• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

6.4. Biaya Usahatani Belimbing Dewa

6.4.1. Biaya Variabel

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa biaya penggunaan sarana produksi seperti pupuk dan pestisida termasuk jenis biaya variabel karena besarnya sangat ditentukan oleh produksi buah belimbing dewa yang dihasilkan. Pada Tabel 17 dapat dilihat biaya pupuk dan pestisida per tahun yang dibebankan kepada petani responden untuk tahun 2007 dan 2010.

Tabel 17. Biaya Pupuk dan Pestisida pada Usahatani Belimbing Dewa di Kota Depok Tahun 2007 dan 2010

Sarana Produksi Jumlah

(satuan/tahun) Harga (Rp/satuan) Biaya (Rp/tahun) % Tahun 2007 Pupuk Kandang (kg) 1.451,52 159 230.190 23,86 Pupuk NPK (kg) 32,80 3.197 104.870 10,87 Pupuk Urea (kg) 29,88 1.945 58.325 6,05 Pupuk Gandasil (kg) 3,77 48.121 181.349 18,80

Pestisida Curacron (liter) 1,03 161.273 165.816 17,19

Pestisida Decis (liter) 1,56 134.182 209.095 21,67

Petrogenol (ml) 15,08 1000 15.080 1,56 Total 964.725 100,00 Tahun 2010 Pupuk Kandang (kg) 1.087,72 257 279.071 27,70 Pupuk NPK (kg) 29,39 4.333 127.374 12,64 Pupuk Urea (kg) 23,40 2.848 66.641 6,61 Pupuk Gandasil (kg) 2,68 51.273 137.495 13,65

Pestisida Curacron (liter) 1,16 165.818 192.260 19,08

Pestisida Decis (liter) 1,23 148.182 182.215 18,09

Petrogenol (ml) 13,98 1.600 22.371 2,22

Total biaya pupuk dan pestisida yang dikeluarkan petani responden pada tahun 2010 lebih besar dari total biaya pupuk dan pestisida pada tahun 2007. Hal ini selain diakibatkan oleh kenaikan harga pupuk dan pestisida pada tahun 2010 juga diakibatkan adanya penambahan dosis penggunaan input seperti pupuk NPK dan pestisida curacron. Proporsi terbesar dari total biaya pupuk dan pestisida per sepuluh pohon untuk tahun 2007 dan 2010 ada pada biaya penggunaan pupuk kandang, yaitu sebesar 23,86 persen dan 27,70 persen. Pupuk kandang selain berfungsi memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga mengandung unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman belimbing dewa. Oleh karena itu pupuk kandang memiliki peran yang cukup besar bagi pertumbuhan pohon belimbing. Hal ini serupa dengan hasil penelitian Zamani (2008) dan Yulistia (2009). Dalam penelitian Zamani (2008) dan Yulistia (2009), biaya pupuk kandang merupakan biaya sarana produksi yang paling besar jika dibandingkan dengan biaya pupuk lain dan biaya pestisida. Biaya pupuk dan pestisida yang tergolong ke dalam biaya variabel ini nantinya akan dimasukkan ke dalam biaya tunai dalam perhitungan analisis pendapatan usahatani.

Jika untuk biaya pupuk yang terbesar adalah pada biaya pupuk kandang, maka untuk biaya pestisida yang paling besar persentasenya adalah biaya pestisida curacron. Persentase penggunaan pestisida curacron untuk tahun 2007 adalah sebesar 21,67 persen, sedangkan pada tahun 2010 adalah sebesar 19,08 persen. Pestisida curacron dan decis digunakan untuk mengatasi serangan HPT belimbing seperti ulat daun dan kutu putih, Oleh karena itu penggunaan pestisida sangat penting untuk mencegah dan mengatasi serangan HPT. Biaya pupuk dan pestisida yang tergolong ke dalam biaya variabel ini, nantinya akan dimasukkan ke dalam biaya tunai dalam perhitungan analisis pendapatan usahatani.

Selain pupuk dan pestisida, faktor produksi lain yang digolongkan ke dalam biaya variabel adalah biaya tenaga kerja. Perbedaan biaya TKDK sebelum dan sesudah kredit terjadi karena perbedaan biaya per satu HOK yang harus dikeluarkan oleh petani. Pada tahun 2007 biaya yang harus dikeluarkan oleh petani untuk satu HOK adalah sebesar Rp. 35.000, sedangkan pada tahun 2010 biaya yang harus dikeluarkan oleh petani untuk satu HOK adalah Rp. 50.000. Kegiatan budidaya belimbing dewa seperti pemupukan, pemangkasan, sanitasi

kebun dan penyemprotan, pembungkusan dan penjarangan buah, serta pemanenan dilakukan pada tiap-tiap pohon.

Tabel 18. Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Belimbing Dewa di Kota Depok Tahun 2007 dan 2010 Kegiatan 2007 2010 Jumlah (HOK) Biaya (Rp/tahun) % Jumlah (HOK) Biaya (Rp/tahun) % Pemupukan 8,99 314.800 10,29 7,63 381.592 9,76 Pemangkasan 14,59 510.720 16,69 10,56 528.221 13,52 Sanitasi dan Penyemprotan 28,54 998.924 32,65 25,52 1.275.796 32,65 Pembungkusan dan Penjarangan Buah 23,71 829.789 27,12 23,81 1.190.393 30,46 Pemanenan 11,59 405.618 13,26 10,64 531.02 13,61 Total 87,42 3.059.851 100,00 78,16 3.907.803 100,00

Total biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani responden pada tahun 2007 dan 2010 dapat dilihat pada Tabel 18. Pada tahun 2007 dan 2010, biaya tenaga kerja terbesar adalah pada kegiatan sanitasi dan penyemprotan. Kegiatan sanitasi dan penyemprotan menghabiskan biaya sebesar Rp. 998.924 untuk tahun 2007 dan Rp. 1.275.796 untuk tahun 2010. Walaupun terjadi peningkatan jumlah biaya pada tahun 2010, pada dasarnya jumlah penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan ini mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi akibat sebagian petani yang mengurangi frekuensi penyemprotan pestisida. Hal ini dilakukan oleh petani untuk menghemat biaya pestisida.

Biaya tenaga kerja dibagi atas dua kelompok, yaitu biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Biaya TKDK akan dimasukkan ke dalam kelompok biaya diperhitungkan, sedangkan untuk biaya TKLK akan dimasukkan ke dalam kelompok biaya tunai. Pada Tabel 19 disajikan informasi mengenai penggunaan biaya TKDK pada tahun 2007 dan tahun 2010.

Tabel 19. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) per Tahun pada Usahatani Belimbing Dewa di Kota Depok Tahun 2007 dan 2010

Kegiatan 2007 2010 Jumlah (HOK) Biaya (Rp/tahun) % Jumlah (HOK) Biaya (Rp/tahun) % Pemupukan 3,84 134.389 8,58 3,09 154.308 7,83 Pemangkasan 7,53 263.611 16,84 4,83 241.322 12,25 Sanitasi dan penyemprotan 21,73 760.586 48,59 20,06 1.003.109 50,91 Pembungkusan dan penjarangan buah 8,37 293.076 18,72 8,41 420.322 21,33 Pemanenan 3,25 113.778 7,27 3,02 151.121 7,67 Total 44,73 1.565.440 100,00 39,40 1.970.182 100,00

Persentase biaya tenaga kerja dalam keluarga terbesar pada tahun 2007 adalah untuk kegiatan sanitasi dan penyemprotan, yaitu sebesar 48,59 persendengan total biaya tenga kerja sebesar Rp. 760.586 dari total biaya TKDK sebesar Rp. 1.565.440. Begitu pun untuk tahun 2010, persentase terbesar adalah biaya kegiatan sanitasi dan penyemprotan, yaitu sebesar 50,91 persen dengan total biaya tenaga kerja untuk tahun 2010 adalah sebesar Rp.1.003.109

Tabel 20. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) per Tahun pada Usahatani Belimbing Dewa Petani di Kota Depok Tahun 2007 dan 2010

Kegiatan 2007 2010 Jumlah (HOK) Biaya (Rp/tahun) % Jumlah (HOK) Biaya (Rp/tahun) % Pemupukan 5,15 180.411 12,07 4,55 227.283 11,73 Pemangkasan 7,06 247.109 16,54 5,74 286.899 14,81 Sanitasi dan penyemprotan 6,81 238.338 15,95 5,45 272.687 14,07 Pembungkusan dan penjarangan buah 15,33 536.713 35,91 15,40 770.071 39,74 Pemanenan 8,34 291.840 19,53 7,61 380.681 19,65 Total 42,70 1.494.411 100,00 38,75 1.937.622 100,00

Petani responden tidak dapat mengerjakan semua kegiatan budidaya secara individu atau hanya mengandalkan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga saja. Untuk dapat melakukan seluruh kegiatan budidaya ini, petani responden juga mempekerjakan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. Pada Tabel 20, dapat

dilihat informasi mengenai biaya TKLK petani responden pada tahun 2007 dan 2010.

Biaya tenaga kerja paling banyak dicurahkan untuk kegiatan pembungkusan dan penjarangan buah. Menurut hasil wawancara dengan petani, kegiatan pembungkusan dan penjarangan buah adalah kegiatan yang membutuhkan banyak tenaga kerja khususnya yang berasal dari luar keluarga. Hal ini dikarenakan kegiatan pembungkusan dan penjarangan buah tidak boleh dilakukan terlambat untuk mencegah serangan lalat buah sedini mungkin. Berdasarkan Tabel 20, dapat dilihat bahwa total penggunaan HOK pada tahun 2010 mengalami penurunan untuk setiap kegiatan usahatani. Hal ini diduga karena petani melakukan penghematan terhadap biaya tenaga kerja yang digunakan sehingga untuk setiap kegiatan terjadi pengurangan penggunaan tenaga kerja.

Berdasarkan uraian mengenai biaya tenaga kerja pada saat sebelum menerima kredit, maupun sesudah menerima kredit, diketahui bahwa biaya TKLK pada usahatani Belimbing Dewa lebih besar dibandingkan dengan biaya TKDK. Dari hasil wawancara di lapang, petani menyatakan bahwa untuk melakukan kegiatan budidaya Belimbing diperlukan pula tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. Terutama saat buah sudah harus dibungkus, petani memerlukan banyak tenaga kerja untuk melakukan pembungkusan dan sekaligus penjarangan buah. Tenaga luar keluarga pun digunakan jika tenaga yang berasaldari dalam keluarga kurang mencukupi.

Pembayaran bagi hasil juga merupakan salah satu biaya variabel, karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh petani ditentukan oleh jumlah produksi buah Belimbing Dewa yang dihasilkan. Perhitungan bagi hasil pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 250 per buah, sedangkan untuik tahun 2010 adalah sebesar Rp 400 per buah. Pembayaran bagi hasil adalah salah satu cara pembayaran penggunaan lahan yang dilakukan oleh sebagian petani responden.

Biaya pembayaran bagi hasil per sepuluh pohon yang dibebankan kepada petani pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 245.197 dengan total buah yang dihasilkan sebanyak 981 buah belimbing. Sedangkan pada tahun 2010, pembayaran bagi hasil yang dibebankan kepada petani adalah sebesar Rp.297.733

dihasilkan pada tahun 2010 lebih sedikit bila dibandingkan dengan tahun 2007. Hal ini diakibatkan adanya serangan HPT dan cuaca yang buruk sehingga banyak buah Belimbing yang gagal panen. Pembayaran bagi hasil dalam analisis pendapatan akan dikelompokkan ke dalam biaya tunai

Dokumen terkait