• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kami selalu berupaya untuk mengelola hubungan baik dengan para pemangku kepentingan untuk memastikan kepentingan bisnis perusahaan

Dalam dokumen Laporan Keberlanjutan 2012 (Halaman 86-88)

dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan, keselamatan

dan kesehatan kerja, dan lingkungan serta memperhatikan skala prioritas

dan saling menghargai. Kami menerapkan prinsip-prinsip tata kelola

yang baik, yaitu akuntabilitas, transparansi, responsibilitas, kemandirian

dan kewajaran dalam mengelola para pemangku kepentingan Kami. Hal

itu kami maksudkan untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisan

antara dimensi bisnis yang berorientasi pada penciptaan nilai (value

creation) dan kepuasan pelanggan.

Dalam mengelola para pemangku kepentingan, Pertamina memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan. Dimensi sosial menyangkut aspek etika usaha dan tanggung jawab sosial perusahaan, kondisi kesehatan dan keselamatan serta kesejahteraan pekerja dan aspek sosial kemasyarakatan. Dimensi lingkungan mengarahkan perusahaan untuk memperhatikan aspek kelestarian dan keseimbangan

In its stakeholder engagement, Pertamina considers the social and environmental dimensions. Social dimension refers to aspects of business ethics and corporate social responsibility, the health and safety as well as welfare of employees, and social community aspect. The environmental dimension directs the Company to consider also aspects of environment preservation and the natural balance of ecosystems

Pemerintah

Pertamina adalah sebuah badan hukum berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan Menteri Negara BUMN bertindak selaku Kuasa Pemegang Saham. Pertamina mengemban fungsi Public Service Obligation (PSO) disamping memberi deviden untuk penerimaan negara. Penetapan kebijakan kepada Perseroan dilakukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham. Sedangkan besarnya modal Pemerintah di Perseroan berdasarkan PP 31/2003 diatur oleh Kementerian Keuangan sebesar Rp106 triliun. Pada tahun 2012 jumlah modal dasar Pertamina adalah Rp200 triliun dengan modal ditempatkan dan disetor sebesar Rp83,09 triliun (USD9.864.901 ribu).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

Merupakan Kementerian yang menetapkan kebijakan bagi seluruh kontraktor hulu migas di Indonesia berdasarkan PP 35/2004. Pertamina sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), sebagaimana perusahaan lain, memperoleh Kontrak Kerja Sama berdasarkan Ketetapan Menteri ESDM, dalam kaitan ini juga hubungan Pertamina dalam perizinan aktivitas. Sedangkan di sektor hilir, ESDM menetapkan kewajiban Pertamina untuk menyediakan BBM tertentu di Indonesia. Hubungan Pertamina dengan ESDM dilakukan dalam kerangka bisnis, pelaksana kebijakan, dan konsultatif.

Kementerian dan Lembaga Negara lain

Pertamina menjalin hubungan dengan beberapa Kementerian dan Lembaga Negara dalam bentuk konsultatif dan partisipasi program, misalnya dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan Analisis Transaksi dan Keuangan (PPTAK) dalam Program Pertamina Clean, serta Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam pengelolaan lingkungan hidup, perizinan, pengawasan, dan penilaian kinerja Perusahaan dalam PROPER.

Badan-Badan Pengatur

Kegiatan hulu migas Indonesia diatur oleh ketentuan teknis dan anggaran Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) (hingga 13 November 2012) dan kegiatan hilir diatur oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). Pertamina merupakan pelaksana kebijakan kedua Badan Pengatur yang dikelola dengan pertemuan-pertemuan teknis oleh fungsi yang terkait dengan aktivitas yang dilakukan unit-unit Perseroan.

Sebagai tindak lanjut pengalihan pelaksanaan tugas, fungsi dan organisasi Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas

Government

Pertamina is a legal entity in the form of a State Owned Enterprise (SOE) with the Minister of the SOE acting as proxy to the Shareholder. Pertamina is mandated with a Public Service Obligation (PSO) function as well as as to distribute dividends for State revenues. The Company’s policies are determined at the General meeting of Shareholder. The amount of Government equity participation in the Company is based on Government Regulation (PP) No. 31/2003 and regulated by the Ministry of Finance at Rp106 trillion. In 2012, Pertamina has an authorized capital of Rp200 trillion, with an issued and paid up capital of Rp83.09 trillion (USD9.864.901thousand).

Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM)

The Government Ministry that sets the policies for all upstream oil and gas contractors in Indonesia based on PP No. 35/2004. Like other companies, Pertamina as a Production Sharing Contract Contractor (KKSK) obtains a Production Sharing Contract based on the decision of the Minister of ESDM, including in this regard the licenses for Pertamina’s activities. In the downstream sector, the Ministry of ESDM determines the obligations of Pertamina for the supply of specific fuels in Indonesia. The relation between Pertamina and the Ministry of ESDM is undertaken in the framework of business, policy implementation and consultation.

Other Ministries and Government Institutions

Pertamina engages in consultative and program participatory relationships with other Government Ministries and Institutions, such as with the Corruption Eradication Commission (KPK) and the Financial Transaction Report and Analysis Center (PPATK) in the Pertamina Clean program, and with the State Ministry for Environment in environmental management, environment permits, supervision and assessment of Company performance in PROPER.

Regulatory Bodies

Activities in the upstream oil and gas sector in Indonesia are regulated by technical and budgetary provisions of the Executive Agency for Upstream Oil and Gas (BP MIgas) (until November 13, 2012) while the downstream sector is regulated by the Downstream Oil nad Gas regulatory Agency (BPH Migas). Pertamina is the mandated executor of policies of the two regulatory bodies, managed through technical meetings with the various functions relevant to the activities of the Company’s units.

As a follow-up to the transfer of duties, functions and organization of the Executive Agency for Upstream Oil and Gas (BP MIgas), and in order to

kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi paska putusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada 13 November 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Januari 2013, telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, yang juga mengatur pembentukan Satuan Kerja Khusus Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Tugas dari SKK Migas seperti di dalam Perpres tersebut adalah (1) Memberikan persetujuan kebijakan strategis dan rencana kerja SKK Migas, (2) Melakukan pengendalian, pengawasan dan evaluasi kerja SKK Migas, (3) Menyetujui pengangkatan dan pemberhentian pimpinan SKK Migas.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai BUMN dan pelayanan kepada masyarakat, Pertamina melakukan pertemuan- pertemuan konsultatif, terutama untuk membahas dan mencari jalan keluar isu-isu terkait migas dan BBM yang terjadi pada satu waktu.

Insan Pertamina

Perusahaan berinteraksi dengan Insan Pertamina melalui mekanisme hubungan organisasi dan melalui Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB), untuk membahas hal ketenagakerjaan, kesejahteraan, termasuk kesehatan dan keselamatan kerja. Hubungan formal Perusahaan dengan Karyawan diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) (HR5) (LA4).

Mitra Kerja

Pertamina mengelola hubungan kemitraan bisnis dengan berbagai skema kerjasama dalam menghasilkan produk, menjalankan dan mengelola wilayah kerja berdasarkan pengaturan kontrak bisnis. Pola kemitraan yang dilakukan adalah berdasarkan peraturan yang berlaku, yaitu JOB-EOR (Joint Operating Body for Enhance Oil Recovery), JOB- PSC (Joint Operating Body for Production Sharing Contract), TAC (Technical Assistance Contract), Consortium Cooperation System, IP (Indonesian Participation), PPI (Pertamina Participating Interest) dan pinjaman proyek, untuk sektor geothermal dilakukan dengan JOC (Joint

following the decree of the Constitutional Court (MK) on 13 November 2012, President Susilo Bambang Yudhoyono on 10 January 2013 has issued Presidential Regulation No. 9 Year 2013 on the Management of Upstream Oil and Gas Business Activities, which also provides for the establishment of the Special Task Force for Upstream Oil and Gas (SKK Migas). As defined in the Presidential Regulation, the duties of SKK Migas are (1) Approval of strategic policies and work plans of SKK Migas, (2) To control, supervise and evaluate the activities of SKK Migas, and (3) To approve the appointment and dismissal of head of SKK Migas.

House of Representatives of the Republic of Indonesia

In carrying out its responsibilties as an SOE as well as its public service obligation, Pertamina conducts consultative meetings with the House of Representatives in order to discuss and seek solutions to current issues related to the oil and gas sector as well as fuel sitaution.

Pertamina Employees

The Company interacts with its employees through a variety of organizational mechanisms as well as through the United Federation of Pertamina Employee Union (FSPBB), to discuss issues related to employment and employee welfare including work health and safety. The relationship between the Company and employees is formally regulated in a Collective Labor Agreement (PKB). [HR5][LA4]

Business Partners

Pertamina manages business partnerships in a variety of cooperation schemes in production, operation and management of work areas based on business contracts. The partnership schemes according to prevailing regulations include the JOB-EOR (Joint Operating Body for Enhance Oil Recovery), JOB-PSC (Joint Operating Body for Production Sharing Contract), TAC (Technical Assistance Contract), Consortium Cooperation System, IP (Indonesian Participation), PPI (Pertamina Participating Interest) and project loans, and through the JOC (Joint Operating Contract) in the geothermal sector.

Pemangku Kepentingan Kami

Dalam dokumen Laporan Keberlanjutan 2012 (Halaman 86-88)