• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah sesuai dengan perubahan jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel yang dikeluarkan dalam menjalanakan usaha anggrek pot berbeda diantara setiap skenario yang dikaji, karena setiap skenario memiliki persentase komposisis perencanaan produksi yang berbeda. Pada tahun pertama biaya variabel baru mulai dikeluarkan pada bulan Maret yakni sejak pertama kali screen house digunakan atau mulai diisi dengan bibit anggrek. Sejak tahun kedua hingga tahun kesepuluh biaya tetap dikeluarkan selama 12 bulan mulai bulan Januari hingga Desember.

a. Skenario 1

Skenario 1 mengasumsikan produksi anggrek varietas Dendrobium 100% dengan jumlah produksi total 720 pot. Adapun perinciannya sebagai berikut: dijual kepada konsumen akhir 25%, kemudian dibagi kembali dijual dengan harga Rp 30 000 (kualitas terbaik) sebanyak 60%, dan dijual dengan harga Rp 25 000 (kualitas sedang) sebanyak 40%. Dijual kepada pedagang pengecer sebanyak 60%, dan dijual dengan harga obral (kualitas kurang baik) sebanyak 15%. Hasil perhitungan biaya variabel skenario 1 memiliki nilai yang paling kecil diantara biaya variabel pada skenario lainnya, hal tersebut dikarena variabel input bibit

anggrek yang digunakan hanya varietas Dendrobium, dimana varietas Dendrobium memiliki harga jual inpu paling murah diantara varietas lain yang diusahakan, yakni biaya input per pot hanya sebesar Rp 13 000. Adapun rincian biaya variabel (skenario 1) dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Biaya variabel usaha anggrek pot skenario 1

Uraian Tahun 1 Tahun 2-10

A. Bibit Anggrek Dendrobium 93 600 000 112 320 000 B. Media Sekam 1 000 000 1 200 000 C. Media Kaliandra 1 250 000 1 500 000 D. Pupuk 275 000 330 000 E. Fungisida 680 000 816 000 F. Insectisida Furadan 260 000 312 000 G. Insectisida Prostid 220 000 264 000 H. Besi Penyangga 5 400 000 6 480 000 I. Penjepit Besi Penyangga 3 600 000 4 320 000 J. Kardus 350 000 600 000 K. Lakban 315 000 540 000

L. Pot 1 600 000 2 400 000

Total Biaya Variabel 108 550 000 131 082 000 b. Skenario 2

Skenario 2 mengasumsikan produksi anggrek varietas Dendrobium 80% dan varietas Vanda 20% dengan jumlah produksi total 720 pot. Adapun perinciannya sebagai berikut: anggrek Dendrobium dijual ke konsumen akhir 25% sebanyak 144 pot, kemudian dibagi kembali sebanyak 60% dijual dengan harga Rp 30 000 (kualitas terbaik) dan sebanyak 40% dijual dengan harga Rp 25 000 (kualitas sedang). Dijual kepada pedagang pengecer sebanyak 60% dan dijual dengan harga obral (kualitas kurang baik) sebanyak 15%. Perincian anggrek Vanda sebagai berikut: dijual ke konsumen akhir dengan kualitas terbaik sebanyak 50% dengan harga Rp 140 000, dan dijual ke pedagang pengecer 50% dengan harga Rp 125 000. Adapun rincian biaya variabel (skenario 2) dapat dilihat pada Tabel 12.

Data perhitungan biaya variabel pada tabel 12 memiliki banyak kesamaan dengan biaya variabel pada tabel 11. Perbedaan terletak pada variabel input bibit anggrek pot. Bibit anggrek pada skenario 2 menggunakan dua jenis varietas yang berbeda, yakni varietas Dendrobium dan varietas Vanda, perbedaan varietas tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya perbedaan harga beli input bibit. Persentase penggunaan bibit yang akan diproduksi juga mempengaruhi, harga beli bibit anggrek varietas Dendrobium hanya Rp 13 000 per pot, sedangkan harga beli bibit anggrek varietas Vanda mencapai Rp 110 000 per pot. Selisih biaya pembelian bibit anggrek jauh berbeda dan harga persatuan inputnya juga jauh berbeda, hal tersebut dikarenakan persentase produksi anggrek varietas Dendrobium jauh lebih banyak dibandingkan dengan varietas Vanda, yakni varietas Dendrobium 80% dan varietas Vanda 20%. Penentuan jumlah persentase tersebut berdasarkan besarnya permintaan pasar terhadap varietas tertentu, diketahui bahwa permintaan terhadap varietas Dendrobium lebih banyak dibandingkan Vanda, oleh karena itu dibuatlah persentase tersebut.

Tabel 12 Biaya variabel usaha anggrek pot skenario 2

Uraian Tahun 1 Tahun 2-10

A. Bibit Anggrek Dendrobium 74 880 000 89 856 000 B. Bibit Anggrek Vanda 158 400 000 190 080 000 C. Media Sekam 1 000 000 1 200 000 D. Media Kaliandra 1 250 000 1 500 000 E. Pupuk 275 000 330 000 F. Fungisida 680 000 816 000 G. Insectisida Furadan 260 000 312 000 H. Insectisida Prostid 220 000 264 000 I. Besi Penyangga 5 400 000 6 480 000 J. Penjepit Besi Penyangga 3 600 000 4 320 000 K. Kardus 350 000 600 000 L. Lakban 315 000 540 000

M. Pot 1 600 000 2 400 000

Total Biaya Variabel 248 230 000 298 698 000 c. Skenario 3

Skenario 3 mengasumsikan produksi anggrek varietas Dendrobium 50% dan varietas Phalaenopsis 50% dengan jumlah produksi total 720 pot. Adapun perinciannya sebagai berikut: anggrek Dendrobium dijual ke konsumen akhir 25% sebanyak 90 pot, kemudian dibagi kembali sebanyak 60% dijual dengan harga Rp 30 000 (kualitas terbaik) dan sebanyak 40% dijual dengan harga Rp 25 000 (kualitas sedang). Dijual kepada pedagang pengecer sebanyak 60% dan dijual dengan harga obral (kualitas kurang baik) sebanyak 15%. Perincian anggrek Phalaenopsis sebagai berikut: dijual ke konsumen akhir sebanyak 50% dibagi kembali dengan dijual sebanyak 30% (kualitas baik), dan 70% (anggrek Phalaenopsis mini). Dijual ke pedagang pengecersebanyak 50% dibagi kembali dengan dijual sebanyak 30% (kualitas baik), dan 70% (anggrek Phalaenopsis mini). Adapun rincian biaya variabel(skenario 3) dapat dilihat pada Tabel 13.

Data perhitungan biaya variabel pada tabel 13 memiliki banyak kesamaan dengan biaya variabel pada tabel 11, dan 12. Perbedaan terletak pada variabel input bibit anggrek pot. Bibit anggrek pada skenario 2 menggunakan dua jenis varietas yang berbeda, yakni varietas Dendrobium dan varietas Phalaenopsis, perbedaan varietas tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya perbedaan harga beli input bibit. Persentase penggunaan bibit yang akan diproduksi juga mempengaruhi, harga beli bibit anggrek varietas Dendrobium hanya Rp 13 000 per pot, sedangkan harga beli bibit anggrek varietas Phalaenopsis mencapai Rp 90 000 per pot (anggrek besar), dan Rp 55 000 (anggrek mini).

Selisih biaya pembelian bibit anggrek terlihat tidak jauh berbeda sedangkan harga persatuan inputnya jauh berbeda, hal tersebut dikarenakan persentase produksi anggrek varietas Dendrobiumsama dengan varietas Phalaenopsis, yakni varietas Dendrobium 50% dan varietas Phalaenopsis 50%. Biaya pembelian tidak terlalu berbeda karena jumlah persentase pembelian anggrek Phalaenopsis mini lebih banyak dibandingkan persentase pembelian Phalaenopsis besar. Penentuan jumlah persentase antara varietas Dendrobium dan varietas Phalaenopsis berdasarkan besarnya permintaan pasar terhadap varietas tertentu, diketahui bahwa permintaan terhadap varietas Dendrobium sama dengan varietas

Phalaenopsis, oleh karena itu dibuatlah persentase tersebut. Penentuan persentase varietas Phalaenopsis antara anggrek mini dan besar berdasarkan kemudahan memperoleh input.

Tabel 13 Biaya variabel usaha anggrek pot skenario 3

Uraian Tahun 1 Tahun 2-10

A. Bibit Anggrek Dendrobium 46 800 000 56 160 000 B. Bibit Anggrek Phalaenopsis Besar 180 000 000 216 000 000 Bibit Anggrek Phalaenopsis Mini 99 000 000 118 800 000 C. Media Sekam 1 000 000 1 200 000 D. Media Kaliandra 1 250 000 1 500 000 E. Pupuk 275 000 330 000 F. Fungisida 680 000 816 000 G. Insectisida Furadan 260 000 312 000 H. Insectisida Prostid 220 000 264 000 I. Besi Penyangga 5 400 000 6 480 000 J. Penjepit Besi Penyangga 3 600 000 4 320 000 K. Kardus 350 000 600 000 L. Lakban 315 000 540 000 M. Pot 1 600 000 2 400 000

Total Biaya Variabel 340 750 000 409 722 000 d. Skenario 4

Skenario 1 mengasumsikan produksi anggrek varietas Phalaenopsis 100% dengan jumlah produksi total 720 pot. Adapun perinciannya sebagai berikut: dijual kepada konsumen akhir 40%, dibagi kembali dengan dijual sebanyak 30% (kualitas baik), dan 70% (anggrek Phalaenopsis mini). Dijual ke pedagang pengecer sebanyak 60% dibagi kembali dengan dijual sebanyak 30% (kualitas baik), dan 70% (anggrek Phalaenopsis mini). Adapun rincian biaya variabel (skenario 4) dapat dilihat pada Tabel 14.

Hasil perhitungan biaya variabel skenario 4 memiliki nilai yang paling besar diantara biaya variabel pada skenario lainnya, hal tersebut dikarena variabel input bibit anggrek yang digunakan hanya varietas Phalaenopsis. Varietas Phalaenopsis yang diproduksi pun memiliki 2 jenis yakni anggrek besar dan anggrek mini. Kedua varietas tersebut memiliki harga jual input yang berbeda, yakni biaya input per pot anggrek Phalaenopsis besar Rp 90 000, dan anggrek Phalaenopsis mini Rp 55 000. Sehingga total biaya variabel pada skenario 4 memiliki jumlah yang tertinggi dibandingkan dengan skenario lainnya.

Tabel 14 Biaya variabel usaha anggrek pot skenario 4

Uraian Tahun 1 Tahun 2-10

A. Bibit Anggrek Phalaenopsis Besar 216 000 000 259 200 000 B. Bibit Anggrek Phalaenopsis Mini 277 200 000 332 640 000 C. Media Sekam 1 000 000 1 200 000 D. Media Kaliandra 1 250 000 1 500 000 E. Pupuk 275 000 330 000 F. Fungisida 680 000 816 000

Uraian Tahun 1 Tahun 2-10 G. Insectisida Furadan 260 000 312 000 H. Insectisida Prostid 220 000 264 000 I. Besi Penyangga 5 400 000 6 480 000 J. Penjepit Besi Penyangga 3 600 000 4 320 000 K. Kardus 700 000 1 200 000 L. Lakban 315 000 540 000 M. Pot 1 600 000 2 400 000

Total Biaya Variabel 508 500 000 611 202 000 Analisis Laba Rugi

Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan profitabilitas usaha anggrek pot. Analisis laba rugi yang diperoleh dalam menjalanakan usaha anggrek pot berbeda diantara setiap skenario yang dikaji, karena setiap skenario memiliki persentase komposisis perencanaan produksi yang berbeda. Pada tahun pertama analisis laba rugi menunjukkan perolehan laba yang lebih kecil pada tahun pertama karena bibit anggrek baru mulai dipanen pada bulan Juni yakni panen pertama kali sejak screen house diisi dengan bibit anggrek pada bulan Maret (untuk varietas Dendrobium dan Vanda), sedangkan anggrek akan dipanen sejak bulan april (untuk varietas Phalaenopsis) karena hanya butuh waktu satu bulan untuk memanen anggrek pot Phalaenopsis setelah pembelian bibit anggrek dewasa siap berbunga. Sejak tahun kedua hingga tahun kesepuluh perolehan laba usaha tetap karena kegiatan panen rutin dilakukan setiap bulannya selama 12 bulan mulai bulan Januari hingga Desember.

a. Skenario 1

Skenario 1 memproduksi anggrek varietas Dendrobium 100 %. Usaha anggrek pot yang dilakukan oleh kelompok tani Mitra Permata Anggrek tidak melakukan peminjaman uang, sehingga tidak mengeluarkan biaya pembayaran bunga. Usaha ini melakukan pembayaran pajak penghasilan sebesar 1 persen, sehingga terdapat pengeluaran biaya pembayaran pajak. Oleh karena laba bersih sebelum bunga dan pajak berbeda dengan laba bersih. Hasil perhitungan laba rugi dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Analisis laba rugi usaha anggrek pot skenario 1

Uraian Tahun 1 Tahun 2-10

Laba Bersih Sebelum Bunga Dan Pajak (20 579 508) 33 268 492

Biaya Bunga 0 0

Laba Bersih Sebelum Pajak (20 579 508) 33 268 492 Pajak (1%) (Pajak Pendapatan Usaha) (205 795) 332 685

Laba Bersih Setelah Pajak (20 373 713) 32 935 807

Hasil perhitungan laba rugi skenario 1 pada tabel 15 menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha belum memperoleh untung, atau laba yang dihasilkan minus (- 20 373 713). Biaya yang harus dikeluarkan baik untuk biaya variabel maupun biaya tetap jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan penerimaan usaha yang diperoleh pada tahun pertama, sehingga pada tahun pertama usaha belum dapat memperoleh keuntungan. Laba bersih setelah pajak yang diperoleh pada skenario 1 juga memiliki jumlah yang paling kecil diantara skenario lainnya,

hal tersebut dikarenakan varietas yang diusahakan hanya varietas Dendrobium, dimana keuntungan dari varietas tersebut tidak terlalu banyak. Usaha dengan pola skenario 1 tetap baik untuk dijalankan karena laba bersih setelah pajak yang dihasilkan pada tahun ke 2-20 masih tetap menguntungkan. Pada penghitungan diasumsikan baik jumlah produksi, harga dan biaya dari tahun 2-10 sama.

b. Skenario 2

Skenario 2 memproduksi anggrek varietas Dendrobium 80 %, dan varietas Vanda 20%. Usaha anggrek pot tidak melakukan peminjaman uang, sehingga tidak mengeluarkan biaya pembayaran bunga. Usaha ini melakukan pembayaran pajak penghasilan sehingga memiliki pengeluaran biaya pembayaran pajak.. Hasil perhitungan laba rugi dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Analisis laba rugi usaha anggrek pot skenario 2

Uraian Tahun 1 Tahun 2-10

Laba Bersih Sebelum Bunga Dan Pajak (48 854 508) 56 632 492

Biaya Bunga 0 0

Laba Bersih Sebelum Pajak (48 854 508) 56 632 492 Pajak (1%) (Pajak Pendapatan Usaha) (488 545) 566 325

Laba Bersih Setelah Pajak (48 365 963) 56 066 167

Hasil perhitungan laba rugi skenario 2 pada tabel 16 menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha belum memperoleh untung, atau laba yang dihasilkan minus (- 48 365 963). Biaya yang harus dikeluarkan baik untuk biaya variabel maupun biaya tetap jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan penerimaan usaha yang diperoleh pada tahun pertama, sehingga pada tahun pertama usaha belum dapat memperoleh keuntungan. Laba bersih setelah pajak pada skenario 2 memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan skenario 1 dan 3, hal tersebut dikarenakan varietas yang diusahakan bervariasi antara varietas Dendrobium dan varietas Vanda, dimana harga jual dari varietas Vanda lebih mahal, sehingga keuntungan yang diperoleh cukup besar. Usaha dengan pola skenario 2 baik untuk dijalankan karena laba bersih setelah pajak yang dihasilkan pada tahun ke 2-20 masih tetap menguntungkan. Pada penghitungan diasumsikan baik jumlah produksi, harga dan biaya dari tahun 2-10 sama.

c. Skenario 3

Skenario 3 memproduksi anggrek varietas Dendrobium 50 %, dan varietas Phalaenopsis 50%. Usaha anggrek pot tidak melakukan peminjaman uang, sehingga tidak mengeluarkan biaya pembayaran bunga. Usaha ini melakukan pembayaran pajak penghasilan sehingga terdapat pengeluaran biaya pembayaran pajak. Hasil perhitungan laba rugi dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Analisis laba rugi usaha anggrek pot skenario 3

Uraian Tahun 1 Tahun 2-10

Laba Bersih Sebelum Bunga Dan Pajak (40 109 508) 17 068 492

Biaya Bunga 0 0

Laba Bersih Sebelum Pajak (40 109 508) 17 068 492 Pajak (1%) (Pajak Pendapatan Usaha) (401 095) 170 685

Hasil perhitungan laba rugi skenario 3 pada tabel 17 menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha belum memperoleh untung, hal tersebut dikarenakan biaya yang harus dikeluarkan baik untuk biaya variabel maupun biaya tetap jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan penerimaan usaha yang diperoleh pada tahun pertama. Laba bersih setelah pajak pada skenario 3 memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan skenario 1, hal tersebut dikarenakan varietas yang diusahakan bervariasi antara varietas Dendrobium dan varietas Phalaenopsis, dimana harga jual dari varietas Phalaenopsis lebih mahal, sehingga keuntungan yang diperoleh cukup besar. Usaha dengan pola skenario 3 baik untuk dijalankan karena laba bersih setelah pajak yang dihasilkan pada tahun ke 2-20 masih tetap menguntungkan. Pada penghitungan diasumsikan baik jumlah produksi, harga dan biaya dari tahun 2-10 sama.

d. Skenario 4

Skenario 4 memproduksi anggrek varietas Phalaenopsis 100 %. Usaha anggrek pot tidak melakukan peminjaman uang, sehingga tidak mengeluarkan biaya pembayaran bunga. Usaha ini melakukan pembayaran pajak penghasilan sehingga terdapat pengeluaran biaya pembayaran pajak. Hasil perhitungan laba rugi dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Analisis laba rugi usaha anggrek pot skenario 4

Uraian Tahun 1 Tahun 2-10

Laba Bersih Sebelum Bunga Dan Pajak (4 639 508) 65 428 492

Biaya Bunga 0 0

Laba Bersih Sebelum Pajak (4 639 508) 65 428 492 Pajak (1%) (Pajak Pendapatan Usaha) (46 395) 654 285

Laba Bersih Setelah Pajak (4 593 113) 64 774 207

Hasil perhitungan laba rugi skenario 4 pada tabel 18 menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha belum memperoleh keuntungan, karena biaya yang harus dikeluarkan baik untuk biaya variabel maupun biaya tetap jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan penerimaan usaha yang diperoleh pada tahun pertama. Laba bersih setelah pajak pada skenario 1 memiliki jumlah yang paling besar dibandingkan skenario lainnya, hal tersebut dikarenakan varietas yang diusahakan hanya varietas Phalaenopsis, dimana harga jual dari varietas Phalaenopsis lebih mahal, sehingga keuntungan yang diperoleh besar. Usaha dengan pola skenario 4 baik untuk dijalankan karena laba bersih setelah pajak yang dihasilkan pada tahun ke 2-20 masih tetap menguntungkan. Pada penghitungan diasumsikan baik jumlah produksi, harga dan biaya dari tahun 2-10 sama.

Analisis Kriteria Investasi

Analisis kelayakan investasi usaha anggrek pot menggunakan kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Periode. Analisis kelayakan investasi dapat dilihat melalui cashflow yang tertera pada Lampiran 3. Analisis kelayakan investasi yang dihasilkan dalam usaha anggrek pot berbeda diantara setiap skenario yang dikaji, karena setiap skenario memiliki persentase komposisis perencanaan produksi yang berbeda. Hasil dari analisis kelayakan investasi menunjukan hasil yang sama antara skenario 1, 2, 3 dan 4 yakni

dinyatakan layak pada ke empat variabel kriteria kelayakan investasi. Hasil perhitungan analisis kelayakan investasi dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Analisis kelayakan investasi usaha anggrek pot skenario 1, skenario 2, skenario 3, dan skenario 4

Kriteria investasi skenario Indikator kelayakan Hasil kelayakan 1 2 3 4 NPV (Rp) 160 763 349 298 323 877 85 307 178 327 278 129 >0 Layak Net B/C 1,43 1,21 1,80 1,17 >1 Layak IRR (%) 52,50 93% 32% 114% >7,5 layak PP (tahun) 2,91 2,12 4,08 1,93 <10 Layak

Berdasarkan data perhitungan cashflow diperoleh hasil kelayakan investasi pada tabel 19. Data pada tabel 19 menunjukkan bahwa keempat skenario usaha yang dirancang layak untuk dijalankan berdasarkan kelayakan kriteria investasi. Hasil perhitungan NPV keempat skenario layak, karena lebih besar dari 0, hal tersebut menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan dengan keempat skenario tersebut dapat memberikan manfaat atau menguntungkan. Hasil perhitungan Net B/C juga menunjukkan hasil yang sama yakni dinyatakan layak pada keempat skenario, karena nilainnya lebih besar dari 1. Perhitungan IRR juga menunjukkan hasil yang sama yakni dinyatakan layak pada keempat skenario, karena nilai IRR pada keempat skenario lebih besar dari DR, dimana DR yang dijadikan acuan adalah 7,5%, hal tersbut menunjukkan bahwa usaha memiliki pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Perhitungan PP dinyatakan layak pada keempat skenario, karena memiliki nilai yang lebih kecil dari umur usaha, yakni umur usaha yang dijadikan acuan adalah 10 tahun, hal tersebut menunjukkan bahwa pengembalian investasi usaha dapat berlangsung dengan cepat.

Nilai NPV dan IRR pada skenario 4 memiliki nilai tertinggi diantara skenario lainnya. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa dari segi perolehan keuntungan usaha dan pengembalian terhadap investasi yang ditanamkan, perhitungan PP juga menunjukkan bahwa skenario 4 mampu lebih cepat dalam pengembalian investasi usaha. Berdasarkan beberapa hal tersebut menunjukkan bahawa usaha yang paling baik untuk dijalankan adalah dengan senario 4 yakni mengusahakan varietas Phalaenopsis 100%. Pada kenyataannya terdapat kesulitan dalam menjalankan usaha skenario 4, karena saat ini pasokkan anggrek varietas Phalaenopsis tidak tersedia dalam jumlah banyak, terkadang bibit yang dijual oleh pihak supplier input kualitasnya kurang baik, sehingga dapat berpengaruh terhadap harga jual produk. Oleh karena itu usaha anggrek pot dengan skenario 2 dianggap merupakan skenario yang terbaik untuk dijalankan.

Analisis Switching Value

Analisis switching value merupakan perhitungan untuk mengukur seberapa besar perubahan maksimal dari suatu komponen inflow atau perubahan komponen outflow yang dapat ditoleransi sehingga usaha masih layak dilaksanakan. Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara uji coba sehingga menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, IRR sama dengan discount rate, dan nilai Net B/C sama dengan 1.

Analisis switching value yang akan dilakukan pada penelitian ini menggunakan dua variabel (peubah), yaitu kenaikan harga input (bibit anggrek)

dan penurunan jumlah produksi. Penentuan kedua variabel tersebut dikarenakan hasil observasi menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap usaha ini, karena bibit merupakan input utama dan memegang posisi biaya variabel terbesar dalam menjalankan usaha, selain itu penurunan jumlah produksi juga dapat berpengaruh signifikan terhadap perubahan penerimaan usaha.

Kenaikan harga inpu bibit anggrek dikarenakan jumlah pasokan bibit dipasaran yang berkurang akibat adanya pembatasan terhadap bibit impor, dan biaya produksi bibit yang juga naik, hal tersebut menyebabkan harga input bibit menjadi naik. Penurunan jumlah produksi dapat terjadi terutama disebabkan oleh serangan hama pada tanaman anggrek, sehingga tanaman anggrek dapat rusak atau mati, serangan hama banyak terjadi pada musim panas, tetapi tidak terlalu sering terjadi bila perawatan tanamannya baik. hasil analisis switching value pada usaha anggrek pot terhadap kenaikan harga input bibit dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Switching value terhadap kenaikan harga input (bibit) skenario 1, skenario 2, skenario 3, dan skenario 4

Skenario Kriteria investasi Switching

value (%) NPV (Rp) IRR (%) Net B/C PP (tahun)

1 0 7,5 1,00 6,73 121

2 0 7,5 1,00 6,53 116

3 0 7,5 1,00 8,00 106

4 0 7,5 1,00 6,76 108

Berdasarkan data perhitungan switching value terhadap kenaikan harga input bibit anggrek pada Tabel 21 menunjukkan bahwa usaha anggrek pot masih layak untuk dilaksanakan dengan batasan kenaikan harga bibit input mencapai persentase switching value, yakni skenario 1 mencapai 121 persen, skenario 2 mencapai 116 persen, skenario 3 mencapai 106 persen, dan skenario 4 mencapai 108 persen. Usaha anggrek pot pada keempat skenario tersebut dapat menjadi tidak layak jika melebihi dari persentase switching value tersebut, karena pada kriteria investasi akan menghasilkan NPV<0, IRR >DR, Net B/C>1 dan PP akan lebih dari 10 tahun atau lebih dari umur bisnis anggrek pot. Adapun hasil perhitungan switching value terhadap penurunan jumlah produksi dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Switching value terhadap penurunan jumlah produksi skenario 1, skenario 2, skenario 3, dan skenario 4

Skenario Kriteria investasi Switching

value (%) NPV (Rp) IRR (%) Net B/C PP (tahun)

1 0 7,5 1,00 6,65 87

2 0 7,5 1,00 6,42 88

3 0 7,5 1,00 8,02 97

Berdasarkan data perhitungan switching value terhadap kenaikan harga input bibit anggrek pada Tabel 21 menunjukkan bahwa usaha anggrek pot masih layak untuk dilaksanakan dengan batasan kenaikan harga bibit input mencapai persentase switching value, yakni skenario 1 mencapai 87 persen, skenario 2 mencapai 88 persen, skenario 3 mencapai 97 persen, dan skenario 4 mencapai 93 persen. Usaha anggrek pot pada keempat skenario tersebut dapat menjadi tidak layak jika melebihi dari persentase switching value tersebut, karena pada kriteria investasi akan menghasilkan NPV<0, IRR >DR, Net B/C>1 dan PP akan lebih dari 10 tahun atau lebih dari umur bisnis anggrek pot.

Usaha anggrek pot setelah diuji switching value menunjukkan hasil bahwa pada kondisi penurunan jumlah produksi skenario 3 lebih sensitif dibandingkan dengan skenario lainnya, hal tersebut dikarenakan persentase hasil perhitungan switching value atau persentase batas toleransi pada kenaikkan harga input bibit anggrek lebih kecil dibandingkan dengan persentase pada skenario lainnya. Kondisi penurunan produksi menunjukkan hal yang berbeda, yakni usaha anggrek pot skenario 1 lebih sensitif dibandingkan dengan skenario lainnya, hal tersebut dikarenakan persentase hasil perhitungan switching value atau persentase batas toleransi pada penurunan jumlah produksi lebih kecil dibandingkan dengan persentase pada skenario lainnya.

Dokumen terkait