• Tidak ada hasil yang ditemukan

23.33 23.33 6.67 33.33 0.924 Bersemangat mengikuti kegiatan apa

HASIL DAN PEMBAHASAN

23.33 23.33 6.67 33.33 0.924 Bersemangat mengikuti kegiatan apa

menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada jawaban kedua kelompok lansia (p>0,05).

Tabel 33 Sebaran jawaban responden berdasarkan aspek perasaan senang dan jenis kelamin

Pria Wanita

Senang dengan Aktivitas yang

Dilakukan Setuju Sangat setuju Setuju Sangat setuju Uji t Bahagia di usia sekarang 60.00 20.00 76.67 13.33 0.845 Menikmati kegiatan yang dilakukan

akhir-akhir ini

16.67 33.33 23.33 23.33 0.523 Tidak merasa lelah sehingga rajin

melakukan beraktivitas

13.33 23.33 10.00 20.00 0.335 Senang jika diajak keluar untuk jalan-

jalan

23.33 23.33 6.67 33.33 0.924 Bersemangat mengikuti kegiatan apa

saja

33.33 43.33 40.00 30.00 0.523

Berdasarkan Tabel 34 diketahui bahwa proporsi terbesar lansia pria (43,33%) dan lansia wanita (40,00%) yang menyatakan senang dengan aktivitas yang dilakukannya berada pada kategori sedang. Sementara itu, kurang dari sepertiga lansia pria (30,00%) dan lebih dari seperempat lansia wanita (26,67)

berada pada kategori tinggi, dan lebih dari seperempat lansia pria (26,67%) dan sepertiga lansia wanita (33,33%) terkategori rendah. Sebaran rataan kedua kelompok lansia menunjukan nilai rata-rata lansia pria lebih baik daripada lansia wanita. Namun hasil uji t-Test menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada dimensi merasa senang dengan aktivitas yang dilakukan antara lansia pria dengan lansia wanita (p> 0.05).

Tabel 34 Sebaran responden berdasarkan kategori perasaan senang dan jenis kelamin

Senang dengan Aktivitas yang Dilakukan Pria Wanita n % n % Rendah (5-10) 8 26.67 10 33.33 Sedang (11-15) 13 43.33 12 40.00 Tinggi (16-20) 9 30.00 8 26.67 Total 30 100.00 30 100.00 Rataan±SD 2.03±0.76 1.93±0.78 p-value 0.506

Hidup penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi kehidupan

Berdasarkan Tabel 35 diketahui bahwa kurang dari sepertiga (23,33%) lansia pria maupun lansia wanita menjawab setuju hidup yang dijalani sangat baik. Separuh lansia pria (50,00%) dan lebih dari separuh lansia wanita (53,33%) menjawab puas dengan hidupnya. Sebagian besar lansia menyatakan kehidupan yang dimiliki sekarang tidak seperti yang diidamkan dan bukan merupakan waktu terbaik dalam hidupnya. Sementara itu hasil uji t-Test menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada jawaban kedua kelompok lansia (p>0,05).

Tabel 35 Sebaran jawaban responden berdasarkan aspek hidup penuh arti dan jenis kelamin

Pria Wanita

Menganggap Hidup Penuh Arti Setuju Sangat

setuju Setuju

Sangat setuju

Uji t Hidup yang saya jalani sangat baik 23.33 3.33 23.33 6.67 0.653 Saya puas dengan hidup saya 50.00 3.33 53.33 0.00 0.360 Saat melihat hidup saya ke belakang,

saya bersyukur dengan hidup saya saat ini

23.33 13.33 13.33 23.33 0.520

Hidup yang dijalani sekarang adalah kehidupan yang diidamkan selama ini

20.00 0.00 10.00 3.33 0.638 Ini waktu terbaik dalam hidup saya 20.00 6.67 16.67 6.67 0.897

Sebaran responden pada Tabel 36 menunjukan bahwa lebih dari separuh lansia pria (66,67%) dan wanita (53,33%) menganggap hidupnya penuh arti serta menerima dengan tulus kondisi hidupnya. Sementara itu lebih dari seperempat

lansia pria (26,67%) dan lebih dari sepertiga lansia wanita (36,67%) yang merasa sedang dalam menganggap hidupnya penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi hidupnya. Dilihat dari sebaran rataan responden, diketahui bahwa nilai rata-rata lansia wanita lebih baik daripada responden pria. Namun hasil uji t-Test menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada aspek menganggap hidup penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi hidup antara lansia pria dengan lansia wanita (p> 0.05).

Tabel 36 Sebaran responden berdasarkan kategori hidup penuh arti dan jenis kelamin

Hidup Penuh Arti Pria Wanita

n % n % Rendah (5-10) 20 66,67 16 53,33 Sedang (11-15) 8 26,67 11 36,67 Tinggi (16-20) 2 6,67 3 10,00 Total 30 100.00 30 100,00 Rataan±SD 1,40± 0,62 1,56±0,67 p-value 0.774

Berhasil mencapai cita-cita atau sebagian besar tujuan hidup

Berdasarkan Tabel 37, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh lansia pria dan lansia wanita menyatakan banyak melewatkan kesempatan dalam hidupnya. Sementara itu proporsi terbesar kedua kelompok lansia juga menyatakan belum mendapatkan sebagian besar yang diinginkan. Kedua kelompok lansia menyatakan menjawab tidak menginginkan apa-apa lagi, karena merasa cukup dengan apa yang dimiliki sekarang. Kedua kelompok lansia paling banyak menjawab setuju merasa puas dengan apa yang telah dicapai selama ini. Hasil uji t-Test menunjukan terdapat perbedaan nyata pada jawaban item “Kehidupan pernikahan berjalan sesuai dengan yang diharapkan” (p<0,05).

Tabel 37 Sebaran jawaban responden berdasarkan aspek mencapai tujuan hidup dan jenis kelamin

Pria Wanita

Berhasil Mencapai Tujuan Hidup

Setuju Sangat

setuju Setuju

Sangat setuju

Uji t Banyak mengambil kesempatan 13.33 10.00 0.00 13.33 0.624 Mendapatkan sebagian besar yang

diinginkan 23.33 10.00 16.67 0.00 0.067

Merasa puas dengan apa yang telah

dicapai selama ini 53.33 10.00 40.00 10.00 0.527

Tidak menginginkan apa-apa lagi, karena merasa cukup dengan apa yang dimiliki sekarang

20.00 43.33 26.67 63.33 0.525 Kehidupan pernikahan berjalan sesuai

Berdasarkan Tabel 38 diketahui bahwa proporsi terbesar lansia pria (43,33%) yang merasa telah berhasil mencapai cita-cita atau sebagian besar tujuan hidupnya berada pada kategori sedang, sedangkan proporsi terbesar lansia wanita (46,67%) berada pada kategori rendah. Sementara itu hampir separuh lansia pria (40,00%) terkategori rendah, dan hampir separuh lansia wanita (40,00%) terkategori sedang. Rataan kedua kelompok lansia menunjukan nilai rata-rata lansia pria lebih baik daripada lansia wanita. Namun hasil uji t-Test menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada aspek berhasil mencapai cita- cita atau tujuan hidup antara kedua kelompok lansia (p> 0.05).

Tabel 38 Sebaran responden berdasarkan kategori mencapai tujuan hidup dan jenis kelamin

Berhasil Mencapai Tujuan Pria Wanita n % n % Rendah (5-10) 12 40.00 14 46.67 Sedang (11-15) 13 43.33 12 40.00 Tinggi (16-20) 5 16.67 4 13.33 Total 30 100.00 30 100.00 Rataan±SD 1.76±0.72 1.66±0.71 p-value 0.336

Berpegang teguh pada gambaran diri positif

Tabel 39 menunjukan hampir seluruh kedua kelompok lansia menerima dengan tulus kondisi kehidupan yang dijalani saat ini. Selain itu, lebih dari dua pertiga (70,00%) lansia pria menjawab sangat setuju, dan separuh (50,00%) lansia wanita menjawab setuju berpikiran positif terhadap masa depan. Sementara itu hanya sebagian kecil lansia pria maupun lansia wanita yang merasa hidup tidak adil dan merasa dirinya tidak berguna. Berdasarkan hasil uji t-Test diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada jawaban kedua kelompok lansia (p>0,05).

Tabel 39 Sebaran jawaban responden berdasarkan aspek gambaran diri positif dan jenis kelamin

Pria Wanita

Memiliki Gambaran Diri Positif

Setuju Sangat

setuju Setuju

Sangat

setuju Uji t Dibandingkan teman-teman yang lain,

saya merasa yang paling berhasil 26.67 3.33 3.33 10.00 0.502 Merasa hidup adil pada saya 3.33 76.67 3.33 63.33 0.282 Merasa berguna untuk orang-orang

yang ada di sekitar 0.00 70.00 3.33 80.00 0.278

Menerima dengan tulus kondisi

kehidupan 6.67 93.33 3.33 96.67 0.561

Berpikiran positif terhadap masa

Berdasarkan Tabel 40 diketahui bahwa kurang dari tiga perempat lansia pria (70,00%) dan lebih dari separuh lansia wanita (63,33%) memiliki gambaran diri positif tergolong tinggi terhadap dirinya. Dan hanya sebanyak 6,67 persen lansia pria maupun lansia wanita yang memiliki gambaran positif terhadap dirinya tergolong rendah. Hasil nilai rata-rata menunjukan lansia pria memiliki gambaran diri yang lebih baik daripada lansia wanita. Namun hasil uji t-Test menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada konsep gambaran diri antara lansia pria dengan lansia wanita (p> 0.05).

Tabel 40 Sebaran responden berdasarkan kategori gambaran diri positif dan jenis kelamin

Gambaran Diri Positif Pria Wanita n % n % Rendah (5-10) 2 6.67 2 6.67 Sedang (11-15) 7 23.33 9 30.00 Tinggi (16-20) 21 70.00 19 63.33 Total 30 100.00 30 100.00 Rataan±SD 2.63±0.61 2.56±0.62 p-value 0.577

Sikap hidup optimis dan suasana hati positif

Berdasarkan Tabel 41 diketahui bahwa sebagian besar lansia pria maupun lansia wanita menyatakan masih terus bersemangat menjalani hidupnya, optimis, dan tidak mencemaskan masa depan. Proporsi terbesar kedua kelompok lansia mengaku pasrah dengan apa yang terjadi dalam kehidupnnya. Sementara itu, berdasarkan hasil uji t-Test, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada jawaban antara lansia pri dengan lansia wanita (p>0,05).

Tabel 41 Sebaran jawaban responden berdasarkan aspek optimis, suasana hati positif dan jenis kelamin

Pria Wanita

Optimis dan Suasana Hati Positif

Setuju Sangat

setuju Setuju

Sangat

setuju Uji t Bersemangat untuk terus menjalani

kehidupan

13.33 80.00 16.67 83.33 0.364 Merasa optimis saat berfikir tentang

masa depan

13.33 83.33 0.00 80.00 0.202 Tidak mencemaskan masa depan 10.00 73.33 0.00 63.33 0.133 Tidak pasrah dengan apa yang terjadi 6.67 13.33 0.00 3.33 0.063 Tidak merasa marah kalau apa yang

dilakukan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan

3.33 93.33 6.67 90.00 0.612

Tabel 42 menunjukan kurang dari tiga perempat lansia pria (70.00%) dan lebih dari separuh lansia wanita (56.67%) memiliki sikap hidup optimis dan

suasana hati positif terkategori tinggi. Sementara itu kurang dari sepertiga lansia pria (26,67%) dan lebih dari sepertiga lansia wanita (36,67%) memiliki sikap hidup optimis juga suasana hati positif tergolong sedang, sementara sisanya yaitu sebanyak 3,33 persen lansia pria dan 6,67 persen lansia wanita tergolong rendah. Sebaran rata-rata menunjukan nilai rataan lansia pria dan lansia wanita tidak jauh berbeda. Hasil uji t-Test juga menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada dimensi sikap hidup optimis dan suasana hati positif antara lansia pria dengan lansia wanita (p> 0,05).

Tabel 42 Sebaran responden berdasarkan kategori optimis, suasana hati positif dan jenis kelamin

Optimis dan Suasana Hati Positif Pria Wanita n % n % Rendah(5-10) 1 3,33 2 6,67 Sedang(11-15) 8 26,67 11 36,67 Tinggi(16-20) 21 70,00 17 56,67 Total 30 100.00 30 100,00 Rataan±SD 2,66±0,54 2,50±0,62 p-value 0,067

Kepuasan Hidup Total

Berdasarkan Tabel 43 diketahui bahwa lebih dari tiga perempat (76,67%) lansia pria dan lansia wanita memiliki kepuasan hidup tergolong sedang. Sementara itu sebanyak 13,33 dan 10,00 persen lansia pria berada pada kategori tinggi dan rendah. Sebanyak 10,00 persen lansia wanita tergolong tinggi, dan sebanyak 13,33 persen yang terkategori rendah. Sebaran rataan menunjukan nilai rata-rata lansia pria dan lansia wanita tidak jauh berbeda. Hasil uji t-Tes t juga menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada kepuasan hidup total antara lansia pria dengan lansia wanita (p> 0.05).

Tabel 43 Sebaran responden berdasarkan tingkat kepuasan hidup dan jenis kelamin

Tingkat Kepuasan Hidup Pria Wanita n % n % Rendah (25-50) 3 10.00 4 13.33 Sedang (51-75) 23 76.67 23 76.67 Tinggi (76-100) 4 13.33 3 10.00 Total 30 100.00 30 100.00 Rataan±SD 2.03±0.49 2.00±0.49 p-value 0.316

Hubungan Antar Variabel

Hasil uji korelasi Pearson antara karakteristik responden dengan dukungan sosial menunjukan adanya hubungan negatif sangat signifikan antara usia (r=-

0.452; p<0,01) dengan dukungan self-esteem pada lansia wanita. Hal ini berarti bahwa semakin tua usia lansia maka kepemilikan self-esteem lansia akan semakin rendah. Hasil uji korelasi Pearson juga menunjukan adanya hubungan negatif sangat signifikan antara jumlah keluhan fisik (r=-0.531; p<0,01) dengan dukungan self-esteem pada lansia wanita. Artinya bahwa semakin banyak keluhan fisik yang diderita lansia wanita, maka dukungan self-esteem yang diterima oleh lansia akan semakin rendah.

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, adanya hubungan negatif sangat signifikan antara status perkawinan (r=-0.547; p<0,01) dengan dukungan emosi pada lansia pria. Artinya bahwa lansia pria yang tidak memiliki pasangan hidup atau berstatus duda akan memiliki dukungan emosi yang rendah. Selanjutnya, didapatkan juga adanya hubungan negatif signifikan antara status pekerjaan (r=- 0.424; p<0,05) dengan dukungan self-esteem pada lansia wanita, yang berarti lansia wanita yang bekerja akan mendapatkan dukungan self-esteem yang rendah.

Tabel 44 Hasil uji korelasi antara karakteristik responden dengan variabel dukungan sosial ES TS IS SES Variabel P W P W P W P W Usia 0.093 0.194 0.182 0.219 -0.021 0.120 -0.242 -0.627** Status kawin -0.547** 0.182 0.258 0.373 0.020 -0.113 0.210 -0.246 Status kerja 0.167 0.078 -0.116 0.008 -0.321 -0.161 0.127 -0.424* Pendidikan -0.125 -0.009 0.024 0.067 0.187 -0.114 0.187 -0.052 Pendapatan -0.094 0.287 0.258 0.116 0.020 -0.004 0.127 0.013 Jumlah anak -0.247 -0.095 -0.188 0.205 -0.113 0.291 -0.009 -0.024 Kel. penyakit 0.131 -0.114 0.154 -0.306 0.223 0.023 -0.313 0.066 Keluhan fisik 0.041 -0.190 -0.310 0.162 -0.029 -0.267 0.177 -0.531** Keterangan:

ES (emotional support) TS (tangible support)

IS (informational support) SES (self-esteem support) * = signifikan pada selang kepercayaan 95%

**=signifikan pada selang kepercayaan 99%

Hubungan antara karakteristik responden dengan religiusitas

Hasil uji korelasi Spearman antara karakteristik responden dengan religiusitas menunjukan adanya hubungan positif sangat signifikan antara pendidikan (r=0,475; p<0,01) dengan akhlak pada lansia pria. Hal ini berarti semakin tinggi pendidikan lansia maka akhlak lansia juga semakin tinggi. Hasil uji korelasi Spearman juga menunjukan adanya hubungan positif signifikan antara pendapatan (r=0,540; p<0,01) dengan religiusitas total pada lansia pria, yang berarti semakin tinggi pendapatan lansia maka lansia akan semakin religius. Selain itu didapatkan juga terdapat hubungan postif sangat signifikan antara

pendapatan (r=0,717; p<0,01) dengan akhlak pada lansia pria, yang berarti semakin tinggi pendapatan maka nilai lansia juga akan semakin tinggi.

Tabel 45 Hasil uji korelasi antara karakteristik responden dengan tingkat religiusitas

Variabel Religiusitas Akidah Ibadah Akhlak

P W P W P W P W

Usia -0.061 -0.301 0.226 -0.005 -0.218 -0.268 0.156 -0.466**

Pendidikan 0.224 -0.049 0.093 -0.162 0.134 -0.020 0.475** 0.190 Pendapatan 0.540** 0.289 0.243 0.151 0.338 0.308 0.717** 0.322 Keterangan:

* = signifikan pada selang kepercayaan 95% **=signifikan pada selang kepercayaan 99%

Hubungan antara karakteristik responden dengan kepuasan hidup

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, didapatkan hasil bahwa adanya hubungan positif sangat signifikan antara pendidikan (r=0,510; p<0,01) dengan kepuasan hidup pada lansia pria. Artinya semakin tinggi pendidikan yang dicapai lansia maka lansia lebih merasa puas dengan hidupnya. Hasil uji korelasi Spearman juga menunjukan adanya hubungan positif sangat signifikan antara pendapatan (r=0,649; p<0,01) dengan kepuasan hidup pada lansia pria, yang berarti bahwa semakin tinggi pendapatan lansia, maka kepuasan hidup yang dirasakan juga semakin tinggi.

Tabel 46 Hasil uji korelasi antara karakteristik responden, kondisi kesehatan, dan kondisi fisik dengan kepuasan hidup

Kepuasan Hidup Kepuasan hidup

Variabel Pria Wanita

Usia -0.020 -0.405* Status perkawinan -0.060 -0.180 Status pekerjaan -0.385* -0,438* Pendidikan 0.510** 0.192 Pendapatan 0.649** 0.347 Jumlah anak 0.094 0.253 Keluhan penyakit 0.052 -0.171 Keluhan fisik -0.229 0.010 Keterangan:

* =signifikan pada selang kepercayaan 95% **=signifikan pada selang kepercayaan 99%

Didapatkan juga adanya hubungan negatif signifikan antara status pekerjaan dengan kepuasan hidup pada lansia pria (r=-0.385; p<0,05) dan lansia wanita (r=-0.438; p<0,05). Hal tersebut berarti bahwa lansia yang bekerja akan memiliki kepuasan hidup yang rendah. Sementara itu hasil uji korelasi Pearson antara karakteristik responden dengan kepuasan hidup menunjukan terdapat hubungan negatif signifikan antara usia (r=-0.405; p<0,05) dengan

kepuasan hidup pada lansia wanita. Hal ini berarti semakin tua usia lansia wanita maka lansia kurang puas dengan hidup yang dijalaninya.

Hubungan dukungan sosial dan tingkat religiusitas dengan kepuasan hidup responden pria dan responden wanita

Hasil uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan positif signifikan antara dukungan sosial total (r=0,462; p<0,05) dan dukungan self- esteem (r=0,566; p<0,01) dengan kepuasan hidup pada lansia wanita. Hal ini berarti semakin besar dukungan sosial dan dukungan self-esteem yang diterima oleh lansia wanita, maka kepuasan hidup yang dirasakan lansia wanita juga akan semakin besar. Hasil juga menunjukan tingkat religiusitas total berhubungan positif signifikan dengan kepuasan hidup lansia pria (r=0,377; p<0,05) maupun lansia wanita (r=0,406; p<0,05). Artinya, variabel religiusitas berperan penting dalam meningkatkan kepuasan hidup lansia. Lansia yang meyakini dan menjalankan ajaran agamanya akan memandang positif seluruh perjalanan hidup, sehingga akan cepat merasa puas dengan kehidupan yang dijalaninya.

Tabel 47 Hasil uji korelasi Spearman’s dukungan sosial dan tingkat religiusitas dengan kepuasan hidup

Kepuasan Hidup Kepuasan hidup

Variabel Pria Wanita

Dukungan Sosial 0.230 0.462* Dukungan emosi -0.014 0.120 Dukungan instrumental 0.212 0.190 Dukungan informasi 0.150 0.114 Dukungan self-esteem 0.240 0.566** Religiusitas 0.377* 0.406* Akidah 0.183 0.103 Ibadah 0.238 0.502** Akhlak 0.375* 0.355 Keterangan:

* = signifikan pada selang kepercayaan 95% **=signifikan pada selang kepercayaan 99%

Didapatkan juga hasil bahwa adanya hubungan positif sangat signifikan antara praktek ibadah (r=0,502; p<0,01) dengan kepuasan hidup pada lansia wanita. Hal ini berarti, responden yang semakin banyak mendekatkan diri dengan Tuhannya akan semakin merasa puas dengan kehidupan yang dijalaninya. Sementara itu, terdapat hubungan positif sangat signifikan antara tingkat akhlak (r=0,363; p<0,01) dengan kepuasan hidup pada lansia pria, yang berarti bahwa lansia yang berperilaku sesuai dengan apa yang diajarkan di dalam agamanya akan semakin merasa puas dengan hidupnya.

Pembahasan Umum

Hasil penelitian ini menunjukan proporsi terbesar lansia pria dan wanita memiliki dukungan emosi yang berada pada kategori tinggi, dan merupakan proporsi paling besar dibandingkan dengan dukungan instrumental, informasi, maupun dukungan self-esteem. Berdasarkan hasil uji korelasi, ditemukan adanya hubungan negatif sangat signifikan antara usia, status pekerjaan, dan jumlah keluhan fisik lansia wanita dengan dukungan self-esteem. Usia yang semakin menua ditambah berbagai keluhan fisik yang dirasakan membuat lansia sering dikaitkan dengan tidak berguna, tua renta, dan sakit-sakitan. Selain itu, bagi lansia yang masih bekerja juga dianggap produktifitasnya sudah menurun, sehingga berbagai hal tersebut diduga membuat lansia kurang mendapatkan penghargaan atau pengakuan dari orang-orang yang ada di sekitarnya.

Terdapat hubungan negatif sangat signifikan antara status perkawinan dengan dukungan emosi pada lansia pria, artinya lansia pria yang menduda mendapatkan dukungan emosi yang rendah dibandingkan lansia pria yang berstatus menikah. Menurut Weiss (1974) dalam Cutrona (1996), sumber dukungan emosi biasanya didapatkan dari pasangan hidup. Keberadaan pasangan hidup membuat seseorang merasa nyaman, aman dan tenteram, hal ini dikarenakan adanya kelekatan yang dibangun melalui perhatian, ungkapan cinta, dan empati. Salah satu tantangan yang dihadapi lansia pada saat masa tua adalah kehilangan pasangan hidup, sehingga hal tersebut membuat lansia harus menduda atau menjanda. Lansia pria yang kehilangan pasangan hidup lebih banyak memiliki masalah terkait kesehatan fisik dan mental dibandingkan wanita lansia. Hal ini disebabkan karena sebagian besar lansia pria bergantung pada istrinya dalam dukungan emosi, pekerjaan rumah tangga, koping dengan stres, dan perhatian-perhatian lainnya (Ed Diener 2000 dalam Sousa & Lyubomirsky 2001).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai akidah dan praktek ibadah lansia pria dan wanita tergolong baik. Hal ini berarti seiring dengan proses penuaan yang terjadi, lansia semakin menyibukkan diri dengan kegiatan beribadah dan meningkatkan keimanan dengan meyakini apa yang diajarkan di dalam agamanya. Sementara itu, nilai akhlak lansia pria maupun lansia wanita tergolong sedang. Nilai akhlak dalam penelitian ini dilihat dari silaturami yang dijalin lansia dengan orang-orang di sekitar, menyantuni anak yatim, bersedekah ke masjid, dan menolong sesama. Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat

hubungan negatif sangat signifikan antara usia lansia wanita dengan nilai akhlak. Berdasarkan hasil wawancara, kondisi fisik lansia wanita yang semakin menurun dikarenakan faktor usia membuat lansia wanita kurang menjalin silaturahmi dengan tetangga maupun orang-orang yang ada di sekitar lingkungannya. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Peacock & Poloma (1999) bahwa seiring dengan bertambahnya usia ruang gerak lansia semakin berkurang.

Hasil uji korelasi juga menunjukkan terdapat hubungan positif sangat signifikan antara pendidikan responden pria dengan nilai akhlak. Menurut Gunarsa & Gunarsa (1995), tingkat pendidikan yang dicapai seseorang akan memengaruhi dan membentuk cara, pola, kerangka berpikir, persepsi, pemahaman, dan kepribadiannya. Pemahaman yang baik tentang nilai-nilai agama dapat membuat lansia mampu berperilaku sesuai dengan apa yang diajarkan di dalam agamanya. Hasil uji korelasi juga menunjukan terdapat hubungan positif signifikan antara pendapatan responden pria dengan nilai religiusitas total dan nilai akhlak. Pendapatan tinggi membuat lansia mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk menolong sesama dan disumbangkan ke tempat ibadah.

Kepuasan hidup yang dirasakan oleh kedua kelompok responden dalam penelitian ini sudah cukup baik. Menurut hasil uji korelasi, terdapat hubungan negatif sangat signifikan antara usia lansia wanita dengan kepuasan hidup. Hal ini diduga terjadi karena usia lansia yang semakin menua membuat fungsi organ tubuh lansia juga semakin menurun, sehingga lansia mengurangi berbagai peran atau aktivitas yang memerlukan kekuatan fisik. Semakin besar kehilangan peran akibat menurunnya fungsi fisik maka semakin sedikit kepuasan hidup yang dirasakan oleh lansia (Papalia et al. 2008). Neugarten dalam Santrock (2002) juga menambahkan bahwa kepuasan hidup seseorang tidak akan menurun ketika orang tersebut terus hidup produktif, aktif, dan energik saat menginjak masa tua. Selain itu, terdapat hubungan negatif signifikan antara status pekerjaan dengan kepuasan hidup pada lansia pria dan wanita, yang berarti bahwa lansia yang bekerja akan memiliki kepuasan hidup yang rendah. Hal ini diduga karena lansia merupakan kelompok yang berada pada fase terakhir perkembangan manusia, sehingga pada saat masa tua lansia seharusnya merasa bahagia dan puas dengan apa yang telah dicapai pada masa-masa sebelumnya.

Hasil uji korelasi menunjukkan pendidikan yang ditempuh lansia pria berhubungan positif sangat signifikan dengan kepuasan hidup. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ramachandran & Radhika (2012) yang menyatakan semakin tinggi pendidikan lansia, maka kepuasan hidup yang dirasakan lansia semakin besar. Pendidikan tidak hanya memungkinkan seseorang untuk memiliki pendapatan tinggi, namun juga merupakan keterampilan psikososial (Ponce et al. 2010). Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai membuat seseorang memiliki pemikiran dan pemahaman yang lebih luas, lebih terbuka dengan pengalaman baru, dan juga memiliki keterampilan, sehingga hal tersebut memungkinkan lansia memahami dengan baik proses penuaan yang terjadi dan membantu lansia untuk mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan (Ramchandran & Radhika 2012). Terdapat hubungan positif sangat signifikan antara pendapatan lansia pria dengan kepuasan hidup. Lansia dengan pendapatan tinggi lebih merasa puas dengan hidupnya, karena dengan pendapatan tinggi, lansia mampu memenuhi kebutuhan hidupnya (Ponce et al. 2010). Selain itu, Pinquart & Sorensen (2000) dalam Sousa & Lyubomirsky (2001) menyatakan bahwa kepuasan hidup erat hubungannya dengan pendapatan bagi lansia pria dibandingkan lansia wanita. Lansia pria cenderung untuk melihat pendapatan sebagai ukuran kesuksesan dan kepuasan dalam hidupnya. Selain itu, banyak wanita lansia yang cenderung menjanda dan hidupnya tidak terjamin, sehingga lebih mudah bagi lansia pria untuk mendapatkan kepuasan dari kondisi keuangannya.

Berdasarkan hasil uji korelasi antara variabel dukungan sosial dengan kepuasan hidup lansia, diketahui bahwa dukungan sosial total lansia wanita berhubungan positif signifikan dengan kepuasan hidup. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ramchandran & Radhika (2012), yang menyatakan semakin banyak dukungan sosial yang diterima lansia, semakin tinggi kepuasan hidup yang dirasakan olehnya. Dukungan sosial yang diterima oleh lansia menjamin keamanan dan jaminan yang besar saat lansia mengalami kesulitan.

Dukungan self-esteem lansia wanita juga memiliki hubungan positif sangat signifikan dengan kepuasan hidup. Dukungan self-esteem merupakan bantuan yang dapat membuat seseorang merasa dihargai, dibutuhkan, dan diakui keberadaannya (Cutrona 1996). Panda (2005) menyatakan bahwa lansia wanita yang mendapatkan penghargaan dan dukungan dari keluarga memiliki kepuasan hidup yang tinggi. Karena penghargaan dan dukungan yang diberikan membuat

lansia wanita merasa dirinya berarti dan dibutuhkan. Penghargaan dan dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada lansia wanita dapat berupa menjadikan lansia sebagai tempat dimintai saran, percaya dengan kemampuan lansia dalam mengasuh cucu, atau melibatkan lansia dalam melakukan pekerjaan rumah tangga.

Tingkat religiusitas total lansia pria dan lansia wanita berhubungan positif signifikan dengan kepuasan hidup. Selain itu, praktek ibadah lansia wanita dan

Dokumen terkait