Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di wilayah Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, khususnya di Desa Tegallega dan Desa Bunikasih. Desa Tegallega dipilih karena Desa Tegallega adalah tempat dimana Koperasi Mitra Tani Parahyangan berada. Desa Bunikasih dipilih karena memiliki kondisi agroklimat yang hampir sama dengan Desa Tegallega. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan rumusan masalah yang ada. Pertimbangan lain dalam pemilihan lokasi adalah Koperasi Mitra Tani Parahyangan merupakan koperasi yang mendapatkan penghargaan atas dedikasinya mengembangkan produk unggulan desa dengan pendekatan OVOP yang diberikan oleh Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2012. Kegiatan penelitian ini meliputi penyusunan rencana penelitian, pengumpulan literatur, pengumpulan data, pengolahan data, dan penulisan skripsi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama bulan Januari sampai Maret 2014. Meskipun penelitian ini dilakukan dengan keterbatasan waktu, dana, dan tenaga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang representatif dari lokasi yang diteliti.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan sekunder, baik yang berupa kualitatif maupun kuantitatif. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan. Data primer juga dikumpulkan melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner kepada petani responden, manajer unit hortikultura, dan ketua koperasi. Tujuan dari pengumpulan data primer adalah untuk mencari informasi pokok dalam melihat dan menganalisis masalah agar dapat menjawab tujuan sekaligus hipotesis awal penelitian. Data sekunder dikumpulkan dari data Badan Pusat Statistik, dokumen-dokumen pemerintah terkait, buku, dan jurnal. Tujuan pengumpulan data sekunder adalah untuk mencari informasi yang mendukung data primer dalam melihat dan menganalisis masalah sehingga dapat menarik kesimpulan di akhir penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan metode survei. Metode observasi meliputi pengamatan langsung kondisi lapangan dan penelusuran literatur. Metode survei meliputi wawancara langsung yang dipandu dengan alat berupa kuesioner kepada petani responden dan interview guide kepada manajer unit hortikultura dan ketua koperasi. Bentuk pertanyaan dalam wawancara langsung yang dilakukan bersifat pertanyaan tertutup dan terbuka.
Metode Pengambilan Responden
Data populasi petani sayur didapatkan melalui metode survei yang dibantu oleh aparat desa. Dari hasil survei, populasi petani sayur yang berada di Desa
21 Tegallega ada 75 orang, sedangkan yang berada di Desa Bunikasih ada 58 orang. Total populasi petani sayur di kedua desa ada 133 orang.
Metode pengambilan responden yang digunakan adalah metode purposive sampling. Pengambilan responden dilakukan berdasarkan 2 ketentuan, yaitu: 1. Petani yang menanam tomat selama satu tahun terakhir
2. Petani yang menanam tomat varietas dataran tinggi (seperti TW, Marta, Maya, Warani, Arthaloka, Diamond, Menara, Natama, Intrend, dan Amala).
Pengambilan responden dilakukan berdasarkan 2 ketentuan tersebut agar data usahatani yang diperoleh merupakan data terbaru dan relevan dengan jenis tomat yang ada dalam program OVOP. Dari total populasi petani sayur, terdapat 25 petani yang termasuk dalam 2 ketentuan tersebut. Dua diantaranya tidak bersedia untuk diwawancarai sehingga total responden yang dipilih hanya 23 petani.
Petani responden dalam penelitian ini dibagi dalam dua kategori, yaitu petani OVOP dan petani non-OVOP. Berdasarkan blue print OVOP yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM (2010), petani OVOP adalah petani yang bergabung dalam koperasi (menjadi anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan), sedangkan petani Non-OVOP adalah petani yang tidak bergabung dalam koperasi (bukan anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan). Dari total petani responden, terdapat 11 petani yang termasuk dalam kategori petani OVOP dan 12 petani yang termasuk dalam kategori petani Non-OVOP.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode pengolahan dan analisis data kualitatif maupun kuantitatif. Alat analisis kualitatif yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik petani responden, pelaksanaan program OVOP di Koperasi Mitra Tani Parahyangan, kegiatan usahatani, dan penggunaan faktor produksi usahatani. Alat analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis biaya usahatani, analisis penerimaan usahatani, analisis keuntungan usahatani, dan analisis R/C.
Analisis Deskriptif
Kuncoro (2009) mengatakan analisis deskriptif adalah analisis yang menggunakan metode numerik dan grafis untuk mengenali pola sejumlah data, merangkum informasi yang terdapat dalam data tersebut, dan menyajikan informasi tersebut dalam bentuk yang diinginkan. Analisis deskriptif memiliki arti yang sulit didefinisikan, karena menyangkut berbagai macam aktivitas dan proses. Salah satu bentuk analisis adalah kegiatan menyimpulkan data mentah dalam jumlah yang besar sehingga hasilnya dapat ditafsirkan. Mengelompokkan atau memisahkan komponen yang relevan dari keseluruhan data, juga merupakan salah satu bentuk analisis untuk menjadikan data mudah dikelola. Pengaturan, pengurutan, atau manipulasi data bisa memberikan informasi deskriptif yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam definisi masalah. Semua bentuk analisis tersebut mencoba untuk menggambarkan pola-pola yang konsisten dalam data, sehingga hasilnya dapat dipelajari dan ditafsirkan secara singkat dan penuh makna. Penelitian deskriptif adalah kegiatan mengumpulkan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian.
22
Analisis Biaya Usahatani
Soekartawi (1995) mengatakan biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang digunakan dalam suatu usahatani. Pada penelitian ini, analisis biaya usahatani dilakukan dengan membagi biaya total menjadi 2 bagian, yaitu biaya tunai (cash cost) dan biaya non-tunai (non-cash cost). Biaya tunai adalah biaya yang membutuhkan pengeluaran dalam bentuk uang tunai. Sedangkan biaya non- tunai adalah biaya yang tidak membutuhkan pengeluaran dalam bentuk uang tunai, namun diperhitungkan dalam analisis biaya usahatani. Contohnya adalah biaya penyusutan. Perhitungan biaya tunai dan biaya non-tunai diperlukan pada perhitungan usahatani skala kecil, yang cenderung memiliki keterbatasan modal dalam bentuk uang tunai. Biaya total pada suatu usahatani adalah total biaya tunai dijumlah dengan total biaya non tunai. Jadi biaya total (total cost) usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:
TC = CC + NC dengan:
TC = Biaya total CC = Biaya tunai
NC = Biaya non-tunai/diperhitungkan
Biaya tunai maupun non-tunai dapat dibagi menjadi 2, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Total biaya pada suatu usahatani adalah total biaya tetap dijumlah dengan total biaya variabel. Jadi biaya total (total cost) usahatani juga dapat dirumuskan sebagai berikut:
TC = FC + VC dengan:
TC = Biaya total FC = Biaya tetap VC = Biaya variabel
Sedangkan cara menghitung biaya tetap/variabel adalah sebagai berikut: FC/VC = ∑ i.PXi
i = 1 dengan:
FC/VC = Biaya tetap/variabel
Xi = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap/variabel PXi = Harga input
N = Jumlah macam input yang digunakan Analisis Penerimaan Usahatani
Soekartawi (1995) mengatakan penerimaan usahatani (revenue) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Jadi penerimaan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:
23 TR = Y.PY
dengan:
TR = Total penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani PY = Harga Y
Penerimaan usahatani dapat berupa penjualan produk pertanian, produk usahatani yang dikonsumsi rumahtangga, produk usahatani yang digunakan sebagai input, produk yang diserahkan dalam bentuk uang dan benda kepada pemilik tanah, dan perubahan nilai inventaris.
Analisis Keuntungan Usahatani
Soekartawi (1995) mengatakan keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Jadi keuntungan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut: π = TR – TC dengan: π = Keuntungan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya Analisis R/C
Soekartawi (1995) mengatakan R/C (return to cost) adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya. R/C atas biaya total adalah perbandingan penerimaan dan biaya total, sedangkan R/C atas biaya tunai adalah perbandingan penerimaan dan biaya tunai. Secara matematik, hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a = R/C dengan: R = Penerimaan usahatani C = Biaya usahatani
Secara teoritis nilai R/C = 1 memiliki arti bahwa usahatani tersebut tidak untung namun juga tidak rugi. Apabila nilai R/C > 1 maka usahatani tersebut dapat dikatakan menguntungkan. Apabila R/C < 1 maka usahatani tersebut dapat dikatakan tidak menguntungkan.
24