• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kedaulatan Negara di Wilayah Laut Teritorial

1. Hak Berdaulat Negara Atas Wilayah Laut

Tidak kurang dari 12 kali sidang, Konferensi PBB III tentang Hukum Laut sejak tahun 1973 sampai 1982 dalam upaya mencapai hasil yang diharapkan. Dimulai dari sidang yang pertama “keorganisasian” pada tahun 1973 dan berakhir dengan pengesahan naskah akhir Konvensi dan penandatangannya di Montego Bay tanggal

60

Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R Agoe, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung:Alumni, 2003) hlm. 170

61

10 Desember 1982 oleh 118 Negara.62 Selain itu Konferensi ini bukan saja yang terbesar, terpanjang, tetapi juga yang terpenting dalam sejarah konferensi internasional sepanjang yang diketahui. Konferensi PBB III tentang Hukum Laut itu pada hakikatnya merupakan kulminasi dari perundingan-perundingan antara negara- negara, yang dimulai jauh sebelum 1973.63

Terbesar, karena dihadiri lebih dari 160 negara, dengan sekitar 5000 anggota delegasi dengan bermacam latar belakang, yaitu diplomat, ahli hukum, pertambangan perikanan, perindustrian, kelautan, perkapalan, lingkungan alam dan lain-lain. Terpanjang, karena Konferensi itu berlangsung selama sembilan tahun dari Desember 1973 sampai September 1982, yang keseluruhannya berjumlah 12 sidang sekitar 90 minggu. Terpenting, karena bukan saja dari hasil yang dicapai, tetapi berkat adanya kemauan bersama untuk berhasil betapapun banyak dan rumitnya permasalahan yang harus diatasi.64 Konvensi Hukum Laut 1982 mengakui hak negara-negara untuk melakukan klaim atas berbagai macam zona maritim dengan status yang berbeda- beda, yang dibagi sebagai berikut:65

1. Berada dibawah kedaulatan penuh negara meliputi laut pedalaman, laut teritorial dan selat yang digunakan untuk pelayaran internasional;

2. Negara mempunyai yuridiksi khusus dan terbatas yaitu zona tambahan;

62

J.G Starke Op.Cit, hlm. 342 63

Boer Mauna, Hukum Internasional, (Bandung:Alumni, 2008), hlm. 309 64

Ibid

65

3. Negara mempunyai yuridiksi eksklusif untuk memanfaatkan sumber daya alamnya, yaitu Zona Ekonomi Eksklusif dan landasan kontinen;

4. Berada dibawah suatu pengaturan internasional khusus, yaitu daerah dasar laut samudera dalam atau dikenal sebagai kawasan internasional sea-bed area 5. Tidak berada dibawah kedaulatan maupun yuridiksi negara manapun, yaitu

laut lepas.

Dalam perkembangan hukum internasional, batas kekuasaan yang merupakan batas wilayah suatu negara sangat dipegang erat. Pelanggaran terhadap suatu wilayah negara dapat berakibat fatal, bahkan dapat menimbulkan kerenggangan hubungan, dan apabila berlarut-larut akan berakibat perang. Dengan batas wilayah dituntut hubungan yang lebih baik bagi setiap negara dengan dan perjanjian-perjanjian yang diciptakan perlu ditaati agar tidak merugikan kepentingan negara lain.

Penentuan batas wilayah laut teritorial yang meliputi kelautan di dalam perbuatannya perlu memperhatikan bentuk konsekuensi dan pertimbangan lain sehingga kepentingan-kepentingan publik internasional sama-sama berjalan.66 Laut teritorial adalah sebuah kawasan yang dimiliki oleh suatu negara pantai, yang mana dalam kawasan kelautan berlaku yuridiksi negara pantai tersebut.67

66

Mirza Satria Buana, Hukum Internasional, Teori dan Praktek, (Bandung:Nusa Media, 2007) hlm. 71

Dalam bahasa yang lebih sederhana dalam laut teritorial, negara pantai memiliki kedaulatan absolut atas apa yang terjadi didalamnya.

67

Louis B. Shon dan Kristen Gustaf son. The Law of The Sea, in a Nut Shell.West Publishing Company, Minnesota, hlm. 89

a. Perairan Pedalaman

Perairan pedalaman dalam Konvensi Hukum Laut 1982 dibatasi sebagai perairan yang terletak pada sisi darat dari garis pangkal yang dipakai untuk menetapkan laut teritorial suatu negara. 68

Bagi suatu negara kepulauan berlaku ketentuan khusus yaitu perairan pedalaman dapat ditetapkan dengan menarik suatu garis penutup pada mulut sungai, teluk dan pelabuhan yang berada pada perairan kepulauannya.

Dalam ketentuan ini termasuk didalamnya sungai, teluk, pelabuhan serta bagian-bagian perairan lain sepanjang berada pada sisi darat dari garis pangkal. Sehingga batas terluar dari perairan pedalaman bagi suatu negara pantai biasa adalah garis pangkal, yang dapat berupa garis pangkal biasa ataupun garis pangkal lurus, juga dapat dikombinasikan antar kedua garis pangkal tersebut.

69

Perbedaan prinsipil antara perairan pedalaman dengan laut teritorial adalah bahwa di perairan pedalamanan kedaulatan negara berlaku mutlak tanpa adanya

Dengan demikian, perairan pedalaman dari suatu negara kepulauan akan merupakan perairan yang terletak disebelah dalam dari garis penutup demikian. Sehingga pada perairan pedalaman suatu negara pantai ataupun negara kepulauan mempunyai kedaulatan penuh yang meliputi perairan pedalaman tersebut, ruang udara yang ada diatasnya beserta dasar laut dan tanah dibawahnya.

68

Lihat Pasal 8 ayat 1 Persetujuan UNCLOS 1982

69

pembatasan oleh hukum internasional dalam bentuk kewajiban-kewajiban untuk memberikan jaminan pelaksanaan hak lintas damai bagi kapal-kapal asing.70

b. Laut Teritorial

Konvensi Hukum Laut 1982 menetapkan bahwa kedaulatan suatu negara pantai, selain wilayah daratan dan perairan pedalamannya, juga dalam hal suatu negara kepulauan dengan perairan kepulauannya, meliputi juga suatu jalur laut yang berbatasan dengannya yang disebut dengan laut teritorial. Batas luar laut tertorial adalah garis yang jarak setiap titiknya dari titik yang terdekat pada garis pangkal, sama dengan lebar laut teritorial.71

Lebar laut teritorial telah menjadi objek pertentangan antar negara selama kurang lebih setengah abad, dengan berbagai macam variasi keinginan antara 3 sampai dengan 200 mil laut. Konvensi Hukum Laut 1982 menetukan bagi setiap negara diberi kebebasan untuk menetapkan lebar laut teritorialnya hingga suatu batas yang tidak melebihi 12 mil laut, diukur dari garis pangkalnya. Jadi batas terluar laut teritorial akan disesuaikan dengan lebar laut teritorial yang dipilih oleh masing- masing negara.72

70

Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit, hlm.172

Sebagaimana halnya di perairan kepulauan, kedaulatan negara di laut teritorial dibatasi dengan kewajiban terlaksananya jaminan untuk hak lintas damai oleh kapal-kapal asing yang melintasinya.

71

Lihat Pasal 2 Persetujuan UNCLOS 1982

72

Dengan adanya perubahan lebar laut teritorial dari 3 mil menjadi 12 mil laut, sebagian besar dari selat yang biasanya digunakan untuk pelayaran internasional berubah statusnya menjadi bagian dari laut teritorial. Tidak hanya itu, tidak menutup kemungkinan ada sebagian yang menjadi bagian dari perairan pedalaman. Pada selat yang demikian negara-negara mempunyai kewajiban untuk memberikan jaminan pelaksanaan hak lintas kapal asing dalam bentuk baru yang disebut dengan hal lintas transit, yang sifatnya lebih longgar dari hak lintas damai. Hal yang demikian lebih disukai oleh kapal-kapal asing.

c. Selat yang digunakan untuk pelayaran Internasional.

Ketentuan mengenai selat ini merupakan suatu aturan hukum internasional yang sama sekali baru dan digunakan dalam pelayaran internasional, hal ini diatur dalam Pasal 34 sampai dengan Pasal 45 Konvensi Hukum Laut 1982. Ketentuan ini merupakan refleksi dari adanya perluasan lebar laut teritorial, yang awalnya dirujuk oleh negara-negara maju adalah 3 mil laut menjadi maksimum 12 mil laut, dan ini merupakan bagian dari perjuangan negara-negara berkembang. Sebagai akibatnya, terdapat banyak selat yang lebarnya kurang atau sama luasnya dengan dua kali lebar maksimum laut teritorial statusnya berubah menjadi laut teritorial.

Menurut Pasal 37 Konvensi Hukum Laut 1982, yang dapat dianggap selat yang digunakan untuk pelayaran internasional adalah perairan yang menghubungkan satu bagian laut lepas atau zona ekonomi eksklusif dengan bagian lain dari laut lepas atau zona ekonomi eksklusif. Sedangkan pada Pasal 38 menentukan bahwa untuk

selat-selat yang memenuhi ketentuan itu akan berlaku rejim pelayaran yang disebut lintas transit. Namun demikian, apabila ada bagian dari selat yang letaknya lebih dekat ke daratan utama dan ada alur laut yang memisahkan daratan tersebut dengan sesuatu dan dapat memberikan kenyamanan yang sama untuk pelayaran, pada jalur pelayaran demikian berlaku hak lintas damai. Baik lintas transit maupun hak lintas damai, konvensi tidak memperkenankan adanya penangguhan atau gangguan dalam bentuk apapun dari negara-negara tepi selat tersebut.73

d. Zona Tambahan

Negara pantai dalam zona tambahan dapat melaksanakan pengawasan yang diperlukan guna mencegah pelanggaran peraturan perundang-undangannya. Ketentuan ini menyangkut yang berkaitan dengan bea cukai, fiskal, imigrasi dan saniter didalam wilayahnya atau laut teritorialnya.

Negara pantai juga mempunyai wewenang untuk menghukum setiap pelanggaran yang demikian. Namun batas luar zona tambahan ini tidak boleh melebihi 24 mil laut yang diukur dari garis pangkal yang dipakai untuk menetapkan batas laut teritorialnya, sehingga bisa dipastikan luas zona tambahan suatu negara sangat bergantung dengan seberapa jauh negara tersebut menetapkan lebar laut teritorialnya.74

73

Lihat Pasal 44 dan 45 Persetujuan UNCLOS 1982 74

e. Laut Lepas

Laut lepas sepenuhnya terbuka bagi semua negara, baik yang berpantai maupun tidak. Kebebasan diberikan bagi pelayaran, penerbangan diatasnya, pemasangan kabel-kabel dan pipa-pipa bawah laut, pembangunan pulau-pulau buatan dan instalasi lainnya, penangkapan ikan serta riset ilmiah. Namun demikian semua kebebasan tersebut harus dilaksanakan dengan memperhatikan kepentingan negara lainnya dalam melaksanakan kebebasan-kebebasan yang sama. 75

Selanjutnya laut lepas akan diperuntukkan bagi tujuan-tujuan damai dan tidak ada bagian dari laut lepas dapat tunduk pada klaim kedaulatan negara manapun. Dengan demikian setiap negara memiliki hak untuk melayarkan kapal dibawah benderanya dilaut lepas. 76

Dokumen terkait