RAFIDA DJAKIMAN
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
ABSTRACT
RAFIDA DJAKIMAN. The Relationship between Social Support, Level of Religiosity with Male and Female Elderly’s Life Satisfaction. Supervised by DIAH KRISNATUTI
The main purpose of this research was to analyze the relationship between social support, level of religiosity with male and female elderly’s life satisfaction. This research used cross sectional design and purposive sampling technique that involved 30 male and 30 female elderly. The data analysis used descriptive test, different test (independent sample t test), Pearson correlation test, and Spearman correlation test. The results showed that there was no difference at social support, level of religiosity, and life satisfaction between male and female elderly. The results also showed that factor was negatively correlated with male and female elderly’s life satisfaction was employment status. Meanwhile, factors was positively correlated with male elderly’s life satisfaction was level of religiosity and religious behaviour, whereas factors was positively correlated with female elderly’s life satisfaction was social support, self-esteem support, level of religiosity, and religious practice.
Keywords: emotional support, religious behaviour, religious practice, self-esteem support
ABSTRAK
RAFIDA DJAKIMAN. Hubungan Dukungan Sosial, Tingkat Religiusitas dengan Kepuasan Hidup Lansia Pria dan wanita. Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungan sosial, tingkat religiusitas dengan kepuasan hidup lansia pria dan wanita. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan teknik penarikan contoh secara purposive yang melibatkan 30 lansia pria dan 30 lansia wanita. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan uji deskriptif, uji beda independent sample t test, uji korelasi Spearman, dan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada dukungan sosial, tingkat religiusitas, dan kepuasan hidup antara lansia pria dengan lansia wanita. Hasil juga menunjukkan faktor yang berhubungan negatif signifikan dengan kepuasan hidup lansia pria dan wanita adalah status pekerjaan. Sementara itu, faktor-faktor yang berhubungan positif signifikan dengan kepuasan hidup lansia pria adalah tingkat religiusitas dan akhlak, sedangkan faktor-faktor yang berhubungan positif signifikan dengan kepuasan hidup lansia wanita adalah dukungan sosial, dukungan self-esteem, tingkat religiusitas, dan praktek ibadah.
RINGKASAN
RAFIDA DJAKIMAN. Hubungan Dukungan Sosial, Tingkat Religiusitas dengan Kepuasan Hidup Lansia Pria dan Wanita. Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungan sosial dan tingkat religiusitas dengan kepuasan hidup lansia pria dan wanita. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi karakteristik lansia pria dan wanita, 2) menganalisis perbedaan dukungan sosial, tingkat religiusitas, dan kepuasan hidup lansia pria dan wanita, 3) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan dukungan sosial, tingkat religiusitas, dan kepuasan hidup lansia pria dan wanita.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, dengan mengambil lokasi di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan Kecamatan Cibungbulang merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di Kabupaten Bogor. Pengambilan data dilakukan mulai Juli hingga Agustus 2012. Teknik penarikan contoh dilakukan secara purposive, artinya contoh diambil secara sengaja dengan kriteria yang ditetapkan yaitu lansia yang berusia 65 tahun ke atas dan beragama Islam. Jumlah contoh yang dipilih sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 lansia pria dan 30 lansia wanita.
Data primer diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner meliputi 1) karakteristik responden, 2) dukungan sosial, 3) tingkat religiusitas, dan 4) kepuasan hidup. Data sekunder meliputi jumlah penduduk lansia Kabupaten Bogor, gambaran umum karakteristik wilayah penelitian, dan acuan pustaka. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini telah diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji realibilitas dengan nilai Cronbach Alpha untuk setiap variabel yaitu dukungan sosial: 0,687, tingkat religiusitas: 0,747, dan kepuasan hidup: 0,826. Data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses pengeditan, pengodean, penilaian, pemasukan data, dan analisis data. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensia. Uji deskriptif yang digunakan adalah tabulasi silang dan rata-rata. Sementara itu analisis inferensia yang digunakan adalah uji korelasi Pearson, uji korelasi Spearman, dan uji independent sample t test.
Persentase terbesar lansia pria (80,00%) dan lansia wanita (76,67%) memiliki dukungan emosi tergolong tinggi. Lebih dari separuh lansia pria (53,33%) memiliki dukungan instrumental tergolong tinggi, dan hampir separuh (46,67%) lansia wanita terkategori sedang. Selanjutnya, lebih dari separuh lansia pria (60,00%) dan separuh lansia wanita (50,00%) memiliki dukungan informasi tergolong sedang. Lebih dari sepertiga lansia pria (36,67%) memiliki dukungan self-esteem berada pada kategori tinggi dan rendah, sedangkan hampir separuh lansia wanita (46,67%) terkategori sedang. Sementara itu lebih dari separuh lansia pria (56,67%) dan wanita (53,33%) memiliki dukungan sosial total berada pada kategori sedang. Berdasarkan sumber dukungan sosial, proporsi terbesar lansia pria dan lansia wanita memilih keluarga sebagai sumber dukungan emosi, instrumental, dan dukungan self-esteem. Namun hampir separuh lansia pria (43,33%) memilih keluarga sebagai sumber dukungan informasi, dan lebih dari separuh lansia wanita (56,67%) memilih keluarga dan teman sebagai sumber dukungan informasi.
Seluruh lansia pria (100%) dan wanita memiliki nilai akidah tergolong tinggi. Hampir tiga perempat lansia pria (73,33%) dan hampir seluruh lansia wanita (96,67%) memiliki praktek ibadah pada kategori sedang. Hampir seluruh (90,00%) lansia pria dan wanita memiliki nilai akhlak tergolong sedang. Selanjutnya, lebih dari separuh lansia pria (53,33%) dan hampir tiga perempat lansia wanita (73,33%) memiliki capaian tingkat religiusitas pada kategori sedang. Hasil lainnya juga menunjukkan lebih dari tiga perempat lansia pria (76,67%) dan lansia wanita (76,67%) memiliki kepuasan hidup tergolong sedang. Hasil uji korelasi memperlihatkan adanya hubungan negatif signifikan antara usia, status pekerjaan, dan jumlah keluhan fisik lansia wanita dengan dukungan self-esteem. Usia lansia wanita juga berhubungan negatif signifikan dengan akhlak dan kepuasan hidup. Karakteristik lansia pria seperti pendidikan dan pendapatan berhubungan positif signifikan dengan akhlak dan religiusitas, sedangkan status perkawinan lansia pria berhubungan negatif signifikan dengan dukungan emosi. Hasil juga menunjukkan faktor yang berhubungan negatif signifikan dengan kepuasan hidup pada lansia pria dan wanita adalah status pekerjaan. Sementara itu, faktor-faktor yang berhubungan positif signifikan dengan kepuasan hidup pada lansia pria adalah tingkat religiusitas dan akhlak, sedangkan faktor-faktor yang berhubungan positif signifikan dengan kepuasan hidup pada lansia wanita adalah dukungan sosial, dukungan self-esteem, tingkat religiusitas, dan praktek ibadah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase kedua kelompok responden memiliki dukungan sosial berada pada kategori sedang. Sementara itu, hasil uji korelasi memperlihatkan adanya hubungan positif signifikan antara dukungan sosial dengan kepuasan hidup. Disarankan berbagai pihak khususnya keluarga yang memiliki lansia dapat memberikan dukungan sosial yang lebih baik, agar lansia lebih merasa puas dengan hidupnya. Selain itu, Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) lansia diharapkan dapat mengaktifkan program Bina Keluarga Lansia (BKL), yaitu dengan memberikan penyuluhan terkait dengan tahapan serta tugas perkembangan lansia kepada masyarakat dan keluarga yang memiliki lansia. Disarankan juga kepada berbagai pihak seperti keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui Komnas lansia untuk dapat mendorong lansia lebih giat beribadah, agar kesibukan beribadah dapat membuat lansia memandang positif seluruh perjalanan hidupnya.
Dengan ini saya menyatakan bahwa Hubungan Dukungan Sosial, Tingkat Religiusitas dengan Kepuasan Hidup Lansia Pria dan Wanita adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2013
Rafida Djakiman
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah
dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, TINGKAT RELIGIUSITAS
DENGAN KEPUASAN HIDUP LANSIA PRIA DAN WANITA
RAFIDA DJAKIMAN
Skripsi
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
Judul Skripsi : Hubungan Dukungan Sosial, Tingkat Religiusitas dengan Kepuasan Hidup Lansia pria dan wanita
Nama : Rafida Djakiman
NIM : I24080086
Disetujui oleh
Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
PRAKATA
Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Dukungan Sosial, Tingkat Religiusitas dengan Kepuasan Hidup Lansia Pria dan Wanita” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penyelesaian skripsi ini tidak luput dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi atas kesabaran
dan bantuan dalam memberikan arahan, bimbingan, doa, serta masukan yang membantu menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik. 3. Alfiasari SP. M.Si. selaku dosen pemandu seminar.
4. Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si. dan Ir. Retnaningsih, M.Si. selaku dosen penguji.
5. Pemerintah Daerah Kabupaten Buru sebagai donatur yang telah memfasilitasi penulis untuk menuntut ilmu di IPB.
6. Papa Abdul Gafur Djakiman (Alm), Mama Sarpa Payapo, Mama Dju Djakiman, Papa Drs. Ibrahim Latar, kakak-kakak dan adik-adik tercinta, serta keluarga besar Djakiman untuk semua dukungan yang diberikan tanpa syarat. 7. Seluruh dosen pengajar dan staf Departemen IKK atas segala bantuan dan bekal yang diberikan kepada penulis untuk menjadi pembelajar seumur hidup. 8. IKK 45 dan teman-teman satu pembimbing skripsi (Yuris, Aman, Dita, Dela,
dan Neneng).
9. Teman-teman BUD Kab. Buru dan keluarga besar Asrama Putri Darmaga IPB.
10. Seluruh responden, warga, perangkat desa, dan pengurus Posbindu Desa Girimulya maupun Desa Leuwungkolot, Kecamatan Cibungbulang, juga Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bogor atas bantuan dan kerjasamanya.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.
Bogor, Maret 2013
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xi
PENDAHULUAN... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 3
Tujuan ... 4
Kegunaan Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA ... 6
Kepuasan Hidup ... 6
Religiusitas ... 8
Dukungan Sosial ... 10
Lansia ... . 12
Permasalahan Lansia ... 13
Teori Masa Lansia ... 14
KERANGKA PEMIKIRAN ... 15
METODE PENELITIAN... 17
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ... 17
Metode Penarikan Contoh ... 17
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 18
Pengolahan dan Analisis data ... 19
Definisi Operasional ... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 23
Karakteristik Responden ... 24
Dukungan Sosial ... 30
Tingkat Religiusitas ... 35
Kepuasan Hidup ... 39
Hubungan Antar Variabel ... 44
SIMPULAN DAN SARAN ... 53
Simpulan ... 53
Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 55
LAMPIRAN ... 58
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Karakteristik responden, kategori dan skala datanya ... ... 18
2. Data dan cara pengolahannya ... 19
3. Sebaran responden berdasarkan usia ... 24
4. Sebaran responden berdasarkan status perkawinan ... 24
5. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ... ... 25
6. Sebaran responden berdasarkan status pekerjaan ... 25
7. Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan ... 26
8. Sebaran responden berdasarkan pendapatan ... 26
9. Sebaran responden berdasarkan sumber pendapatan ... 27
10. Sebaran responden berdasarkan jumlah anak ... 27
11. Sebaran responden berdasarkan pola tempat tinggal... 28
12. Sebaran responden berdasarkan jumlah keluhan penyakit ... 28
13. Sebaran responden berdasarkan jenis penyakit ... 29
14. Sebaran responden berdasarkan jumlah keluhan fisik ... ... 29
15. Sebaran responden berdasarkan jenis keluhan fisik ... 30
16. Sebaran jawaban responden berdasarkan aspek dukungan emosi ... 30
17. Sebaran responden berdasarkan kategori dukungan emosi ... 31
18. Sebaran berdasarkan jawaban responden berdasarkan aspek dukungan instrumental ... 31
19. Sebaran responden berdasarkan kategori dukungan instrumental ... 32
20. Sebaran berdasarkan jawaban responden berdasarkan aspek dukungan informasi ... 32
21. Sebaran responden berdasarkan kategori dukungan informasi ... 33
22. Sebaran berdasarkan jawaban responden berdasarkan aspek dukungan self-esteem ... 33
23. Sebaran responden berdasarkan kategori dukungan self esteem ... 34
24. Sebaran responden berdasarkan tingkat dukungan sosial ... 34
25. Sebaran responden berdasarkan sumber dukungan sosial ... 35
26. Sebaran berdasarkan responden berdasarkan jawaban aspek akidah .. 36
27. Sebaran responden berdasarkan kategori akidah ... 36
28. Sebaran berdasarkan responden berdasarkan jawaban aspek ibadah .... 37
29. Sebaran responden berdasarkan kategori ibadah ... 37
31. Sebaran responden berdasarkan kategori akhlak ... 38 32. Sebaran responden berdasarkan tingkat religiusitas ... 39 33. Sebaran berdasarkan responden berdasarkan jawaban aspek merasa senang ... 39 34. Sebaran responden berdasarkan kategori merasa senang ... 40 35. Sebaran berdasarkan responden berdasarkan jawaban aspek hidup
penuh arti ... 40 36. Sebaran responden berdasarkan kategori hidup penuh arti ... 41 37. Sebaran berdasarkan responden berdasarkan jawaban aspek berhasil
mencapai cita-cita ... 42 38. Sebaran responden berdasarkan kategori berhasil mencapai cita-cita .... 42 39. Sebaran berdasarkan responden berdasarkan jawaban aspek gambaran diri positif ... 43 40. Sebaran responden berdasarkan kategori gambaran diri
positif... .. 43 41. Sebaran berdasarkan responden berdasarkan jawaban aspek sikap
hidup optimis, suasana hati positif ... 44 42. Sebaran responden berdasarkan kategori sikap hidup optimis, suasana hati positif ... 44 43. Sebaran responden berdasarkan tingkat kepuasan hidup ... 45 44. Hasil uji korelasi antara karakteristik responden dengan variabel
dukungan sosial ... 45 45. Hasil uji korelasi antara karakteristik responden pria dan responden
wanita dengan dukungan sosial total ... 46 46. Hasil uji korelasi antara karakteristik responden pria dan responden
wanita dengan tingkat religiusitas ... 46 47. Hasil uji korelasi antara karakteristik responden, kondisi kesehatan,
dan kondisi fisik dengan kepuasan hidup responden pria dan responden wanita ... 47 48. Hasil uji korelasi Spearman’s dukungan sosial dan tingkat religiusitas dengan kepuasan hidup responden pria dan responden wanita ... 48
Daftar Gambar
Gambar Halaman
Daftar Lampiran
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berkembangnya kemajuan di bidang pengetahuan dan teknologi semakin meningkatkan kesadaran seseorang tentang pentingnya menjaga kesehatan. Salah satu kemajuan di bidang pengetahuan yang pesat yaitu dengan semakin diketahuinya informasi dan pengetahuan tentang gaya hidup sehat. Selain itu, pelayanan kesehatan juga semakin meningkat karena banyak ditemukan alat-alat di bidang kedokteran untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Hal tersebut tentu akan membawa dampak positif terhadap kesejahteraan hidup manusia.
Menurut Sugiri (2010), taraf hidup yang semakin membaik dan pesatnya kemajuan di bidang kedokteran dapat meningkatkan harapan hidup seseorang, karena angka kematian menurun cepat dan angka kelahiran semakin meningkat. Disisi lain, Indonesia mengalami kenaikan penduduk lanjut usia (lansia) yang berusia 60 tahun ke atas karena usia harapan hidup yang semakin memanjang, yaitu bisa mencapai usia 77 tahun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah lansia di Indonesia yang meningkat secara signifikan berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk lansia di Indonesia adalah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa (BPS 2010).
Saat memasuki usia lanjut, lansia dihadapkan pada berbagai tantangan baru seperti pensiun, kehilangan pasangan, tinggal jauh dari anak-anak maupun cucu, dan penurunan fungsi fisik. Hal tersebut merupakan stresor utama bagi lansia, yang menyebabkan lansia merasa tidak berguna dan tidak mampu berbuat apa-apa. Disfungsi yang dialami oleh lansia memungkinkan lansia akan merasa sedih, cemas, dan tidak berharga (Bozo et al. 2009). Neugarten dalam Barret & Murk (2006) menyatakan bahwa depresi, kesedihan, kesepian, lekas marah, dan pesimis adalah perasaan yang akan membuat seseorang tidak merasa puas dengan hidupnya.
Kepuasan hidup bagi lansia merupakan ukuran kebahagiaan, integritas, dan kesuksesan dalam masa tua. Lansia yang merasa puas dengan hidupnya memiliki tujuan hidup dan penerimaan diri yang baik. Lansia yang mampu melewati masa tua dengan sukses dapat terus berkembang dan belajar dengan menjadikan pengalaman masa lalu sebagai koping untuk kehidupan yang dijalaninya saat ini, dan menentukan tujuan untuk masa depan (Fisher 1995 dalam Lazar 2000). Masa lansia merupakan fase terakhir dalam kehidupan manusia, sehingga sudah seharusnya lansia merasa bahagia, melewati masa tua dengan sukses, dan puas dengan apa yang telah dicapai pada masa-masa sebelumnya.
Menurut Bishop et al. (2006) dalam Lou (2009), dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang berkontribusi dalam meningkatkan kepuasan hidup lansia, karena keberadaannya dapat mengurangi efek tekanan psikologis yang diakibatkan oleh stres, penyakit, penurunan fungsi fisik, dan tekanan yang berasal dari lingkungan. Dukungan sosial dapat diberikan dengan melibatkan lansia dalam setiap peran penting yang ada, sehingga lansia merasa diterima, memiliki kontrol diri, dan juga harga diri.
positif antara religiusitas dengan kepuasan hidup lansia, dan sebaliknya religiusitas berhubungan negatif dengan perilaku menyimpang seperti bunuh diri.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini menjadi penting untuk melihat hubungan dukungan sosial dan tingkat religiusitas dengan kepuasan hidup lansia.
Perumusan Masalah
Lansia merupakan kelompok yang rentan terhadap berbagai periode krisis seperti pensiun, penurunan fungsi fisik, kehilangan pasangan, menderita penyakit kronis, dan lain sebagainya (Peacock dan Poloma 1999). Berbagai periode krisis yang dialami oleh lansia membuat orang lain salah memberi persepsi terhadap lansia. Lansia dianggap sebagai orang yang mudah terganggu, lekas marah, dan tidak berguna. Selain itu, lansia juga dianggap sebagai orang yang tidak produktif, mudah lupa, dan tidak memiliki semangat karena secara fisik berada dalam kondisi yang tidak prima (Papalia et al. 2008). Pemahaman dan perlakuan yang salah kepada lansia dapat membuat penerimaan dan pemaknaan hidup lansia menjadi terganggu, dan hal tersebut dapat mengurangi kepuasan hidup lansia
Kepuasan hidup dapat digambarkan sebagai kondisi saat seseorang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan hidup, serta mampu menerima kondisi hidupnya secara keseluruhan (Sousa & Lyubomirsky 2001). Berdasarkan fenomena yang ada, masih terdapat sebagian besar lansia yang kurang mampu secara penuh untuk mengakses kebutuhan hidupnya, artinya masih banyak lansia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini dinyatakan oleh Menteri Sosial (2009) bahwa masih banyak lansia terlantar yang belum mendapatkan bantuan dari pemerintah. Masih ada 1,8 juta lansia Indonesia yang terlantar, dan hanya 4.500 lansia yang baru mendapatkan bantuan dari pemerintah. Sementara itu, keluarga sebagai unit pertama di dalam masyarakat mengalami perubahan signifikan dalam menampung dan mengurus lansia. Keluarga sebagai lingkungan terdekat dengan lansia kurang memberikan dukungan sosial. Hal tersebut membuat lansia lebih rentan terhadap penyakit dan mengalami stres secara psikososial (Varshney 2007).
kurangnya perhatian yang diberikan keluarga kepada lansia adalah lansia dianggap mudah marah dan merepotkan, karena sikap lansia tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain itu, faktor kesibukan karena bekerja juga membuat keluarga jarang memikirkan kebutuhan lansia. Pratiwi (2009) menambahkan lebih dari separuh keluarga menyatakan kurang perhatian kepada lansia disebabkan karena lansia kurang mandiri, khususnya kurang mandiri secara ekonomi.
Permasalahan lain yang juga dihadapi oleh lansia adalah merasa kesepian karena tinggal jauh dari anak dan cucu, membutuhkan perhatian lebih, dan perasaan ingin cepat mati atau bunuh diri. Selain itu, ada juga lansia yang tidak mampu menerima dirinya menjadi tua sehingga memandang masa tua dengan perasaan ragu-ragu dan putus asa. Hal tersebut menunjukan bahwa komitmen agama dalam diri lansia masih rendah. Krause (1995) diacu dalam Santrock (2002) menyatakan bahwa lansia dengan komitmen agama yang tinggi memiliki self esteem yang juga tinggi.
Berkaca dari berbagai permasalahan yang dialami oleh lansia, maka diharapkan dukungan sosial yang diberikan oleh orang-orang di sekitar dan keberadaan agama dalam kehidupan lansia dapat meningkatkan kepuasan hidup lansia. Disisi lain, perkembangan hidup yang semakin modern juga membuat pelayanan untuk lansia semakin banyak, sehingga seharusnya lansia hidup sejahtera dan merasakan kepuasan dalam hidupnya. Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijelaskan, maka penelitian ini berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Bagaimana karakteristik lansia pria dan wanita?
2. Bagaimana tingkat kepemilikan dukungan sosial, tingkat religiusitas, dan kepuasan hidup lansia pria/wanita seiring dengan terjadinya berbagai kemunduran yang menyertai berbagai proses penuaannya?
Tujuan Penelitian Tujuan Umum :
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan dukungan sosial, tingkat religiusitas dengan kepuasan hidup lansia pria dan wanita.
Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi karakteristik lansia pria dan wanita.
2. Menganalisis perbedaan dukungan sosial, tingkat religiusitas, dan kepuasan hidup lansia pria/wanita.
3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan dukungan sosial, tingkat religiusitas, dan kepuasan hidup lansia pria/wanita.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara luas untuk beberapa pihak, antara lain:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi rujukan bagi penelitian lanjutan dengan mengembangkan variabel-variabel yang sudah diteliti. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengasah kemampuan berpikir logis dan sistematis.
2. Bagi IPB
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan tentang hubungan dukungan sosial dan tingkat religiusitas dengan kepuasan hidup lansia.
3. Bagi masyarakat
Diharapkan dapat berguna bagi masyarakat, khususnya bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga lansia, agar menjadi sumber informasi sebagai upaya untuk menyejahterakan lansia.
4. Bagi Pemerintah
TINJAUAN PUSTAKA
Kepuasan Hidup
Kepuasan hidup adalah kesejahteraan psikologis secara umum atau kepuasan hidup yang dirasakan oleh seseorang secara keseluruhan (Santrock 2002). Menurut Korff (2006), seseorang yang puas dengan hidupnya memandang masa depan dengan penuh kebahagiaan. Berg (2008) mengemukakan bahwa kepuasan hidup dicerminkan dengan kondisi kehidupan yang baik, sementara itu Sousa & Lyubomirsky (2001) menggambarkan kepuasan hidup sebagai kondisi saat seseorang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan hidup, serta mampu menerima kondisi hidupnya secara keseluruhan.
Kepuasan hidup sangat penting dalam mencapai kesuksesan dalam usia lanjut. Seseorang yang merasa telah memberi banyak penghargaan dalam hidupnya biasanya menghadapi masa depan dengan kepuasan pribadi yang cukup besar, dan sebaliknya perasaan menyesal hanya dirasakan sedikit. Selain itu, orang yang merasa puas dengan hidupnya juga memiliki sikap positif tentang masa lalu dan masa depan (Turner et al. 1990). Neugarten et al. dalam Barrett dan Murk (2006) menambahkan, seseorang yang merasa puas dengan hidupnya dicirikan dengan perasaan penuh optimis, konsep diri yang positif, dan juga merasa senang dengan aktivitas yang dijalaninya.
Neugarten, Havighurst, dan Tobin (1961) melihat kepuasan hidup dari lima aspek, yaitu:
1. Merasa senang dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari
Aspek ini menjelaskan bahwa seseorang yang menggunakan lebih banyak energinya untuk beraktivitas, baik itu aktivitas yang melibatkan fisik maupun logika memiliki kepuasan hidup yang lebih besar.
2. Menganggap hidup penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi kehidupan
Yaitu berhubungan dengan bagaimana seseorang aktif menerima tanggung jawab yang ada dalam hidupnya daripada pasif menerima atau memaafkan apa yang telah terjadi. Hal ini terkait dengan integritas Erikson, yaitu konsep yang berhubungan dengan kebermaknaan hidup dan kurangnya rasa takut akan kematian.
3. Merasa telah berhasil mencapai cita-cita atau sebagian besar tujuan hidup
Berhubungan dengan keinginan dan pencapaian tujuan yang menyebabkan seseorang merasa puas atau tidak puas dengan hidupnya. 4. Berpegang teguh pada gambaran diri positif
Didasarkan pada aspek fisik, emosi, dan dimensi intelektual seseorang. Seseorang yang tidak merasa tua dan menganggap dirinya bijaksana atau kompeten, cenderung memiliki kepuasan hidup yang lebih besar. Kehidupan sukses di masa lalu merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan seseorang memiliki gambaran diri positif.
5. Memiliki sikap hidup optimis dan suasana hati bahagia
Yaitu berkaitan dengan perasaan optimis, bahagia, dan sikap positif lainnya. Depresi, kesedihan, kesepian, lekas marah, dan pesimis adalah perasaan yang akan membuat seseorang tidak merasa puas dengan hidupnya. Aspek ini menjelaskan bahwa seseorang yang merasa bahagia dengan kehidupan yang dijalaninya sekarang akan merasa jauh lebih puas dengan hidupnya di masa depan.
Religiusitas
adalah kepercayaan yang dipraktekkan oleh individu untuk memberi makna dalam hidupnya (Damond 2009). Agama juga dihubungkan dengan kepercayaan yang dinyatakan oleh institusi tertentu dan dianut oleh anggota-anggotanya (Hasan 2006). McAndrew & Voas (2011) menambahkan bahwa agama yang dianut oleh individu lebih seperti etnis, atau bagi sebagian orang merupakan sesuatu yang diwariskan, bukan dipilih oleh individu itu sendiri. Keberadaan agama dalam kehidupan seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif, karena organisasi keagamaan memberikan peluang bagi setiap individu untuk saling berinteraksi baik itu untuk bertukar pikiran, memelihara persahabatan, dan juga untuk berhubungan sosial (Lim & Putnam 2010).
McCullough & Willoughby (2009) membagi peran agama menjadi enam aspek, yaitu: (a) agama dapat mendorong pengendalian diri; (b) agama dapat memengaruhi bagaimana tujuan dipilih, diraih, dan terorganisir; (c) agama memfasilitasi pengontrolan diri; (d) agama yang mendorong pengembangan kekuatan pengaturan diri; (e) agama berperan dalam mengatur dan mendorong serangkaian perilaku pengaturan diri; (f) beberapa pengaruh agama terhadap kesehatan, kesejahteraan, dan perilaku sosial merupakan hasil dari pengaruh agama pada pengendalian dan pengaturan diri.
Religiusitas merupakan tampilan output dari nilai-nilai ketuhanan yang dianut dalam agama. Religiusitas adalah pengetahuan, tindakan, dan perilaku yang muncul karena kesadaran atau interaksi yang dirasakan, yang dianggap memainkan peranan penting dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia (McCullough & Willoughby 2009). Polner dalam Peacock & Poloma (1999) menyatakan bahwa religiusitas adalah hubungan antara diri individu dengan Tuhannya, yang menurut Taylor et al. dalam Damond (2009) religiusitas berupa perilaku, sikap, nilai, kepercayaan, perasaan, dan pengalaman yang dilakukan atau dirasakan oleh individu.
Sementara itu, Lubis (2009) melihat keterlibatan individu di dalam agama Islam berdasarkan tiga nilai, yaitu:
1. Akidah
Akidah merupakan nilai utama dalam kehidupan individu. Akidah merujuk kepada seberapa besar tingkat keyakinan muslim akan ajaran-ajaran agamanya, terutama yang bersifat dogmatik dan fundamental, seperti keyakinan akan Allah sebagai Sang Pencipta, malaikat pembawa risalah, Nabi/Rasul sebagai penerima dan penyampai wahyu, keyakinan bahwa kitab suci sebagai kumpulan wahyu, percaya akan hari akhir, dan yakin akan adanya qada dan qadar.
2. Ibadah
Ibadah merupakan sikap terbaik individu untuk mendekatkan diri dengan Tuhannya melalui tata cara yang telah diatur dalam ajaran agama. Bentuk-bentuk ibadah yang diajarkan yaitu berupa shalat, puasa, membaca Al Qur’an, bersedekah, haji, dan bentuk ibadah yang dilandasakan berdasarkan motivasi, yaitu dengan menjadikan seluruh langkah dalam hidupnya sebagai ibadah. Lubis (2009) menyatakan bahwa lansia harus didorong untuk mengisi sisa kehidupannya dengan melaksanakan ibadah, agar kesibukan beribadah dapat membuat lansia memandang positif seluruh perjalanan hidupnya.
3. Akhlak
Akhlak merujuk kepada bagaimana seorang individu berperilaku sesuai dengan apa yang diajarkan di dalam agamanya, yaitu membangun silaturahmi dengan semua orang tanpa membedakan agama, suku, budaya, dan ideologi. Bentuk-bentuk akhlak meliputi perilaku suka menolong, memaafkan, membantu sesama, berderma, bekerja sama, dan menjauh dari perbuatan yang dilarang oleh agama.
Dukungan Sosial
dilakukan, dan memfasilitasi seseorang untuk mengatasi masalah yang dialami olehnya melalui penyediaan informasi, bantuan, atau sumberdaya fisik (Cutrona 1996). Dukungan sosial dapat juga diberikan melalui pemberian ikatan emosional antara satu sama lain, dan berfungsi sebagai penghubung informasi untuk setiap individu (Lou 2009).
Cutrona (1996) melihat dukungan sosial berdasarkan empat aspek, yaitu: 1. Dukungan emosional
Mencakup ungkapan cinta, empati, dan perhatian yang diberikan oleh orang lain untuk membuat seseorang merasa nyaman, dihargai, dan dicintai.
2. Dukungan instrumental
Merupakan bentuk dukungan yang diberikan melalui bantuan sumberdaya fisik seperti uang, tempat tinggal, atau berupa bantuan fisik lainnya.
3. Dukungan informasi
Mencakup saran, petunjuk, atau berupa nasehat yang diberikan untuk membantu seseorang memenuhi kebutuhannya atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
4. Dukungan self-esteem
Bantuan yang diberikan melalui penghargaan yang diberikan terhadap kualitas yang dimiliki seseorang, percaya dengan kemampuan seseorang, dan juga memberikan persetujuan terhadap gagasan, perasaan, dan apa yang dilakukan oleh orang tersebut.
Menurut Lubben & Gironda (2003) dalam Lou (2009), dukungan sosial dapat diperoleh dari tiga sumber, yaitu: (1) Keluarga, seperti pasangan hidup, anak, cucu, saudara kandung atau kerabat lain yang memiliki hubungan dekat dan harmonis; (2) Teman, yaitu bisa berupa rekan kerja yang juga ikut berperan dalam karir atau kehidupan seseorang; (3) Sumber lain yang terpercaya, seperti institusi-institusi formal maupun non formal yang memberikan dukungan dalam bentuk bantuan fisik maupun psikologis, atau juga bisa di dapatkan dari lingkungan sekitar seperti tetangga.
Lansia
Menurut Kalish dalam Rogers (1979), usia lanjut dimulai pada usia 65 tahun, bersamaan dengan berakhirnya masa pensiun. Sementara itu Neugarten (1974) dalam Rogers (1979) membagi lansia ke dalam tiga kategori yaitu lansia muda (young old), lansia menengah (middle old), dan lansia tua (old old). Lansia muda berada pada rentang usia 55-65 tahun, yaitu lansia yang masih aktif bekerja dan berada di puncak status sosial. Lansia menengah berada pada rentang usia 65-75 tahun, yaitu merupakan sebagian besar pensiunan, memiliki kondisi kesehatan yang bagus, dan memiliki peluang besar untuk memperkaya diri, sedangkan lansia tua berada pada rentang usia 75 tahun ke atas, yang dicirikan dengan keadaan rapuh, kesepian, miskin, dan memiliki kondisi fisik yang tidak sehat.
Ketika mulai memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang tampak dialami oleh seorang lansia adalah perasaan takut menjadi tua, sehingga hal tersebut memengaruhi lansia dalam memandang masa tua. Erikson dalam Santrock (2002) menjelaskan bahwa lansia berada pada tahapan perkembangan Integrity vs Despair, yaitu masa saat individu melihat kembali perjalanan hidup ke
belakang dan apa yang telah dilakukan selama perjalanan tersebut. Ada lansia yang dapat mengembangkan pandangan positif masa tua sebagai masa lansia dapat merasa puas dengan segala keberhasilan yang dicapai sewaktu muda, sehingga merasa lebih dapat menerima dirinya dengan positif serta mencapai kepuasan hidup di masa tua. Namun ada juga yang memandang masa tua dengan pandangan negatif, sehingga lansia memandang hidupnya secara keseluruhan dengan ragu-ragu dan putus asa. Hal ini menyebabkan seorang lansia sulit menerima dirinya yang telah menjadi tua. Butler dalam Turner et al. (1990) menyatakan bahwa proses lansia melihat kembali hidupnya ke belakang digerakkan oleh kematian yang terjadi pada seseorang. Proses ini memungkinkan lansia untuk menghapus pengalaman masa lalu dan menangani konflik yang terus ada.
Seiring dengan terjadinya proses penuaan, lansia memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Tugas perkembangan lansia menurut Havighurts dalam Turner et al. (1990) antara lain yaitu:
d. Menyesuaikan diri dengan orang-orang yang seusia
e. Mengadopsi dan menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel f. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
Permasalahan Lanjut Usia
Menurut Papalia et al. (2008), masalah yang dihadapi secara umum oleh lansia adalah terjadinya perubahan fisik, sistem organ tubuh, fungsi sensoris dan psikomotor, fungsi seksual, dan penuaan otak. Penurunan fisik dan psikologis yang dialami oleh lansia saat masa tua ditandai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup seperti hilangnya fungsi dan peran yang biasa dilakukan sebelumnya. Sementara itu, Rogers (1979) menyatakan bahwa permasalahan umum yang dihadapi oleh lansia adalah terkait dengan koping saat lansia mengalami penurunan fungsi fisik, konflik antar generasi, masalah pernikahan seperti kepuasan seks, pemilihan pasangan hidup bagi lansia yang menjanda/menduda, dan juga masalah yang datang dari lingkungan seperti kekerasan yang dilakukan terhadap lansia baik secara fisik maupun psikologis.
Teori Masa Lanjut Usia
Teori masa lanjut usia dibagi menjadi dua, yaitu teori pelepasan (Disengagement theory) dan teori aktivitas (Activity theory). Hurlock (1980) menyatakan bahwa pelepasan adalah suatu proses pengunduran diri secara timbal balik pada masa usia lanjut dari lingkungan sosial. Proses lepas dari kegiatan masyarakat ini menurut Birren dalam Hurlock (1980) terdiri dari empat elemen yaitu a) keterlibatan dengan orang lain berkurang, b) pengurangan variasi peranan sosial yang dimainkan, c) penggunaan kemampuan mental yang semakin bertambah, dan d) berkurangnya partisipasi dalam kegiatan fisik.
KERANGKA PEMIKIRAN
Ketika seorang individu menjadi tua, individu tersebut cenderung mengalami masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketakberfungsian organ fisik (Papalia et al. 2008). Masalah kesehatan dan ketakberfungsian organ fisik ini berhubungan dengan karakteristik lansia seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, status pekerjaan, pendapatan, status perkawinan, jumlah anak, keluhan fisik yang dirasakan lansia, dan jumlah penyakit yang diderita olehnya. Karakteristik tersebut membawa berbagai dampak pada kepuasan hidup lansia. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana lansia menjalani aktivitas hidupnya sehari-hari.
Penurunan fungsi fisik dan permasalahan seperti kesepian, membuat keberadaan dukungan sosial sangat penting bagi kebahagiaan lansia, karena lansia merasa keberadaanya masih dibutuhkan. Revenson & Gibofsky (1995) dalam Bozo et al. (2009) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan informasi, dukungan emosional, bantuan materi, dan kepercayaan yang didapatkan dari hubungan interpersonal. Dukungan sosial yang diberikan sangat membantu lansia dalam mencapai kepuasan hidup. Dukungan sosial yang diterima lansia dipengaruhi oleh karakteristik seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, pendidikan, pendapatan, jumlah anak, keluhan fisik, dan jumlah keluhan penyakit lansia.
Keterangan: = hubungan yang diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan dukungan sosial dan tingkat religiusitas dengan kepuasan hidup lansia
Religiusitas: 1. Akidah 2. Ibadah 3. Akhlak Dukungan Sosial:
1. Dukungan emosional 2. Dukungan instrumental 3. Dukungan informasi 4. Dukungan self-esteem
Kepuasan Hidup: 1. Merasa senang 2. Hidup penuh arti
3. Berhasil mencapai cita-cita 4. Gambaran diri positif 5. Sikap hidup optimis Karakteristik Lansia:
1. Usia
2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. Status pekerjaan 5. Pendapatan 6. Status perkawinan 7. Jumlah anak
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan Kecamatan Cibungbulang merupakan salah satu daerah dengan jumlah lansia terbanyak menurut Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bogor (2011). Penelitian ini dilakukan mulai dari April sampai Januari 2013 yakni meliputi persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penulisan laporan.
Teknik Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia yang berusia 65 tahun ke atas dan beragama Islam yang bertempat tinggal di Desa Leuwungkolot dan Desa Girimulya, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan desa dilakukan secara purposive yaitu berdasarkan pada mayoritas jumlah lansia terbanyak dibandingkan desa lainnya, yang diketahui dari informasi yang didapatkan dari kecamatan setempat. Teknik pengambilan contoh dilakukan secara purposive, artinya contoh diambil secara sengaja dengan kriteria yang ditetapkan yaitu lansia yang berusia 65 tahun ke atas dan beragama Islam. Pihak Desa Girimulya dan Desa Leuwungkolot tidak memiliki data akurat tentang jumlah penduduk lansia yang berusia 65 tahun ke atas. Berdasarkan hal tersebut, peneliti kemudian mendatangi Pos Pembinaan Terpadu lansia (Posbindu lansia) yang ada di masing-masing desa, yaitu Posbindu Samiadji dan Posbindu Citra Lestari untuk mendapatkan data lansia yang aktif datang ke Posbindu, dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Peneliti kemudian mendapatkan 60 orang lansia, yang terdiri dari 30 lansia pria dan 30 lansia wanita. Pertimbangannya adalah jumlah tersebut telah memenuhi kebutuhan pengolahan secara statistik.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
responden, (2) dukungan sosial, (3) tingkat religiusitas, dan (4) kepuasan hidup. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, yakni Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bogor, kantor Desa Girimulya dan Desa Leuwungkolot, studi dari buku, internet, dan hasil penelitian-penelitian terdahulu. Data sekunder yang dikumpulkan adalah jumlah penduduk lansia Kabupaten Bogor, karakteristik wilayah penelitian, dan acuan pustaka. Data primer karakteristik responden tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1 Karakteristik responden, kategori, dan skala datanya
Tingkat pendidikan [1] Tidak sekolah [2] Tidak lulus SD
Status pekerjaan [0] Tidak bekerja [1] Bekerja
Pendapatan (Rupiah) [1] > 500.000 [2] 500.000-999.000 [3] 1.000.000-1.499.000 [4] 1.500.000-1.999.000
[5] ≥ 2.000.000
Ordinal
Pola tempat tinggal [1] Sendiri/pasangan [2] Pasangan & anak
Jumlah keluhan penyakit [1] Tidak sakit
[2] Sakit 1 (1 jenis penyakit) [3] Sakit 2 (2 jenis penyakit)
[4] Sakit 3 (≥ 3 jenis penyakit)
Rasio
Jumlah keluhan fisik [1] Tidak ada keluhan
[2] Keluhan 1 (1 jenis keluhan) [3] Keluhan 2 (2 jenis keluhan) [4] Keluhan 3 (3 jenis keluhan)
Variabel utama dalam penelitian ini adalah dukungan sosial, tingkat religiusitas, dan kepuasan hidup. Instrumen dukungan sosial merupakan hasil konstrak yang diadopsi dari Cutrona (1996) yang terdiri dari dukungan emosi, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan self-esteem. Nilai Cronbach alpha untuk dukungan sosial sebesar 0,687, dan jumlah total
pertanyaan dukungan sosial adalah sebanyak 25 item pertanyaan. Sementara itu, instrumen tingkat religiusitas dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan konstrak yang diadopsi dari Lubis (2009), yang melihat keterlibatan individu di dalam agama Islam berdasarkan tiga nilai yaitu akidah, ibadah, dan akhlak. Jumlah total pertanyaan instrumen tingkat religiusitas adalah sebanyak 25 item pertanyaan, dengan nilai Cronbach alpha sebesar 0,747. Variabel kepuasan hidup dalam penelitian ini menggunakan instrumen indeks skala kepuasan hidup Neugarten, Havighurst, dan Tobin (1961) yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian. Total jumlah pertanyaan variabel kepuasan hidup adalah sebanyak 25 item pertanyaan, dengan nilai Cronbach alpha sebesar 0,826.
Pengolahan dan Analisis Data
Instrumen yang telah disusun, diuji reliabilitas, dan validitasnya. Uji validitas digunakan untuk menguji apakah instrumen dapat memperoleh data yang sesungguhnya, sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menguji hasil yang diperoleh instrumen memiliki nilai yang konsisten di setiap penggunaan instrumen. Data yang telah diperoleh diolah melalui proses pengeditan, pengodean, penilaian, pemasukan data, dan analisis data dengan menggunakan beberapa program komputer yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.
dukungan sosial, tingkat religiusitas, dan kepuasan hidup yaitu dengan menggunakan rumus interval kelas (Slamet 1993).
Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum – Skor Minimum Jumlah kategori
Analisis inferensia yang digunakan adalah uji korelasi Pearson, uji korelasi Spearman, dan uji beda independent sample t-Test. Uji korelasi digunakan untuk
menguji hubungan antara berbagai variabel yang akan diteliti. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan jumlah skor antara responden berjenis kelamin pria dengan responden berjenis kelamin wanita, dilakukan uji beda t. Pengkategorian masing-masing variabel tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Data, kategori, dan sebaran pengukuran
Variabel Kategori Sebaran pengukuran
Dukungan sosial
Dukungan sosial total Rendah (25-50) Sedang (51-75)
Merasa senang Rendah (5-10)
Sedang (11-15) Tinggi (16-20)
Kelas interval
Hidup penuh arti Rendah (5-10)
Sedang (11-15) Tinggi (16-20)
Tabel 2 Data, kategori, dan sebaran pengukuran (lanjutan)
Variabel Kategori Sebaran pengukuran
Berhasil mencapai cita Rendah (5-10) Sedang (11-15) Tinggi (16-20)
Kelas interval
Gambaran hidup positif Rendah (5-10) Sedang (11-15)
Kepuasan hidup total Rendah (25-50) Sedang (51-75) Tinggi (75-100)
Kelas interval
Definisi Operasional Lansia adalah seseorang yang berusia 65 tahun ke atas.
Status perkawinan lansia dibagi menjadi status menikah dan janda/duda
Usia adalah lama hidup lansia yang dihitung berdasarkan tahun. Usia lansia dalam penelitian ini dikategorikan dalam tiga fase yaitu lansia muda (65-74 tahun), lansia tua (75-84 tahun), dan lansia tertua (lebih dari 85 tahun). (Papalia et al. 2008).
Pendapatan lansia adalah besarnya uang yang diterima lansia setiap bulannya. Status pekerjaan lansia adalah kegiatan yang menghasilkan uang, yang masih
dilakukan oleh lansia saat ini
Tingkat pendidikan lansia adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh lansia yang dibedakan menjadi tidak sekolah, tidak lulus SD, lulus SD, tidak lulus SMP, lulus SMP, tidak lulus SMA, lulus SMA, dan lulus Perguruan Tinggi.
Lokasi tinggal lansia adalah tempat dengan siapa lansia tinggal saat ini yang dikategorikan menjadi tinggal sendiri atau bersama pasangan, tinggal bersama pasangan dan anak, tinggal bersama anak saja, dan tinggal bersama orangtua atau saudara.
Jumlah anak lansia adalah banyaknya anak yang dimiliki lansia yang dikategorikan menjadi jumlah anak sedikit (0-3 orang), jumlah anak sedang (4-6 orang), dan jumlah anak banyak (> 6 orang).
Kondisi fisik lansia adalah keadaan fisik lansia yang dijelaskan dari jumlah keluhan yang dirasakan olehnya.
Dukungan sosial adalah bantuan yang didapatkan lansia dari orang-orang di sekitarnya, yang dilihat dari aspek emosi, instrumental, informasi, dan penghargaan diri.
Dukungan Emosi adalah perhatian, ungkapan cinta, dan empati yang membuat seseorang merasa nyaman dan dicintai.
Dukungan Instrumental adalah bantuan yang diberikan dalam bentuk uang, tempat tinggal, dan bantuan fisik lainnya.
Dukungan Informasi adalah saran, petunjuk dan nasehat yang membantu seseorang menyelesaikan permasalahannya.
Dukungan Self-esteem adalah penghargaan yang diberikan terhadap kemampuan, perasaan, dan gagasan seseorang.
Sumber dukungan sosial adalah asal dukungan sosial yang diterima oleh lansia yang dikategorikan menjadi dari keluarga saja, teman, keluarga dan teman, dan sumber lain yang terpercaya.
Religiusitas adalah penghayatan individu terhadap nilai-nilai ketuhanan, dan pengalaman individu terhadap nilai-nilai agama yang dicerminkan dengan sikap dan perilaku yang merujuk pada sifat-sifat ketuhananan dalam kehidupan yang dijalaninya.
Akidah adalah keyakinan muslim akan ajaran-ajaran agamanya, seperti percaya pada hari akhir dan kematian.
Ibadah adalah pengalaman individu dalam mendekatkan diri dengan Tuhannya melalui tata cara yang telah diatur di dalam ajaran agama, seperti shalat, zakat, membaca kitab suci, dan berpuasa.
Akhlak adalah sikap dan perilaku individu yang merujuk pada nilai-nilai agama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua desa, yaitu Desa Girimulya dan Desa Leuwungkolot. Secara administratif, kedua desa tersebut masuk dalam wilayah Kecamatan Cibungbulang yang merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di Kabupaten Bogor menurut Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bogor (2011). Jumlah penduduk lansia yang berusia 60 tahun ke atas di Kecamatan Cibungbulang berjumlah sebanyak 9045 jiwa.
Wilayah Desa Girimulya memiliki luas sebesar 122.03 Ha dengan kepadatan penduduk 71.88 jiwa/km2. Desa Girimulya memiliki luas lahan yang sebagian besar digunakan untuk perumahan/pekarangan (55 ha) dan untuk area persawahan (50 ha). Jumlah penduduk Desa Girimulya pada tahun 2011 adalah sebanyak 8.772 jiwa dengan 2.270 kepala keluarga. Berdasarkan agama yang dianut, sebanyak 8.768 orang beragama Islam dan empat orang beragama Katolik. Tingkat pendidikan penduduk Desa Girimulya paling banyak berstatus lulus SMP/sederajat (2.345 orang). Penduduk Desa Girimulya paling banyak bekerja sebagai pedagang (1.521 orang), buruh pabrik (624 orang), petani (210 orang), dan pegawai swasta (155 orang).
Karakteristik Responden Usia Responden
Rentang usia lansia pada penelitian ini berkisar antara 65 sampai 90 tahun. Papalia et al (2008) membagi lansia didasarkan pada usia kronologisnya yaitu lansia muda (65-74), lansia tua (75-84), dan lansia sangat tua (≥85). Tabel 3 menunjukan persentase terbesar lansia pria (76,67 %) maupun lansia wanita (66,67%) termasuk dalam kategori lansia muda (65-74 tahun). Sementara itu, hanya sedikit lansia pria (3,33%) maupun lansia wanita (13,33%) yang termasuk dalam kategori lansia sangat tua (≥ 85 tahun). Rata-rata usia lansia pria dan lansia wanita tidak jauh berbeda. Hal ini juga terlihat dari hasil uji t-Test yang menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada usia antara lansia pria dengan lansia wanita (p> 0,05).
Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan usia dan jenis kelamin
Kelompok Usia
Pria Wanita n % n %
Lansia muda (65-74 tahun) 23 76.67 20 66.67
Lansia tua (75-84 tahun) 6 20.00 6 20.00
Lansia sangat tua (≥ 85 tahun) 1 3.33 4 13.33
Total 30 100.00 30 100,00
Rataan±SD (tahun) 71.47±5.16 71.87±7.39
p-value 0.809
Status Perkawinan Responden
Berdasarkan sebaran status perkawinan diketahui lebih dari separuh (63,33%) lansia pria berstatus menikah, sedangkan lebih dari separuh lansia wanita (63,33%) berstatus janda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Papalia et al. (2008) bahwa wanita lansia lebih cenderung menjanda dan memilih untuk tidak menikah lagi. Sementara itu hasil uji t-Test menunjukan terdapat perbedaan nyata pada status perkawinan antara lansia pria dengan lansia wanita (p < 0,05).
Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan status perkawinan dan jenis kelamin
Status Perkawinan Pria Wanita
n % n %
Menikah 19 63.33 11 36.67
Janda/duda 11 36.67 19 63.33
Total 30 100.00 30 100.00
Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan responden adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Berdasarkan Tabel 5 diketahui proporsi terbesar lansia pria (73,33%) maupun lansia wanita (93,33%) tidak menamatkan pendidikan SD, yang berarti bahwa pendidikan lansia masih tergolong rendah. Namun ada juga lansia pria (10,00%) maupun lansia wanita (3,33%) pada penelitian ini yang melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Hasil uji t-Test menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada tingkat pendidikan antara lansia pria dengan lansia wanita (p> 0,05).
Jenis Pekerjaan Responden
Tabel 7 menunjukan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini beragam. Ada lansia yang bekerja sebagai pedagang/wirausaha, petani, buruh tani, dan tukang urut. Untuk jenis pekerjaan yang dilakukan, lansia pria paling banyak (16,67%) memiliki pekerjaan sebagai pedagang/wirausaha dan buruh tani. Sementara itu, lansia wanita paling banyak (20,00%) bekerja hanya sebagai buruh tani.
Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan dan
Pendapatan responden adalah sejumlah uang yang diterima oleh responden yang dihitung dalam rupiah per bulan. Sebaran pendapatan responden pada Tabel 8 menunjukan lebih dari separuh lansia pria (66,67%) dan sebagian besar lansia wanita (86,67%) memiliki pendapatan kurang dari Rp500.000,00 per bulan. Sementara itu hasil uji t-Test menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada tingkat pendapatan antara lansia pria dengan lansia wanita (p> 0,05).
responden pada Tabel 9 menunjukan lebih dari separuh (66,67%) lansia pria dan sebagian besar (86,67%) lansia wanita memiliki pendapatan yang bersumber dari anak. Sumber pendapatan yang berasal dari anak lebih banyak pada lansia wanita, dan hal ini sesuai dengan pernyataan Sobieszczyk et al. (2002) dalam Masud et al. (2008) bahwa sumber pendapatan utama lansia wanita berasal dari anaknya yang telah dewasa.
Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan lokasi tinggal dan tidak memiliki keluhan penyakit. Sementara itu baik lansia pria (23,33%) maupun lansia wanita (20,00%) paling banyak memiliki satu jenis keluhan penyakit. Berdasarkan hasil uji t-Test yang dilakukan, terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada jumlah keluhan penyakit antara lansia pria dengan lansia wanita (p> 0,05).
Ket: sakit 1 (mengidap 1 jenis penyakit) sakit 2 (mengidap 2 jenis penyakit) sakit 3 (mengidap ≥3jenis penyakit)
Jenis Penyakit Responden
Sementara itu penyakit lain yang diderita oleh lansia pria adalah maag, paru-paru, diabetes, syaraf, dan jantung, sedangkan penyakit lain yang diderita lansia wanita adalah syaraf, stroke, dan jantung.
Kondisi Fisik Responden
Berdasarkan jumlah keluhan fisik diketahui bahwa baik lansia pria (60,00%) maupun lansia wanita (43,33%) terbanyak pada kategori memiliki satu jenis keluhan. Sementara itu, sebanyak 13,33 persen lansia pria dan kurang dari sepertiga (30,00%) lansia wanita memiliki dua jenis keluhan, dan hanya terdapat 3,33 persen lansia pria maupun lansia wanita memiliki tiga jenis keluhan. Selain itu penelitian ini juga menemukan kurang dari seperempat (23,33%) lansia pria maupun lansia wanita tidak memiliki keluhan sama sekali. Hasil uji t-Test menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada jumlah keluhan fisik antara lansia pria dengan lansia wanita (p> 0,05)
Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan jumlah keluhan fisik dan jenis kelamin
Ket: keluhan 1 (memiliki 1 jenis keluhan fisik) keluhan 2 (memiliki 2 jenis keluhan fisik) keluhan 3 (memiliki 3 jenis keluhan fisik)
Jenis Keluhan Fisik Responden
Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa lansia pria paling banyak memiliki keluhan nyeri sendi (20,00%), sedangkan lansia wanita paling banyak memiliki keluhan rematik (23,33%).
Keluhan lain yang dirasakan oleh lansia pria adalah nyeri pinggang, batuk, cepat lelah, gangguan penglihatan, sesak nafas, asam urat, kulit gatal, rematik, pusing, dan kesemutan. Keluhan yang dirasakan oleh lansia wanita juga tidak jauh berbeda dengan lansia pria. Hanya saja ada beberapa keluhan yang tidak dirasakan oleh lansia wanita seperti nyeri pinggang, cepat lelah, kesemutan, dan kedinginan.
Dukungan Sosial Dukungan Emosi
Keberadaan dukungan emosi membuat lansia merasa dicintai, diperhatikan, dan tidak merasa sendiri. Tabel 16 menunjukan baik lansia pria maupun lansia wanita menyatakan terdapat seseorang disamping untuk menemani lansia dalam menghadapi berbagai situasi sulit maupun senang, sehingga dukungan emosi yang diberikan kepada lansia membuat lansia merasa nyaman. Namun lansia pria maupun wanita menyatakan kurang menerima dukungan emosi dalam bentuk kata-kata sayang. Sementara itu, hasil uji t-Test menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada jawaban dukungan emosi antara lansia pria dengan lansia wanita (p> 0,05).
Tabel 16 Sebaran jawaban responden berdasarkan aspek dukungan emosi dan jenis kelamin
Seseorang yang bisa dihubungi untuk
mendengarkan keluh kesah 30.00 63.33 23.33 73.33 0.461 Memiliki teman untuk berbagi suka
dan duka 13.33 76.67 20.00 76.67 0.718
Selalu siap untuk bertukar pikiran 33.33 56.67 33.33 63.33 0.481 Ada yang mengucapkan kata-kata
sayang 0.00 0.00 6.67 0.00 0.096
Ada yang membuat merasa nyaman
dan dibutuhkan 33.33 60.00 23.33 70.00 0.507
perbedaan nyata pada dukungan emosi antara lansia pria dan lansia wanita (p>
Dukungan instrumental merupakan bentuk dukungan yang diberikan melalui bantuan sumber daya fisik seperti uang, tempat tinggal, atau berupa bantuan fisik lainnya. Berdasarkan sebaran jawaban dukungan instrumental, diketahui bahwa baik lansia pria maupun lansia wanita menyatakan mendapatkan bantuan ketika sedang sakit, lelah, dan saat kesulitan keuangan. Sementara itu hasil uji t-Test menunjukan terdapat perbedaan nyata pada jawaban item pernyataan “Membantu melakukan pekerjaan di rumah” dan pernyataan “Bersedia menyediakan makanan” antara lansia pria dengan lansia wanita (p< 0,05).
Tabel 18 Sebaran jawaban responden berdasarkan aspek dukungan instrumental dan jenis kelamin
Pria Wanita
Dukungan instrumental Setuju Sangat
setuju Setuju
Sangat setuju Uji t Bersedia mengantarkan berobat 30.00 43.33 23.33 63.33 0.119
Menjemput ketika butuh tumpangan 30.00 36.67 26.67 43.33 0.614 Membantu pada saat kesulitan
keuangan
56.67 16.67 36.67 13.33 0.424 Membantu melakukan pekerjaan di
rumah
uji t-Test juga menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada dukungan instrumental antara lansia pria dengan lansia wanita (p> 0,05).
Tabel 19 Sebaran responden berdasarkan kategori dukungan instrumental dan jenis kelamin
Dukungan informasi merupakan salah satu bentuk dukungan sosial yang sangat dibutuhkan oleh lansia. Karena informasi yang diberikan baik itu melalui saran, petunjuk, atau berupa nasehat dapat membantu lansia dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi olehnya.
Tabel 20 Sebaran jawaban responden berdasarkan aspek dukungan informasi dan jenis kelamin Memberitahu resep obat yang harus di
minum
23.33 66.67 13.33 76.67 0.775 Memberitahu tempat membeli obat
terdekat
26.67 56.67 20.00 63.33 0.906 Memberitahu cara mengelola
keuangan
3.33 3.33 0.00 0.00 0.169
Memberikan saran bagus untuk masalah saya
26.67 40.00 30.00 43.33 0.683 Mengingatkan untuk banyak
berolahraga
30.00 0.00 26.67 3.33 0.894
Hasil tabulasi silang pada Tabel 21 menunjukan proporsi terbesar lansia pria (60,00%) maupun lansia wanita (50,00%) memiliki dukungan informasi tergolong sedang. Sementara itu nilai rata-rata lansia pria dan lansia wanita tidak jauh berbeda. Hal ini juga terlihat dari hasil uji t-Test yang menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada dukungan informasi antara lansia pria dengan lansia wanita (p > 0,05).
Tabel 21 Sebaran responden berdasarkan kategori dukungan informasi dan jenis kelamin
Dukungan self-esteem merupakan bantuan yang diberikan melalui penghargaan yang diberikan terhadap kualitas yang dimiliki seseorang, percaya dengan kemampuan seseorang, dan juga memberikan persetujuan terhadap gagasan, perasaan, dan apa yang dilakukan oleh orang tersebut (Cutrona 1996).
Tabel 22 Sebaran jawaban responden berdasarkan aspek dukungan self-esteem dan jenis kelamin Semua yang saya kerjakan dianggap
penting
40.00 46.67 40.00 46.67 1.000 Percaya dengan kemampuan saya 30.00 36.67 43.33 36.67 0.574 Saat memberikan solusi terhadap
suatu permasalahan, solusi saya selalu diterima
46.67 40.00 60.00 16.67 0.142
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 23 diketahui bahwa lebih dari sepertiga lansia pria (36,67%) memiliki dukungan self-esteem berada pada kategori tinggi dan rendah, dan lebih dari seperempatnya (26,67%) terkategori sedang. Sementara itu hampir separuh lansia wanita (46,67%) memiliki dukungan self-esteem tergolong sedang. Rata-rata kedua kelompok lansia menunjukan sebaran nilai yang tidak berbeda. Hal tersebut dapat juga dilihat dari hasil uji t-Test yang menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada dukungan self-esteem antara lansia pria dengan lansia wanita (p > 0.05).
Tabel 23 Sebaran responden berdasarkan kategori dukungan self esteem dan jenis kelamin
Tabel 24 menunjukan lebih dari separuh lansia pria (56,67%) dan lansia wanita (53,33%) memiliki dukungan sosial total tergolong sedang. Sementara itu kurang dari separuh (40,00%) lansia pria memiliki dukungan sosial total tergolong tinggi, dan sebanyak 3,33 persen tergolong rendah. Hampir separuh lansia wanita (46,67%) memiliki dukungan sosial kategori tinggi dan tidak ada lansia wanita yang memiliki dukungan sosial total terkategori rendah. Berdasarkan nilai rata-rata, terlihat bahwa rataan kepemilikan dukungan sosial total kedua kelompok lansia tidak jauh berbeda. Hasil uji t-Test yang dilakukan juga memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada dukungan sosial total antara lansia pria dengan lansia wanita (p > 0,05).
Sumber Dukungan Sosial
Tabel 25 menunjukan baik lansia pria maupun lansia wanita memilih keluarga sebagai sumber dukungan terbesar untuk dukungan emosi (ES), instrumental (TS), dan dukungan penghargaan (SES). Sementara itu pada dukungan informasi (IS), hampir separuh (43,33%) lansia pria memilih keluarga sebagai sumber dukungan, dan lebih dari separuh (56,67%) lansia wanita memilih keluarga dan teman sebagai sumber informasi.
Tabel 25 Sebaran responden berdasarkan sumber dukungan sosial dan
Ket: ES (emotional support) TS (tangible support)
IS (informational support) SES (self-esteem support)
Tingkat Religiusitas Akidah
Nilai utama dalam kehidupan adalah akidah yaitu keyakinan kepada Tuhan Maha Pencipta, Maha Pengasih dan Penyayang. Keyakinan seseorang terhadap adanya Tuhan menjadikan seseorang dapat terhindar dari sikap putus asa atau bersikap prasangka buruk terhadap Tuhan maupun orang lain (Lubis 2009).
Tabel 26 Sebaran jawaban responden berdasarkan aspek akidah dan jenis kelamin
Shalat menenangkan hati ketika ada masalah
Perbuatan di dunia ini akan di pertanggung jawabkan di akhirat
0.00 100.00 0.00 100.00 -
Allah sering menyelamatkan saya 96.67 3.33 96.67 0.00 0.163
Apa yang saya miliki di dunia ini hanya titipan semata
3.33 96.67 0.00 100.00 0.326
Tabel 26 menunjukan baik lansia pria maupun lansia wanita menyatakan yakin dengan nilai-nilai yang diajarkan di dalam agama Islam. Sementara itu, berdasarkan hasil uji t-Test diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada jawaban antara lansia pria dengan lansia wanita (p>0,05).
Hasil tabulasi silang pada Tabel 27 menunjukan seluruh (100%) lansia pria dan wanita memiliki nilai akidah tergolong tinggi. Sementara itu sebaran rata-rata lansia pria dan lansia wanita tidak berbeda. Hal tersebut juga bisa dilihat dari uji t-Test yang menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada nilai akidah antara lansia pria dengan lansia wanita (p > 0,005).
Tabel 27 Sebaran responden berdasarkan kategori akidah dan jenis kelamin
Menurut Lubis (2009), sikap terbaik bagi seorang hamba untuk mensyukuri nikmat Tuhannya adalah dengan mendekatkan diri sedekat dekatnya melalui tata cara yang sudah diatur yang disebut dengan ibadah.
Tabel 28 Sebaran jawaban responden berdasarkan aspek ibadah dan Menyaksikan program acara kuliah
subuh
0.00 0.00 6.67 0.00 0.198 Menyisihkan uang untuk bersedekah 13.33 3.33 3.33 0.00 0.477
Membaca doa sebelum tidur 6.67 0.00 6.67 0.00 0.744
Bangun malam untuk shalat tahajud 6.67 0.00 0.00 0.00 1.000 Sebelum shalat fardhu, shalat sunah
terlebih dahulu
43.33 3.33 36.67 0.00 0.747
Melaksanakan puasa 0.00 93.33 0.00 93.33 0.825
Berzikir setelah melaksanakan shalat 20.00 0.00 30.00 3.33 0.088 Hati tenang setelah selesai berzikir 56.67 16.67 66.67 20.00 0.197