• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera setelah anak membaik. Pada daerah yang sedang mengalami kolera, berikan pengobatan antibiotik yang efektif terhadap kolera (WHO,2009).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta b. Diare dengan Dehidrasi Sedang/ Ringan

Pada umumnya, anak-anak dengan dehidrasi ringan/ sedang harus diberi larutan oralit, dalam waktu 3 jam pertama di klinik saat anak berada dalam pemantauan dan ibunya diajari cara menyiapkan dan memberikan larutan oralit (WHO,2009).

c. Diare Tanpa Dehidrasi

Anak yang menderita diare tetapi tidak mengalami dehidrasi harus mendapatkan cairan tambahan di rumah guna mencegah terjadinya dehidrasi. Anak harus terus mendapatkan diet yang sesuai dengan umur mereka,termasuk meneruskan pemberian ASI (WHO,2009).

2.1.3 Epidemiologi Diare

Diare masih merupakan salah satu diantara penyebab-penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas anak-anak di negara-negara yang sedang berkembang, dengan perkiraan sekitar 3-5 miliar kasus setiap tahun di dunia. Sekitar 5-18 juta kematian setiap tahunnya disebakan karena diare. Kematian ini dapat disebabkan karena dehidrasi akut. Khususnya bayi dan anak-anak adalah rawan karena kebutuhan akan cairan dan pergantian untuk ukurannya adalah relatif lebih besar, daya tahannya yang kurang dan kerentanannya terhadap agen fekal-oral .

Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian dapat diperkirakan ada lebih dari 60 juta kejadian diare setiap tahunnya. Sebagian besar dari penderita-penderita ini (60-80%) adalah anak-anak dibawah usia 5 tahun sehingga dengan demikian terdapat kurang lebih 40 juta kejadian diare pada usia ini setiap tahunnya.

Sampai dengan tahun 1985 penyakit diare masih menempati urutan pertama kematian di Indonesia terutama bagi golongan anak bayi dan balita dan mencapai sekitar 350.000 anak pertahun.

Setelah tahun 1992 diare tidak lagi menempati urutan pertama penyebab kematian bayi di Indonesia. Penyakit penyebab kematian didominasi saat ini oleh

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penyakit saluran pernapasan dan gangguan perinatal. Hal ini mungkin disebabkan karena perbaikan kesehatan lingkungan dan perorangan dan mungkin pula karena meningkatnya penggunaan oralit dalam penanganan diare oleh masyarakat (Soegijanto,2009).

2.1.4 Etiologi Diare

Etiologi diare akut pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi sekarang lebih dari 80% penyebabnya telah diketahui. Terdapat 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare. Penyebab utama oleh virus adalah rotravirus(40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus, dan virus bulat kecil (Depkes RI, 2005).

Bakteri penyebab diare dapat dibagi dalam dua golongan besar, ialah bakteri non invasif dan bakteri invasif. Termasuk dalam golongan bakteri noninvasif adalah: Vibrio cholerae, E coli, sedangkan golongan bakteri invasif adalah Salmonella sp (Vila J et al, .2000).

2.1.5 Patofisiologi Diare

Diare adalah suatu kejadian ketidakseimbangan dalam penyerapan dan sekresi air dan elektrolit. Diare dapat berhubungan dengan penyakit tertentu dari saluran pencernaan atau dengan penyakit diluar saluran pencernaan Empat mekanisme patofisiologis umum yang mengganggu keseimbangan air dan elektrolit, menyebabkan diare :

(1) Perubahan dalam transportasi ion aktif dengan menurunkan penyerapan natrium atau peningkatan sekresi klorida. Transport aktif akibat rangsangan bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi sehingga menyebabkan peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, mengubah kapasitas intestinal dan mengganggu cairan dan elketrolit (Wells,et al., 2006).

(2) Perubahan motilitas usus.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (4) Peningkatan tekanan hidrostatik dalam jaringan. Mekanisme ini telah berhubungan dengan empat kelompok besar diare klinis : sekretori, osmotik, eksudatif, dan perubahan transit usus.

Diare sekretorik terjadi ketika zat yang merangsang (misalnya vasoaktif peptida usus [VIP], obat pencahar, atau racun bakteri) meningkatkan sekresi atau menurukan penyerapan sejumlah besar air dan elektrolit. Zat yang penyerapannya buruk akan menahan cairan usus, mengakibatkan diare osmotik. Penyakit inflamasi pada saluran pencernaan dapat menyebabkan diare eksudatif oleh debit lendir, protein, atau darah yang masuk ke dalam saluran cerna. Motilitas usus dapat diubah dengan mengurangi waktu kontak di usus, pengosongan dini pada usus besar, dan oleh pertumbuhan bakteri yang berlebih (Dipiro.JT,2009).

2.1.6 Penyebab Diare 1. Diare akibat virus

Diare ini disebabkan oleh virus yang melekat pada sel-sel mukosa usus yang rusak sehingga kapasitas reabsorbsi menurun. Diare akan berlangsung selama beberapa hari, yaitu berkisar 3-6 hari, hingga virus benar-benar hilang. Contohnya antara lain: rotravirus, adenovirus, norwalk (Atmaja.W., 2011).

2. Diare akibat bakteri

Diare ini disebabkan oleh kurangnya higienisitas makanan. Bakteri masuk ke dalam mukosa dan memperbanyak diri serta membentuk toksin-toksin yang dapat direabsorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala dan kejang, serta feses berdarah dan berlendir. Contohnya antara lain: Salmonella, Shigella, dan E. Coli (Atmaja.W., 2011).

3. Diare akibat parasit

Diare akibat parasit ditandai dengan eksresi tinja yang terus-menerus dan bertahan lebih dari satu minggu. Gejala lainnya dapat berupa nyeri perut, demam, anoreksia, nausea, muntah-muntah dan rasa letih (malaise).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Contohnya antara lain: protozoa Entamoeba histolytica, Giardia Llambia, Cryptosporidium (Atmaja.W., 2011).

4. Diare akibat enterotoksin

Diare ini disebabkan oleh kuman-kuman yang membentuk enterotoksin. Toksin melekat pada sel mukosa dan merusaknya. Diare ini akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam waktu lima hari setelah sel-sel mukosa yang baru. Contohnya antara lain: enterotoksin dari E. Coli dan Vibrio cholera, enterotoksin dari Shigella, Salmonella, dan Entamoeba histolytica (Atmaja.W., 2011).

2.1.7 Gejala Diare Tabel 2.2 Gejala Diare

Klasifikasi Tanda-tanda atau Gejala

Dehidrasi Berat  Letargis/tidak sadar

 Mata cekung

 Tidak bisa minum atau malas minum

 Cubitan kulit perut kembali

sangat lambat (≥ 2 detik).

Dehidrasi Ringan/Sedang  Rewel,gelisah  Mata cekung

 Minum dengan lahap,haus  Cubitan kulit kembali lambat

Tanpa Dehidrasi  Sadar, gelisah

 Mata normal

 Minum biasa, tidak merasa haus  Turgor kulit kembali dengan

cepat

Diare karena infeksi  Muntah-muntah

 Demam

 Nyeri perut atau kejang perut Sumber : WHO, 2009; Zulkifli, 2015.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.1.8 Pemeriksaan Diare

1. Anamnesis

Anamnesis yang lengkap sangat penting. Dari anamnesis, dokter dapat menduga apakah gejala timbul dari kelainan organik atau fungsional, membedakan malabsorpsi kolon atau bentuk diare inflamasi, dan menduga penyebab spesifik (Atmaja.W., 2011).

Dokumen terkait