• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wiwik Indriyani, S.Pd.M.S

Dalam dokumen Merayakan Literasi Menata Masa Depan (Halaman 59-67)

Sekolah kami, SMKN 5 Yogyakarta, terutama, dituntut untuk mampu menghasilkan tamatan yang memiliki karakter yang unggul, kompeten di bidangnya serta memiliki kemampuan literasi yang baik. Bagi lembaga pendidikan yang bergerak di bidang seni dan industri kreatif, lulusan SMKN 5 Yogyakarta tentunya diharapkan untuk memiliki wawasan yang kaya yang diperoleh dari literatur bacaan.

Faktanya, minat baca kondisi di SMKN 5 Yogyakarta masih memprihatinkan. Pada awal tahun pelajaran 2016, grafik pengunjung perpustakaan setiap hari hanya sekitar 5 siswa sampai dengan 30 siswa per hari dari jumlah total 1280 siswa, atau hanya sekitar 2,3 % sehari. Angka ini masih sangat jauh dari harapan. Hal ini lalumendorong kami untuk membudayakan minat baca siswa sebagai penunjang program pendidikan karakter serta pengembangan kompetensi siswa SMK melalui program pembiasaan afeksi dan gerakan literasi di sekolah.

Literasi Terintegrasi

Mulaitahun 2017 ini, SMKN 5 Yogyakarta mulai menerapkan program literasi yang terintegrasi dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah. Tahapan yang dilakukan adalah persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan.

Tahap persiapan:

 Membentuk tim literasi yag terdiri dari siswa, guru, komite, ornangtua, praktisi, staf dinas pendidikan, alumni, dan membentuk tim jurnalistik muda

Prabangkara yang terdiri dari siswa.

 Menyusun program kerja unggulan literasi.

 Menyusun kebijakan literasi untuk dituangkan pada kurikulum sekolah.

 Sosialisasi program literasi ke seluruh warga sekolah dan deklarasi bersama.

Tahap pelaksanaan merupakan implementasi program- program unggulan literasi. Tahap pemantauan dilakukan secara paralel untuk mengkaji efektivitas program-program yang sedang berjalan.

Program Unggulan Literasi

 Membaca kitab suci sebagai bacaan wajib bagi seluruh warga sekolah;

 Majalah dinding siswa;

 Membuat slogan satir;

 Membuat pojok baca di beberapa tempat di sekolah dan halte Trans Yogya;

 Disinsentif bagi siswa yang terambat: meringkas satu buku pengayaan;

 Membuat resume satu buku tiap bulan.

Demikianlah, awal tahun ajaran 2017 kami mulai dengan pembiasaan pagi untuk pembentukan karakter. Selama 15 menit mulai jam 07.00 pagi, siswa dan guru menyanyikan lagu kebangsaan, dilanjutkan membaca kitab suci bagi seluruh siswa. Setelah itu, semua siswa mengumpulkan telepon genggam mereka di ruang akademik karena selama pembelajaran berlangsung, mereka tidak diizinkan untuk

menggunakan gawai elektronik tersebut. Hal ini juga bertujuan agar siswa tidak teralihkan konsentrasinya kepada gawai saat membaca buku.

Selama satu jam pada minggu ke-4 setiap bulan, kami menyelenggarakan jam literasi. Pada jam ini, siswa membaca buku fiksi dan membuat resume dari buku tersebut. Resume ini kemudian dipajang pada majalah dinding. Resume yang dipajang bergiliran sehingga seluruh karya siswa mendapatkan kesempatan yang berimbang. Sekolah juga menyediakan pojok baca yang berisi buku dan materi bacaan lain. Penghargaan terhadap prestasi peserta didik (akademik dan nonakademik) yang diberikan secara rutin (setiap bulan atau semester) bertepatan dengan upacara Hari Senin dan pada bulan Oktober bertepatan dengan peringatan bulan bahasa. Siswa yang aktif membaca dan menulis diberi bintang perpustakaan dan penghargaan pejuang literasi.

Salah satu program unik kami adalah penggunaan slogan satir yang kekinian sehingga komunikatif untuk siswa, mampu membangkitkan semangat dan motivasi generasi milenial ini. Slogan seperti “Hari gini nggak baca buku? Cupu, deh!”atau “Mau pintar? Baca buku, dong!”dipasang di beberapa sudut sekolah bersama slogan-slogan yang lain. Keberadaan slogan-slogan ini cukup menyolok dan menarik perhatian siswa.

Kami merasakan dampak positif dari program unggulan literasi ini. Yang paling menonjol adalah siswa mulai terlihat membaca bersama-sama di lingkungan sekolah. Begitu pula,

guru mulai memanfaatkan sekolah sebagai tempat atau sumber belajar. Pojok-pojok baca mulai menjadi sumber belajar yang menyenangkan bagi siswa.

HariGiniNggak Baca Buku …? CupuDech…!

Dampak lain adalah mulai teralihkannya perhatian siswa dari gawai elektronik ke buku. Hal ini kami tanggapi secara positif karena ini dapat berdampak baik pada tumbuhnya kreativitas dan kemampuan berinovasi lulusan sekolah kami. Banyak penelitian menyebutkan bahwa kreativitas dan imaginasi seseorang akan berkembang melalui membaca buku, karena dendrit dalam otak akan bertambah seiring banyaknya asupan informasi yang masuk ke otak melalui budaya baca buku.

Tentu ini tak berarti bahwa kami tak menghadapi kendala. Kendala utama yang kami hadapi adalah merubah perspektif dan kebiasaan guru dan siswa yang terbiasa berfokus kepada gawai menjadi gemar membaca buku (dari facebook menjadi

face a book). Hal ini kami hadapi dengan membangun komitmen manajemen yang kuat, terbuka, dan inovatif. Strategi yang kami lakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan “Tri Kom” yaitu Komunikasi, Koordinasi dan Kolaborasi. Komunikasi dan Koordinasi dilakukan dengan beberapa cara melalui briefing rutin di minggu ke empat, perwalian dengan siswa di minggu ke dua, mencanangkan Hari Kridha di setiap tanggal 15 yang diisi dengan aneka macam program menyenangkan bersama misalnya senam bersama, membaca buku bersama, lomba-lomba literasi dan kebersihan lingkungan, serta pameran karya siswa. Kolaborasi adalah sebuah strategi bagaimana menjalin kerjasama yang baik dengan seluruh warga, alumni, komite, dinas terkait serta dunia usaha dan industri dalam berbagai kegiatan sekolah

Program literasi memang baru berjalan selama setahun di SMKN 5 Yogyakarta. Salah satu tujuan jangka pendek kami adalah mempersiapkan program akreditasi perpustakaan yang akan dilaksanakan pada Bulan Maret 2018. Namun tentunya, harapan kami merentang jauh dari target itu. Budaya literasi semoga mampu meningkatkan kualitas dan kreativitas lulusan sehingga melejitkan daya saing mereka di era global. Semoga upaya sederhana ini menjadi kontribusi penting bagi dunia pendidikan.

BAB II

Dalam dokumen Merayakan Literasi Menata Masa Depan (Halaman 59-67)