• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Mitra Permata Anggrek di komplek BPPP Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Kelompok tani Mitra Permata Anggrek merupakan salah satu pelaku usaha komodti anggrek pot di Kota Bogor, dengan ketua kelompok tani bernama Ibu Yusi. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan pertama jumlah populasi usahanya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun disertai dengan penambahan pembangunan screen house, alasan kedua karena kelompok tani ini juga beberapa kali menerima bantuan dari pemerintah dalam pengembangan usahanya. Kegiatan pengambilan data dan analisis data akan dilakukan pada bulan Mei – Desember 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi mengenai usaha pembungaan anggrek pot yang diperoleh dari pengamatan langsung di lokasi penelitian, dengan mewawancarai langsung para anggota kelompok tani Mitra Permata Anggrek dan pihak-pihak lainnya yang terkait. Data primer yang akan diambil antara lain data input (bibit anggrek, pupuk, pot, media tanam) , data output (jumlah populasi anggrek dalam satu musim tanam), jumlah penjualan bunga anggrek pot, harga jual anggrek pot pervarietas, komponen investasi, umur ekonomis dan biayanya (screen house, peralatan budidaya). Data sekunder merupakan data yang diolah lebih lanjut atau digunakan untuk penelitian dan diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian Kotamadya Bogor, Direktorat Jendral Hortikultura, internet, literatur yang relevan seperti jurnal, skripsi, buku teks, dan hasil penelitian terdahulu yang dapat dijadikan bahan rujukan yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun rincian data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah purposive, karena ada beberapa alasan pertimbangan dalam menentukan responden. Jumlah anggota dalam kelompok tani Mitra Permata Anggrek sebanyak 21 orang, akan tetapi yang dipilih untuk dijadikan responden hanya 6 orang petani. Pemilihan tersebut berdasarkan beberapa pertimbangan, yakni: petani yang serius berusaha dibidang anggrek, petani yang masih aktif di kelompok tani, memiliki wawasan di bidang anggrek, dan memiliki screen house.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara langsung, dan survey kuesioner. Teknik pengumpulan data tersebut digunakan untuk pengumpulan data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan

cara yang berbeda, yakni dengan cara studi literatur dan browsing internet. Metode pengamatan langsung di lokasi penelitian seperti wawancara kepada para anggota kelompok tani mitra permata anggrek, dan pengamtan langsung terhadap teknik produksi dan kegiatan lainnya di lokasi penelitian. wawancara juga dilakuan kepada beberapa pedagang tanaman hias di Kotamadya Bogor, dan beberapa instansi terkait seperti Dinas Pertani Kotamadya Bogor, dan instansi lain yang terkait. Penelusuran pustaka juga dilakukan di perpustakaan IPB, media cetak dan internet.

Metode Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan sifat data. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk menjelaskan secara deskriptif gambaran umum usaha pembungaan anggrek pot dan gambaran kelompok tani Mitra Permata Anggrek, juga untuk mengkaji aspek kelayakan non-finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Analisis secara kuantitatif digunakan untuk menilai kelayakan usaha pembungaan anggrek pot pada kelompok tani Mitra Permata Anggrek secara finansial dengan melakukan analisis penilaian kriteria investasi yaitu: analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value atau NPV), tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return atau IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan masa pengembalian investasi (Payback Period atau PP), serta dilakukan juga analisis sensitivitas. Data yang diperoleh diolah dengan menggunkaan Microsoft Excel dan kalkulator.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yang akan dilakukan pada penelitian ini akan memberikan gambaran umum kelompok tani Mitra Permata Anggrek, seperti gambaran umum wilayah dan segmentasi usaha. Dapat juga menggambarkan karakteristik responden (petani anggrek) seperti umur, pengalaman menjalankan usaha anggrek, alasan memilih berusaha anggrek, tingkat pendidikan petani dan beberapa hal penting lainnnya. Beberapa lainnya akan menjabarkan jumlah produksi anggrek, sumber input, dan harga jual anggrek berdasarkan kualitasnya.

Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial

Perlu dipertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat dan saling terkait antara satu sama lain dalam menganalisis suatu kelayakan bisnis. Banyaknya aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis sangat tergantung dari karakteristik masing-masing bisnis. Masing-masing dari aspek ini tidak berdiri sendiri tetapi saling terkait. Secara umum aspek-aspek non finansial yang perlu diperhatikan dalam analisis kelayakan bisnis adalah sebagai berikut: 1. Aspek pasar

Dalam studi kelayakan suatu usaha aspek pasar dan pemasaran merupakan salah satu aspek yang paling penting. Hal ini disebabkan aspek pasar dan pemasaran sangat menetukan hidup matinya perusahaan. Apabila aspek pasar

dan pemasaran tidak diteliti secara benar dan bagaimana prospeknya dimasa yang akan datang, bukan hal yang tidak mungkin tujuan perusahaan tidak akan tercapai (Kasmir 2009). Pelaku bisnis akan mencoba menciptakan pasar potensialnya sendiri, sehingga produk dapat menjadi leader. Suatu bisnis yang dinyatakan layak dari aspek teknis dan finansial tidak aakan berarti bila pasarnya tidak ada, maka rencana bisnis dianggap tidak layak untuk dijalankan. Pemasaran kegiatan bisnis diharapkan beroperasi secara sehat bilamana produk yang dihasilkan mampu mendapatkan tempat dipasaran, serta mendapatkan jumlah hasil penjualan yang menguntungkan (Nurmalina et al. 2010). Aspek pasar dikatakan layak jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Jumlah permintaan pasar terhadap anggrek pot yang tinggi b. Harga jual anggrek pot yang cenderung stabil

c. Perusahaan memiliki program atau strategi pemasaran yang jelas dan efektif yang dapat mendukung pencapaian penjualan perusahaan yang lebih tinggi

2. Aspek teknis

Aspek teknis dan operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan kelayakan bisnis atau operasi perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis/operasi, sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik maka akan berakibat fatal bagi perusahaan. Kelengkapan kajian aspek teknis sangat tergantung dari jenis usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritas tersendiri (Kasmir 2009). Aspek teknis dikatakan layak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Lokasi usaha mampu menunjang pelaksanaan usaha tersebut. Hal inidicirikan dengan ketersediaan input, jarak dengan pasar yang dituju, ketersediaan listrik dan air, ketersediaan tenaga kerja, dan ketersediaan fasilitas transportasi (jalan raya, kendaraan umum, dan lain-lain) yang memadai dalam menjamin kelancaran akses terhadap bahan baku dan aksesterhadap pasar yang dituju.

b. Kapasitas produksi sudah melebihi luas produksi minimum yang harusdicapai.

c. Proses produksi yang sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kotamadya Bogor.

d. Layout usaha yang sesuai yang dicirikan oleh adanya arus produk dalamproses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan ruangyang optimal, dan kemudahan melakukan ekspansi.

e. Pemilihan jenis teknologi dan peralatan yang tepat yaitu teknologi danperalatan yang dapat dioperasikan secara tepat oleh tenaga kerja yang ada, tidak mengganggu keseimbangan ekologi dan keharmonisan sosial budaya setempat (tidak menghasilkan limbah yang berlebihan dan tidak menimbulkan kebisingan) (Husnan dan Muhammad 2000)

3. Aspek manajemen dan hukum

“Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup penting dianalisis untuk kelayakan suatu usaha. Karena walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan, tanpa didukung dengan manajemen dan

organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan” (Kasmir 2009). Aspek manajemen dan hukum dapat dikatakan layak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Manajemen sumberdaya manusia dan manajemen organisasi yang terdapat pada usaha ini telah dilakukan dengan baik. Hal ini dicirikan oleh adanya struktur organisasi serta adanya pembagian dan deskripsi tugas yang jelas darimasing-masing jabatan yang ada.

b. Perusahaan memiliki badan hukum dengan kekuatan dan konsekuensi yang mendukung berjalannya usaha ini, memiliki akta, sertifikat atau surat izin yang diperlukan untuk menjalankan usaha (Husnan dan Muhammad 2000).

4. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya

“Setiap usaha yang dijalankan tentunya akan memeberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dan negatif ini akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik pengusaha itu sendiri, pemerintah, ataupun masyarakat luas. Dalam aspek ekonomi dan sosial dampak positif yang diberikan dengan adanya investasi lebih ditekankan kepada masyarakat khususnya dan pemerintah umumnya” (Kasmir 2009). Dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan seperti penambahan kesempatan kerja (pengurangan pengangguran), dan peluang peningkatan pendapatan masyarakat (Nurmalina et al. 2010). Aspek sosial, ekonomi dan budaya dikatakan layak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Mampu meningkatkan kesempatan kerja yang dicirikan dengan adanya penyerapan tenaga kerja dari usaha yang dilakukan.

b. Mampu meningkatkan pendapatan masyarakat Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor

5. Aspek lingkungan

Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Hal ini penting untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan bila suatu usaha/ kegiatan investasi dijalankan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak terhadap ada yang langsung timbul, dan ada juga yang baru akan timbul dimasa yang akan datang (Kasmir 2009). Pada aspek lingkungan yang akan dikaji adalah dampak yang terjadi untuk lingkungan sekitar akibat usaha pembungaan anggrek pot. Usaha anggrek pot pada aspek lingkungan dapat dikatakan layak bila bisnis tidak memberikan dampak yang merugikan lingkungan sekitar.

Analisis Kelayakan Aspek Finansial

Aspek finansial dilakukan untuk membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan suatu bisnis yang dijalankan. Analisis finansial mengkaji berbagai kebutuhan dana yang digunakan dalam usaha pembungaan anggrek pot, baik kebutuhan dana untuk biaya tetap, biaya investasi, biaya variabel, dan biaya lainnya. Aspek ini akan dianalisis dengan membuat cash flow dan kelayakan usaha dilihat dari analisis laba rugi serta kriteria kelayakan investasi. Analisis kelayakan investasi bisnis merupakan suatu kegiatan menganalisis secara mendalam tentang suatu investasi bisnis yang akan dijalankan dalam rangka

menentukan keputusan layak tidaknya investasi tersebut dibiayai (Halim 2013). Kriteria kelayakan ivestasi yang digunakan diantaranya: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP) serta dilakukan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga input dan penuruna jumlah poduksi.

Analisis kriteria kelayakan investasi

Terdapat beberapa kriteria kelayakan investasi menurut Nurmalina et al (2010), analisi kriteria kelayakan investasi yang akan dikaji diantaranya:

a. Net Present Value (NPV)

Menurut (Nurmalina et al.2010) Net Benefit merupakan selisih antara cash inflow dengan cash outflow yang terjadi pada setiap tahun. Net Benefit selanjutnya di discounted dengan opportunity cost of capital menghasilkan present value. Jumlah dari hasil present value net benefit menghasilkan NPV. penentuan nilai NPV secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

NPV = Net Present Value sampai dengan tahun ke-t Bt = Manfaat pada tahun t (Rp)

Ct = Biaya pada tahun t (Rp)

t = Tahun kegiatan bisnis (t = 1,2,3,....,n) i = Tingkat suku bunga (%)

n = Umur proyek

Dalam evaluasi suatu proyek investasi, apabila perhitungan NPV ≥ 0 maka proyek tersebut layak untuk dijalankan. Jika nilai NPV = 0, maka proyek tersebut berada pada posisi tidak menguntungkan dan tidak merugikan, dengan kata lain proyek tersebut berada pada posisi break event point (BEP) dimana TR=TC. Jika nilai NPV ≤ 0, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan.

b. Internal Rate of Return (IRR)

IRR menunjukkan kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan persentase keuntungan setiap tahunnya dan menunjukkan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai discounted factor yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Untuk menentukan berapa tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif (Umar 1997). Metode tersebut diformulasikan dengan rumus berikut (Nurmalina et al 2010):

Keterangan :

IRR = Tingkat pengembalian internal

NPVı = Nilai Net Present Value yang positif NPV2 = Nilai Net Present Value yang negatif

i1 = Tingkat suku bunga pada tahun NPV positif

i2 = Tingkat suku bunga pada tahun NPV negatif

Suatu usaha dinyatakan layak untuk dikembangkan jika nilai IRR lebih besar dari DR atau tingkat suku bunga berlaku. Jika IRR sama dengan DR atau tingkat suku bunga berlaku maka usaha dinyatakan tidak untung atau tidak rugi. Sedangkan usaha dinyatakan tidak layak untuk dikembangkan jika IRR kurang dari tingkat suku bunga berlaku.

c. Net Benefit Cost Ratio B/C Ratio

Menurut (Nurmalina et al 2010) Net B/C ratio adalah ratio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif, dengan kata lain manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu-satuan kerugian dari bisnis tersebut. secara matematis dapat dihitung dengan Rumus sebagai berikut:

NET B / C = ∑ Keterangan:

Bt = Manfaat pada tahun t (Rp) Ct = Biaya pada tahun t (Rp)

t = Tahun kegiatan bisnis (t = 1,2,3,....,n) i = Tingkat suku bunga (%)

n = Umur proyek

Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C ≥ 1, dan dikatakan tidak layak bila Net B/C ≤ 1.

d. Payback Period

Payback period adalah waktu minimum untuk mengembalikan investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total penerimaan dikurangi semua biaya. Semakin pendek payback period, menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut semakin cepat kembali. Untuk menghitung payback period mula-mula dihitung arus penerimaan kas, kemudian manfaat bersih dikumulatifkan dari tahun ke tahun dan dihitung rata-ratanya. Nilai Payback period dapat dihitung dari pembagian investasi dengan net benefit rata-rata (Nurmalina et al 2010). Periode pengembalian dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya

Payback period tidak dipakai untuk menilai layak tidaknya suatu proyek tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya. Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan uang. e. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas perlu untuk dilakukan, karena dalama analisis suatu usaha atau bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi diwaktu yang akan datang (Kadariah 1996). Teknik analisis sensitivitas harus diperhatikan oleh analis yang menilai kelayakan suatu bisnis akibat dari perubahan-perubahan yang mempengaruhi kelayakan bisnis tersebut. Faktor-faktor perubahan yang mungkin dapat terjadi pada bisnis tersebut akan diidentifkasi (Nurmalina et al. 2010). Gitinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (switching value). Switching value merupakan penghitungan untuk mengukur “perubahan maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output atau penurunan harga output) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi). Oleh karena itu perubahan jangan melebihi nilai tersebut, bila melebihi maka bisnis akan menjadi tidak layak utuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu pada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).

Asumsi Dasar yang Digunakan

Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini perlu dipaparkan secara jelas untuk menyamakan persepsi. Selain itu, dalam menganalisis kelayakan usaha anggrek pot di kelompok tani Mitra Permata Anggrek secara perlu digunakan beberapa asumsi. Adapun asumsi yang digunakan antara lain :

1. Umur bisnis ditetapkan selama 10 tahun berdasarkan investasi yang mengeluarkan biaya terbesar yaitu screen house.

2. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia tahun 2014 yakni sebesar 7,5 persen per tahun. 3. Kapasitas screen house sebesar 60 persen dari luasan lahan screen house,

berdasarkan jarak tanam yang digunakan untuk pot ukuran 18-25 cm. 4. Perhitungan penyusutan investasi menggunakan metode garis lurus

dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis komponen investasi berdasarkan metode akuntansi.

5. Pada analisis switching value, diasumsikan terjadi 2 situasi, yakni perubahan harga input (bibit) dan turunnya jumlah produksi berdasarkan pengalaman petani anggrek di Kelompok Tani Mitra Permata Anggrek. 6. Harga jual anggrek berbeda setiap komoditi, harga jual juga berdasarkan

kualitas bunga, yakni: Bunga anggrek Dendrobium dengan kuaitas standar dijual dengan harga Rp 25 000-30 000 per pot, bunga anggrek bulan besar berkualitas standar dijual dengan harga Rp 125 000 per pot, bunga anggrek bulan mini berkualitas standar dijual dengan harga Rp 75 000 per pot dan

untuk bunga anggrek Vanda berkualitas standar dijual dengan harga Rp 140 000 per pot. Harga tersebut akan berbeda bila kualitas bunga tidak memenuhi standar, biasanya anggrek Dendrobium yang tidak memenuhi standar dijual dengan harga Rp 10 000 per pot (ketua POKTAN Mitra Permata Anggrek 2014).

7. Penetuan persentase dalam 4 skenario yang digunakan berdasarkan permintaan pasar akan varietas anggrek, dan ketentuan penggunaan lapisan ketebalan paranet screen house.

8. Ketentuan ketebalan penggunaan lapisan paranet pada screen house berdasarkan standar penerimaan cahaya matahari yang sesuai untuk varietas anggrek Dendrobium, Vanda dan Phalaenopsis.

9. Ketentuan pajak yang digunakan berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013"Usaha yang memiliki omzet di atas Rp 4,8 miliar per tahun atau Rp 400 juta per bulan dikenakan PPN 10%, di bawah omzet Rp 4,8 miliar per tahun dikenakan PPN sebesar 1%”.

Dokumen terkait