• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdirinya Negara Sumatera Timur (NST)

BAB III SITUASI POLITIK PASCA KEMERDEKAAN DI KOTA MEDAN

3.3 Pergolakan Pasca Kemerdekaan

3.3.7 Berdirinya Negara Sumatera Timur (NST)

Gambar Bendera dan Lambang Negara Sumatera Timur

Negara Sumatera Timur (NST) dibentuk oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1947. Pada tanggal 25 Desember 1947, van Mook mengeluarkan dekrit yang secara resmi menyatakan, bahwa DIST diakui sebagai sebuah negara, dengan nama Negara Sumatera Timur (NST). Pada tanggal 20-21 Januari 1948, Dewan mendengarkan laporan dari anggota-anggota delegasi ke Jakarta tentang:

a) Persiapan pemerintah federal sementara

b) Pembicaraan-pembicaraan tentang kedudukan Sumatera Timur. Dalam sidang tersebut diambil beberapa keputusan yaitu :

a) Jajaran NST segera diambil sumpahnya, setelah susuna tatnegara diumumkan

b) Mengeluarkan majalah Warta Resmi Negara Sumatera Timur, sebuah majalah untuk memusatkan peraturan-peraturan dan berita-berita resmi dari NST.

Selanjutnya, Dewan Sementara mengesahkan Peraturan Tentang Organisasi Ketatanegaraan Negara Sumatera Timur pada tanggal 27 Januari 1948. Tepatnya pada tanggal 29 Januari 1948 dilaksanakan proklamasi Negara Sumatera Timur di Kota Medan. Suatu negara harus disertai lembaga pemerintahan sehingga hal ini ditindaklanjuti dengan pengesahan peraturan tentang organisasi ketatanegaraan NST. Dalam upacara itu juga, dikibarkan bendera NST24

1. Adanya klausul menentukan hak nasib sendiri bagi masyarakat di Indonesia, seperti tercantum didalam pelaksanaan Perjanjian Linggarjati (kemudian diakui juga dalam Perjanjian Renville)

untuk pertama kalinya.

Ada beberapa alasan sehingga NST berdiri, diantaranya adalah sebagai berikut:

2. Para intelektual penduduk asli Sumatera Timur, meskipun mereka kebanyakan keturuna bangsawan, tetapi didukung oleh Belanda untuk

24

Bendera NST berwarna Kuning, Putih dan Hijau. Kuning bermakna kemuliaan atau kebesaran, putih bermakna ketenangan, dan hijau berarti kesejahteraan.

menghadapi RI (yang pimpinannya juga kaum intelektual didikan Belanda). Hal ini untuk menghilangkan kesan bahwa NST bukan mau mengembalikan sistem swapraja di Sumatera Timur, yang sebenarnya Belanda sendiri sudah mau menghapuskannya di Indonesia dan tidak pernah lagi merehabilitirnya di seluruh Indonesia. Oleh sebab itu semua administrasi kekuasaan kerajaan di Sumatera Timur diambil alih oleh NST.

3. Adanya keinginan para intelektual Sumatera Timur untuk memegang kekuasaan politik di Sumatera Timur yang sangat makmur agar jangan jatuh ketangan orang pendatang, sebagai halnya ketika berada dibawah kekuasaan NRI (periode 1946-1947). Ada juga bekas raja-raja kecil dan Sultan Asahan (keponakan dari dr. Mansjoer) yang bekerja pada NST meskipun gembong-gembong NST tidak akan memulihkan kekuasaan pimpinan adat tradisional ataupun mendukung hak ulayat tanah penunggu.

4. Gembong–gembong NST mendukung pemerintah federalk Indonesia di Jakarta untuk menjadi bagian dari NRI. Dengan demikian hasil yang kaya dari Sumatera Timur tetap berada didaerah ini25

25

Tim Khusus Perencanaan Dan Pelaksana Pembangunan Tatengger Di Propinsi daerah Tingkat I Sumatera Utara, Perjuangan Menegakkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Republik

Indonesia Di Sumatera Utara, Medan: Tanpa Nama Penerbit, 1995, hlm. 118–122.

Dr. H. J. Van Mook sebagai Petinggi Belanda di Indonesia turut hadir pada saat proklamasi NST. Dalam upacara itu dilakukan pengambilan sumpah terhadap dr. T. Mansjoer sebagai Wali NST dan anggota Dewan Sementara26.

dr. Tengku Mansoer

26

Pada tanggal 12 Maret 1948 diadakan upacara peresmian NST yang dihadiri utusan dari berbagai wilayah lainnya di Indonesia dan pembesar dari Jakarta. Sejak malam sampai tanggal 18 Maret diadakan perayaan, pasar malam dan perlombaan untuk rakyat. Pada tanggal 23 Maret diadakan upacara

serah terima Pemerintahan Sumatera Timur dari Mr. J. Gerritsen (Recomba/Commissaris van de Kroon)27. Dengan adanya NST, semua hasil

tanah perkebunan berada ditangan pemerintahan NST dan tidak lagi ditangan raja-raja28

1. Penyerahan urusan kerajinan, sesuai dengan staatsblad No. 126 Tahun 1948.

.

Dengan serangkaian ketetapan Wali Negara Sumatear Timur, maka diumumkan beberapa penerangan urusan-urusan pemerintahan oleh Gubernur Hindia Belanda kepada NST dilakukan melalui besluit, yaitu :

2. Penyerahan urusan kehutanan sesuai dengan staatsblad No. 127 Tahun 1948.

3. Penyerahan urusan kehewanan, sesuai dengan staatsblad No. 128 Tahun 1948.

27

Recomba merupakan Komisaris Pemerintah untuk masalah–masalah pemerintahan. 28

T. Lukman Sinar, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur, Medan: Yayasan Kesultanan Serdang, 2006, hlm. 589.

4. Penyerahan urusan pertanian, sesuai dengan staatsblad No. 129 Tahun 1948.

5. Penyerahan urusan ekonomi, sesuai dengan staatsblad No. 130 Tahun 1948

6. Penyerahan urusan pengairan dan pembangunan, sesuai dengan staatsblad No. 131 Tahun 1948.

7. Penyerahan urursan sosial, sesuai dengan staatsblad No. 157 Tahun 1948.

8. Penyerahan urusan kesehatan, sesuai dengan staatsblad No. 158 Tahun 1948.

9. Penyerahan urusan Pendidikan, kesenian dan Ilmu Pengetahuan, sesuai dengan staatsblad No. 159 Tahun 1948.

10.Penyerahan urusan pelayaran, sesuai dengan staatsblad No. 184 Tahun 1948.

11.Penyerahan urusan keuangan, sesuai dengan staatsblad No.320 Tahun 1948.

Pembentukan NST ini ternyata mendapat kecaman dari kaum republiken. Mereka menganggap sebagai boneka Belanda karena NST merupakan sebuah negara bentukan Beklanda, sama halnya dengan negara federal lainnya seperti Negara Indonesia Timur (Desember 1946) yang

dipimpin oleh Tjokorda Gede Rata Sukawati, Negara Sumatera Selatan (30 agustus 1948) yang dipimpin oleh Abdul Malik, Negara Jawa Timur (26 November 1948) yang dipimpin oleh R. T. Kusumonegoro, Negara Pasundan (26 Februari 1948) yang dipimpin oleh R. A. A. Wiranata Kusumah dan Negara Madura (16 januari 1948) yang dipimpin oleh Tjakraningrat.

Kaum republiken berusaha mempengaruhi opini masyarakat Sumatera Timur, agar tidak mendukung kehadiran NST. Hal ini disampaikan melalui surat kabar Waspada dan Mimbar Umum. Salah satu tokoh republik di Sumatera Timur, Djamin Gintings mengatakan bahwa NST merupakan negara boneka yang dijadikan alat oleh belanda untuk menghancurkan NKRI.

Demikian juga halnya dengan pernyataan M. Said dalam surat kabar Waspada. Menurut beliau NST merupakan negara tidak menentu, karena NST tidak jelas. Tulisan M. Said sebagai tokoh pers tentang NST dalam surat kabar Waspada edisi April 1948 mengemukakan pendapat bahwa kekuasaan NST sebagai negara bikinan Belanda jauh lebih kecil dibandingkan dengan kekuasaan zelfbestuurders (sultan-sultan) masa sebelum perang yang menandatangani politik kontrak dengan Belanda29

29

Prambudi Said, Sejarah Harian Waspada, dan 50 TahunPeristiwa Halaman Satu, Medan: PT. Prakarsa Abadi Press, 1995, hlm. 15.

. Lebih lanjut dijelaskan bahwa hak-hak zelfbestuurders berkurang karena sultan-sultan atau raja-raja sendirialah yang menyerahkan kepada Belanda.

Sebaliknya hak-hak Negara Sumatera Timur kecil adalah karena tidak diberikan oleh Gubernemen Hindia Belanda kepada NST. M. Said menyatakan bahwa Negara Sumatera Timur adalah negara “nasotontu”(negara tidak menentu)30

Namun pihak NST juga menggunakan surat S. K. Mestika yang dipimpin oleh Tengku Jafisham guna menanggapi dan membalas kecaman dari kaum republiken. Dr. Mansjoer membantah semua kecaman dari kaum republiken yang mengatakan bahwa tokoh-tokoh NST sebagai boneka Belanda. Dr. Mansjoer mengatakan bahwa gerakan sudah ada sejak masa

. Dimana M. Said melihat wilayah NST itu masih dibawah kekuasaan RI sedangkan batas-batasnya tidak mendapat kesepakatan dari pihak Republik. Tulisan M. Said kepada NST disampaikan kepada masyarakat melalui harian Waspada yang bertujuan supaya masyarakat umum mengetahui lebih lanjut tentang NST. Protes juga datang dari pemerintah pusat yang menyatakan bahwa para tokoh yang membentuk NST adalah para penghianat terhadap republik yang berdaulat.

Tak cukup sampai disitu, pembentukan NST tak hanya mendapat kecaman dari kaum republiken, tetapi juga dari pemerintah Belanda yang bertugas di Sumatera Timur yaitu van de Velde. Van de Velde memandang pembentukan NST sebagai bentuk pemerasan politik oleh golongan minoritas setempat yang telah diuntungkan oleh Agresi Militer Belanda I.

30

pendudukan Jepang. Untuk melawan dominasi masyarakat pendatang. Meskipun demikian, Dr. Mansjoer dalam pidatonya didepan sidang Dewan Perwakilan sementara NST, secara tidak langsung mengakui adanya bantuan dari pihak Belanda dalam mewujudkan NST31

Setelah penyerahan kedaulatan RI bersama organisasi Front Nasional akhirnya dapat mengalahkan NST. Negara Kesatuan diproklamasikan tanggal 15 Agustus 1950 didepan kantor Gubernur Militer di Medan. Dr. Mansjoer

.

Dengan adanya kritik pemerintah pusat dan juga pers terhadap NST membuat Front Nasional dari beberapa daerah diantaranya: Tebing Tinggi, Lubuk Pakam, Perbaungan, Kisaran dan lain lain melakukan aksi mendukung terwujudnya negara kesatuan.

Runtuhnya NST disebabkan beberapa faktor, diantaranya karena terjadinya konflik internal dimana muncul golongan pendukung feodal dan anti feodal. Disamping itu tokoh-tokoh pemimpin NST tidak mampu menghadapi propaganda RI serta menarik masyarakat untuk mendukung NST. KMB yang dilaksanakan tanggal 23 Agustus-2 November 1949, salah satu keputusannya menentukan nasib NST yaitu bahwa KNIL akan masuk menjadi APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat). Dengan demikian kekuatan militer NST semakin terjepit sementara golongan pendukung republik bersama TNI menyatukan kekuatan untuk meruntuhkan NST.

31

secara resmi menyerahkan semua kekuasaan dan wewenang pemerintahan NST kepada ketua PPNKST Sarimin Reksodihardjo.32

32

Ibid. hlm. 213.

Sumatera Timur digabungkan dengan Tapanuli dan Aceh menjadi propinsi Sumatera Utara dengan ibukotanya Medan.

Dokumen terkait