• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Biaya Produksi Usaha Tambak Polikultur Kepiting-Ikan Nila

5.2.2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya output/produksi yang dihasilkan. Berikut ini diperlihatkan rincian biaya variabel rata-rata di daerah penelitian.

Tabel 11. Biaya Variabel Rata-rata Usaha tambak polikultur kepiting-ikan Per Petani dan Per Ha Selama 1 tahun di Daerah Penelitian

No Uraian Biaya Variabel Per Petani (Rp) Per Ha (8 Kolam) (Rp) 1 - Bibit Kepiting/Kg 185.857.143 1.208.761.905

- Bibit Ikan nila/Kg 742.857 5.942.857

2 Pakan 40.023.810 259.619.048

3 Pupuk dan Obat-obatan 8.213.095 53.068.571

4 Alat-alat 7.158.333 22.346.429

5 Tenaga kerja 41.899.524 270.993.333

Total Biaya Variabel 283.894.762 1.820.732.143

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 2a – 6a dan 2b – 6b

Dari Tabel 11, dapat dilihat biaya variabel rata-rata yang dikeluarkan petani pada usaha tambak polikultur kepiting-ikan nila di daerah penelitian selama 1 tahun adalah sebesar Rp 283.894.762/petani dan Rp1.820.732.143 /Ha. Adapun uraian dari Tabel 7 yaitu :

1. Bibit

Bibit kepiting yang diperoleh di daerah penelitian berasal dari nelayan yang khusus menyortir kepiting tangkapan dari laut yang layak untuk dijadikan bibit kepiting cangkang lunak/ kepiting soka dan untuk bibit ikan nila di dapat dari petani yang khusus membudidayakan bibit ikan nila. Harga bibit per kg bervariasi dilihat dari ukuran dan kualitasnya. Rata-rata bobot kepiting yang digunakan sebagai bibit yaitu 1 ons/ekor sedangkan untuk bibit ikan nila yaitu 0,5 g/ekor. Kualitas standart bisa dijadikan bibit kepiting berharga Rp 26.000 – 28.000/kg dan yang memiliki kualitas sangat baik harganya berkisar antara Rp 30.000 – 35.000,-/kg sedangkan untuk ikan nila harga per kg bibitnya dijual seharga Rp 500.000 – Rp 600.000/Kg . Kepiting yang sudah dibudidayakan menjadi kepiting cangkang lunak ini dijual dengan harga Rp 50.000/kg - Rp 75.000/kg, tergantung pada berat dan kualitas kepiting tersebut sedangkan untuk ikan nila dijual Rp. 13.000 – Rp 19.000/kg tergantung pada ukuran dan kualitas ikan tersebut. Di daerah penelitian jumlah rata-rata bibit yang digunakan per petani dan per ha (8 kolam) tambak adalah sebanyak 605 kg (6050 ekor) dengan biaya bibit kepiting rata-rata adalah sebesar Rp 185.857.143/petani per tahun (10 periode) dan Rp 1.208.761.905/ha. sedangkan rata-rata jumlah ikan nila yang dibudidayakan yaitu 1 kg (2000 ekor) dengan biaya Rp. 742.857/ petani dan Rp 5.942.857/ha.

2. Pakan

Pada daerah penelitian pakan yang digunakan yaitu ikan runcah,keong mas dan pelet. Pakan yang paling banyak digunakan yaitu, ikan runcah. Kebutuhan ikan runcah per petani yaitu 613 kg dan 3923.81 kg/ha dengan biaya Rp. 2.452.632/petani dan Rp. 17.136.842/ha sedangkan untuk kebutuhan keong mas

yaitu 411 kg/petani dan 2,571 kg/ha dengan biaya Rp. 2.053.571/Petani dan Rp 12.857.143/ha, untuk penggunaan pelet per petani yaitu 362,5 kg/petani dan 1650/ha dengan biaya Rp 2.175.000/petani dan Rp 9.900.000/ha. Total kebutuhan pakan perpetani satu periode yaitu 898 kg/petani dengan biaya sebesar Rp. 4.002.381/petani satu periode atau Rp. 40.023.810/petani per tahun dan Rp 259.619.048/ha.

3. Pupuk dan Obat – obatan

Pupuk yang digunakan petani di daerah penelitian adalah pupuk kandang dan pupuk NPK. Kedua pupuk ini berfungsi sebagai pemicu tumbuhnya fitoplankton yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup kepiting terutama ikan nila. Selain itu digunakan kapur pertanian (dholomit) yang berguna untuk memperbaiki pH tanah. Serta obat-obatan seperti lodan dan samponen yang diperlukan untuk pemeliharaan air. Di daerah penelitian jumlah rata-rata pupuk kandang yang digunakan setiap periode yaitu 7,1 goni/petani dan 48 goni/ha dan NPK yang digunakan yaitu 1 zak (50 kg) /petani dan 8 zak (400 kg )/ha, dengan biaya pupuk kandang rata-rata adalah sebesar Rp. 25.714/petani dan Rp 178.286/ha untuk NPK. sedangkan kebutuhan untuk kapur pertanian (dholomit) per petani yaitu 1 zak (50kg) dan 9 zak (450 kg)/ha, dengan biaya sebesar Rp 15.952/petani dan Rp 141.905/ha. untuk kebutuhan lodan per petani yaitu 12 kg/petani dan 74 kg/ha dengan biaya Rp 353.125/petani dan Rp 2.250.000/ha. untuk samponen kebutuhan nya yaitu 1 zak (50 kg)/petani dan 8 zak/ha dengan biaya Rp. 300.000/petani dan Rp. 2000.000/ha. Total biaya kebutuhan pupuk dan obat-obatan pada usaha budidaya ini adalah sebesar Rp 8.213.095/petani dan Rp. 53.068.571/ha.

4. Alat – alat Pertanian dan Bahan Bakar Minyak

Di daerah penelitian alat-alat yang digunakan dalam usaha budidaya tambak yaitu tali, dan sterofom. Untuk tali jumlah rata-rata yang digunakan per petani dan per ha (8 kolam) adalah sebanyak 11,9 m/petani dan 80 m/ha, dengan biaya rata-rata adalah sebesar Rp 101.905/petani dan Rp 693.333/ha. Sedangkan untuk packing jumlah rata-rata sterofom yang digunakan per petani dan per ha adalah sebanyak 5 unit/petani dan 32 unit/ha, dengan biaya rata-rata adalah sebesar Rp 165.000/petani dan Rp 1.092.381/ha.

Pada daerah penelitian rata-rata petambak menggunakan genset sebagai alat bantu penerangan, sehingga kebutuhan bahan bakar minyak juga termasuk dalam biaya variabel pada usaha polikultur budidaya kepiting-ikan nila ini. Kebutuhan bahan bakar minyak per petani dan per hektar adalah 100 liter, dengan biaya rata-rata yaitu Rp. 448.929/ha.(Lampiran 5a dan 5b)

5. Biaya Tenaga Kerja

Di daerah penelitian penggunaan tenaga kerja per petani dan per ha per periode pada usaha ini yaitu dengan rata-rata 84 HKO/petani dan 542 HKO/ha. Nilai 1 HKO di daerah penelitian mencapai Rp 50.000 dan nilai ini digunakan untuk menghitung nilai curahan tenaga kerja sebagai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) maupun tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Adapun tenaga kerja yang paling banyak digunakan berasal dari tenaga kerja luar keluarga (TKLK) karena pemeliharaan dan perawatanya harus intensif serta membutuhkan skill maupun keuletan. Total TKLK yang dibutuhkan yaitu 61/petani dan 389/ha.

Dengan demikian total biaya rata-rata yang dikeluarkan petani selama 1 tahun (10 periode) adalah sebesar Rp 289.590.022/petani dan sebesar Rp 1.949.227.969/ha

atau sebesar Rp 28.959.002/petani dan sebesar Rp 194.922.797/ha setiap 1 periode (Lampiran 6a dan 6b ).

5.3. Produksi dan Penerimaan Usaha Tambak Kepiting

Dokumen terkait