anak kelas enam dibiasakan untuk menyampaikan hal-hal baik dengan memberikan tausiah singkat di depan kelas. Mereka mendapat jadwal untuk menyampaikan tausiahnya. Tema yang disampaikan disesuaikan dengan tingkatan umur mereka. Mereka dapat membuat materi tausiah dari mata pelajaran agama maupun mata pelajaran umum yang didapatnya di kelas atau dari apa yang sudah mereka baca. Setelah menyampaikan tausiah, anak-anak juga memajang teks yang dibuatnya di kelas untuk dapat dibaca sewaktu-waktu.

Ragam kegiatan literasi diatas mendorong siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka. Selain itu, proses ini dibutuhkan untuk meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran di dalam

Selain program literasi siswa di dalam kelas yang sudah terjadwal, sekolah memfasilitasi warganya untuk mendapat- kan bahan bacaan dengan mudah. Tentunya perpustakaan sekolah yang menjadi pusat kegiatan kegiatan membaca di SD Muhammadiyah 1 Sidoarjomasih belum cukup untuk menampung siswa yang berjumlah 1321 – dengan minat membaca mereka yang luar biasa--dalam waktu yang bersamaan. Tim literasi tidak mau mati gaya menghadapi tantangan ini. Tim literasi yang dibentuk sekolah ini berusaha membuat sudut baca di luar ruang kelasuntuk mewadahiminat baca siswa yang tak terbendung. Dengan tenaga dan kemauan keras, tim dan Ikatan Wali Murid SD Muahammadiyah 1 Sidoarjo mengumpulkan bahan-bahan bekas seperti jirigen bekas, botol dan gelas plastik serta paralon yang dapat didaur ulang menjadi rak buku yang menarik. Bersama guru, mereka menyajikan buku-buku, majalah dan tabloid di lorong kelas, depan aula dan kantin. Lorong-lorong kelas dengan sudut baca ini menjadi tempat favorit siswa bermain dan melakukan banyak aktivitas termasuk membaca pada jam istirahat.

Tim literasi sekolah bahu- membahu memanfaatkan

barang bekas untuk membuat rak Para guru bahu membahu

membuat rak buku dari bahan daur ulang

Rak buku di gazebo depan kelas satu dan dua dimanfaatkan untuk ruang baca keika anak-anak menunggu dijemput orang tua.

Hanging library Untuk memajang buku di lorong sekolah: membaca buku tdak

harus di dalam kelas atau perpustakaan sekolah.

Hanging library juga dihadirkan di depan kanin sekolah. Ruang ini menjadi

tempat strategis untuk memoivasi siapapun, termasuk orangtua siswa,untuk senang membaca.

Budaya baca melingkupi seluruh warga SD Muhamma- diyah 1 Sidoarjo dengan terbukanya kesempatan untuk membaca. Di sekolah ini, guru dan siswa dapat mengakses bacaan di manapun dengan mudah. Gerakan literasi ini mulai membuahkan hasil. Misalnya, guru-guru mulai menulis artikel yang kemudian dimuat di majalah sekolah Muhida danbeberapa media cetakseperti majalah pendidikan di Kabupaten Sidoarjo. kami juga membuat big book cerita anak untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran di kelas.

“Meong… Meong,” “KelasSatu,” “Pagi-Pagi,” “Karang Gigi Fafa,” “Di DalamHutan” dan “Di Dalam Laut”adalahbeberapa Big Book karya guru

sebagai imbas posiif dari program literasi sekolah.

Tidak kalah dengan guru-gurunya, siswa juga menulis buku secara kolaboratif. Mereka memilih tulisan terbaik mereka untuk dibukukan pada akhir tahun ajaran. Buku hasil karya anak-anak kami dapat dimiliki oleh mereka sendiri dan juga dipajang baik di perpustakaan sekolah dan kelas.

Bukuceritahasilkaryaanakkelas 2

Bukuceritahasilkaryaanakkelas 3

Bukuceritahasilkaryaanakkelas 4

Bukuceritahasilkaryaanakkelas 5

Gerakan Literasi Sekolah tentunya tak henti di sini. Upaya menebar virus baca dan tulis tetap diberikan tempat

dan waktu dengan leluasa. Radio Muhida, radio Sekolah SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo, juga memberikan ruang bagi guru-guru dan anak-anak untuk berkreasi. Salah satu kegiatan di radio Muhida adalah guru mendongeng. Kesempatan ini tidak disia-siakan para guru. Kami merekam dongeng atau membaca cerita dari sebuah buku atau cerita buatan sendiri. Hasil rekaman ini lalu dikirim ke operator radio untuk dapat diperdengarkan pada anakdan orang tua pada waktu-waktu tertentu.Tahun ini,sekolah juga membuat program pekan literasi. Program ini dimanfaatkan oleh seluruh warga sekolah untuk menampilkan dan produk-produk literasi, sepertipameran karya siswa dan guru yang berupa buku, cerita, gambar, komik, juga pementasan drama, film pendek dan dongeng.Semua upaya ini bertujuan untuk menciptakan generasi literat di SD Muhammadiyah 1 Pucang Sidoarjo.

Salam Iqra’! Salam literasi! Sidoarjo, 1 Oktober 2017

TAK ada yang akan mengelak bahwa membaca itu sangat penting dalam kehidupan. Banyak bangsa tumbuh besar karena membaca. Sayangnya, kebiasaan ini belum membudaya di kalangan masyarakat Indonesia. Karenanya tak heran apabila dalam survei “World’s Most Literate Nation” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia menduduki peringkat ke- 60 dari 61 negara dalam hal perilaku literat, yang salah satu kriterianya adalah minat dan akses menggunakan informasi.

Salah satu tempat untuk membudayakan membaca sebagai kebiasaan adalah sekolah. Sebagai wahana untuk menuntut ilmu, tentu salah satu sumber yang dirujuk adalah bahan bacaan. Sungguh aneh apabila pembelajaran di sekolah tidak dapat menggerakkan seseorang untuk cinta membaca. Memang, berbicara tentang literasi, perilaku literat tidak

Membangun Budaya Baca

Dalam dokumen Merayakan Literasi Menata Masa Depan (Halaman 42-49)