BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai-Nilai karakter Anak Usia Dini
6. Bercerita
16
Metode demonstrasi adalah metode yang dilakukan dengan cara menunjukkan cara atau memperagakan suatu cara atau suatu keterampilan.
6. Metode Sosiodrama atau Bermain Peran
Metode sosiodrama adalah cara memberikan pengalam kepada anak melalui bermain peran.
7. Metode Eksprimen
Metode eksprimen adalah cara memberikan pengalaman kepada anak dimana anak memberikan perlakukan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya.
8. Metode Proyek
Metode proyek adalah cara memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan alam sekitar dan kegiatan sehari-hari sebagai bahan pembahasan melalui berbagai kegiatan.
9. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang disiapkan oleh guru.
Dari beberapa penjelasan diatas tentang metode Maka dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang digunakan seseorang dalam melakukan atau menyampaikan sesuatu dengan tujuan tertentu sehingga dapat tercapainya suatu pembelajaran yang diiginkan.
17
menyenangkan, dengan bercerita diharapkan dapat memberikan informasi atau pemgetahuan baru bagi pendengar (Yusra, 2019: 147-148).
Bercerita adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia. Bahkan dalam Al-kitab pun ditemukan cerita tentang kehidupan manusia. Allah mengajar manusia untuk hidup benar sesuai kehendak Allah, dengan cara mengetahui, merenung, menghayati dan melakukan pesan moral dan spritual yang terdapat dalam Al-kitab (Ronda, 2015: 137).
Metode bercerita adalah penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dal bentuk cerita dari guru kepada anak didik.
Mrtpde bercerita merupaka salah satu pemberian pengalam belajar bagi anak Tempat Penitipan Anak, Taman Kanak-kanak atau Raudatul Afhfal, Bustanul Athfal, Kelompok Bermain dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang digunakan harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak. Usahakan ketika bercerita guru harus mampu menguasai kelas (Ridwan Dkk, 2021:31).
Metode bercerita adalah suatu cara mengajar dengan bercerita atau menyampaikan suatu kisah atau peristiwa yang sangat penting bagi peserta didik untuk dipetik hikmahnya atau peserta didikan dari cerita tersebut. Pada hakikatnya metode bercerita sama dengan metode berceramah, karena informasi disampaikan melalui peraturan atau penjelasan lisan dari seseorang kepada orang lain (Lufri, Dkk, 2020: 61).
Metode cerita adalah metode berkomunikasi universal yang sangat mempengaruhi jiwa manusia, suatu proses kreatif bagi guru untuk menyampaikan pesan moral yang dapat ditiru dan ditinggalkan. Contoh cerita yang dapat dijadikan untuk menyampaikan pesan moral, minsalnya cerita tentang “ persahabatan kera dan kodok” cerita ini mengandung pesan moral tentang kepedulian, persahabatan, kasih sayang, keadilan dan kejujuran. Dari sebuah cerita dapat mengambil pelajaran yang sangat beharga baik yang boleh ditiru maupun yang tidak boleh ditiru. Banyak
18
cerita yang dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan pendidikan karakter.
Cerita atau dongeng adalah guru yang bijak, yang dapat menjadi jembatan komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pengajaran kepada anak-anak (Garnika, 2020: 9-10).
(Widayati, Harits, 2020:11) Cerita anak memiliki bentuk dan jenis yang beragam menyesesuaikan dengan perkembangan zaman. Jika melihat dari sisi perkembangan maka jenis cerita anak dapat dikatagorikan menjadi 2 jenis , diantaranya sebagai berikut:
1. Sastra anak tradisional, yang termaksud jenis katagori ini adalah bentuk-bentuk cerita seperti mitos, legenda,epic, dongeng, dan fable.
2. Sastra anak modern. Jenis ini mengacu pada cerita-cerita anak yang berkembang saat ini, minsalnya fantasi, science fiction/fiksi sains, buku bergambar, dan buku wordless.
Dalam program pembelajaran pada Taman Kanak-Kanak, cerita dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:
1. Cerita untuk kegiatan inti.
2. Cerita untuk kegiatan pembuka.
3. Cerita untuk kegiatan penutup.
Adapun tujuan cerita adalah 1. Mengkomunikasi nilai budaya.
2. Mengkomunikasikan nilai sosial.
3. Mengkomunikasikan nilai keagamaan.
4. Menanamkan etos kerja, etos waktu dan etos alam.
5. Membantu mengembangkan fantasi anak.
6. Membantu mengembangkan dimensi kognitif anak.
7. Mengembangkan dimensi bahasa anak.
Kelebihan Metode Bercerita
1. Guru dapat menguasai kelas bila penyampaian cerita menarik.
2. Guru dapat meningkatkan konsentrasi peserta didik dalam waktu relatif lama.
3. Dapat mengembangkan daya imajinasi dan emosi peserta didik.
19
4. Guru dapat menyempaikan pesan pendidikan atau moral bagipeserta didik.
5. Dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah yang banyak bila suara guru cukup memadai.
6. Metode ini baik untuk intermezo atau sebagai variasi dalam pembelajaran.
Kekurangan Metode Bercerita
1. Sering peserta didik terbuai dengan jalannya cerita sehingga tidak dapat menngambil intisarinya apalagi tidak disimpulkan diakhir cerita.
2. Hanya guru yang pandai bermain kata-kata atau kalimat.
3. Menyebabkan peserta didik pasif, karena guru yang aktif. Peseta didik cenderung hapal isi cerita dari pada sari cerita atau pesan yang terkandung dalam cerita.
Sari (2019: 6) Sebelum bercerita, pendidik hars memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikan, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-anak usia dini. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya. Berikut ini jabaran ketentuan memilih cerita.
1. Pemilihan tema
Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastic, aneh dan hal yang membuat imajinasi “menari-nari”. Bagi anak-anak hal yang menarik berbeda pada setiap tingkat usia, minsalnya:
a. Anak sampai usia 4 tahun menyukai dongeng fabel dan horor, seperti Belalang Ingin Pulang, Katak yang Berhati Tulus, Si Kecil Mungil, Ulat Bulu dan Lebah Madu, Rakasasa yang Suka Marah, dan sebagainya.
b. Anak usia 4-8 tahun menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan atau hero da kisah tentang kecerdikan, seperti: Jembatan Waktu, Alina Si Pemberani, Dino Gendut Sahabatku, Gua Kecil di Tengah Hutan, dan sebagainya.
20
c. Anak usia 8-12 tahun menyukai dongeng pertualangan fantastic rasional(sage), seperti: Bob si Jago Skate Boart, Nona dan Noni, Bola Kulit Milik Adi, dan sebagaintya.
2. Waktu penyajian
a. Sampai usia 4 tahun cerita hingga 7 menit.
b. Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10-15 menit.
c. Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit.
3. Suasana/ tempat (situasi dan kondisi)
Suasana disesuaikan dengan cara atau peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasioanl, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lainnya akan berbeda materi dan jenis ceritanya.
Bercerita juga dapat menanamkan nilai karakter baik pada diri anak, tergantung pada cerita yang dipilih. Cerita kelinci yang sombong dan kura-kura yang suka menolong cocok disuguhkan pada anak usia dini. Sebab pikiran anak akan terbuka, bagaimana kura-kura yang jalnnya lambat itu berlomba lari dengan kelinci yang jalnnya melompat-lompat dengan cepat (khadijah dkk, 2021:29).
Jadi dapat disimpulkan bercerita adalah cara penyampaian guru yang berbeda dengan tujuan tertentu. Karna bercerita menurut anak usia dini sangat menarik apalagi jikalau penyampaiannya menggunakan alat peraga atau buku bergambar. Disini peneliti akan menggunakan cerita berbasis tematik anak-anak yang akan dijelaskan dalam kehidupan nyata anak dan anak dapat mengaplikasikannya secara langsung.
B. Studi Relevan
Berikut ini dijelaskan penelitian yang relevan atau yang sama dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Oleh sebab itu ada 2 studi yang dikemukakan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Skripsi oleh Triyanti (2020): Upaya Meningkatkan Moral dan Agama Melalui Metode Bercerita Ditaman Kanak-Kanak Para Bintang
21
Kecamatan Alam Berajo Kota Jambi, berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan bahwa penerapan metode bercerita dapat meningkatkan nilai moral dan agama pada anak TK di Taman Kanak-kanak Para Bintang Kecamatan Alam Berajo Kota Jambi.
2. Skripsi oleh Delfi Eliza (2017): Pengembangan Model Pembelajaran Karakter Berbasis Cerita Tradisional Minangkabau untuk Anak Usia Dini. Penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran yang berbasis cerita tradisional mingangkabau sebagai kearifan lokal untuk pengembangan karakter anak usia 5-6 tahun.
3. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini oleh Sandy Rahmadhani Dkk, (2019):
Penanaman Nilai-Nilai Karakter Melalui Kegiatan Storytelling Dengan Menggunakan Cerita Rakyat Sesak Pada Anak Usia Dini. Kegiatan tanam moral melalui kegiatan story telling dilakukan menggunakan cerita rakyat sesak untuk menanamkan nilai-nilai karakter anak di TK Ummi Adniyah NW Sekarteja dari proses penerapan metode mendongeng dalam menanamkan nilai-nilai karakter, bercerita memberikan pengalaman untuk anak-anak dalam proses pembelajaran. Kegiatan mendongeng mendukung pemahaman anak-anak dan sangat penting dalam perkembangan bahasa anak-anak.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mana sebelum melakukan penelitian peneliti melalukan observasi terlebih dahulu dan kemudian mengambil dokumentasi yang ada disekolah tersebut. Pada pertemuan pertama terdapat 9 anak yang nilai karakternya masih rendah.
Perkembangan karakter anak akan berkembangan apabila seorang memberikan stimulus yang mampu di terima anak. Anak lebih menyukai hal yang untuk dan menarik, maka peneliti menggunakan metode bercerita dalam menggembangkan nilai-nilai karakter yang terdapat dalam diri anak.
Kegiatan Bercerita disini mampu mengembangkan beberapa nilai-nilai karakter anak diantaranya adalah cinta kepada tuhan dan segenapnya,
22
kemandirian dan tanggung jawab, kejujuran, hormat dan santun, dermawan, suka menolong, percaya diri, adil dan rendah hati.
Maka dengan ini dapat dilihat dalam kerangka berfikir yang dipaparkan di bawah ini:
Gambar 2.1 kerangka berfikir tindakan kelas
Kondisi awal Nilai-nilai karakter anak belum berkembang
Diberikan tindakan dengan menggunakan metode bercerita
Kondisi akhir Nilai-nilai karakter anak berkembang