• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. BIAYA TOTAL 46 933 411 41 879

Biaya terbesar kelima dari struktur biaya usahatani petani OVOP dan Non- OVOP adalah lahan. Bagi petani OVOP, biaya lahan meliputi 4.84 persen dari biaya total. Bagi petani Non-OVOP, biaya lahan meliputi 8.99 persen dari biaya total. Biaya terbesar keenam dari struktur biaya usahatani petani OVOP dan Non- OVOP adalah benih. Bagi petani OVOP, biaya benih meliputi 2.99 persen dari biaya total. Bagi petani Non-OVOP, biaya benih meliputi 3.43 persen dari biaya

74

total. Biaya terkecil dari struktur biaya usahatani petani OVOP dan Non-OVOP adalah biaya penyusutan dan biaya transportasi. Bagi petani OVOP, biaya penyusutan meliputi 2.49 persen dari biaya total, sedangkan biaya transportasi meliputi 1.26 persen dari biaya total. Bagi petani Non-OVOP, biaya penyusutan meliputi 1.23 persen dari biaya total, sedangkan biaya transportasi meliputi 0.97 persen dari biaya total.

Struktur Penerimaan Usahatani Tomat

Tingkat produktivitas usahatani tomat berpengaruh terhadap keuntungan usahatani tomat. Petani OVOP menghasilkan rata-rata 23 510.93 kg/Ha, sedangkan petani Non-OVOP menghasilkan rata-rata 18 708.33 kg/Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani OVOP memiliki tingkat produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan petani Non-OVOP. Petani OVOP melakukan kegiatan usahatani tomat lebih intensif dibandingkan dengan petani Non-OVOP, sehingga petani OVOP memiliki tingkat produktivitas lebih tinggi.

Selain itu, petani OVOP memiliki harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan petani Non-OVOP. Petani OVOP mendapatkan 2 jenis harga, yaitu harga tomat kualitas super dan harga tomat kualitas biasa. Perbedaan harga ini didapatkan dari proses sortasi dan grading yang dilakukan pada saat pasca panen usahatani. Rata-rata harga tomat kualitas super adalah Rp3 795/kg, sedangkan rata-rata harga tomat kualitas biasa adalah Rp1 842/kg. Secara rata-rata, persentase produksi tomat super adalah 54 persen dari total produksi tomat petani OVOP. Disparitas harga jual antara tomat kualitas super dan tomat kualitas biasa mendorong petani OVOP untuk menghasilkan lebih banyak tomat yang berkualitas super. Dorongan tersebut menuntut petani OVOP agar lebih intensif dalam melakukan kegiatan usahatani tomat. Sedangkan petani Non-OVOP hanya memiliki 1 jenis harga jual. Rata-rata harga jual tomat petani Non-OVOP adalah Rp2 534/kg. Penerimaan usahatani tomat per musim tanam tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 43.

Tabel 43 Penerimaan usahatani tomat per Ha selama musim tanam tahun 2013

Jenis Satuan Unit Harga/Unit Nilai

(satuan/Ha) (Rp/satuan) (Rp/Ha) Petani OVOP Tomat super kg 12 655.46 3 795 48 021 853 Tomat biasa kg 10 855.46 1 842 19 991 389 Total 68 013 242 Petani Non-OVOP Tomat super kg - - - Tomat biasa kg 18 708.33 2 534 47 404 633 Total 47 404 633

Pada klasifikasi tomat biasa, petani OVOP memiliki tingkat harga jual yang lebih rendah dibandingkan petani Non-OVOP. Hal ini disebabkan karena kondisi

75 tomat biasa petani Non-OVOP secara keseluruhan lebih baik dibandingkan petani OVOP sehingga tingkat harga jual tomat biasa petani Non-OVOP lebih tinggi dibandingkan petani OVOP. Pedagang pengumpul juga memperhatikan kondisi tomat sebelum melakukan penawaran harga, karena tomat biasa pun akan mengalami proses grading di pasar induk. Hanya saja keuntungan yang didapat dari proses grading tersebut diambil oleh pedagang besar yang ada di pasar induk dan bukan oleh petani, karena yang melakukan proses grading adalah pedagang besar yang ada di pasar induk dan bukan petani.

Penerimaan usahatani tomat didapat dari hasil penjualan tomat. Nilai penerimaan usahatani adalah hasil perkalian antara jumlah produksi dan harga jual. Nilai penerimaan usahatani petani OVOP adalah Rp68 013 242, sedangkan nilai penerimaan usahatani petani Non-OVOP adalah Rp47 404 633. Hal ini menunjukkan bahwa petani OVOP memiliki penerimaan usahatani lebih tinggi dibandingkan dengan petani Non-OVOP.

Analisis Keuntungan Usahatani Tomat

Keuntungan usahatani tomat didapat dari hasil penerimaan dikurangi biaya. Petani OVOP mendapatkan penerimaan usahatani lebih tinggi dibandingkan dengan petani Non-OVOP. Petani OVOP mendapatkan penerimaan usahatani sebesar Rp68 013 242, sedangkan petani Non-OVOP mendapatkan penerimaan usahatani sebesar Rp47 404 633.

Petani OVOP memiliki biaya usahatani lebih tinggi dibandingkan dengan petani Non-OVOP. Petani OVOP memiliki biaya tunai usahatani sebesar Rp41 690 882 dan biaya non tunai usahatani sebesar Rp5 242 528. Total biaya usahatani petani OVOP adalah Rp46 933 411. Petani Non-OVOP memiliki biaya tunai usahatani sebesar Rp37 752 952 dan biaya non tunai usahatani sebesar Rp4 126 926. Total biaya usahatani petani Non-OVOP adalah Rp41 879 879.

Keuntungan usahatani atas biaya tunai adalah hasil dari penerimaan dikurangi dengan biaya tunai. Keuntungan usahatani atas biaya total adalah hasil total penerimaan dikurangi dengan total biaya. Nilai keuntungan usahatani tomat per Ha selama musim tanam tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 44.

Tabel 44 Keuntungan usahatani tomat per Ha selama musim tanam tahun 2013

Komponen Nilai (Rp)

Petani OVOP Petani Non-OVOP

Total penerimaan 68 013 242 47 404 633

Biaya tunai 41 690 882 37 752 952

Biaya non tunai 5 242 528 4 126 926

Total biaya 46 933 411 41 879 879

Keuntungan atas biaya tunai 26 332 359 9 651 680 Keuntungan atas biaya total 21 079 831 5 524 754

76

Tabel 44 menunjukkan bahwa petani OVOP memiliki keuntungan usahatani atas biaya tunai lebih besar dibandingkan dengan petani Non-OVOP. Petani OVOP mendapatkan keuntungan usahatani atas biaya tunai sebesar Rp26 332 359, sedangkan petani Non-OVOP mendapatkan keuntungan usahatani atas biaya tunai sebesar Rp9 651 680.

Petani OVOP memiliki keuntungan usahatani atas biaya total lebih besar dibandingkan dengan petani Non-OVOP. Petani OVOP mendapatkan keuntungan usahatani atas biaya total sebesar Rp21 079 831, sedangkan petani Non-OVOP mendapatkan keuntungan usahatani atas biaya total sebesar Rp5 524 754. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan petani OVOP memiliki keuntungan usahatani lebih besar dibandingkan dengan petani Non-OVOP.

Analisis R/C Usahatani Tomat

Nilai R/C adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya. Jika nilai R/C usahatani lebih dari 1, maka usahatani tersebut menguntungkan. Nilai R/C atas biaya tunai usahatani tomat per Ha selama musim tanampetani OVOP adalah 1.63, Artinya, setiap 1 rupiah yang dikeluarkan untuk biaya tunai usahatani tomat, petani OVOP mendapatkan penerimaan sebesar 1.63 rupiah. Sedangkan nilai R/C atas biaya total usahatani tomat per Ha selama musim tanampetani OVOP adalah 1.45. Artinya, setiap 1 rupiah yang dikeluarkan untuk biaya total usahatani tomat, petani OVOP mendapatkan penerimaan sebesar 1.45 rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani tomat petani OVOP menguntungkan.

Nilai R/C atas biaya tunai usahatani tomat per Ha selama musim tanampetani Non-OVOP adalah 1.26. Artinya, setiap 1 rupiah yang dikeluarkan untuk biaya tunai usahatani tomat, petani Non-OVOP mendapatkan penerimaan sebesar 1.26 rupiah. Sedangkan nilai R/C atas biaya total usahatani tomat per Ha selama musim tanampetani Non-OVOP adalah 1.13. Artinya, setiap 1 rupiah yang dikeluarkan untuk biaya total usahatani tomat, petani Non-OVOP mendapatkan penerimaan sebesar 1.13 rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani tomat petani Non-OVOP menguntungkan. Nilai R/C petani OVOP lebih tinggi dibandingkan dengan petani Non-OVOP. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani tomat petani OVOP lebih menguntungkan dibandingkan dengan petani Non- OVOP. Nilai R/C usahatani tomat per Ha selama musim tanam tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 45.

Tabel 45 Nilai R/C usahatani tomat per Ha selama musim tanam tahun 2013

Komponen Nilai

Petani OVOP Petani Non-OVOP

R/C atas biaya tunai 1.63 1.26

77

Dokumen terkait