• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bersikap sopan dan berbahasa yang santun

Dalam dokumen 126 020 pendan materi guru kelas paud (Halaman 111-113)

DAFTAR PERKEMBANGAN BERBICARA ANAK

H. PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK USIA DINI 1 Tujuan Pembelajaran

I. Perkembangan Moral dan Agama Anak Usia Dini Uraian Mater

6. Bersikap sopan dan berbahasa yang santun

Hal yang paling penting ketika anak berada dalam lingkungan sosialnya adalah anak mampu bersikap sopan dan berbahasa yang santun agar mereka bisa diterima di lingkungannya. Sikap sopan dan bahasa yang santun dapat dibangun dalam diri anak melalui contoh perilaku yang ditunjukaan oleh orang dewasa yang ada di sekitar mereka, salah satunya dari pendidik di sekolah. Pendidik harus selalu menunjukkan sikap sayang dan berkata lembut kepada anak, agar si anak pun dapat memiliki rasa sayang dan bicara dengan bahasa yang baik.

Strategi Pembiasaan Perilaku Moral

Cara terbaik untuk anak belajar adalah melalui bermain. Dalam upaya pengambangan moral pada anak usia dini, pendidik dapat menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan dan menggunakan strategi belajar yang bervariasi. Beberapa strategi pengembangan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu :

• Memberi anak kesempatan untuk sharing tentang perasaan dalam lingkungan yang nyaman dan aman

• Mengajarkan hal-hal yang realistik dapat dimengerti oleh anak

• Memberi kesempatan anak untuk berlatih belajar kooperatif dan berbagi tanggung jawab

• Mengundang teman yang berbeda budaya, mengembangkan rasa nasionalisme

• Mengembangkan aturan kelas bersama

• Memberi kesempatan pada anak untuk mengemukakan pendapat, bereksperimen dalam belajar

Perkembangan Sikap Beragama Anak 4-6 Tahun

Makna sikap beragama memiliki arti yang sangat luas dan bermuara ke arah hal-hal yang mulia sebagai perwujudan manusia sebagai mahluk ciptaanNYA. Sikap beragama merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku anak dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya. Sikap beragama merupakan suatu hal yang sangat penting yang diperlukan, karena spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, moral dan rasa memiliki, memberi arah dan arti pada kehidupan. Sikap beragama merupakan suatu kepercayaan akan adanya kekuatan nonfisik yang lebih besar daripada kekuatan diri manusia dan suatu kesadaran yang menghubungkan manusia langsung kepada sang maha pencipta Hal ini dapat dimengerti anak dengan adanya rasa kagum atas ciptaan Allah dan gejala alam yang dapat dirasakan dan dialaminya, seperti adanya angin, hujan, matahari yang selalu terbit dan terbenam.

Pendidikan agama mempunyai suatu landasan pokok, yaitu penanaman iman pada diri anak sebagai bekal kehidupannya di masa yang akan datang. Tugas utama dari orang tua/orang dewasa terhadap anak dalam menanamkan keimanan kepada anak perlu berhati-hati baik dalam contoh hiasan, tulisan maupun perbuatan. Penanaman kemampuan pada anak- anak bertujuan agar dalam jiwa anak berangsur-angsur tertanam perasaan cinta kepada Tuhan dan agama.

Agama merupakan pondasi awal untuk menanamkan rasa keimanan pada diri anak. Dalam agama terdapat dua unsur yang sangat penting yaitu keyakinan dan tata cara yang mana kedua unsur ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pada usia 0-2 tahun, merupakan masa ketergantungan terhadap orang tua, anak-anak kecil memperoleh tingkah lakunya hampir seluruhnya mel.alui pola peniruan. Walaupun anak kecil itu tidak mengerti arti perbuatan tersebut, ia menirukan apa yang dilihatnya dan belajar menentukan pola hidupnya untuk yang baik atau yang buruk. Konsepsi anak kecil tentang Allah sebagian besar ditentukan oleh konsep dan sikap orang tua terhadap Allah.

Anak yang berumur 2-3 tahun dapat mengerti bahwa Al-Kitab datangnya dari Allah, Yesus adalah anak Allah, Gereja adalah rumah Allah, dan Allah mencintai dan memelihara dia. Oleh karena ingatan mereka belum dapat diandalkan dan perbendaharaan katanya terbatas maka konsepsi harus diajarkan berulang-ulang dengan berbagai cara. Anak balita menyukai pengalaman ini. Cerita-cerita Al-Kitab harus selalu disebut sebagai kebenaran dan diajarkan dari Al-Kitab yang terbuka. Anak balita meniru orang tuanya, guru, dan kakaknya. Mungkin ia tidak mengerti maksud tindakan-tindakan tersebut, tetapi ia meniru apa yang dilihat dan akhirnya hidupnya ikut teladan orang-orang yang ditirunya, hal ini sering kali menyangkut perasaan anak kepada Tuhannya.

Pada usia 4-6 tahun, anak dapat belajar mencintai Allah sebagaimana ia belajar mencintai orang-orang dalam rumahnya. Mungkin ia tidak mengerti sepenuhnya tentang Allah sebagai Pencipta atau Yang Maha Tinggi, tetapi ia dapat merasakan rasa terima kasih, cinta, dan penghormatan serta mengungkapkan perasaan- perasaan itu. Pujian dan do’a anak usia ini harus

diutarakan dalam kata-kata yang dapat dimengerti dan hendaknya mengungkapkan perasaannya sendiri. Hidup do’anya itu hendaknya menuntun dia untuk menaikkan ucapan syukur maupun permintaan do’a kepada bapa di surga. Dengan mudah guru dapat mempengaruhi anak pada usia ini. Ia percaya segala sesuatu yang diucapkan kepadanya Ia pun perlu menyadari pengetahuan orang tua dan guru terbatas juga walaupun mereka telah hidup lebih lama dari dia.

Usia 6-8 tahun, kemampuan anak untuk mengenal Allah bertambah ketika dunia lingkungannya bertambah luas dan pengalamannya bertambah banyak. Anak memperoleh manfaat bila ia beribadah sesuai dengan tingkat pengertiannya sendiri dalam kebaktian sekolah minggu, kebaktian anak-anak, dan pekan rohani anak. Anak usia ini senang mendengar cerita. Akan tetapi, karena hidup ini sekarang menjadi kenyataan maka setelah mendengar cerita itu ia akan bertanya, ”Apa itu sesungguhnya benar?”. Cerita sinterklas dan lain sebagainya dipertanyakan dan kemudian ditolak karena cerita-cerita Al-Kitab diceritakan dan dibumbui hal-hal yang tidak benar, maka cerita-cerita itu pun akan ditolaknya. Berdusta pada usia 8 tahun diangga lebih serius daripada berkata bohong pada usia 4 tahun. Nilai keagamaan yang dikenalkan pada anak usia 4-6 tahun, adalah Kedamaian, Kebahagiaan, dan Mencintai mahluk ciptaa Tuhan.

Pengembangan nilai agama pada anak usia dini dapat dilakukan melaui pemodelan (modelling), anak belajar melalui imitasi. Bermain Peran (role playing), yaitu menciptakan suatu situasi dimana individu diminta untuk melakukan suatu peran tertentu (yang biasanya bukan peran dirinya) di suatu tempat yang tidak lazim peran tersebut terjadi. Manfaat dari role playing adalah membantu seseorang mengubah sikap atau perilakunya dari yang selama ini dilakukan. Simulasi (simulation) adalah kegiatan yang dilakukan untuk menggambarkan suatu situasi atau perilaku yang sebenarnya. Balikan Penampilan (performance feedback) adalah informasi yang menggambarkan seberapa jauh hasil yang diperoleh dari role playing, bentuknya dapat berupa reward, reinforcement, kritik dan dorongan.

Contoh Pengembangan Nilai Moral dan Agama

1. Nama Permainan : ”GILIRANMU ... GILIRANKU...”

Dalam dokumen 126 020 pendan materi guru kelas paud (Halaman 111-113)