• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kota Medan 1945-1950 (Sebuah Rekonstruksi Sejarah Visual Fotogfafi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kota Medan 1945-1950 (Sebuah Rekonstruksi Sejarah Visual Fotogfafi)"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ajidarma, Seno Gumira, Kisah Mata Fotografi antara Dua Subyek: Perbincangan Tentang Ada, Yogyakarta: Galangpress, 2004.

Avan, Alexander, Parijs van Soematera, Medan: Rainmaker Publishing, 2012.

Biro Sejarah PRIMA, Perjuangan Kemerdekaan Dalam Wilayah Sumatera Utara: Medan Area Mengisi Proklamasi, Medan: Badan Musyawarah Pejuang Republik Indonesia Medan Area, Jilid I 1976.

__________________, Mempertahankan Proklamasi Disepanjang Kaki Bukit Barisan, Medan: Badan Musyawarah Pejuang Republik Indonesia Medan Area, Jilid II 1976.

Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah, diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 2006.

Keraf, dr. Gorys, Komposisi, Ende – Flores: Nusa Indah, 1989.

Nordholt, Henk Schulte, Bambang Purwanto, dan Ratna Saptari, Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2013.

(2)

____________________, 30 Tahun Indonesia Merdeka 1950 – 1965, Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, Cetakan Kedua Tahun 1978.

Purwanto, Bambang dan Asvi Warman Adam, Menggugat Historiografi Indonesia, Jakarta: Ombak, 2005.

Raap, Oliver Johannes, Pekerdja Di Jawa Tempo Doeloe, Yogyakarta: Galang Pustaka, 2013.

____________________, Soeka – Doeka Di Djawa Tempo Doeloe, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2013.

Raliby, Osman, Documenta Historica, Jakarta: Bulan Bintang, 1953

Reid, Anthony, Perjuangan Rakyat Revolusi Dan Hancurnya Kerajaan Di Sumatera, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987.

Sjamsuddin, Helius, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2007.

Sugiarto, Atok, Paparazzi ( Memahami Fotografi Kewartaan ), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.

Suprayitno, Mencoba (Lagi) Menjadi Indonesia Dari Federalisme ke Unitarisme: Studi tentang Negara Sumatera Timur 1947-1950, Yogyakarta: Tarawang Press, 2001.

(3)

_______________, Perjuangan Tiga Komponen untuk Kemerdekaan, Medan: Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI, 2004.

_______________, Sebelum dan Sesudah Proklamasi, Medan: Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI, 2005.

______________, Sumatera Utara Bergelora, Medan: Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI, 1999.

Wijaya, Taufan, Foto Jurnalistik dalam dimensi utuh, Klaten: CV Sahabat, 2011.

Semsa, Sepno, Pergerakan Dokter Tengku Mansoer Di Sumatera Timur (1917 - 1952), Skripsi S-1, Medan: USU, 2014.

SKRIPSI

(4)

BAB III

SITUASI POLITIK PASCA KEMERDEKAAN DI KOTA MEDAN TAHUN 1945-1950

3.1 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Sampai Di Kota Medan

Serangan bom atom “Little Boy” Serangan bom atom “Fat Man” di atas di atas Kota Hiroshima tanggal Kota Nagasaki tanggal

6 Agustus 1945. 9 Agustus 1945.

(5)

dan pidato Kaisar Hirohito yang menjelaskan bahwa Jepang mengakhiri perlawanan. Kemudian keputusan ini dikawatkan kepada panglima tentara Jepang di wilayah selatan termasuk Indonesia. Masyarakat Indonesia memanfaatkan peristiwa kekalahan Jepang tersebut. Proklamasi dikumandangkan dan berita tersebut sampai ke berbagai pelosok tanah air. Dari Jakarta berita proklamasi segera tersebar dengan memanfaatkan berbagai fasilitas, baik dari Doomei, surat kabar atau dari mulut ke mulut.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia diumumkan keseluruh dunia. Dalam satu upacara yang diadakan pada pagi hari ditempat kediaman Ir. Soekarno, di Jalan

Pengangsaan Timur no.56, Jakarta, dihadapan rakyat Indonesia Jakarta Raya telah dibacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

(6)

Isi pidato Ir. Soekarno pada hari proklamasi ini lengkapnya adalah sebagai berikut:

Saudara-saudara sekalian !

Saya sudah minta saudara-saudara hadir disini untuk menyaksikan satu peristiwa maha-penting dalam sejarah kita.

Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah-air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun ! Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya dan ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju kearah cita-cita.

Juga didalam zaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti-henti. Didalam zaman Jepang ini, tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya kepada kekuatan sendiri.

Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib-bangsa dan nasib tanah-air didalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnya.

Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarat dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia, dari seluruh Indonesia. Permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara ! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarlah proklamasi kami :

(7)

Latief Hendraningrat, anggota Pembela Tanah Air (PETA)

mengibarkan bendera Merah Putih usai Soekarno-Hatta membacakan naskah Proklamasi.

(8)

Berita tentang proklamasi kemerdekaan yang dilaksanakan di Jakarta disiarkan keseluruh penjuru melalui kantor berita Doomei serta kantor PTT (Pos Telepon dan Telegram). Demikian juga halnya di Medan tidak berselang lama desas-desus kemerdekaan sudah mulai menyebar dikalangan tokoh pergerakan, tokoh pers dan masyarakat. Berita kemerdekaan ini berasal dari markonis PTT Medan, tetapi ia tidak tahu kepada siapa berita itu harus disampaikan karena tidak ada pemerintah yang sah.

Disamping itu karena ketakutan terhadap Jepang yang bertugas menjamin keamanan dan ketertiban. Pada saat itu situasi politik kota Medan masih kosong dan tanpa pemimpin yang sah. Sementara utusan dari Sumatera yang menyaksikan pelaksanaan upacara proklamasi di Jakarta yaitu Mr. T. M Hasan, Dr. Amir dan Mr. Abbas belum tiba. Ketiganya diberikan tanggung jawab oleh pemerintah pusat untuk menjelaskan peristiwa proklamasi serta membentuk pemerintahan yang sah di daerahnya masing-masing.

(9)

1. Pihak pemerintah dan tentara pendudukan Jepang yang masih mempunyai kekuatan dan kekuasaan walaupun mereka sudah menyerah kalah secara resmi kepada Sekutu,dan menunggu kedatangan Sekutu yang menentukan nasib mereka selanjutnya.

2. Golongan pejuang bangsa Indonesia yang sudah tidak sabar untuk menanti komando perjuangan menegakkan Negara Republik Indonesia di Sumatera Timur.

3. Golongan yang sejak dahulu adalah pendukung pemerintahan pendudukan Belanda di Indonesia yang umumnya terdiri dari raja-raja dan bangsawan Sumatera Timur pro Belanda yang mengharapkan datangnya kembali kekuasaan Belanda setelah kekalahan Jepang.

(10)

keadaan berjuang seperti kondisi sosial ekonomi juga harus diperhatikan, karena mustahil masyarakat dapat berjuang dalam kondisi perut yang lapar. Untuk itulah Mr. T. M. Hasan dan Dr. Amir membentuk Panitia Kebangsaan yang mengurusi bidang sosial dan ekonomi sambil menunggu situasi politik semakin panas.

Terlambatnya realisasi berita proklamasi di Medan dikarenakan beberapa hal diantaranya karena tentara Jepang masih eksis sementara kehadiran kembali NICA dan Sekutu memperkuat desas-desus yang beredar di masyarakat bahwa kekuasaan di Indonesia akan dibagi-bagikan kepada negara-negara pemenang perang. Penyebab lain karena jalan yang ditempuh utusan dari Sumatera ini melalui jalan darat sehingga setiap kota yang dilaluinya lebih dahulu mendapatkan informasi yang pasti tentang proklamasi kemerdekaan dibandingkan kota Medan. Sehingga setiap daerah mendapatkann berita proklamasi ini dalam waktu yang berbeda-beda. Disamping itu peranan pers di Medan awal proklamasi belum begitu kelihatan.

(11)

pergerakan Sumatera Timur. Suatu hal yang sulit dimengerti oleh golongan muda ketika itu adalah sikap Mr. T. M. Hasan yang masih berdiam diri sejak Agustus 1945. Mengingat beliau sudah mendapat mandat untuk merealisasikan kemerdekaan dan sekaligus ditetapkan sebagai wakil pimpinan bangsa untuk Sumatera walaupun belum ada pengangkatan sah. Hal ini menjadi salah satu penyebab keraguan Mr. T. M. Hasan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Berbagai cara ditempuh pemuda misalnya dengan mendatangi Dr. Amir yang tinggal di Tanjung Pura untuk mendiskusikan bagaimana langkah selanjutnya dalam rangka perealisasian proklamasi. Dalam hal ini golongan mudalah sebagai pelopor yang selalu penuh semangat untuk berjuang.

Kedatangan Sekutu dengan diboncengi NICA nampak jelas semakin mengarah pada pemulihan kembali kekuasaaan Belanda di Nusantara. Sejak sampainya Mr. T. M. Hasan dan Dr. Amir di Medan Sekutu semakin berusaha untuk menguasai situasi politik, kerjasama Sekutu dengan Belanda ini dinilai oleh pemuda sangat membahayakan dan menghambat realisasi proklamasi di Medan. Untuk itulah para pemuda didorong rasa bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara melakukan tindakan tegas untuk mengadakan pertemuan dengan mengundang golongan yang terdiri dari pemuda, organisasi anti fasis, wartawan dan tokoh pergerakan.

Awalnya rapat direncanakan akan diadakan tanggal 21 September 1945 di Jl. Istana No.17 (sekarang Jl. Pemuda tepatnya Gedung Djuang ‘45) tetapi gagal

(12)

di Jl. Fuji Dori No.6. Gedung ini merupakan asrama pemuda sehingga kecurigaan Jepang tidak terlalu kuat. Saat Jepang mengintai aktivis para pemuda ini untuk mengelabuhinya mereka mengadakan makan siang seolah-olah pertemuan tersebut tidak untuk membahas masalah penting. Dengan menempatkan beberapa pemuda yang berjaga-jaga di luar rapat akhirnya rapat ini dapat terlaksana. Kesepakatan yang diperoleh yaitu menyusun Barisan Pemuda Indonesia (BPI) sebagai mobilisir dalam pernyataan kemerdekaan di Medan dan disusun suatu rencana untuk mengadakan pertemuan selanjutnya seminggu kemudian.

Dalam tahun 1945 gedung ini menjadi tempat berhimpunnya para pemuda revolusioner yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Gedung ini terletak di Jalan Istana no.

(13)

Gedung Fuzi Dori no. 6 Medan, tempat dimana para pemuda bermusyawarah untuk membulatkan tekad merealisasikan proklamasi kemerdekaan serta merencanakan

usaha-usaha dalam mempertahankannya.

(14)

tangan yang meriah serta wajah yang ceria. Hari ini merupakan hari yang bersejarah bagi Kota Medan karena pada hari inilah pernyataan kemerdekaan untuk daerah ini. Sejak hari itu BPI secara terang-terangan mengkampanyekan proklamasi kemerdekaan melalui pamflet-pamflet yang ditempelkan di pohon yang ramai dilewati masyarakat karena sarana informasi pada masa itu masih dalam pengawasan Jepang. Untuk saat ini Mr. T. M. Hasan belum berani membentuk pemerintahan karena pengangkatan dirinya sebagai Gubernur secara tertulis belum ada.

Gedung perguruan nasional Taman Siswa yang terletak di Jalan Amplas Medan. Dalam gedung inilah proklamasi kemerdekaan Indonesia secara resmi dan terbuka diumumkan oleh

(15)

Setelah pertemuan di Jalan Amplas berita proklamasi semakin ramai terdengar. Dalam setiap rapat bendera Merah Putih selalu dikibarkan dan pekikkan kemerdekaan nyaring terdengar. Sebagai reaksi masyarakat atas proklamasi maka tanggal 6 Oktober 1945 diadakan rapat umum di lapangan Fukuraido (sekarang Lapangan Merdeka) yang dihadiri ribuan penduduk bertujuan untuk meresmikan berkibarnya sang saka Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sejak saat itu

Detik-detik peristiwa ketika akan dimulainya rapat umum pada tanggal 9 Oktober 1945 di Lapangan Merdeka Medan.

(16)
(17)

3. 2 Pemerintahan Pertama Pasca Kemerdekaan

Mr. Teuku M. Hasan

(18)

Tepat pada tanggal 3 Oktober 1945 T. M. Hasan selaku Gubernur Sumatera secara sah mengeluarkan dekrit resmi sebagai gubernur. Isi dekrit itu sendiri berkaitan dengan pembentukan tata pemerintahan di Sumatera, salah satunya yaitu mengangkat sepuluh orang residen untuk seluruh Sumatera. Kesepuluh orang yang telah dipilih itu kemudian di tempatkan pada sepuluh wilayah karesidenan yang juga telah dibagi sebagai berikut:

Nama Keresidenan

1. Aceh Kuta Raja

Ibukota

(Teuku Nyak Arief)

2. Sumatera Timur Medan

(Mr. Mohammad Yusuf)

3. Tapanuli Tarutung

(Dr. Ferdinand Lumbantobing)

4. Riau Pekan Baru

(Aminuddin)

5. Sumatera Barat Padang

(Mohammad Safei)

6. Jambi Jambi

(19)

7. Lampung Tanjung Karang (Mr. Abd. Abbas)

8. Sumatera Selatan Palembang

(Dr. A. K. Gani)

9. Bengkulu Bengkulu

(Ir. Indra Tjahya)

10.Bangka Belitung Belitung

(M. A. Syarif)

(20)

Bersamaan dengan pengangkatan Residen dan Walikota dibentuk juga Komite Nasional Daerah (KND) yang bertugas mengatur rumah tangga pemerintahan di masing-masing residen. KND sendiri merupakan perwakilan KNI yang ada di pusat. Tugas dari KND secara spesifik dijelaskan yakni; mempersatukan rakyat dari segala lapisan dan jabatan dalam persatuan yang utuh; membantu menciptakan keamanan dan ketertiban; membantu pemimpin dalam menyelenggarakan cita-cita bangsa Indonesia dan membantu pemerintah daerah menciptakan kesejahteraan umum13

Meskipun telah terbentuk pemerintahan di Medan namun belum berjalan dengan optimal, bahkan dapat dikatakan masih rapuh dan rentan terhadap gangguan dari masyarakat lokal. Penyebabnya tidak lain karena masih banyak masyarakat, terutama kaum elit kerajaan atau kesultanan yang belum mau mengakui eksistensi Republik. KNI yang harusnya menjadi salah satu motor penggerak roda pemerintahan di Medan juga tak bisa berbuat banyak, bahkan kebijakan-kebijakan yang mereka

. Pengunguman pengesahan pejabat pemerintahan Provinsi Sumatera ini disampaikan kepada masyarakat melalui Surat Kabar Harian Soeloeh Merdeka edisi perdana tanggal 4 Oktober 1945. Melalui pemberitaan ini juga Gubernur Sumatera memulai aktivitas pemerintahannya pertama kali dengan memberi perintah mobilisasi kepada masyarakat untuk mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang yang kemudian diikuti dengan pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), pengambilalihan gedung-gedung pemerintahan, dan instalasi penting lainnya.

13

(21)

ambil tidak sesuai dengan tuntutan saat itu. Pada dasarnya KNI memang merupakan penjelmaan dari Sung Sangi Khai yang banyak didominasi oleh unsur feodal. Namun kemudian pada akhirnya KNI berhasil diambil alih oleh kaum pemuda yang tergabung dalam BPI.

3. 3 Pergolakan Pasca Kemerdekaan

Kedatangan sekutu ke Indonesia pada awalnya adalah untuk melucuti tentara Jepang serta memulangkan mereka ke negaranya. Tetapi belakangan diketahui bahwa ini merupakan siasat Belanda untuk menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia. Belanda masuk ke Indonesia dengan berada dalam barisan tentara sekutu yang tergabung dalam pasukan Nederlandsch Indie Civil Administration (NICA) yang mana merupakan sebuah satuan tentara administrasi Belanda yang bertugas untuk mengontrol wilayah Hindia Belanda (Indonesia) dari kekuasaan Jepang.

Kedatangan pasukan ini ke Medan dijadwalkan tiba di pelabuhan Belawan pada tanggal 9 Oktober 1945, tetapi Jepang terpaksa menundanya karena adanya permasalahan tekhnis.14 Barulah Jepang menerima kedatangan pasukan sekutu pada tanggal 10 Oktober 1945.15

14

Edi Syahputra, Sumatera Dalam Perang Kemerdekaan, Jakarta: Yayasan Bina Satria’ 45, 1987, hlm. 167.

15

Alasan Jepang Soal permasalahan Tekhnis adalah karena pada tanggal 9 Oktober 1945, sedang berlangsung Pawai Bendera Merah Putih dan pernyataan kebulatan tekad Pemuda Indonesia.

Ibid. hlm. 25 – 26.

(22)

pendorong timbulnya gerakan nasionalis prorepublik untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah tercapai.

Hotel De Boer, adalah tempat dimana Pasukan NICA bertempat tinggal setelah melakukan pendaratan di Belawan.

(23)

dengan nama Poh An Tui16

3.3.1 Insiden Jalan Bali

. Selanjutnya Poh An Tui ini ikut membantu sekutu dalam setiap pertempuran di Kota Medan.

Beberapa Insiden yang terjadi sepanjang 1945 – 1950 di Kota Medan adalah :

Insiden yang meletus di Jalan Bali terjadi pada tanggal 13 Oktober 194517

Akibatnya serdadu NICA merampas lencana Merah-Putih serta membuang dan menginjak-injaknya. Melihat hal ini para pedagang dan massa yang sedang beraktivitas ditempat tersebut berkumpul dan menyerang asrama Pension Wilhelmina dengan peralatan tempur seadanya. Akhirnya bentrokan fisik tidak dapat dihindari, peristiwa ini berlangsung hingga sore harinya, karena serdadu NICA melepaskan tembakan yang menimbulkan emosi para . Peristiwa ini terjadi akibat pelecahan dari serdadu NICA kepada seorang pemuda Indonesia yang kebetulan melewati Jalan Bali. Pemuda tadi diminta untuk melepas lencana Merah-Putih yang tersemat dikemejanya. Lencana Merah-Putih merupakan kebanggaan sebagai tanda bangsa yang sudah merdeka, karena pada saat itu Proklamasi kemerdekaan Indonesia sudah terealisasikan di Kota Medan. Dengan alasan itu, pemuda tadi mempertahankan lencananya.

16

Ibid. hlm. 202.

17

B. Ar. Pulungan, Tatengger di Kotamadya Medan dan Sekitarnya, Medan: Pemerintahan

(24)

pemuda. Insiden ini menelan korban sekitar 100 orang tetapi kebanyakan dari pihak Belanda. 18

Tugu Apolo berdiri di Jalan Veteran, Medan Area. Kawasan tersebut dulunya merupakan arena pertempuran melawan pasukan NICA saat terjadinya Insiden Jalan Bali.

18

(25)

3.3.2 Peristiwa Siantar Hotel

Siantar Hotel, menjadi markas NICA pada saat Peristiwa Siantar Hotel.

Peristiwa Siantar Hotel ini di latar belakangi oleh kedatangan sekutu yang mendarat pada tanggal 9 Oktober 1945, tetapi karena Jepang bimbang menerima kedatangan mereka, terpaksa menundanya satu hari, menjadi tanggal 10 Oktober. Alasan Jepang karena soal-soal teknis, tetapi yang sebenarnya pada tanggal 9 Oktober 1945 itu di Medan dan sekitarnya sedang berlangsung pawai bendera merah putih dan pernyataan kebulatan tekad pemuda Indonesia.

(26)

langsung menjadikannya sebagai markas. Pengawalan Jepang yang ada ditempat tersebut juga langsung digantikan oleh pasukan KNIL. Aksi yang paling menyolok dilakukan mereka ialah mengibarkan bendera merah putih biru. Sementara serdadu Belanda terus berjaga-jaga disekitar hotel dengan senjata di tangan dan terus menantang serta mencemoohkan rakyat Indonesia dengan kata-kata yang kasar dan hina.

Selanjutnya pada tanggal 9 dan 10 Oktober 1945 serdadu KNIL sudah bertindak lebih berani dengan mengadakan semacam “show of forces” dengan cara parade berkelompok-kelompok mengelilingi kota, sementara senjata senantiasa dipegang disertai dengan wajah-wajah sinis terhadap rakyat yang melihat aksi mereka tersebut di pinggir jalan.

(27)

usaha Belanda ini telah tercium oleh para pemuda. Setelah mengetahuinya, gerakan-gerakan pemuda semakin di tingkatkan lagi dan pengibaran bendera merah putih dilakukan pemuda di lapangan Pagoda. Dan kegiatan pemuda dipusatkan disebuah gedung persis di depan Siantar Hotel yang sudah menjadi markas Belanda (NICA).

3.3.3 Peristiwa Penghancuran Mesjid Jamik

Awal mula pemicu peristiwa ini adalah ketika sekutu berniat menempelkan ultimatum di depan Mesjid Jamik, yang isinya adalah ultimatum kepada warga Kota Medan untuk menyerahkan senjata kepada sekutu. Diluar dugaan, rombongan pasukan sekutu tersebut di hadang oleh barisan rakyat bahkan truk sekutu tersebut ditembaki hingga terbalik dam masuk ke parit. Akibatnya hari itu juga sekutu melakukan razia di Medan. Bentrok fisik tidak dapat dihindari ketika seorang pemuda Indonesia melemparkan granat ke arah pasukan sekutu yang sedang melakukan razia.

(28)

memperkuat pasukan dan melancarkan serangan umum terhadap sekutu. Bermodalkan semangat dan persatuan yang kuat serta persenjataan seadanya mampu membuat sekutu mundur dan meminta untuk berunding.

Latar belakang sekutu meminta perundingan adalah karena para pejuang melancarkan serang umum dan memblokir Kota Medan dari semua penjuru. Bahkan pasokan air bersih dari Sibolangit mereka putuskan sehingga Kota Medan Kekurangan air bersih19

Dalam perundingan ini, pihak sekutu berjanji untuk tidak mengganggu pemerintah sipil Republik Indonesia ataupun menyerahkannya diluar Kota Medan, Padang dan Palembang kepada pemerintahan Jepang selama pemerintahan berjalan baik dan kemudian tidak terganggu.

. Akibat tidak seimbangnya persediaan logistik dengan jumlah pasukan membuat pasukan sekutu sadar bahwa tidak mungkin berperang melawan bangsa Indonesia dengan kondisi yang kekurangan. Sehingga muncullah niat untuk meminta maaf atas kehancuran Mesjid Jamik dan mereka menyatakan kesiapannya untuk membantu permbangunan kembali mesjid tersebut.

20

19

Edi Saputra, Bejo Harimau Sumatera Dalam Perang Kemerdekaan, Jakarta: Yayasan Bina Satria’ 45, hal: 191

20

Panglima Komando Daerah Militer II Bukit Barisan, Sejarah Perang Kemerdekaan di

Sumatera 1945 – 1950, Medan: Dinas Sejarah Kodam II Bukit Barisan, 1984, hlm. 106.

(29)

sehingga permintaan maaf sekutu diterima dengan syarat pihak sekutu tidak lagi mengulangi peristiwa yang dapat memicu kemarahan rakyat Indonesia. 3.3.4 Pertempuran Medan Area

Inggris sebagai sekutu Belanda selalu siap membantu Belanda dalam mengembalikan kekuasaannya di Indonesia. Berbagai serangan dilakukan guna menghancurkan kesatuan Republik Indonesia. Pasukan Sekutu dan NICA berusaha mengacaukan suasana dan menguasai Kota Medan dengan menggerebek dan merampas objek-objek vital yang ada dalam Kota Medan. Mereka memperkuat kedudukannya dan menentukan sendiri secara sepihak batas-batas daripada daerah kekuasaannya. Sejak tanggal 1 Desember 1945, mulailah terpampang diberbagai sudut pinggiran kota pada batas daerah kekuasaannya. Spanduk dan selebaran yang berisi tulisan: “fix bounderis medan area“. Dari sinilah bermulanya popularitas istilah “Medan Area“ sejak

zaman perjuangan hingga dewasa ini.

(30)

dan kanannya sejauh 2 km. Orang Indonesia yang dikatakannya ekstrimis sesungguhnya bagi kita adalah mereka yang merupakan pejuang-pejuang yang rela gugur demi nusa dan bangsa.

(31)

Sementara itu penduduk menyelamatkan diri dengan mengungsi keluar kota untuk menghindari serangan udara sekutu. Akibatnya, Kota Medan sebagai pusat pemerintahan menjadi sepi pada saat itu.

Sesudah proklamasi kemerdekaan diproklamirkan di Kota Medan, para pemuda yang sudah mendapatkan pendidikan militer pada masa penjajahan Jepang membentuk laskar rakyat. Beberapa laskar rakyat yang ada di Kota Medan adalah Napindo, Pesindo, Harimau Liar dan lain-lain. Laskar rakyat tersebut kemudian menguasai sumber-sumber produksi seperti perkebunan dan hasilnya dijual ke Malaysia ataupun Singapura. Hasil dari penjualan ini digunakan untuk membeli persenjataan. Akibat dari penguasaan sumber-sumber produksi inilah yang menimbulkan pertikaian sehingga pasukan yang bertempur di Medan Area bergerak dan berjuang dengan masing-masing tanpa adanya suatu komando kesatuan yang mengakibatkan hasil pertempuran yang dicapai kurang memuaskan.

(32)

Rakyat Medan Area (RLRMA). Tujuan dibentuknya resimen ini adalah untuk menyatukan kekuatan dalam usaha melawan musuh.

Pada bulan Oktober 1946, sekutu membangun pos-pos pertahanan guna memperkuat daerah kekuasaannya. Melihat situasi ini RLRMA yang baru dibentuk itu berencana mengadakan serangan umum dengan nama Operasi 27 Oktober 1946. Operasi ini bertujuan untuk menduduki perkampungan yang telah dikuasai sekutu. Akibat persenjataan yang kurang memadai pos-pos pertahanan Inggris tidak semua dapat direbut oleh pasukan Medan Area. Pos-pos pertahanan yang berhasil direbut antara lain: Titi Kuning, Sukaramai, Jalan Mahkamah dan sebagainya.

(33)

Tanggal 15 Oktober 1946 Inggris menyerahkan daerah pendudukannya kepada Belanda.21

3.3.5 Revolusi Sosial

Pada saat itu juga Inggris melakukan timbang terima atas pos-pos pertahanannya. Pengambil alihan tersebut dibarengi dengan serah terima persenjataan. Tiga hari kemudian, Inggris meninggakan Indonesia, sejak saat itu rakyat Indonesia langsung berhadapan dengan Belanda.

Akhir tahun 1946, dalam tubuh RLRMA sudah mulai retak. Dalam menghadapi Belanda saat melancarkan serangan terhadap Republik, perpecahan dalam RLRMA semakin kelihatan sehingga tanggal 7-9 Januari 1947 ada kesepakatan untuk membubarkan RLRMA dan sebagai gantinya dibentuk Komando Medan Area (KMA).

Saat Belanda menjajah Indonesia, bangsa ini memperkenalkan konsesi tanah. Maka sultan berperan untuk mengutip pajak dari masyarakat dan mereka akan mendapat imbalan besar dari Belanda. Semakin banyak pajak yang diperoleh dari rakyat semakin besar pula imbalannya. Raja yang menikmati ketenangan hidup semakin memperdalam jurang pemisah dengan rakyat jelata yang menderita dibawah penjajahan Belanda. Menjelang berakhirnya kekuasaan Belanda tahun 1942 di Sumatera Timur, banyak

21

(34)

terdapat daerah yang telah berdiri sendiri, berkuasa penuh atas tanah dan isinya secara mutlak dan turun temurun22

Sewaktu meletusnya revolusi sosial di Sumatera Timur, pergolakan terjadi dan keluarga sultan ada yang ditawan bahkan ada yang dibunuh sementara hartanya dijarah. Revolusi di Kesultanan Deli berlangsung aman

. Daerah yang dimaksud dikuasai oleh sultan. Masa revolusi mempertahankan kemerdekaan, mereka mengharapkan datangnya kembali Belanda sehingga kaum feodal kurang berpartisipasi dalam perjuangan kemerdekaan.

Revolusi Sosial di Sumatera Timur yang meletus bulan Maret 1946 karena kaum feodal yang tidak mau bergabung dengan kaum revolusioner, bahkan mereka menciptakan lingkungannya sendiri dengan mengikuti gaya hidup orang-orang Eropa yang eksklusif dan tidak mau berintegrasi dengan pergerakan nasional yang pada saat itu sedang gencar-gencarnya dilakukan di Medan. Disamping itu mereka mendapat perlakuan istimewa dari sekutu, harapan sekutu dengan adanya perlakuan istimewa ini akan tercipta kecemburuan antar suku yang ada di Medan dan akan menimbulkan perpecahan.

23

22

Laiku Silangit dkk, Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945”, Medan : Belum diterbitkan, hlm. 219.

23

Marcinus Hutasoit, Percikan Revolusi di Sumatera, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1986, hlm. 57.

(35)

anggota PADI dan benteng pertahanan pasuka Inggris di Medan cukup kuat untuk melindungi keluarga sultan dari amukan massa. Sultan Deli meminta perlindungan dari sekutu karena pada masa kolonial, hubungan antara Belanda dan Melayu cukup dekat, sehingga pada masa perang kemerdekaan mereka berharap Belanda bisa berkuasa kembali di Indonesia. Keinginan ini sangat lumrah karena dengan berkuasanya kembali Belanda, maka perlakuan istimewa yang mereka rasakan sebelumnya dapat dirasakan kembali. Usaha penyelesaian revolusi sosial tersebut tidak luput dari peranan para pemuda yang bergabung dalam organisasi-organisasi pemuda yang kuat di setiap daerah konlik seperti: Napindo, Pesindo, dll.

(36)

1. Langkat

Istana Sultan Langkat

Revolusi sosial melanda Langkat dimulai pada tanggal 4 maret 1946 dengan korban sebanyak 37 orang bangsawan. Amir Hamzah, seorang pelopor sumpah pemuda 28 oktober 1928 juga menjadi salah satu korban dalam revolusi sosial di Langkat. Tanggal 7 maret 1946, Amir Hamzah ditangkap dan diangkut dengan sebuah mobil pick-up dari istana Binjai kemudian dibawa ke perkebunan Kuala Begumit. Selanjutnya, tanggal 20 maret 1946, Amir Hamzah dipancung oleh Iyang Wijaya dengan alasan Amir Hamzah adalah seorang pengkhianat bangsa. Tanggal 6 maret, kaum republiken menangkap bangsawan-bangsawan Langkat diantaranya :

(37)

b. Tengku Ibrahim gelar Tengku Maharaja c. Datuk Jamil, sekretaris Sultan

d. Tengku Bagi dari Bahorok dan lain-lain.

Pada tanggal 8 maret 1946, pemuda Volksfront mengepung istana Langkat. Selanjutnya, tanggal 9 maret 1946, diputuskan aliran listrik istana. Hal ini membuat istana menjadi gelap sehingga pemuda Volksfront bebas membuat gaduh.

2. Simalungun

Revolusi sosial di Simalungun dipimpin oleh Saragih Ras. Tidak berbeda dengan daerah lain, revolusi sosial di Simalungun juga terjadi pembunuhan dan perampokan keluarga kesultanan. Raja Pane, Raja Raya, Tengku Halmet, Tengku Husin, Sutan Namora, Tengku Aziz, Tengku Nur, Wan Bachtin, Orang Kaya Syahbandar. O. K. Nur, O. K. Ahmad, O. K. Musa, Sohor, dam Tengku Anif.

3. Binjai

(38)

Banyak korban peristiwa revolusi sosial 1946 di Binjai yang sebenarnya berjuang untuk mempertahankan Republik, tetapi mereka mengundurkan diri sewaktu pada Agresi Militer Pertama. Adapun yang menjadi korban dalam revolusi sosial di Binjai, yaitu :

1. Tengku Don, Komandan Pesindo Kanan Binjai. 2. Tengku Kamil, Wakil Komandan.

3.Tengku Taufik.

4. Tengku Dahrul, Jaksa periksa tangkapan tunjukan Volksfront.

5. Sekitar 40 orang lagi anggota pasukan dan rakyat yang ikut mengungsi ke Simalungun.

4. Kesultanan Asahan

Gerakan revolusi sosial di Asahan dipimpin oleh Harris Fadilah, Usman Manurung, Rakutta Sembiring dan lain-lain, telah melaksanakan pembunuhan masal (baik laki-laki maupun perempuan) dari kalangan bangsawan dan tokoh-tokoh Melayu sehingga mendekati korban sebanyak 400 orang. Ketua KNI Asahan, Abdullah Eteng sempat ditahan, bahkan wakil NRI di Asahan, T. Moesa ikut dibunuh.

(39)

beserta isinya disergap pada tanggal 3 maret 1946. Dikediaman T. Moesa, setelah beliau diamankan, Volksfront dijadikan markas dan sebagai tempat pengumuman nama-nama kaum bangsawan yang akan dibunuh.

Istana Sultan Asahan

Raja Maimunah (seorang guru Sekolah Rakyat) menjahit bendera Belanda dilokasi lain dan setelah terjadinya pembunuhan para bangsawan, meletakkan bendera tersebut di rumah T. Moesa dan berteriak-teriak kepada masyarakat ramai bahwa dia menemukan bendera Belanda di rumah T. Moesa. Hal tersebut semakin membuat rakyat marah kepada kaum bangsawan dan menimbulkan opini bahwa kaum bangsawan pro Belanda.

(40)

sudah ditemukan 140 mayat di kota tersebut beberapa penghulu dan pegawai didikan Belanda serta seluruh kelas “Tengku“. Anak laki-laki usia 16 tahun keatas dibunuh.

Setelah didata baru ditemukan sekitar 71 orang dari 140 orang (versi Anthony Reid, Australia) yang terbunuh dipihak keluarga Sultan, belum termasuk dari rakyat biasa. Belakangan ini baru diketahui bahwa para korban dibunuh ke Mesjid Raya Sultan Ahmadsyah Tanjung Balai oleh para sanak saudara pada tanggal 11 dan 12 mei 2002. Dalam revolusi sosial di Asahan, 3 orang putera tengku Mohammad Adil meninggal, diantaranya : Tengku Moesa, Tengku Bahari, Tengku Nazar.

Sebelum peristiwa revolusi sosial ini terjadi, Kesultanan Deli telah memberitahu keluarga Asahan agar segera mengasingkan diri ke Kota Medan karena berita bahwa akan ada semacam gerakan revolusi. Tetapi pihak Asahan tidak menanggapi peringatan tersebut karena situasi di Kota Tanjung Balai biasa-biasa saja.

(41)

memerintahkan kepada sanak saudara yang selamat agar segera mengungsi ke Kota Medan dan meninggalkan Kota Tanjung Balai pada tahun 1947.

5. Labuhan Batu

Revolusi sosial di Labuhan Batu dipimpin oleh oknum-oknum dari Pesindo dan PKI. Wakil pemerintah NRI untuk Labuhan Batu, Tengku Hasnan dibunuh bersama Sekretaris Komite Nasional Indonesia (KNI). Seluruh raja-raja Kuala, Panai, Bilah, dan Kota Pinang dibunuh didekat titi Gunting Saga di Ranto Parapat dibunuh juga Raden Sukarman dan seorang pembantunya. Di Kuala, raja dan putranya Tengku Bedarul Kamal, Tengku Harun, Tengku Sulung Yahya dibunuh. Di Bilah, pembantaian dilaksanakan atas perintah Wiryono dari PKI (kepala Kantor Pos) dan Bahrum Nahar. Sultan Bilah dan putera-puteranya Tengku Harun dan menantunya Tengku Sri Muda juga dibunuh.

(42)

dalam daerah Sumatera Timur, diluar (terkecuali), Kota Medan, dipegang oleh Tentara Republik Indonesia Divisi Sumatera Timur.

2. Diminta kepada segenap lapisan rakyat dan penduduk, berlaku aman dan tentram dan bekerja seperti biasa.

Hingga tanggal 6 maret 1946, revolusi sosial di Sumatera Timur masih berlangsung. Wakil-wakil pemerintah Mr. Luat Siregar dan M. Junus Nasution telah memulai perjalanan berkeliling untuk mengamankan dan menyusun badan-badan pemerintahan. Pada saat itu diadakan pertemuan dengan anggota Volksfront yang ada di Medan dengan pegawai-pegawai tinggi NRI, anggota-anggota Markas Divisi TRI dan pimpinan pasukan-pasukan yang lain untuk melakukan koordinasi. Pihak sekutu dan Jepang sudah diminta supaya mereka jangan mencampurai revolusi sosial di Sumatera Timur.

Sebelumnya, tanggal 5 maret diadakan sebuah rapat antara Volksfront dengan KNI dan wakil kerajaan Lnagkat yang dihadiri oleh M. Junus Nasution. Dalam rapat tersebut diambil keputusan untuk menghapuskan daerah-daerah istimewa Langkat. Selanjutnya tanggal 7 maret, beribu-ribu rakyat berkumpul didekat Mesjid Raya Medan dan mendesak Komite Nasional wilayah Deli untuk menghapuskan wilayah istimewa Deli. Akhirnya, rapat yang dihadiri M. Junus Nasution tersebut berhasil menghapuskan wilayah istimewa Deli.

(43)

kehendak rakyat. Daerah istimewa Bilah dan Panai juga ikut dihapuskan dalam revolusi sosial di Sumatera Timur.

3.3.6 Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia

Akibat agresi militer Belanda II, Amerika mengancam akan memutuskan bantuan ekonomi (Marshal Plan) terhadap Belanda apabila tidak mau berunding, sehingga kebijakan Belanda mulai mengarah pada diplomasi. Tindakan Belanda dengan aksi militer di bidang politik pun tidak menguntungkan mereka. “Negara-negara” ciptaannya seperti “Negara Pasundan”, “Negara Madura”, “Negara Sumatera Timur”, “Negara Jawa Timur”, “Negara Indonesia Timur” bahkan mencela dan memprotes. Dewan Keamanan PBB mulai membicarakan agresi Belanda.

Karena tekanan-tekanan politik dan militer (dengan makin besarnya kemampuan TNI untuk melancarkan serangan gerilya) itulah akhirnya Belanda mau menerima perintah Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan agresinya.

(44)

Di negeri Belanda, di ruang takhta Istana Kerajaan Belanda, Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees, Menteri Seberang Lautan Mr. A. M. J. A. Sassen dan Ketua Delegasi RIS Drs. Moh. Hatta, bersama-sama membubuhkan tanda tangan pada naskah pengakuan kedaulatan tersebut.

Di Jakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota A. H. J. Lovink dalam suatu upacara bersama-sama membubuhkan tanda tangan pada naskah penyerahan kekuasaan.

(45)
[image:45.612.149.522.115.341.2]

3.3.7 Berdirinya Negara Sumatera Timur (NST)

Gambar Bendera dan Lambang Negara Sumatera Timur

Negara Sumatera Timur (NST) dibentuk oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1947. Pada tanggal 25 Desember 1947, van Mook mengeluarkan dekrit yang secara resmi menyatakan, bahwa DIST diakui sebagai sebuah negara, dengan nama Negara Sumatera Timur (NST). Pada tanggal 20-21 Januari 1948, Dewan mendengarkan laporan dari anggota-anggota delegasi ke Jakarta tentang:

a) Persiapan pemerintah federal sementara

(46)

a) Jajaran NST segera diambil sumpahnya, setelah susuna tatnegara diumumkan

b) Mengeluarkan majalah Warta Resmi Negara Sumatera Timur, sebuah majalah untuk memusatkan peraturan-peraturan dan berita-berita resmi dari NST.

Selanjutnya, Dewan Sementara mengesahkan Peraturan Tentang Organisasi Ketatanegaraan Negara Sumatera Timur pada tanggal 27 Januari 1948. Tepatnya pada tanggal 29 Januari 1948 dilaksanakan proklamasi Negara Sumatera Timur di Kota Medan. Suatu negara harus disertai lembaga pemerintahan sehingga hal ini ditindaklanjuti dengan pengesahan peraturan tentang organisasi ketatanegaraan NST. Dalam upacara itu juga, dikibarkan bendera NST24

1. Adanya klausul menentukan hak nasib sendiri bagi masyarakat di Indonesia, seperti tercantum didalam pelaksanaan Perjanjian Linggarjati (kemudian diakui juga dalam Perjanjian Renville)

untuk pertama kalinya.

Ada beberapa alasan sehingga NST berdiri, diantaranya adalah sebagai berikut:

2. Para intelektual penduduk asli Sumatera Timur, meskipun mereka kebanyakan keturuna bangsawan, tetapi didukung oleh Belanda untuk

24

(47)

menghadapi RI (yang pimpinannya juga kaum intelektual didikan Belanda). Hal ini untuk menghilangkan kesan bahwa NST bukan mau mengembalikan sistem swapraja di Sumatera Timur, yang sebenarnya Belanda sendiri sudah mau menghapuskannya di Indonesia dan tidak pernah lagi merehabilitirnya di seluruh Indonesia. Oleh sebab itu semua administrasi kekuasaan kerajaan di Sumatera Timur diambil alih oleh NST.

3. Adanya keinginan para intelektual Sumatera Timur untuk memegang kekuasaan politik di Sumatera Timur yang sangat makmur agar jangan jatuh ketangan orang pendatang, sebagai halnya ketika berada dibawah kekuasaan NRI (periode 1946-1947). Ada juga bekas raja-raja kecil dan Sultan Asahan (keponakan dari dr. Mansjoer) yang bekerja pada NST meskipun gembong-gembong NST tidak akan memulihkan kekuasaan pimpinan adat tradisional ataupun mendukung hak ulayat tanah penunggu.

4. Gembong–gembong NST mendukung pemerintah federalk Indonesia di Jakarta untuk menjadi bagian dari NRI. Dengan demikian hasil yang kaya dari Sumatera Timur tetap berada didaerah ini25

25

Tim Khusus Perencanaan Dan Pelaksana Pembangunan Tatengger Di Propinsi daerah Tingkat I Sumatera Utara, Perjuangan Menegakkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Republik

Indonesia Di Sumatera Utara, Medan: Tanpa Nama Penerbit, 1995, hlm. 118–122.

(48)

Dr. H. J. Van Mook sebagai Petinggi Belanda di Indonesia turut hadir pada saat proklamasi NST. Dalam upacara itu dilakukan pengambilan sumpah terhadap dr. T. Mansjoer sebagai Wali NST dan anggota Dewan Sementara26.

dr. Tengku Mansoer

26

(49)

Pada tanggal 12 Maret 1948 diadakan upacara peresmian NST yang dihadiri utusan dari berbagai wilayah lainnya di Indonesia dan pembesar dari Jakarta. Sejak malam sampai tanggal 18 Maret diadakan perayaan, pasar malam dan perlombaan untuk rakyat. Pada tanggal 23 Maret diadakan upacara

serah terima Pemerintahan Sumatera Timur dari Mr. J. Gerritsen (Recomba/Commissaris van de Kroon)27. Dengan adanya NST, semua hasil

tanah perkebunan berada ditangan pemerintahan NST dan tidak lagi ditangan raja-raja28

1. Penyerahan urusan kerajinan, sesuai dengan staatsblad No. 126 Tahun 1948.

.

Dengan serangkaian ketetapan Wali Negara Sumatear Timur, maka diumumkan beberapa penerangan urusan-urusan pemerintahan oleh Gubernur Hindia Belanda kepada NST dilakukan melalui besluit, yaitu :

2. Penyerahan urusan kehutanan sesuai dengan staatsblad No. 127 Tahun 1948.

3. Penyerahan urusan kehewanan, sesuai dengan staatsblad No. 128 Tahun 1948.

27

Recomba merupakan Komisaris Pemerintah untuk masalah–masalah pemerintahan.

28

(50)

4. Penyerahan urusan pertanian, sesuai dengan staatsblad No. 129 Tahun 1948.

5. Penyerahan urusan ekonomi, sesuai dengan staatsblad No. 130 Tahun 1948

6. Penyerahan urusan pengairan dan pembangunan, sesuai dengan staatsblad No. 131 Tahun 1948.

7. Penyerahan urursan sosial, sesuai dengan staatsblad No. 157 Tahun 1948.

8. Penyerahan urusan kesehatan, sesuai dengan staatsblad No. 158 Tahun 1948.

9. Penyerahan urusan Pendidikan, kesenian dan Ilmu Pengetahuan, sesuai dengan staatsblad No. 159 Tahun 1948.

10.Penyerahan urusan pelayaran, sesuai dengan staatsblad No. 184 Tahun 1948.

11.Penyerahan urusan keuangan, sesuai dengan staatsblad No.320 Tahun 1948.

Pembentukan NST ini ternyata mendapat kecaman dari kaum republiken. Mereka menganggap sebagai boneka Belanda karena NST

(51)

dipimpin oleh Tjokorda Gede Rata Sukawati, Negara Sumatera Selatan (30 agustus 1948) yang dipimpin oleh Abdul Malik, Negara Jawa Timur (26 November 1948) yang dipimpin oleh R. T. Kusumonegoro, Negara Pasundan (26 Februari 1948) yang dipimpin oleh R. A. A. Wiranata Kusumah dan Negara Madura (16 januari 1948) yang dipimpin oleh Tjakraningrat.

Kaum republiken berusaha mempengaruhi opini masyarakat Sumatera Timur, agar tidak mendukung kehadiran NST. Hal ini disampaikan melalui surat kabar Waspada dan Mimbar Umum. Salah satu tokoh republik di Sumatera Timur, Djamin Gintings mengatakan bahwa NST merupakan negara boneka yang dijadikan alat oleh belanda untuk menghancurkan NKRI.

Demikian juga halnya dengan pernyataan M. Said dalam surat kabar Waspada. Menurut beliau NST merupakan negara tidak menentu, karena NST tidak jelas. Tulisan M. Said sebagai tokoh pers tentang NST dalam surat kabar Waspada edisi April 1948 mengemukakan pendapat bahwa kekuasaan NST sebagai negara bikinan Belanda jauh lebih kecil dibandingkan dengan kekuasaan zelfbestuurders (sultan-sultan) masa sebelum perang yang menandatangani politik kontrak dengan Belanda29

29

Prambudi Said, Sejarah Harian Waspada, dan 50 TahunPeristiwa Halaman Satu, Medan: PT. Prakarsa Abadi Press, 1995, hlm. 15.

(52)

Sebaliknya hak-hak Negara Sumatera Timur kecil adalah karena tidak diberikan oleh Gubernemen Hindia Belanda kepada NST. M. Said menyatakan bahwa Negara Sumatera Timur adalah negara “nasotontu”(negara tidak menentu)30

Namun pihak NST juga menggunakan surat S. K. Mestika yang dipimpin oleh Tengku Jafisham guna menanggapi dan membalas kecaman dari kaum republiken. Dr. Mansjoer membantah semua kecaman dari kaum republiken yang mengatakan bahwa tokoh-tokoh NST sebagai boneka Belanda. Dr. Mansjoer mengatakan bahwa gerakan sudah ada sejak masa

. Dimana M. Said melihat wilayah NST itu masih dibawah kekuasaan RI sedangkan batas-batasnya tidak mendapat kesepakatan dari pihak Republik. Tulisan M. Said kepada NST disampaikan kepada masyarakat melalui harian Waspada yang bertujuan supaya masyarakat umum mengetahui lebih lanjut tentang NST. Protes juga datang dari pemerintah pusat yang menyatakan bahwa para tokoh yang membentuk NST adalah para penghianat terhadap republik yang berdaulat.

Tak cukup sampai disitu, pembentukan NST tak hanya mendapat kecaman dari kaum republiken, tetapi juga dari pemerintah Belanda yang bertugas di Sumatera Timur yaitu van de Velde. Van de Velde memandang pembentukan NST sebagai bentuk pemerasan politik oleh golongan minoritas setempat yang telah diuntungkan oleh Agresi Militer Belanda I.

30

(53)

pendudukan Jepang. Untuk melawan dominasi masyarakat pendatang. Meskipun demikian, Dr. Mansjoer dalam pidatonya didepan sidang Dewan Perwakilan sementara NST, secara tidak langsung mengakui adanya bantuan dari pihak Belanda dalam mewujudkan NST31

Setelah penyerahan kedaulatan RI bersama organisasi Front Nasional akhirnya dapat mengalahkan NST. Negara Kesatuan diproklamasikan tanggal 15 Agustus 1950 didepan kantor Gubernur Militer di Medan. Dr. Mansjoer

.

Dengan adanya kritik pemerintah pusat dan juga pers terhadap NST membuat Front Nasional dari beberapa daerah diantaranya: Tebing Tinggi, Lubuk Pakam, Perbaungan, Kisaran dan lain lain melakukan aksi mendukung terwujudnya negara kesatuan.

Runtuhnya NST disebabkan beberapa faktor, diantaranya karena terjadinya konflik internal dimana muncul golongan pendukung feodal dan anti feodal. Disamping itu tokoh-tokoh pemimpin NST tidak mampu menghadapi propaganda RI serta menarik masyarakat untuk mendukung NST. KMB yang dilaksanakan tanggal 23 Agustus-2 November 1949, salah satu keputusannya menentukan nasib NST yaitu bahwa KNIL akan masuk menjadi APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat). Dengan demikian kekuatan militer NST semakin terjepit sementara golongan pendukung republik bersama TNI menyatukan kekuatan untuk meruntuhkan NST.

31

(54)

secara resmi menyerahkan semua kekuasaan dan wewenang pemerintahan NST kepada ketua PPNKST Sarimin Reksodihardjo.32

32

Ibid. hlm. 213.

(55)

BAB IV

AGRESI MILITER BELANDA DAN BUBARNYA NEGARA SUMATERA TIMUR

4.1 Agresi Militer Belanda

Kedatangan Pasukan Belanda ke Kota Medan

(56)

yang akan berlaku mulai tanggal 15 Februari 1947 tepat pukul 12 malam.33

Untuk memperkuat kedudukan Belanda di Indonesia melalui sekutu, dibentuklah Allied Military for Civil Affair Brandh (AMACAB) yang bertugas mengatur pengembalian urusan pemerintahan kepada Belanda

Perundingan seperti ini sudah sering dilakukan tetapi pertempuran masih tetap saja ada. Sebelum berlakunya perundingan gencatan senjata, bangsa Indonesia melakukan operasi untuk merebut pos pertahanan Belanda.

Di Kota Medan operasi ini dipimpin oleh Mayor Hasan Achmad dan Mayor Martinus Lubis dengan nama Operasi 15 Februari 1947. Operasi ini tidak berhasil karena beberapa faktor diantaranya persenjataan yang kurang memadai serta komunikasi yang kurang terkoordinasi. Dalam operasi tersebut, salah seorang pemimpinnya wafat yaitu Mayor Martinus Lubis. Melihat situasi yang selalu berperang, akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan melalui meja perundingan, sehingga tanggal 27 Maret 1947 ditandatangani Perjanjian Linggarjati yang salah satu isinya yaitu pengakuan dari Belanda atas kekuasaan Indonesia terhadap Jawa, Sumatera dan Madura.

34

33

Laiku Sailangit dkk, Op. cit., hlm. 241.

34

Syahnan, Dari Medan Area Ke Pedalaman Dan Kembali Ke Kota Medan, Medan: Dinas Sejarah Kodam – II/BB, 1982, hlm. 62.

(57)

siap, Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda yang pertama pada tanggal 21 Juli 1947. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap isi Perjanjian Linggarjati dengan melaksanakan serangan serentak terhadap semua pertahanan RI baik melalui udara, laut dan darat. Untuk daerah Medan sendiri tembakan dilancarkan ke seluruh penjuru, namun oleh pihak Belanda, agresi ini dikatakan sebagai tindakan polisionil untuk mengamankan situasi.

(58)

Kedatangan Pasukan Belanda ke Kota Medan

(59)

Dua hari setelah Agresi Militer Belanda, pasukan Republik Indonesia membalas serangan tersebut sampai dengan tanggal 4 Agustus sehingga terjadi pertempuran yang terus menerus karena adanya aksi balasan. Namun pertempuran tersebut dimenangkan oleh Belanda karena Belanda dapat menguasai beberapa kota seperti: Medan, Pancur Batu, Tanjung Morawa, dan sebagainya. Poh An Tui turut berperan membantu Belanda dalam merebut kota-kota di Medan35

Berbagai upaya dilakukan Belanda agar Indonesia hancur dan jatuh ketangan Belanda. Upaya tersebut malah semakin mengangkat nama Indonesia dimata dunia internasional dan perselisihan antara Indonesia dengan Belanda menjadi perhatian PBB. Respon PBB terhadap masalah ini adalah dengan membentu Komisi Tiga Negara (KTN) dengan anggotanya adalah: Belgia, Australia, dan Amerika Serikat. Salah satu hasil kerja dari KTN tersebut adalah mengadakan perjanjian antara

.

Persatuan Sumatera Timur (PST) yang sudah berdiri sejak tahun 1938 dan Siap Sedia (SS) pada masa pendudukan Jepang adalah perkumpulan yang memberikan perhatian pada kepentingan sosial ekonomi penduduk “asli” Sumatera Timut. Organisasi ini merupakan cikal bakal berdirinya Negara Sumatera Timur (NST) setelah Agresi Militer Belanda I. Belanda menyetujui pembentukan NST ini dengan maksud kekuata republik akan terbagi – bagi dan dengan sendirinya akan mudah untuk dikuasai.

35

(60)

Indonesia dengan Belanda, perjanjian yang dimaksud adalah Perjanjian Renville yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948.

Setelah Perjanjian Renville, pada tanggal 7 Februari 1948 dikeluarkan sebuah ketetapan yang isinya adalah supaya pasukan RI yang berada di kantong-kantong di Tanah karo, Langkat, Deli Serdang, Asahan dan Simalungun serta sekitar Kota Medan supaya meninggalkan daerah tersebut dalam tempo 2 x 24 jam36. Sebenarnya Perjanjian Renville merugikan Indonesia karena semakin mempersempit wilayah Indonesia, tetapi persetujuan tetap diterima dengan pertimbangan secara diplomasi masalah dapat diatasi. Diharapkan dengan ditandatanganinya perjanjian ini tidak akan ada lagi pertempuran. Sementara yang terjadi di republik adanya perpecahan ditubuh TNI, kesempatan ini digunakan Belanda untuk mempersiapkan terhadap Indonesia.

Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer ke duanya yang berhasil menduduki ibukota RI serta menawan pemimpinnya, sehingga dibentuklah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukit Tinggi atas inisiatif Mr. Syarifuddin Prawiranegara. Republik menanggapi agresi ini dengan memberikan perlawanan sehingga sampai awal tahun 1949, masih banyak pertempuran yang terjadi di seluruh Indonesia.

36

B. Ar. Pulungan, Perjuangan Menegakkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Republik

(61)

4.2 Negara Sumatera Timur (NST) Melebur Menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Negara Sumatera Timur merupakan satu dari dua negara bagian Republik Indonesia Serikat yang paling lama bertahan. NST bubar pada tanggal 17 Agustus 1950. NST dapat bertahan hingga detik terakhir pembentukan negara kesatuan karena petinggi-petinggi NST mampu merekayasa kepentingan ekonomi perkebunan di Sumatera Timur. Runtuhnya NST tidak terlepas dari kurang mampunya tokoh–tokoh NST dalam upaya memobilisasi dukungan massa rakyat, terutama para petani dan buruh–buruh perkebunan didaerah pedesaan. Berbagai kebijakan ekonomi dan politiknya justru lebih mengasingkan NST dari masyarakatnya, termasuk etnis asli, petani Karo dan Simalungun. Kebijaksanaan agraria ternyata membuat buruh–buruh Jawa dan petani migran lebih mendukung Republik .

Tepat pada tanggal 15 Agustus 1950, Soekarno secara resmi mengproklamirkan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesi (NKRI) di hadapan sidang bersama parlemen dan senat RIS. Dengan berdirinya NKRI maka pemerintah RIS dibawah pimpinan Perdana Mentri Mohammad Hatta menyerahkan mandatnya kepada Soekarno. Demikian pula dengan pemerintah federal di daerah-daerah dinyatakan bubar.

(62)

setelah pengakuan kedaulatan. Lebih kurang 500 petani mengadakan rapat umum di Kabanjahe pada 15 Januari 1950. Para petani Karo menuntut agar pemerintah NST secepatnya mengadakan penyelesaian pemogokan tersebut berdasarkan tuntutan buruh yang mogok. Pada 22 Maret buruh kereta api melakukan aksi mogok. Sekitar 3000 buruh kereta api di Sumatera Timur yang mogok memberikan dampak besar kepada perkebunan. Sebab, 90% barang produk perkebunan diangkut dengan kerata api ke Pelabuhan Belawan dan kota–kota lainnya.

Terhitung dari bulan Desember 1949, kekuatan politik Sumatera Timur berusaha menghancurkan NST yang dianggap produk dari van Mook. Di daerah Sumatera Timur, khusunya Karo dan Simalungun terjadi pemogokan dan demonstrasi sehingga melahirkan Aksi Tuntutan Rakyat (ATR) yang diketuai Mbera Barus. Selain itu, muncul pula organisasi massa yang bernama Kongres Rakyat Sumatera Timur (KRSTI).

Selain itu, para pendukung NST, terutama yang bergabung dalam Partai Negara Sumatera Timur (PNST) turut membentuk Permusyawaratan Rakyat se-Sumatera Timur (PRSST) yang dipimpin oleh Tengku Nikmatullah. Organisasi ini muncul karena ketakutan pemimpin NST dan penduduk NST apabila Sumatera Timur digabungkan kedalam Republik Indonesia sebelum Negara Kesatuan dibentuk. Hal ini disebabkan bentuk negara pada masa itu adalah RIS.

(63)

RIS mewakili NST dan NIT dengan RI. Semua pihak telah setuju untuk membentuk Negara Kesatuan. Berikut ini proses perubahan RIS menjadi Negara Kesatuan. Pemerintah NST dan NIT menyerahkan mandatnya kepada panitia RIS, selanjutnya delegasi pemerintah RIS berunding dengan delegasi pemerintah RI. Selanjutnya, dibentuk sebuah panitia untuk mengubah konstitusi sementara RIS yang terdiri dari wakil RIS dan RI. Rancangan tersebut diajukan kepada DPR, senat RIS, dan BPKNIP. Kemudian, kedua pemerintah RIS dan RI bubar dan Presiden mengupayakan pembentukan pemerintah baru yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Selanjutnya, tanggal 10 Juli 1950, pemerintah RIS mengangkat empat anggota Panitia Persiapan Negara Kesatuan Sumatera Timur (PPNKST). Panitia ini dibentuk untuk melakukan tahap akhir penggabungan NST kedalam NKRI. Selanjutnya, tugas PPNKST membentuk DPRS disetiap kabupaten dan kotapraja di Sumatera Timur berdasarkan Peraturan Pengganti UU No. 2 Tahun 1950 dari NRI dan Tapanuli serta Aceh disatukan menjadi Provinsi Sumatera Utara. Ketua PPNKST adalah Sarimin Reksodihardjo, sedangkan anggotanya adalah MR. Moh. Yusuf, Moh. Amin, dan Raja Kaliamsyah Sinaga. Dalam menjalankan tugas-tugasnya PPKNST dibantu oleh dua badan, yaitu:

(64)

2. Badan penempatan pegawai, yaitu: Madong Lubis. Madja Purba, Mustafa Pane, Abd. Wahab Siregar, Souhouka, Tewoh, Mohd. Kasim, Abdullah Eteng, Arsip, Abd. Wahid Er, Udin Syamsuddin, Tengku Ubaidullah, Telah Mohd. Amin, Abd. Rahim Ja’far, F. Hutagalung (Serikat NST), Abd. Rahman, Mangaraja Ihutan, dan M. Arsyad Talib Lubis.

Selanjutnya, tanggal 16 Juli 1950 dikeluarkan urgensi Program PPNKST yang menyatakan bahwa Sumatera Timur akan dijadikan sebagai bagian daerah administatif (tidak otonomi) sesuai dengan azas undang-undang Pemerintahan Daerah RI No. 22 tahun 1948. Selanjutnya, dibentuk Panitia Penyelenggara Pembentukan Provinsi Sumatera Utara (P4SU) berdasarkan ketetapan Menteri Dalam Negeri RIS No. 13 tahun 1950. Panitia tersebut terdiri dari wakil-wakil dari tiga wilayah (Aceh, Tapanuli, dan NST) yang akan dijadikan Provinsi Sumatera Utara. P4SU tersebut diketuai Sarimin Reksodiharjo. Selain itu Sarimin Reksodiharjo juga diangkat sebagai pejabat sementara Gubernur Sumatera Utara. Sedangkan anggotanya adalah: T, Daudsyah, Raja Kaliamsyah, dan Binanga Siregar. Dengan pembentukan P4SU tersebut, elite-elite NST mengundurkan diri dari jabatannya, meskipun NST secara resmi belum bubar.

(65)
(66)

4.3 Peranan Sumber Visual Fotografi Dalam Mempertahankan Kemerdekaan di Kota Medan Tahun 1945-1950

Realitas memperlihatkan, sebagaimana karya-karya kategori sejarah lainnya, seperti sejarah politik, sejarah sosial, sejarah kebudayaan dan sejarah ekonomi, karya-karya sejarah pada umumnya masih menjadikan sumber tertulis sebagai sumber utama penulisan atau bahkan sumber satu-satunya dalam merekonstruksi sejarah.

Dengan demikian karya sejarah lebih banyak lahir dalam bentuk konvensional, sebagaimana yang dapat dilihat dewasa ini, yakni karya sejarah yang secara substansial didominasi oleh deskripsi atau narasi yang bersifat tertulis.Padahal, kenyataan memperlihatkan bahwa sumber-sumber yang dapat digunakan untuk merekonstruksi sejarah seni tidak hanya berupa sumber tertulis tetapi juga sumber benda, sumber lisan, dan sumber visual.Bahkan, keberadaan sumber visual semakin hari tampak semakin mendominasi sumber sejarah untuk kepentingan rekonstruksi sejarah.Disadari atau tidak, saat ini pun manusia modern tengah memasuki era yang dinamakan era kebudayaan nirkertas atau paperless culture.

(67)

Indonesia mencapai kemerdekaannya. Pada masa itu khususnya di Kota Medan, foto-foto sebuah peristiwa telah banyak bercerita dan dinikmati masyarakat yang diperoleh melalui pemberitaan oleh para jurnalis.

Dalam banyak kesempatan, terlepas dari kondisi ekonomi dan langkanya para penjual dan pemilik kamera foto, tetapi warisan dari foto tersebut masih bisa dinikmati sampai pada masa sekarang ini.dapat dibayangkan bagaimana foto-foto yang kita nikmati sekarang menjadi propaganda perjuangan pada masa itu. Contoh kasus yang sangat sederhana ketika kita melihat foto pembacaan naskah proklamasi di Kota Medan tepatnya dilapangan Esplanade (lapangan Merdeka sekarang). Maka akan timbul banyak pertanyaan di benak orang yang melihat foto tersebut. Bisa kita pastikan akan ada respon bahkan reaksi yang timbul setelah melihatnya. Demikianlah peranan foto dalam masa perjuangan kemerdekaan khususnya di Kota Medan.

(68)

4.4 Fotografi Sebagai Sumber Informasi Perjuangan Kemerdekaan

Peranan fotografi tidak hanya dirasakan pada masa perang kemerdekaan, tetapi pada masa pergerakan nasional pun digunakan sebagai media untuk menyebarkan informasi. Turut beriringan juga dengan perkembangan pesat surat kabar yang terbit di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan informasi. Tokoh-tokoh pers melakukan aksi propaganda untuk mempertahankan kemerdekaan melalui berita yang dimuat dalam surat kabar. Keberhasilan surat kabar sebagai media perjuangan tidak terlepas dari peranan jurnalis foto yang menyandingkan berita-berita tentang etos perjuangan melalui tulisan dengan foto-foto.

(69)

Foto pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dimuat di harian Merdeka pada tanggal 20 Februari 1946.

Surat kabar merupakan lapangan kontrol yang paling sehat dengan memuat berita yang sebenarnya terjadi di masyarakat dan berani bertanggung jawab.37

37

Muhammad TWH, Perjuangan Tiga Komponen Untuk Kemerdekaan, Medan: Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI, 2004, hlm. 4.

(70)

BAB V

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

Foto adalah penyikap sejarah, kehadiran visual yang melahirkan teks-teks baru dalam kehidupan.Fotografer menjadi penanda keberadaan foto dan teks pada suatu tempat dan menjadi bukti bahwa mereka ingin masuk dalam lingkaran hermeneutik.Kini, rekaman itu dapat dibaca kembali, menjadi bermakna bila ditarik ke masa kini, mereka pernah ada dalam dunia sebagai penggambar realitas.Kontribusi mereka dalam bentuk karya fotografi telah terbukti.Sebagai fotografer, mereka ingin mengabarkan kepada dunia bahwa kehadirannya dapat menjembatani peta perjalanan sejarah dalam menapaki dialog peradaban baru.

(71)

Sejarah visual pada dasarnya bisa dipahami dalam dua pengertian besar.Pertama, sejarah visual sebagai sumber sejarah.Kedua, sejarah visual sebagai hasil dari rekonstruksi sejarah. Kota Medan rentang tahun 1945-1950 sedang menghadapi masa-masa pergolakan dalam menyelenggarakan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, sama halnya seperti kota-kota lain di Indonesia.

Nilai Informasi dari sebuah foto yang bisa penulis sampaikan dalam pembahasan ini adalah :

a) Foto dapat merekam peristiwa atau kejadian untuk pemberitaan, bahan bukti dan pelengkap pemberitaan. Kumpulan daripadanya yang disusun selektif dan kronologis dapat merupakan penggambaran fakta dan dokumentasi dalam sejarah.

b) Foto tentang sesuatu atau keadaan setempat dapat merupakan apresiasi budaya yang membimbing rasa melestarikan sejarah.

c) Foto dapat menerangkan detail suatu benda untuk keperluan studi ilmiah. d) Foto dapat merekam subyektifitas pandangan sekaligus sebagai usaha

eksperimental dalam bidang sejarah.

(72)

memancingkeingintahuan orang dalam memahami sejarah. Bila itu mampu disajikantentu akan menjadi sebuah revolusi besar dalam konteks penyajian sejarah, daritulisan menjadi visual, dari media kertas bergerak ke media film.

Sumber visual sebagai salah satu kekayaan sumber sejarah merupakan jenissumber yang masih sangat jarang digunakan sebagai media rekonstruksi sejarah seni.Padahal, realitas memperlihatkan betapa peningkatan sumber visual, baik secarakuantitatif maupun kualitatif, dari waktu ke waktu tampak demikian deras seiringdengan perkembangan teknologi informasi.Sumber visual yang dihasilkan pun tidakhanya sebatas gambar tidak bergerak tetapi juga berupa gambar bergerak. Di sisi lain,realitas juga memperlihatkan betapa peningkatan sumber tertulis (di atas mediakertas) semakin hari tampak semakin berkurang.

(73)
(74)
(75)
(76)

Sejarah visual pada dasarnya bisa dipahami dalam dua pengertian besar.Pertama, sejarah visual sebagai sumber sejarah.Kedua, sejarah visual sebagai hasilrekonstruksi sejarah. Dalam pengertian pertama, sejarah visual merupakan sebuahkegiatan atau proses pengumpulan sumber sejarah dalam bentuk visual, yakni berupawawancara dengan para pelaku sejarah yang direkam secara visual dalam bentukgambar bergerak. Sejarah visual dalam bentuk pertama ini sekaligus menjadi salahsatu bentuk sumber visual dalam ilmu sejarah. Di luar itu, sumber visual dapatberbentuk gambar tidak bergerak, seperti foto dan lukisan, ataupun gambar bergeraklainnya, seperti rekaman peristiwa dalam bentuk visual, baik yang dibuat secarapribadi atau kelompok, sengaja atau tidak sengaja, ataupun yang dibuat oleh berbagai

televisi swasta maupun pemerintah.

(77)

5. 2 Saran

Penggunaan sumber-sumber visual dalam bentuk fotografi (foto) pada zaman modern saat ini sangat besar manfaatnya.Dalam dunia pendidikan, fotografi sebagai dokumentasi berkembang terus baik dari teknologi maupun penerapannya.Fotografi mendapat tempat khusus sebagai pengumpulan bukti-bukti dan keterangan-keterangan mengenai suatu peristiwa melalui media foto.

Bagaimanakah fotografi bisa sahih sebagai rekaman sejarah. Setidaknya di Indonesia, dalam konteks sejarah, fotografi hanya terbermaknakan sebagai ilustrasi kata-kata yang tertulis. Pengertian catatan sejarah atau penulisan sejarah, menjadi sangat harfiah, yakni hanya yang tertulis dengan huruf-huruf saja.Foto-foto menjadi hanya ilustrasi, hanya pelengkap data-data sejarah dan lebih sering tidak diperlakukan sebagai sumber sejarah itu sendiri.

Ke depan penulisberharap di Ilmu Sejarah, tugas akhir mahasiswa sudah bukan lagi skripsi, tapi bisa berupa film sejarah, dalam artian merupakan representasi sejarah visual. Penulis kira apabila sejarah tampil seperti itu, sejarah menjadi ilmu yang menarik untuk diteliti orang.Perlahan tapi pasti, sejarah visual akan menjadi metode rekonstruksi sejarah baru di Indonesia.

(78)

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN 2. 1 Letak Geografis

Kota Medan terletak antara 2o.27’-2o.47’ Lintang Utara dan 98o.35’-98o.44’ Bujur Timur. Kota Medan 2,5-3,75 meter di atas permukaan laut. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 23,0 oC-24,1 oC dan suhu maksimum berkisar antara 30,6 oC-33,1 oC serta pada malam hari berkisar 26 o

C-30,8 oC. Selanjutnya mengenai kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 78%-82%. Sebagian wilayah di Medan sangat dekat dengan wilayah laut yaitu pantai Barat Belawan dan daerah pedalaman yang tergolong dataran tinggi, seperti Kabupaten Karo. Akibatnya suhu di Kota Medan menjadi tergolong panas. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm.

(79)

1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan.

(80)

Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan, yakni :

(81)

17. Medan Tembung dengan 7 Kelurahan 18. Medan Deli dengan 6 Kelurahan 19. Medan Labuhan dengan 7 Kelurahan 20. Medan Marelan dengan 4 Kelurahan 21. Medan Belawan dengan 6 Kelurahan Batas Wilayah Kota Medan

Utara Selat Malaka

Selatan Pancur Batu, Deli Tua (Kabupaten Deli Serdang)

Barat Tanjung Morawa

(Kabupaten Deli Serdang)

(82)

2. 2 Keadaan Alam dan Penduduk Kota Medan

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fakir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

Koordinat geografis Kota Medan 3º 30º-3º 43’ LU dan 98º 35’-98º 44’ BT. Permukaan tanahnya cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan penanaman modal (investasi).

(83)

menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan.

Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahanmenjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administratif ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.

(84)
(85)

2.3 Latar Belakang Historis Kota Medan Sebelum Tahun 1945-1950

Pada zaman dahulu kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha.Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka.Sungai-sungai itu adalah Sei Deli,Sei Babura,Sei Sikambing,Sei Denai,Sei Putih, Sei Bedera, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus.Patimpus adalah anak Tuan Si Raja Hita,pemimpin Karo yang tinggal dikampung Pekan.Ia menolak menggantikan ayahnya dan lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan mistik,sehingga akhirnya dikenal sebagai Guru Patimpus.Antara tahun 1614-1630 M, ia belajar agama islam dan diislamkan oleh Datuk Kota Bangun,setelah kalah dalam adu kesaktian.

(86)

Medan pertama kali ditempati oleh orang-orang suku batak Karo,hanya setelah penguasa aceh,Sultan Iskandar Muda mengirim panglimanya yang bernama Gocah Pahlawan bergelar Laksamana Khoja Bintan untuk menjadi wakil kerajaan Aceh di Tanah Deli,barulah kerajaan Deli mulai berkembang.Perkembangan ini ikut mendorong pertumbuhan dari segi penduduk maupun kebudayaan di Medan. Dimasa pemerintahan sultan deli kedua,Tuanku Panglima Parunggit (memerintah dari tahun 1669-1698) terjadi sebuah perang kavaleri di Medan.Sejak saat itu,Medan menjadi pembayar upeti kepada Sultan Deli.Medan tidak mengalami perkembangan pesat hingga tahun 1860-an,ketika penguasa-penguasa Belanda mulai membebaskan tanah untuk perkebunan tembakau.

Jacob

(87)

Maret 1864,Nienhuys yang merupakan pedagang tembakau asal Belanda,mengirim contoh tembakau hasil kebunnya ke Rotterdam,Belanda untuk diuji kualitasnya.Ternyata,daun tembakau itu dianggap berkualitas tinggi untuk bahan pembalut cerutu.Perjanjian tembakau ditandatangani Belanda dengan Sultan Deli pada tahun 1865. Pada tahun 1869,Nienhuys memindahkan kantor pusatDeli Mij di Labuhan.Dengan perpindahan kantor tersebut,Medan dengan cepat menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan,sekaligus menjadi daerah yang paling mendominasi perkembangan di Indonesia bagian barat.

(88)

Lambang Kota Medan Tempo Doeloe

(89)

Kantor Gubernur Hindia Belanda di Kota Medan

Gambar

Gambar Bendera dan Lambang Negara Sumatera Timur

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan ilmiah ini penulis mencoba membuat suatu aplikasi pengamanan data dengan cara mengenkrip data tersebut menjadi bentuk yang tidak dapat dibaca oleh orang-orang yang

Dana BOS merupakan pelengkap dari kewajiban daerah untuk menyediakan anggaran pendidikan dan bukan merupakan.. pengganti BOS

Sistem penggajian yang lama menggunakan sistem pemrosesan berkas, sistem ini sering mendatangkan kekacauan dan ketidakkonsistenan data, sehingga sering menyebabkan pembayaran

[r]

Satuan Kerja Kantor SAR Kelas A Biak pada tahun anggaran 2014 akan melaksanakan kegiatan.. Pengadaan Barang/Jasa dengan Uraian paket sebagai

JUDUL : PEMBERANTASAN DBD BISA GUNAKAN NYAMUK BER-WOLBACHIA. MEDIA : SEPUTAR INDONESIA TANGGAL : 13

Latar Belakang : Tuberkulosis merupakan penyakit parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.Terjadinya resistensi kuman M.tuberculosis terhadap OAT

Banyak terdapat dayah - dayah tradisional yang dipelopori oleh ulama, seperti Tengku Chik Samalanga, dayah didirikan tidak terlepas dari bantuan uleebalang. Tak jarang