• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEGIATAN MENGGEREJA ORANG MUDA KATOLIK

A. Gambaran umum Orang Muda Katolik

Menurut Purwa Hadiwardaya (1994: 179) orang muda adalah orang yang sedang berada dalam usia peralihan, dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa itu diwarnai dengan perkembangan yang sangat pesat, yang dalam waktu relatif singkat mengubah seorang anak menjadi seorang dewasa.

Sementara itu Mangunhardjana (1986: 11) dalam bukunya berjudul

Pendampingan Kaum Muda merumuskan berbagai pengertian tentang kaum muda

berdasarkan rentang usia salah satunya menurut organisasi pemuda, kaum muda dapat saja mencakup semua muda-mudi berumur antara 15-40 tahun

Kaum muda adalah mereka yang berusia 13 sampai dengan 30 tahun dan belum menikah, sambil memperhatikan situasi dan kebiasaan masing-masing tempat (KWI, 1993: 8). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan pada pasal 1 menyebutkan bahwa kaum muda ialah manusia yang berusia 16-30 tahun (KWI, 2014 : 17).

Bagaimanapun juga, kaum muda harus dilihat sebagai pribadi yang sedang berada pada taraf tertentu dalam perkembangan hidup seorang manusia, dengan kualitas dan ciri tertentu dan khas, dengan hak dan peranan serta kewajiban tertentu dengan potensi dan kebutuhan tertentu pula (Tangdilintin, 1984: 5). 1. Pengertian Orang Muda Katolik

Dalam buku “Sahabat Sepeziarahan” Orang Muda Katolik adalah orang yang berusia 13 hingga 35 tahun, telah dibaptis atau telah diterima dalam Gereja Katolik atau lajang (Komisi Kepemudaan KWI, 2004:17-18).

Sedangkan menurut Mangunharjana (1986: 12) Orang Muda Katolik adalah para muda-mudi yang berumur 15 sampai 21 tahun. Orang Muda Katolik adalah mereka yang oleh ilmu psikologi disebut remaja, yang mencakup para muda-mudi dalam usia Sekolah Menengah Atas serta ilmu Perguruan Tinggi tingkat I-IV.

Orang muda katolik adalah mereka yang sedang mengalami transformasi menuju kepribadian yang integral. Rentang masa muda yang panjang yaitu usia 13 sampai 35 Tahun adalah masa dimana mencari, mempertanyakan, belajar dan mengambil keputusan. Masa muda tentu merupakan saat yang sukar, menantang

sekaligus menggairahkan karena penemuan-penemuan baru yang mereka alam (http://www.katolisitas.org).

Suhardiyanto (2012: 387) mengatakan hal yang serupa bahwa Kaum muda Katolik ialah warga Gereja Katolik usia tingkat SMA dan Perguruan Tinggi yang belum menikah. Dengan demikian remaja yang pada umumnya adalah siswi-siswa Sekolah Menengah Pertama tidak termasuk.

Orang muda Katolik bukan sekedar objek karya pastoral. Melainkan anggota hidup dari tubuh Gereja yang satu, mereka telah dibaptis dan di dalam mereka Roh Tuhan hidup dan berkarya. Mereka ikut serta memperkaya keberadaan Gereja dan bukan sekedar apa yang dilakukan Gereja. Mereka adalah masa sekarang dan bukan hanya masa depan Gereja. Orang muda adalah pelaku utama dari banyak aktivitas gerejawi, dimana mereka menawarkan pelayanan mereka murah hati (Dokumen Akhir dari sidang Umum biasa XV No 54). Mereka yang dengan sudah dibaptis dan menjadi anggota-anggota Tubuh Kristus, dijadikan umat Allah dan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas Kristus sebgai iman, nabi, dan raja, dan karena itu sesuai dengan peranan mereka menjalakan perutusan umat Kristen dalam Gereja dan dunia (KWI, 1996:379).

Orang Muda Katolik dipandang oleh Gereja sebagai kekuatan yang amat penting dalam masyarakat zaman sekarang. Situasi hidup, sikap-sikap batin serta hubungan-hubungan mereka dengan keluarga sendiri telah amat berubah. Seringkali mereka terlalu cepat beralih kepada kondisi sosial ekonomis yang baru. Dari hari ke hari peran mereka di bidang sosial juga politik semakin penting. Padahal agaknya mereka kurang mampu menanggung beban-beban baru dengan

baik. Bertambah pentingnya peran mereka dalam masyarakat itu menuntut dari mereka kegiatan merasul yang sepadan. Sifat-sifat alamiah mereka pun memang sesuai untuk untuk menjalakan kegiatan itu. Sementara kesadaran akan pribadi bertambah masak, terdorong oleh gairah hidup dan semangat kerja yang meluap, mereka sanggup memikul tanggung jawab sendiri, dan ingin memainkan peran mereka dalam kehidupan sosial dan budaya. Bila gairah diresapi oleh semangat Kristus dan dijiwai oleh sikap patuh dan cinta kasih terhadap para Gembala Gereja. Mereka sendiri harus mampu harus menjadi rasul-rasul pertama dan langsung kaum muda, dengan menjalankan sendiri di kalangan mereka, sambil mengindahkan lingkungan sosial kediaman mereka (AA 12).

Di dalam Gereja, Orang Muda Katolik tidak hanya hadir dalam kehidupan jemaat, tetapi juga dipercaya dalam aneka tugas di tingkat lingkungan maupun paroki sebagai penguru. Orang Muda Katolik mempertanggungjawabkan imannya baik melalui sikap maupun aktivitas yang dijalaninya. Keterlibatan menggereja menjadi tanggungjawab iman sehingga tidak dijalani dengan terpaksa, tetapi sebagai panggilan. Keterlibatan itu menjadi wujud iman mereka (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:47)

2. Keadaan Orang Muda Katolik

Sebagai manusia yang mendekati masa dewasa, kaum muda sedang mengalami proses pertumbuhan fisik, perkembangan mental, emosional, sosial, moral dan religius dengan segala permasalahan (Mangunhardjana, 1986:12). Sedangakan pada usia dewasa kehidupan sosial mereka umumnya dipusatkan di rumah dan anggota-anggota keluarga menggantikan peran teman. Karena pola

kehidupan tidak sama bagi semua orang muda, maka bentuk peran serta sosial mereka juga bervariasi (Hurlock, 1980:262).

Pada masa remaja orang muda kerap sekali berbenturan dengan iman mereka, Dewan Karya Pastoral KAS (2014:40) menyebutkan bahwa aspek iman kepercayaan (Religius) remaja mulai membentuk ideologi (sistem kepercayaan). Mereka juga mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan pribadi dengan Allah. Imannya adalah apa yang diyakini masyarakat. Elizabeth Hurlock (1980: 222) menambahkan pada masa remaja lebih banyak ingin mempelajari agama dalam segi pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya begitu saja.

Namun pada saat dewasa hal iman mereka sudah memiliki kenyamanan untuk mengahayati lebih baik secara persomal atupun komunal. Mereka bisa mempertanggungjawabkan imannya baik melalui sikap atau pikiran dan aktivitas yang mereka jalani (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:40)

Orang muda juga tidak ingin dijadikan produk orang tua, yang artinya orang muda sedang mencerminkan ciri utama perkembangan kaum muda yakni sedang menemukan identitasnya. Mereka menyadari dan karena itu menolak segala upaya orang lain untuk “membentuk” mereka. mereka mau mencari dan membentuk pribadinya dan identitasnya sendiri. Tetapi itu tidak berarti mereka tidak mau menerima campur tangan luar, mereka juga mengakui perlunya diberi bimbingan dan pengeritan dari generesi sebelumnya (Tangdilintin, 1984: 8).

Aris Purnomo (2015:31) juga menambahkan bahwa Orang Muda Katolik adalah Katolisitas yang artinya sebagai suatu iman pengikut Yesus yang menyadari diri sebagai orang yang diselamatkan sekaligus saluran keselamatan

bagi orang lain, hal itu diwujudkan dalam tindakan kesadaran dalam perjuangan Orang Muda Katolik dengan terlibat.

3. Situasi Hidup Orang Muda

Kaum muda yang sedang tumbuh dan berkembang itu ada dalam situasi hidup yang berbeda-beda, karena berbagai sebab. Antara lain, karena proses pertumbuhan dan perkembangan mereka tidak sama. Ada kaum muda yang sudah mencapai kedewasaan, namun ada juga orang muda yang sedang menuju kedewasaan. Hal itu juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang tidak berpadanan: ada yang terpelajar, ada yang setengah terpelajar, dan ada yang tidak terpelajar. Faktor tempat tinggal dan lingkungan yang berlainan. Baik yang tinggal dikota besar ataupun yang berada di kota kecil. Jadi kaum muda yang sedang ada dalam proses pertumbuhan di segala bidang, mengalami situasi hidup yang berbeda satu sama lain. Dan tingkat perbedaan itu hanya kecil , tetapi dapat besar, bahkan kerap kali menjadi berlawanan. Situasi hidup tidak selalu mudah bagi semua kaum muda. Kalau benar bahwa 80% penduduk Indonesia termasuk dalam golongan rakyat miskin, maka mayoritas kaum muda Indonesia pun termasuk dalam kelompok‘ tidak mampu’ dengan mbegitu situasi tersebut dapat mendorong kaum mudah untuk jatuh ke dalam tindak dan dunia kriminal (Mangunhardjana, 1986:16).

Kaum muda merupakan kekuatan amat penting dalam masyarakat zaman sekarang. Dari hari ke hari peran mereka di bidang sosial dan juga politik semakin penting Kesadaran kaum muda yang mulai terbentuk dan bertambah masak, terdorong oleh gairah hidup dan semangat kerja yang meluap, mereka sanggup

memikul tanggung jawab sendiri, dan ingin memainkan peran mereka dalam kehidupan sosial dan budaya. Mereka sendiri haru menjadi rasul pertama dan langsung bagi kaum muda, dengan menjalankan tugas kerasulan di kalangan mereka sendiri, sambil mengindahkan lingkungan sosial kediaman mereka. (AA 12).

4. Gaya Hidup Orang Muda

Sisi buram yang yang terlihat di era digital di kalangan orang muda antara lain kecenderungan orang untuk mengisolasi diri dari lingkungan sekitarnya ketika ia berkomunikasi dengan yang lain di dunia virtual dengan gadget-gadget milik pribadi (Yap Fu Lan, 2012: 51)

Dengan berkembangnya kemajuan yang sangat pesat membawa setiap individu memilki sifat masing-masing, seperti egosentris yang berlebihan. Hal ini memiliki kecenderungan melihat dan memahami realitas sebagai yang berpusat pada diri sendiri. Orang-orang seperti ini memiliki kencenderungan menempatkan pandangan dan nilai-nilai sendiri lebih unggul daripada pandangan dan nilai orang lain (Sihotang, 2019:20).

Paul Suparno (2011: 73) mengungkapkan bahwa di dalam era sekarang banyak sekali perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar bahkan pada setiap individunya. Baik itu perubahan positif di mana di era yang begitu cepat ini orang ditantang juga untuk ikut cepat dan dipacu untuk menyelesaikan pekerjaan atau masalah secara efisien. Hal ini jelas memacu mereka untuk membuat strategi untuk memajukan. Namun di lain itu ada juga pengaruh negatif yang terjadi, seperti halnya orang tidak tahan jika menghadapi tantangan atau kerjaan yang

lama dengan daya tahan yang lama, selain itu ingin cepat mendapatkan hasil tanpa usaha keras, sehingga menggiring orang untuk bertindak curang atau kriminal

Menurut Paul Suparno (2011: 74) perubahan di era digital ini juga berdampak pada perubahan gaya hidup. Beberapa orang yang telah hidup digenerasi sebelumnya menjadi sedikit kager dengan perubahan sekarang ini. Bahkan masih banyak yang belum siap menerimanya. Tetapi untuk generasi sekarang, justru langsung menyatu dan menerima perubahan yang ada. Namun hal itu tidak diimbangin dengan budaya yang ada, dimana hal itu membawa dampak bagi generasi sekarang. Budaya digital secara tidak langsung membawa orang menuju ke arah budaya konsumtif. Rasa ingin memiliki suatu barang secara berlebihan yang tidak semuanya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Dasar Keterlibatan dalam Hidup Menggereja

Kehidupan umat kristiani setelah Yesus naik ke surga, merupakan buah didikan Yesus selama aktif di tengah masyarakat sebelum wafat. Kehidupan menggereja Jemaat Pedana telah mengungkapkan tugas Gereja, yang dikisahkan pada Kisah Para Rasul :

Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus

hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. ( Kis 2: 41-47)

Ibadah yang dilakukan Jemaat Perdana sungguh-sungguh, bertekun di dalam pengajaran rasul, mengadakan perjamuan kudus dan berdoa kepada Tuhan. Dengan cara ini Jemaat Perdana terus menambah pengetahuan akan Allah dan mendapat kekuatan agar bertahan dalam penganiayaan. Meskipun dalam penganiayaan namun mereka bergembira karena boleh menderita bagi Tuhan dan akhirnya jumlah mereka bertambah

Paul Suparno (2007: 33) menjelaskan bahwa kehidupan menggereja mengalami perubahan besar pada zaman ini yang ditandai dengan pesatnya jumlah umat beriman aktif dalam kegiatan menggereja. Partisipasi umat dalam hidup menggereja dan juga dalam perutusan Gereja. Banyak umat rela bekerja dan bekarya bagi perkembangan Kerajaan Allah dan bersedia dikirim menjadi misi.

Hidup menggereja ini dihidupi oleh keluarga. Persekutuan Gereja melakukan tugasnya sebagai pewarta (Kerygma), liturgi (Liturgia), persekutuan (Koinonia), dan pelayanan (Diakonia) secara konkrit dihidupi dan diaktualisasi lewat hidup menggereja (LG 25-27).

Dokumen terkait