• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdirinya Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela

BAB III PENELITIAN TENTANG KETERLIBATAN ORANG

A. Berdirinya Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela

tahun 1917 Romo H. Van Drissche SJ, seorang imam Jesuit mengunjungi umat Pribumi di Yogyakarta, beliau mengajar agama dan mempersiapkan baptisan baru, kemudian pada Tahun 1922 Romo Frans Strater SJ, Pimpinan Novisiat Jesuit di Yogyakarta (kemudian menjadi Kolese St. Ignatius, Kotabaru), mendukung karya Romo Van Drissche dengan mendirikan Sekolah Guru Agama. Atas bantuan Bupati KRT Harjokusumo, Romo Frans Strater mendapat tanah 5.400 meter dan rumah joglo milik bapak R.D Penewu Kartokasyoso, di kampong Pringgokusuman dan diatas namakan Romo A. Djajasepoetra SJ. Pada tahun 1939 tempat tersebut menjadi Asrama Calon Guru Agama (1939-1944), kemudian tentara Dai Nippon datang pada tahun 1942 dan menduduki kota Yogyakarta. Para

Gembala ditangkap, Seminari dan Gereja Kotabaru di jadikan gedung pemerintahan dan gudang perbekalan Jepang. Di tahun 1943 Gereja Kotabaru yang menjadi Asrama SGA ditutup. Kaum awam katolik terpanggil untuk berhimpun mengambil alih kegiatan gerejani. Brudet Mathias Endrarsana SJ (1944-1952) seorang putra Jawa kelahiran Kadisaba, Sleman, Pengurus Asrama Calon Guru Agama, Romo Strater SJ, menawarkan agar asramanya dipakai untuk kegiatan gerejani, pengganti Gereja Kotabaru. Tepat 13 Agustus 1944, pertama kalinya tempat tersebut diadakan Perayaan Ekaristi oleh Romo B Sumarno SJ dari Paroki Bintaran.

Selanjutnya tempat itu menjadi tempat beribadat dan pengembangan agama katolik. Tahun 1945 ada 23 baptisan baru. Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 jatuhnya Bom Atom atas Hiroshima dan Nagasaki, membuat tentara jepang ditarik ke negerinya. Gereja kotabaru difungsikan kembali untuk peribadatan dan sebagian umat kembali ke Kotabaru. Sebagian umat yang tinggal disekitar Kumetiran tetap menginginkan beribadat di Kampung bekas Asrama SGA itu. Sejak 31 Desember, adminitratif, Gereja Kampung Kumetiran ditetapkan sebagai Paroki mandiri dengan nama Pelindung Santa Perawan Maria Tak Bercela.

8 Desember 1950 Romo Alexander Sandiwan Broto membentuk Yayasan Gereja dan Kemiskinan (sekarang, Pengurus Gereja dan Papa Miskin/PGPM). 11 Maret Tahun 1951 Romo Alexander Sandiwan Broto membentuk Pengurus Paroki (sekarang Dewan Paroki) untuk pertama kalinya. Di tahun 1952 Romo Alexander Sandiwan membagi Gereja Kumetiran dalam 8 Kring dan 1 Stasi Gampung (pisah dari kumetiran, 24 Desember 1 970) tanggal 25 Mei , saat

Krisma di Kumetiran Romo Alexander Sandiwan mengajukan izin pembangunan gedung kepada Mgr. Albertus Soegijapranoto SJ dan dikabulkan. Juli 1953, penyerahan Makam Kuncen dari Kantor Pangruktilaya Yogyakarta untuk dikelola Paroki Kumetiran. 17 Desember 1954, Panitia Pembangunan Gereja Kumetiran terbentuk.30 Desember 1955, peletakan batu pertama Pembangunan Gedung Gereja oleh Mgr Albertus Soegijapranoto SJ. Pada tanggal 16 Febuari 1958 , Pemberkatan/ Peresmian Gedung Gereja oleh Albertus Soegijapranoto SJ.

Tahun 1959 Romo Emmanuel Hardjowardojo Pr, saat menjadi pastor pembantu membentuk Kor Gregorius (putra) dan Kor Caecilia (putri). Perayaan Ekaristi menjadi 2 kali perminggu. Tahun 1961 Romo Berbadus Liem Bian Bing SJ, bersama Dewan Paroki membuat Garis Besar Haluan Paroki, dengan prioritas di bidang Liturgi, Pewartaan, Persekutuan dan Sosial. Pada tahun 1963 Perayaan Ekaristi menjadi 3 kali per minggu. Di tahun 1967 Politeknik Dharmabakti Gereja Kumetiran diresmikan untuk umum. Hingga tahun 1980, ditutup menyusul kesulitan tenaga dan sudah tersedianya Puskesmas di Gedong Tengen. 21 Januari 1968 Balai Kesehatan Ibu dan Anak Gereja Kumetiran diresmikan. Untuk pertama kalinya di tahun 1970 Kumetiran menyusun Anggaran Penggeluaran dan Belanja Paroki, dan menyelanggarakan mesyawarah besar untuk menyusun Garis Besar Haluan Paroki. Di Tahun 1971 di mana 8 Kring di Paroki Kumetiran ditata ulang menjadi 13 Kring.

Romo Joannes Reijnders SJ (1973-1979) saat misa di Kring Kentheng (Kentheng, Nusupan dan Bedog) muncul ide untuk mendirikan Kapel, akhrinya mendapat tanah seluas 455 meter persegi di bulak Ngeban. Bulan Juni 1975 resmi

tebentuk Pengurus Pemuda Paroki Kumetiran. 1976 Romo Joannes Reijnders dibantu Theo Sunu Widodo, mengadakan Kursus Organis guna menambah jumlah organis, tahun 1977 di Paroki Kumetiran berkembang menjadi 17 Kring. Pembangun Kapel Santa Lidwina Bedog dimulai pada tahun 1978 dan di tahun 1980 Pemberkatan Kapel Santa Lidwina Bedog oleh Rm Raymundus Nonnatus Mardisuwignyo Sutrisno Pr. Di tahun yang sama di Gereja Kumetiran sering diadakan Perayaan Paskah Ekumene dan pada tanggal 28 Mei Persekutuan Doa Karismatik Katolik terbentuk. Selang setahun kemudian 1981 paguyuban Ibu-Ibu Paroki terbentuk.

Paroki Kumetiran berkembang pesat di tahun 1982 dengan memiliki 23 Kring, dan di tahun 1986 berkembang menjadi 26 Kring dan sebutan Kring di ganti menjadi Lingkungan. Pada tanggal 29 Mei 1988 Mei, Pemberkatan Gua Maria Gereja Kumetiran oleh Mgr Julius Darmaatmadja. Terjadi petimbangan adminitratif yang terjadi di Tahun 1989 sehingga dibentuk wilayah yang terdiri atas 3 lingkungan. Maka di Kumetiran terbagi menjadi 8 Wilayah. 1995 Mei, Misa dengan iringan gamelan yang diperjuangkan Romo E Rusgiharto dihidupkan kembali dan ditahun yang sama dimulainya Pembangungan Gedung Gereja Kumetiran. 4 Januari 1996, Pendalaman Kitab Suci (PKS) yang dirintis oleh Romo G.A Notobudyo Pr untuk pertama kalinya diadakan. 2 Agustus 1998 peletakan batu pertama Pemugaran Gedung Gereja Kumetiran oleh Mgr Ignatius Suharyo Pr, Uskup Agung Semarang. Bulan Oktober Pembangungan Gedung Pasturan dan bulan Desember wilayah mulai dilibatkan sebagai panitia Natal dan Paskah secara bergiliran dan bekerjasama dengan Dewan Paroki.

17 Juni 2001 Gedung baru sudah mulai digunakan untuk Perayaan Ekaristi, di tanggal 9 September Pemberkatan Gedung Gereja Kumetiran oleh Mgr Ignatius Suharyo Pr, Uskup Agung Semarang. 8 Desember Sultan Hamengku Buwono X Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta meresmikan Gedung Gereja Kumetiran. Berkembang di tahun 2004 secara bergiliran wilayah diberi tugas menyusun doa-doa dalam teks perayaan ekaristi mingguan. April 2005 mulai dibuka kelompok kor dari luar lingkungan untuk mendukung ekaristi mingguan. 31 Agustus pemberkataan Panti Paroki Kumetiran. Pada tahun 2007 format Teks Misa berubah dari lembar folio dilipat tiga, menjadi Boklet ¼ folio putih, 12 halaman. Ruang Adorasi Kumetiran diresmikan 4 Mei oleh Johanes Pujasumarta Pr. Penetapan Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Kumetiran oleh Mgr Ignatius Suharyo Pr dan 20 Mei lahir Forum Komunikasi Kerasulan Doa ( FKKD) Paroki Kumetiran dengan Domitianus Djumadi sebagai ketuanya. 30 September 2009, lahir Forum Komunikasi Muda Katolik Paroki Kumetiran. 19 lomba paduan suara anta Lingkungan/ wilayah se-Paroki Kumitan dan untuk pertama kalinya Romo Atas menggelar Ekaristi Ruwatan, sebuah upacara tradisi Jawa yang coba untuk kembali dilestarikan. Dengan Juru Ruwat, Ki Mas Lurah Cermoh Sutejo dan Romo Simon Atas Wahyudi Pr. Tanggal 28 Desember 2011, Temu Kangen Alumni Pemuda Paroki dan Kompak Gereja Kumetiran serta Romo FI. Hartosubono Pr membangi Paroki Kumetiran atas 3 Rayon Lingkungan. 10 Mei 2015 Ekaristi Berbahasa Inggris pertama kalinya diadakan di Paroki Kumetiran .

B. Gambaran Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran

Dokumen terkait