• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III IMPLIKASI PENERAPAN ASAS CABOTAGE

C. Implikasi Penerapan Asas Cabotage

2. Dampak Positif

Dalam perjalanannya, sejauh ini pemberlakuan asas Cabotage dalam pengimplementasinya masih terdapat banyak persoalan yang harus dibenahi, namun banyak sisi positif yang diberikan bagi perkembangan dunia pelayaran. Hal ini dapat dilihat dalam hal angka pengadaan armada angkutan laut nasional yang cenderung mengalami kenaikan, terutama sejak di dengungkannya pemberlakuan asas Cabotage di tahun 2005 melalui Instruksi Presiden No.5 Tahun 2005. Data statistik Departemen Perhubungan mengungkapkan jumlah armada angkutan laut nasional sampai triwulan I/ 2009 mencapai 9.124 unit atau bertambah 3.112 unit dibandingkan dengan kondisi pada periode sebelum didengungkannya gong pemberlakuan asas Cabotage sebanyak 6.012 unit.Sementara armada angkutan laut yang di charter (sewa) milik asing jumlah pemakaiannya semakin menurun, pada tahun 2005 armada tersebut berjumlah 1.955 unit dan ditahun 2009 jumlah armada angkutan laut yang di sewa tersebut menjadi 865 unit. 153

153

Tabel. 01

Jumlah Armada Angkutan Laut Menurut Kepemilikan Tahun 2005 – 2009 NO URAIAN SATUAN 2005 2006 2007 2008 2009 1 Nasional (Total Unit) Unit 6,012 6,428 7,154 8,165 9,164 2 Charter Asing (Total Unit) Unit 1,955 1,448 1,154 977 865 3 Keagenan Asing (Total Unit) Unit 6,520 6,594 6,540 6,616 6,510

Sumber: Direktorat Lalu Lintas Angkutan Laut (Dit. LALA), Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, Tahun 2009

Keberadaan asas Cabotage sendiri dipandang sebagai suatu pengembangan armada angkutan laut nasional, ungkapan ini disampaikan Ramdan Damir selaku Ketua Bidang Organisasi dan Perlindungan Anggota Dewan Pengurus Cabang INSA154

154

INSA (Indonesian National Shipowners Association) adalah asosiasi ataupun wadah organisasi bagi pengusaha angkutan laut nasional (pelayaran)

Medan. “ Asas Cabotage yang mulai didengungkan dalam Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2005 merupakan proteksi kepada pengusaha angkutan laut Indonesia dalam bentuk perlakuan yang khusus. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan angkutan laut lokal dapat melakukan pengembangan armada kapal domestik. Karena keberadaan Indonesia yang merupakan negara kepulauan sangat perlu didukung dengan armada kapal yang memadai. Disisi lain keberadaan armada

kapal yang memadai juga sangat dibutuhkan dalam bidang pertahanan dan keamanan negara, karena jumlah pulau Indonesia yang semulanya berjumlah lebih dari 17.000 saat ini sudah berkurang jumlahnya 5000 pulau. Ini keadaan yang sangat disayangkan, dan kondisi ini diharapkan bisa diatasi dengan keberadaan armada yang kuat dan tangguh”

Ramdan juga menambahkan bahwa pengaturan tentang asas Cabotage ini perlu lebih disosialisasikan ke daerah-daerah untuk mengetahui bagaimana sebenarnya tujuan, fungsi serta alasan mengapa asas Cabotage itu dilaksanakan. Dengan demikian keberadaan asas Cabotage itu sendiri dapat disinkronkan dengan pengaturan mengenai otonomi daerah, agar daerah-daerah dapat menata pembangunan lebih baik lagi bagi wilayahnya.155

Bertambahnya jumlah angkutan laut nasional tentunya akan membawa dampak bagi industri galangan kapal nasional, keadaan itu kiranya dapat mendongkrak pemesanan industri kapal dalam negeri. Peningkatan order pembuatan kapal dari perusahaan dalam negeri akan memperbesar utilisasi industri galangan kapal yang ada sekarang, selain pesanan kapal baru industri galangan kapal nasional juga akan disibukkan dengan adanya perbaikan kapal. Walaupun saat ini masih banyak kapal yang dibeli dari luar negeri, tapi perbaikannya dapat dilakukan di dalam negeri. Kondisi ini memungkinkan terjadi jika industri galangan kapal nasional dapat berbenah, sehingga pengusaha pemilik armada kapal akan menggunakan jasanya

155

Wawancara langsung penulis dengan Ramdan Damir, Ketua Bidang Organisasi dan Perlindungan Anggota DPC INSA Medan, pada tanggal 21 Juni 2012.

dalam memenuhi kebutuhan kapal dalam negeri. Karena tidak menutup kemungkinan bagi pengusaha pemilik kapal untuk memesan kapal dari luar negeri jika industri galangan kapal tidak mampu bersaing, baik dalam hal pelayanan maupun biaya pembuatan armada kapal itu sendiri.

Hal positif lain dari pemberlakuan asas Cabotage adalah dengan terjadinya pergeseran penguasaan pangsa muatan dalam negeri dari sebelumnya didominasi asing menjadi dikuasai kapal berbendera nasional meskipun untuk komoditas tertentu, masih dikuasai asing. Berdasarkan data Kementrian Perhubungan, pada 2005 angkutan laut nasional hanya dapat mengangkut 114,5 juta ton pangsa muatan dari total pangsa 206,3 juta ton atau menguasai 55,5% pangsa muatan domestik. Pada 2009, penguasaan pelayaran nasional menjadi 258,4 juta ton atau menguasai 83,7% dari total 286,4 juta ton pangsa muatan dalam negeri. Kondisi ini bertolak belakang dengan perkembangan pangsa muatan pelayaran nasional untuk angkutan laut luar negeri yang tidak dikenai kewajiban menerapkan asas Cabotage. Saat ini, pangsa muatan pelayaran nasional untuk angkutan luar negeri baru 7,1% atau naik 2,1% jika dibandingkan dengan posisi 2005 yang tercatat 5,0%.156

156

Tabel. 02

Produksi Angkutan Laut Di Indonesia

Tahun 2005 – 2009

NO URAIAN SATUAN 2005 2006 2007 2008 2009

1 Perusahaan Nasional

Angkutan Dalam Negeri

Angkutan Luar Negeri (eksport/impor) Ton Ton 114,459,924 24,599,718 135,335,338 29,363,757 148,740,629 31,381,870 192,763,874 38,196,693 258,359,686 49,293,953 Jumlah Ton 139,059,642 164,699,095 180,122,499 230,960,567 307,653,639 2

Angkutan Dalam Negeri Perusahaan Asing

Angkutan Luar Negeri (ekspor/impor) Ton Ton 91,879,206 468,370,236 85,444,321 485,789,846 79,214,358 500,514,225 50,126,180 498,273,709 28,007,688 501,661,150 Jumlah Ton 560,249,442 571,234,167 579,728,583 548,399,889 529,668,838

Sumber: Direktorat Lalu Lintas Angkutan Laut (Dit. LALA), Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, Tahun 2009

Bagi pemerintah, dampak positif dari pemberlakuan asas Cabotage adalah pemasukan dari pajak akan terus meningkat, seiring peningkatan pangsa muatan yang diangkut oleh angkutan laut nasional. Selain itu juga akan membuka lapangan kerja yang luas bagi masyarakat, karena ketentuan asas Cabotage menetapkan bahwa angkutan laut yang beroperasi disamping harus berbendera Indonesia juga diawaki oleh Warga Negara Indonesia. Dengan ketentuan yang berlaku ini akan sangat dirasakan betapa nikmatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Secara umum akan

dapat dirasakan ekspektasi terhadap pemulihan ekonomi Indonesia yang merupakan dampak dari permintaan terhadap jasa pengangkutan dalam negeri yang semakin ramai.

Dalam perdagangan internasional, angkutan laut merupakan ujung tombak dari sistem perdagangan yang ada saat ini. Jika dengan pemberlakuan asas Cabotage ini akan dapat menciptakan suatu kondisi yang sangat baik dalam sistem pelayaran Indonesia, tentunya ini akan menjadi rem darurat bagi Indonesia apabila regulasi tentang pengangkutan laut ini suatu saat akan bergeser kembali kepada sistem yang liberal, baik itu terjadi pada angkutan laut dalam negeri maupun luar negeri. Tetapi setidak-tidaknya angkutan laut Indonesia sudah siap dengan sistem yang kokoh dalam pelayarannya serta mempunyai angkutan laut yang tangguh dalam melayani pangsa muatan yang ada maupun kegiatan-kegiatan lain dalam angkutan laut. Karena tidak ada jaminan bahwa pemberlakuan regulasi tentang penerapan asas Cabotage ini akan terus diterapkan selamanya, karena Indonesia adalah suatu negara yang merupakan subjek hukum internasional, komitmen-komitmen dalam perdagangan jasa yang sudah disepakati serta diratifikasi Indonesia tentunya akan membawa Indonesia ikut dalam sistem liberalisasi perdagangan bebas.

Dokumen terkait