• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan usaha Anggrek pot Mita Permata Anggrek di Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan usaha Anggrek pot Mita Permata Anggrek di Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ANGGREK POT

MITRA PERMATA ANGGREK DI KELURAHAN

PASIR MULYA KOTA BOGOR

YUNITA FADHILAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Anggrek Pot Mitra Permata Anggrek di Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Yunita Fadhilah NIM H34124049

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak

(4)
(5)

ABSTRAK

YUNITA FADHILAH. Analisis Kelayakan Usaha Anggrek Pot Mitra Permata Anggrek di Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor. Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI.

Anggrek pot merupakan salah satu produk florikultura yang berpotensi untuk diusahakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan usaha anggrek pot Mitra Permata Anggrek, dengan menganalisis 3 varietas yakni varietas Dendrobium, Vanda dan Phalaenopsis. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi, dan aspek lingkungan. Analisis finansial ditentukan dari beberapa kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C dan Payback Periode. Analisis finansial dilakukan dengan 4 skenario dan menunjukkan hasil bahwa usaha layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan untuk menguji kelayakan usaha pada 2 kondisi yakni naiknya harga input (bibit) dan penurunan jumlah produksi dengan menghitung persentase switching value. Hasil dari uji sensitivitas terhadap 4 skenario menunjukkan bahwa pada kondisi naiknya harga input bibit usaha anggrek pot yang paling sensitif adalah skenario 3. Hasil uji sensitivitas penurunan jumlah produksi menunjukkan bahwa usaha yang paling sensitif adalah skenario 1.

Kata kunci: anggrek pot, kelayakan usaha, skenario

ABSTRACT

YUNITA FADHILAH. Feasibility Analysis Business of Orchid Pot Mitra Permata Anggrek in Pasir Mulya Kota Bogor. Supervised by TINTIN SARIANTI.

Orchid pot is one of floriculture product that has the potential to be developed . The purpose of this study is to analyze the feasibility of orchid pots business Mitra Permata Anggrek, by analyzing the 3 varieties of varieties of Dendrobium, Vanda and Phalaenopsis. The analytical method used is the analysis is non-financial aspects such us the market, technical aspects, management and legal aspects, social aspects of economic, and environmental aspects. Financial analysis of investments is determined on several criteria such as NPV, IRR, Net B / C and Payback Period. Non-financial analysis is done with 4 scenarios, and the result is business orchid pots is proper to operation. Sensitivity analysis is performed to test the feasibility of the two conditions that the rising price of inputs (seeds) and reduction in the amount of production with calculate switching value. Results of test sensitivity for 4 scenarios show in conditions that the rising price of inputs (seeds), Orchid pot business use the 3 scenario its more sensitif. The results of test sensitivity reduction in the amount of production is Orchid pot business use the 3 scenario its more sensitif.

(6)
(7)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ANGGREK POT

MITRA PERMATA ANGGREK DI KELURAHAN

PASIR MULYA KOTA BOGOR

YUNITA FADHILAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014 Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 adalah Analisis Kelayakan Usaha Anggrek Pot pada Kelompok Tani Mitra Permata Anggrek DiKelurahan Pasir Mulya Kota Bogor.

Penulis menyadari bahwa kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini dapat terselesaikan karena bantuan beberapa pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Tintin Sarianti SP, MM selaku dosen pembimbing atas segala arahannya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir.Rita Nurmalina MS, selaku dosen evaluator dan penguji utama atas koreksi dan arahan terhadap proposal dan ujian sidang penelitian ini. Terimakasih juga disampaikan kepada Ibu Yusi selaku ketua kelompok tani dan seluruh anggota kelompok tani Mitra Permata Anggrek, dan pihak-pihak yang telah membantu selama kegiatan penelitian ini. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, adik atas segala doa dan motivasinya. Terimakasih juga disampaikan kepada teman-teman Alih Jenis Agribisnis angkatan tiga atas motivasinya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

TujuanPenelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 6

Budidaya Anggrek 6

Pemasaran Anggrek 7

Metode Penelitian Kelayakan 7

Kriteria Investasi 8

Analisis Sensitivitas 8

Hasil Analisis Kelayakan 9

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Kerangka Pemikiran Operasional 14

METODE PENELITIAN 16

Lokasi dan Waktu Penelitian 16

Jenis dan Sumber Data 16

Metode Pengumpulan Data 16

Metode Analisis Data 17

Asumsi Dasar yang Digunakan 22

GAMBARAN UMUM 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 26

Analisis Aspek Non finasial 26

Analisis Aspek Finasial 72

SIMPULAN DAN SARAN 88

DAFTAR PUSTAKA 89

RIWAYAT HIDUP 138

DAFTAR TABEL

1 Produksi tanaman hias di Indonesia tahun 1997-2012 1 2 Proyeksi arus masuk anggrek pot skenario 1 74 3 Proyeksi arus masuk anggrek pot skenario 2 74 4 Proyeksi arus masuk anggrek pot skenario 3 75 5 Proyeksi arus masuk anggrek pot skenario 4 75

6 Nilai sisa investasi usaha anggrek pot 76

(14)

8 Biaya penyusutan investasi usaha anggrek pot 77

9 Biaya reinvestasi usaha anggrek pot 78

10 Biaya tetap usaha anggrek pot 79

11 Biaya variabel usaha anggrek pot skenario 1 80 12 Biaya variabel usaha anggrek pot skenario 2 81 13 Biaya variabel usaha anggrek pot skenario 3 82 14 Biaya variabel usaha anggrek pot skenario 4 82 15 Analisis laba rugi usaha anggrek pot skenario 1 83 16 Analisis laba rugi usaha anggrek pot skenario 2 84 17 Analisis laba rugi usaha anggrek pot skenario 3 84 18 Analisis laba rugi usaha anggrek pot skenario 4 85 19 Analisis kelayakan investasi usaha anggrek pot skenario 1, skenario 2,

skenario 3 dan skenario 4 86

20 Switching value terhadap kenaikan harga input (bibit) usaha anggrek pot skenario 1, skenario 2, skenario 3 dan skenario 4 87 21 Switching value terhadap penurunan jumlah produksi skenario 1,

skenario 2, skenario 3, dan skenario 4 88

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan kerangka operasional 15

2 Struktur organisasi kelompok tani Mitra Permata Anggrek 26 3 Produk anggrek di kelompok tani Mitra Permata Anggrek (a) varietas Phalaenopsis (b) varietas Vanda (c) varietas Dendrobium 28 4 Bibit usia remaja anggrek pot varietas Dendrobium 34

5 Kegiatan penyiraman tanaman anggrek 36

6 (a) Pupuk tanaman anggrek (b) zat pengatur tumbuh tanaman anggrek (c) fungisisda tanaman anggrek (d) insectisida tanaman anggrek 37

7 Kegiatan pensortiran tanaman 38

8 Kegiatan penggantian media tanam 38

9 Contoh tanaman anggrek keki 39

10 Kegiatan pengepakkan 40

11 Layout screen house skenario 1 40

12 Layout screen house skenario 2 50

13 Layout screen house skenario 3 59

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman anggrek 2009-2012 91

2 Jenis dan sumber data 92

3 Cashflow skenario 1 93

4 Cashflow skenario 2 96

5 Cashflow skenario 3 99

6 Cashflow skenario 4 102

7 Cashflow switching value kenaikan harga input bibit skenario 1 105 8 Cashflow switching value kenaikan harga input bibit skenario 2 108 9 Cashflow switching value kenaikan harga input bibit skenario 3 111 10 Cashflow switching value kenaikan harga input bibit skenario 4 114 11 Cashflow switching value penurunan jumlah produksi skenario 1 117 12 Cashflow switching value penurunan jumlah produksi skenario 2 120 13 Cashflow switching value penurunan jumlah produksi skenario 3 123 14 Cashflow switching value penurunan jumlah produksi skenario 4 126

15 Laba rugi skenario 1 129

16 Laba rugi skenario 2 131

17 Laba rugi skenario 3 133

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditi dari tanaman hias yang potensial dalam industri florikultura adalah bunga anggrek. Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan secara komersial. Anggrek sangat diminati masyarakat karena memiliki warna dan bentuk bunga yang beragam. Menurut para ahli botani, di dunia terdapat lebih dari 30 000 spesies anggrek alam. Di Indonesia, plasma nutfah anggrek diperkirakan lebih dari 5000 jenis anggrek alam (Rukmana 2000), dari 5000 spesies anggrek yang ada sebanyak 1 327 spesies tumbuh di Pulau Jawa, dan selebihnya tumbuh di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua (Direktorat Jendral Hortikultura Kementerian Pertanian 2011).

Menurut data Badan Pusat Statistik 2013, bunga anggrek memiliki nilai produksi yang fluktuatif, tetapi terus meningkat mulai tahun 2010 hingga tahun 2012, berdasarkan data sementara penurunan terjadi pada tahun 2013 (Tabel 1). Data menunjukkan bahwa jumlah produksi anggrek tahun 2013 lebih rendah dari produksi tahun 2011. Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat terlihat bahwa anggrek memiliki potensi, karena merupakan urutan ketiga dari jumlah produksi tanaman hias, yakni setelah bunga krisan dan mawar.

Tabel 1 Produksi tanaman hias di Indonesia tahun 1997-2012 Tahun Anggrek Kuping

Gajah

Gladiol Pisang-pisangan

Krisan Mawar

(Tangkai) (Tangkai) (Tangkai) (Tangkai) (Tangkai) (Tangkai) 1997 6 502 669 4 282 433 12 504 879 1 027 474 10 062 753 17 270 983 1998 7 780 202 1 673 465 6 471 772 929 683 4 445 770 63 291 838 1999 3 206 992 404 127 2 532 171 463 890 1 468 213 33 594 352 2000 3 260 858 583 728 4 843 188 384 464 2 281 125 50 038 246 2001 4 450 787 773 299 4 448 199 448 338 7 387 737 84 951 741 2002 4 995 735 1 006 075 10 876 948 797 139 25 804 630 55 708 137 2003 6 904 107 1 263 770 7 113 901 681 919 27 406 464 50 766 656 2004 8 027 720 1 285 061 16 686 134 804 580 27 683 449 61 540 963 2005 7 902 403 2 615 999 14 512 619 1 131 568 47 465 794 60 719 517 2006 10 703 444 2 017 535 11 195 483 1 390 117 63 716 256 40 394 027 2007 9 484 393 2 198 990 11 271 385 1 427 048 66 979 260 59 492 699 2008 15 309 964 2 627 498 8 581 395 5 278 477 101 777 126 39 265 696 2009 16 205 949 3 833 100 9 775 500 4 124 174 107 847 072 60 191 362 2010 14 050 445 7 655 542 10 064 082 2 961 385 185 232 970 82 351 332 2011 15 490 256 4 724 730 5 448 740 2 791 257 305 867 882 74 319 773 2012 20 727 891 6 731 211 3 417 580 3 306 604 397 651 571 68 624 998 2013*) 15 456 959 3 154 300 1 582 422 2 074 305 383 984 867 74 449 317 Catatan : *) Angka sementara

(18)

Jangkauan pemasaran bunga anggrek Indonesia tidak hanya dalam negeri tetapi juga di ekspor ke beberapa negara, walaupun Indonesia juga masih melakukan impor bunga anggrek, volume ekspor bunga anggrek tahun 2012 menunjukan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impornya. Volume impor anggrek pada tahun 20121 sebanyak 4,30 ton dan volume ekspor mencapai 57,61 ton. Data tersebut juga menunjukkan potensi bagi usaha anggrek. Industri anggrek Indonesia selama ini sudah banyak diminati oleh para pelaku usaha, baik dalam negri maupun permodalan asing. Menurut Direktorat Jenderal

Holtikultura 2011, Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya

genetika hayati terbesar kedua setelah Brazil, hal ini merupakan modal dasar bagi Indonesia untuk mengembangkannya secara mandiri menuju ekonomi fortikultura yang berdayasaing, akan tetapi hasil produksi bunga anggrek menurun pada tahun 2013 (BPS 2013), hal ini menandakan bahwa pelaku usaha anggrek belum memanfaatkan potensi yang dimiliki seoptimal mungkin.

Jumlah penawaran anggrek di Indoonesia lebih kecil dibandingkan dengan jumlah permintaan anggrek. Hal tersebut dapat dibuktikan dari beberapa nursery selalu terjadi kekurangan produksi atau belum mamapu memenuhi permitaan pasar. Penyebab dari kurangnya jumlah produksi tersebut dikarenakan pertumbuhan permintaan anggrek yang cepat dan tidak disertai dengan pertumbuhan dari penyediaan produk anggrek yang cepat. Jumlah penggemar anggrek yang menjadi target pasar juga semakin bertambah, terutama setelah krisis moneter (Setiawan 2002).

Anggrek telah berkembang di beberapa daerah di Indonesia, tentunya pada daerah yang memiliki agroklimat yang sesuai untuk pengembangan anggrek. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki beberapa pelaku usaha komoditi anggrek. Hasil produksi bunga anggrek di Jawa Barat memiliki nilai yang tertinggi, bila dibandingkan dengan hasil produksi di beberapa daerah lainnya pada tahun 2009 hingga 2010. Data produksi bunga anggrek di Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran 1.

Berdasarkan data pada lampiran 1 dapat terlihat bahwa tahun 2012 baik luas panen maupun produksi anggrek mengalami peningkatan, walaupun luas panen hanya meningkat sedikit, tetapi peningkatan hasil produksinya mengalami peningkatan yang tajam. Terjadinya hal tersebut dikarenakan meningkatnya permintaan anggrek dari tahun ketahun, karena semakin banyak fungsi bunga anggrek. Tidak hanya untuk karangan bunga, dan hiasan ruangan, tetapi juga untuk upacara penyelamatan, duka cita dan hiasan acara pesta. Tingginya permintaan tersebut juga di dukung oleh beberapa pemerintah daerah, yakni mengembangkan usaha anggrek di beberapa daerah potensial.

Jawa Barat merupakan sentral produksi anggrek di Indonesia, Bogor merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah produksi anggrek tinggi sebesar 3 825 712 tangkai2.Pelaku usaha anggrek di Kota Bogor bergerak di jenis

1

Ndik. 2014. Volume, nilai impor dan ekspor florikultura tahun 2012.

http://hortikultura.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=340: volume-nilai-impor-dan-ekspor-flori-th2012&catid=57:ekspor-impor&Itemid=473. [diakses Mei 2014]

2

(19)

usaha yang berbeda-beda, seperti pembibitan, pembungaan anggrek pot, dan anggrek potong. Kecamatan Gunung Sindur merupakan daerah sentral produksi bunga anggrek potong, sedangkan untuk Kota Bogor merupakan daerah produksi bunga anggrek pot.

Diantara ragam jenis bunga anggrek, jenis anggrek yang cocok dan banyak di budidayakan di Kota Bogor adalah anggek varietas Dendrobium (anggrek simpodial), varietas Phalaenopsis (anggrek bulan), dan varietas Vanda (anggrek monopodial). Pemilihan ketiga varietas ini dikarenakan anggrek Dendrobium memiliki daya adaptasi yang tinggi, mudah dibudidayakan, memiliki banyak variasi warna dan bentuk bunga, (TRUBUS 2005), sehingga anggrek dendrobium memiliki jumlah permintaan yang tinggi. Anggrek vanda dan anggrek bulan memiliki harga jual yang relatif tinggi dibandingkan dengan dendrobium, sehingga para petani tertarik untuk mengusahakan anggrek jenis tersebut.

Jenis usaha anggrek yang beragam membuat para pelaku usaha anggrek di Kota Bogor juga beragam. Anggrek pot merupakan salah satu jenis usaha yang masih sedikit pelakunya di Kota Bogor, tetapi cukup banyak diusahakan di Kabupaten Bogor. Permintaan anggrek pot cukup banyak, dan usaha anggrek pot di Kota Bogor belum mampu untuk memenuhi permintaan anggrek pot. Kelompok Tani Mitra Permata Anggrek di Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor merupakan salah satu yang mengusahakan anggrek pot. Sistem yang digunakan oleh kelompok tani tersebut adalah unit usaha (beberapa orang bergabung dalam membuat screen house dan menjalankan usaha) sebanyak 2 unit, namun ada pula anggota kelompok yang memiliki screen house dan menjalankan usahanya sendiri. Permintaan anggrek di Kelompok Tani Mitra Permata Anggrek besar, dan terus bertambah setiap tahunnya. Hasil produksi anggrek pot dari Kelompok Tani Mitra Permata Anggrek tidak hanya dijual di Kota Bogor, tetapi juga ke beberapa Kota Lain termasuk diluar pulau Jawa. Aktivitas usaha kelompok tani Mitra Permata Anggrek merupakan salah satu yang terbaik di Provinsi Jawa Barat, oleh karena itu peneliti memilih lokasi tersebut untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian.

Perumusan Masalah

Mitra Permata Anggrek merupakan salah satu kelompok tani yang melakukan usahatani komoditi anggrek di Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor. Terdapat banyak ragam jenis anggrek dan jenis usaha anggrek, salah satu jenis usaha anggrek adalah usaha anggrek pot, beberapa jenis anggrek yakni Dendrobium, Phalaenopsis, dan Vanda merupakan jenis anggrek yang di usahakan oleh para petani di Kelurahan Pasir Mulya tersebut.

Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh Kota Bogor, serta beberapa fasilitas yang mendukung, maka Dinas Pertanian Kota Bogor berencana untuk menjadikan Bogor sebagai Kota Anggrek3. Dibuatnya perencanaan ini berdasarkan beberapa

3

(20)

hal, diantaranya: Bogor memiliki anekaragam spesies anggrek, yang tersedia di Rumah Anggrek Kebun Raya Bogor, memiliki LIPI sebagai lembaga yang dapat

melakukan perakitan varietas unggul yang sesuai dengan konsidisi angroklimat dan topografi kota Bogor, serta dapat berproduksi dengan baik pembungaannya, selain itu juga terdapat IPB (Institut Pertanian Bogor) yang dapat melakukan penelitian lebih lanjut dari berbagai bidang.

Terdapat 5 varietas anggrek komersial yang menguasai lebih dari 80 persen pasar anggrek, yakni: varietas Dendrobium, Phalaenopsis, Vanda, Cattleya dan Oncidium. Dari kelima varietas tersebut 3 varietas utama memiliki jumlah permintaan yang lebih besar. Jumlah produksi anggrek masih belum mampu memenuhi permintaan pasar terhadap anggrek, oleh karena itu masih terbuka peluang untuk usaha anggrek. untuk mencapai atau mensukseskan perencanaan yang dibuat oleh Dinas Pertanian Kota Bogor maka diperlukan penambahan pelaku usaha anggrek. Jumlah pelaku usaha anggrek pot terbatas, sementara itu permintaan anggrek pot terus meningkat, dan biaya investasi yang tinggi. Beberapa hal tersebut dapat dijadikan alasan untuk mengkaji kelayakan usaha anggrek pot terhadap tiga varietas anggrek yang diusahakan di Mitra Permata Anggrek.

Perencanaan usaha anggrek pot yang akan dikaji berdasarkan pada 4 skenario. Skenario 1 adalah dengan usaha anggrek pot varietas Dendrobium 100 persen. Skenario yang ke-2 adalah usaha anggrek pot varietas Dendrobium 80 persen dan vanda 20 persen. Skenario ke-3 adalah usaha anggrek potvarietas Phalaenopsis 50 persen dan Dendrobium 50 persen. Skenario yang ke-4 adalah varietas Phalaenopsis 100 persen. Keempat skenario tersebut dibuat berdasarkan besarnya permintaan anggrek, kemampuan penggabungan varietas dalam usaha anggrek berdasarkan agroklimat seperti suhu, kelembaban, ketinggian dan kemampuan tanaman anggrek varietas tertentu dalam menerima sinar matahari Keempat skenario tersebut akan diasumsikan diusahakan dengan luasan lahan yang sama dan teknologi screen house yang sama.

Perencanaan usaha anggrek pot yang dilakukan di Mitra Permata Anggrek, juga dilakukan analisis terhadap kepekaan usaha anggrek pot pada keadaan tertentu. Analisis sensitivitas dengan switching value dilakukan dengan asumsi apabila terjadi hal yang tidak terduga selama masa menjalankan usaha, seperti naiknya harga input, turunnya jumlah produksi, dalam dua kondisi tersebut apakah usaha masih tetap dalam kondisi layak untuk dijalankan atau tidak. Hal ini baik dikaji agar dapat memberikan informasi kepada masyarakat lain yang mungkin berniat membuka usaha anggrek pot di Kota Bogor, sehingga mereka memperoleh keuntungan kelak, dan bukan merugi, karena usaha anggrek membutuhkan investasi yang tidak sedikit, dibutuhkan screen house untuk tempat membudidayakannya.

Berdasarkan penggambaran kondisi di Mitra Permata Anggrek, maka dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian, yakni:

(21)

2. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) dengan switching value terhadap usaha anggrek pot Mitra Permata Anggrek, terhadap kondisi naiknya harga input, turunnya jumlah produksi bunga?

TujuanPenelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis usaha anggrek pot berdasarkan kriteria kelayakan aspek non finansial dan aspek finansial pada Kelompok Tani Mitra Permata Anggrek di Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor, dengan 4 skenario (Dendrobium 100%, Dendrobium 80% dan Vanda 20%, Dendrobiun 50% dan Phalaenopsis 50%, Phalaenopsis 100%). Menganalisis usaha anggrek pot pada skenario berapa yang paling baik untuk dijalankan oleh Kelompok Tani Mitra Permata Anggrek diantara 4 skenario tersebut.

2. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) dengan switching value terhadap usaha pembungaan anggrek pot pada Kelompok Tani Mitra PermataAnggrek, terhadap kondisi naiknya harga input, dan turunnya produksi bunga.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi petani, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai kegiatan usaha yang selama ini dijalankan layak atau tidak untuk dijalankan.

2. Bagi masyarakat luas, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi:masih terdapat peluang atau tidaknya dalam usaha pembungaan anggrek di Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor.

3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan perencanaan pengembangan daerah dan pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan usaha pembungaan anggrek. 4. Sebagai bahan informasi dan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

(22)

akan dibahas dibatasi pada perhitungan laba rugi, kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari NPV, IRR, Net B/C dan tingkat pengembalian atau Payback Periode. Selain itu dilakukan juga analisis sensitivitas.

TINJAUAN PUSTAKA

Budidaya Anggrek

Media tumbuh yang digunakan untuk kegiatan budidaya anggrek berbeda-beda, dengan kandungan yang berbeda disetiap media, penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa media tumbuh yang sering digunakan untuk budidaya anggrek adalah: pakis, arang, potongan kayu, dan sabut kelapa Widiastoety et al. (1994). Akan tetapi penelitian lain Widiastoety dan Suwanda (1989) juga menambahkan mos dan kulit pinus sebagai media tanam anggrek. hasil penelitian lain juga menyatakan Screen house merupakan teknologi yang biasa digunakan sebagai naungan dalam proses budidaya anggrek, dan screen house juga merupakan salah satu dari investasi usaha anggrek, pernyataan tersebut berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Zulkarnain (2009), dan Septiani (2013).

Anggrek Dendrobium dapat tumbuh dengan baik pada intensitas cahaya tertentu dan membutuhkan naungan dalam proses budidayanya. Pemberian naungan yang tepat dapat meningkatkan produksi bunga anggrek. Anggrek Dendrobium lebih baik dibudidayakan dengan intensitas cahaya 55 persen, dengan intensitas cahaya tersebut dapat mendorong pertumbuhan daun dan pembentukan tunas pada tanaman anggrek Dendrobium. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Widyastoety et al. (1995) dan Prasetio, Solvia (2000). Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahawa dengan naungan 55 persen juga dapat menghasilkan produksi bunga tertinggi dibandingkan dengan produksi bunga dengan naungan 65 persen dan 75 persen (Prasetio, Solvia 2000). Hasil penelitian Ridwan (2004) menunjukkan bahwa anggrek Phalaenopsis untuk pertumbuhannya memerlukan intensitas cahaya yang tidak terlalu tinggi, berkisar antara 20-50 pesen.

(23)

bagian daun tanaman. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman anggrek dapat dilakukan dengan cara kimiawi dan mekanik, seperti memotong dan membakar bagian tanaman yang terkena penyakit, sedangkan cara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida.

Pemasaran Anggrek

Bunga anggrek memiliki keragaman jenis, bentuk, dan warna. Beberapa hal tersebut yang membuat permintaan bunga anggrek cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pernyataan tersebut didasari oleh hasil penelitian Zulkarnain (2009), dan Septiani (2013). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pemilihan anggrek adalah jenis, warna, harga, ketahanan, dan jumlah kuntum pertangkai. Jenis anggrek yang paling disukai adalah Dendrobium dengan ketahana berkisar 5-7 hari pada suhu kamar (suhu 28-30 0C, RH 85 persen), dan jumlah kuntum pertangkai 8-17 kuntum. Pernyataan tersebut berdasarkan hasil penelitian Nurmalinda etal. (1999). Pelaku usaha bunga anggrek memiliki cara yang berbeda-beda dalam kegiatan pemasaran hasil produknya. Hasil penelitian Ridwan (2004) memasarkan produknya ke beberapa konsumen baik dalam negeri maupun luar negeri, produk yang dijual tidak hanya diproduksi sendiri tetapi juga dengan cara bermitra dengan para produsen atau petani anggrek. hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh Septiani (2013) yang hanya menjual produknya dipasar dalam negeri, dan konsumen dapat datang langsung ke lokasi untuk memilih produk anggrek yang akan dibeli atau dapat melakukan pemesanan lewat telepon dan kemudian produk anggrek akan dikirimkan ke alamat konsumen. Pengirirman kepada konsumen juga dapat merupakan pengiriman yang biasa ataupun pengiriman kilat, dengan seluruh biaya pengiriman ditanggung oleh konsumen.

Metode Penelitian Kelayakan

Metode pemilihan lokasi penelitian analisis kelayakan yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya Sumantri et al.(2004), dan Ariesa, Tinaprilla (2012) adalah secara sengaja (purposive), sedangkan beberapa peneliti lain tidak menjelaskan alasan penetuan lokasi penelitian, seperti penelitian yang dilakukan oleh Purwoko et al. dan Trisusantietal. Tetapi jenis dan sumber data yang digunakan oleh seluruh peneliti tersebut merupakan data primer dan sekunder.

Penelitian mengenai analisis kelayakan pada umumnya menggunakan tiga metode analisis, yakni analisis finansial, analisis non finansial, dan analisis sensitivitas. Pernyataan tersebut berdasarkan hasil penelitianSusanti (2013), dan Sari (2008), namun beberapa penelitian lain tidak menggunakan analisis sensitivitas, sperti hasil penelitian Ridwan (2004) dalam penelitiannya Ridwan mengkaji analisis switching value.

(24)

Sedangkan hasil penelitian lainnya menunjukan bahwa aspek sosial ekonomi tidak digunakan Saputraet al.(2013). Penelitian aspek pasar biasanya mengkaji tentang bauran pemasaran yang terdiri dari 4, yakni: produk, place, price, dan promosi.Penelitian aspek teknis akan mengkaji tentang proses produksi bunga mulai persiapan, penanaman, pemupukan, penanganan hama penyakit hingga panen. Aspek manajemen akan mengkaji struktur organisasi dan deskripsi kerja (tenaga kerja) di tempat usaha yang dikaji. Pernyataan ini didasarkan pada hasil penelitian Susanti (2013), dan Sari (2008). Hasil penelitian Susanti (2013) menambahkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, yang dikaji adalah dampak adanya usaha pembibitan anggrek di daerah tersebut terhadap penyerapan tenaga kerja dan penerimaan oleh masyarakat sekitar. Sedangkan hasil penelitian Sari (2008) tidak mengkaji hal tersebut.

Kriteria Investasi

Penelitian mengenai kelayakan usaha komoditi anggrek perlu untuk dilakukan, karena biaya investasi yang dikeluarkan tidaklah sedikit, sehingga sebelum menjalankan usaha perlu dilakukan analisis usaha tersebut layak atau tidak untuk dijalankan. Beberapa peneliti yang menganalisis kelayakan usaha komoditi anggrek adalah Zukarnain (2009), Septiani (2013), Ridwan (2004), dan Damayanti (2011). Segmentasi usaha yang ditelitia dari ke empat peneliti tersebut berbeda-beda, tetapi keempatnya menganalisis investasi usaha komoditi anggrek.

Pengkajian aspek finansial biasanya menggunakan kriteria investasi. Penelitian sebelumnya juga menunjukan variabel yang digunakan dalam analisis finansial seperti: Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (NetB/C), Internal Rate of Return(IRR), danPayback Period (PP), hal tersebut menurut Ariesa dan Tinaprilla (2012), Septiani (2013) dan Zulkarnain (2009) sedangkan hasil penelitian (Swastawati 2011) tidak menggunakan vaeriabel (Net B/C), tetapi menggunakan variabel Profitability Index (PI). Hasil penelitian Saputra et al.(2013) menunjukkan hal yang lebih berbeda, dimana dalam analisis finasial variabel yang digunakan adalah Harga Pokok Produksi (HPP), Total Product Cost (TPC), Break Event Point (BEP), Internal Rate of Return (IRR), Minimum Atractive Rate of Return (MARR), Net Present Value (NPV), dan Pasar Potensial (PP). Hasil penelitian Damayanti (2011) juga mengganalisis BEP pada analisis finansial anggrek pot.

Analisis Sensitivitas

(25)

Analisis switching value merupakan bagian dari analisis sensitivitas untuk melihat perubahan maksimal yang masih dapat ditoleransi, analisis ini juga digunakan untuk melihat kondisi kelayakan usaha anggrek yang paling sensitif dipengaruhi oleh variabel apa. Pernyataan tersebut berdasarkan hasil penelitian Susanti (2013). Hasil penelitian Sari (2004) menunjukkan bahwa analisis switching value dilakukan pada penurunan harga jual bunga, kenaikan harga pupuk, obat-obatan serta upah tenaga kerja pria dan wanita.

Hasil Analisis Kelayakan

Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha anggrek walaupun dengan segmen usaha dan permasalahan yang berbeda cenderung menunjukan hasil yang menyatakan usaha anggrek layak untuk dijalankan. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa analisis kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium layak untuk dijalankan Septiani (2013), penelitian lainnya menyatakan analisis kelayakan finansial terhadap perubahan segmentasi umur budidaya anggrek layak untuk dijalankan Zulkarnain (2009), dan penelitian kelayakan finansial hias anggrek Phalaenopsis sp. Juga layak Ridwan (2004).

Hasil dari analisis sensitivitas secara keseluruhan mengarah pada kenaikan harga input (bahan baku) yang lebih berdampak terhadap usaha dibaningkan dengan perubahan harga jual. Pernyataan tersebut berdasarkan hasil penelitian Trisusanti et al. dan Saputraet al.(2013) dimana hasil penelitian menunjukan perubahan harga input lebih berpengaruh terhadap kelayakan bisnis, kemudian hasil penelitian Ariesa, Tinaprilla (2012) dan Trisusantiet al. menyatakan bahwa perubahan harga jual tidak terlalu berpengaruh terhadap kalayakan usaha.

Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa usaha anggrek lebih sensitif terhadap perubahan harga jual anggrek, peningkatan harga bibit dan perubahan jumlah produksi anggrek, pernytaan tersebut berdasarkan hasil penelitian Septiani (2013). Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh hasil penelitian Sari (2004) yakni usaha anggrek lebih sensitif pada penurunan harga jual dibandingkan dengan kenaikan biaya pupuk, obat-obatan dan kenaikan upah tenaga kerja.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

(26)

Studi Kelayakan Bisnis

Studi Kelayakan Bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Bagi seorang analis studi kelayakan adalah suatu alat yang berguna yang dapat dipakai sebagai penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu bisnis baru, pengembangan bisnis atau menilai kembali bisnis yang sudaha ada.Studi kelayakan bisnis juga merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Bagi penanam modal, studi kelayakan bisnis dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat manfaat (benefit) dapat diterima dari suatu bisnis sehingga hal ini merupakan dasar dalam pengambilan keputusan investasi(Nurmalina et al. 2010)

Aspek-aspek analisis kelayakan

Studi kelayakan bisnis dapat menunjukkan apakah bisnis yang direncanakan atau sudah dilakukan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan. Penilaian dalam studi kelayakan bisnis dilakukan secara menyeluruh dari berbagai aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar, teknis, manajemen-hukum, sosial-ekonomi-budaya, lingkungan, dan dari aspek finansial (keuangan). Aspek-aspek ini tidak dapat berdiri sendiri tapi saling berkaitan (Nurmalina et al. 2010). Penjelasan lebih lanjut dari aspek non finansial tersebut adalah sebagai berikut: 1. Aspek pasar

Menurut Jumingan 2009, dalam proses analisis studi kelayakan, analisis pasar bisa dilakukan secara terpisah maupun merupakan bagian dari keseluruhan studi kelayakan. Pada umunya tujuan studi pasar adalah mengukur dan memperkirakan permintaan untuk menilai ketepatan waktu dan harga dari proyek dalam memproduksi barang/ jasa. Mengadakan studi pasar secara lebih teliti sering dibutuhkan karena sangat jarang data yang dikumpulkan pada studi formal bisa menjawab hal-hal penting yang ingin diteliti.Beberapa hal yang akan dikaji dalam aspek pasar adalah sebagai berikut:

a. Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai, dan perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut.

b. Penawaran, bagaimana perkembangan penawaran dalam negeri, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran seperti jenis barang yang bisa menyaingi, kebijakan pemerintah, juga perlu diperhatikan.

c. Harga, dilakukan perbandingan dengan produksi dalam negri lainnya dan apakah ada kecenderungan perubahan harga.

d. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan digunakan bauran pemasaran.

e. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai, market share yang bisa dikuasai perusahaan, cara menghitungnya adalah:

Market share =

(27)

2. Aspek teknis

Merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Aspek teknis dalam hal kemampuan berproduksi sangat terkait dengan aspek finansial.Berdasarkan analisis pada aspek teknis dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Pelaksanaan dari evaluasi aspek teknis seringkali tidak dapat memberikan suatu keputusan yang baku, maka sangat perlu memperhatikan pengalaman pada bisnis lain yang serupa dilokasi lain yang menggunakan teknik dan teknologi yang serupa (Nurmalina et al. 2010).Beberapa pertanyaan utama yang perlu mendapatkan jawaban dari aspek teknis ini adalah :

a. Lokasi bisnis, yakni dimana suatu bisnis akan dilaksanakan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik. Pemilihan lokasi sangat penting, mengingat apabila salah dalam memilih lokasi akan berakibat pada meningkatnya biaya yang akan dikeluarkan nantinya. Dalam memilih lokasi tergantung pada jenis usaha atau investasi yang akan dijalankan, setidaknya terdapat 4 jenis lokasi: lokasi kantor pusat, lokasi pabrik (produksi), lokasi gudang, lokasi kantor cabang. Secara umum ada beberapa pertimbangan dalam menentukan lokasi usaha, yakni: jenis usaha yang akan dijalankan, jarak dengan pasar/konsumen yang dituju, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan sarana dan prasarana, jarak dengan pusat pemerintah, jarak dengan lembaga keuangan, kondisi budaya/sikap masyarakat setempat, hukum yang berlaku di wilayah setempat, kemudahan untuk melakukan perluasan usaha.

b. Seberapa besar skala operasi / luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis.

c. Bagaimana proses produksi dilakukan dan layout pabrik yang dipilih,termasuk juga layout bangunan dan fasilitas lain.

d. Apakah jenis teknologi yang diusulkan cukup tepat, termasuk didalamnya pertimbangan variabel sosial yaitu kemampuan atau penerimaan masyrakat terhadap teknologi yang digunakan.

3. Aspek manajemen

Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Mengevaluasi aspek manajemen lebih sulit dilakukan dibanding dengan aspek lain, karena sifatnya yang tidak kasat mata serta cenderung kepada hal-hal yang kualitatif (Nurmalina et al. 2010).

4. Aspek hukum

Aspek Hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman (Nurmalina et al. 2010).

5. Aspek sosial, ekonomi dan budaya

(28)

6. Aspek lingkungan

Aspek yang mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, karena tidak ada bisnis yang dapat bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Hufschmidt et al. 1987) dalam (Nurmalina et al. 2010).

7. Aspek finansial

Aspek-aspek finansial dari persiapan dan analisa proyek menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap para peserta yang tergabung di dalamnya (Gittinger, 1986). Aspek finansial menghitung berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Dana untuk membangun usaha lazim disebut dana modal tetap, sedangkan dana yang dibutuhkan untuk memutar roda operasi bisnis setelah selesai dibangun disebut dana modal kerja (Nurmalina et al. 2010).

Ada enam tujuan utama analisa finansial untuk proyek-proyek pertanian yang dikemukakan oleh Gittinger (1986) :

a. Penilaian pengaruh finansial

Penelitian ini didasarkan atas analisa keadaan finansial setiap peserta pada saat tersebut, dan suatu proyeksi keadaan finansial pada masa yang akan datang sejalan dengan pelaksanaan proyek.

b. Penilaian penggunaan sumberdaya terbatas

Jumlah pengembalian (hasil) proyek dan pembayaran pinjaman-pinjaman yang meningkat pada perusahaan perseorangan, merupakan indikator yang penting dari penggunaan sumberdaya secara efisien.

c. Penilaian insentif (penarik)

Pengamatan secara finansial sangat dibutuhkan dalam penilaian insentif pada para petani, manajer, dan pemilik (termasuk pemerintah) yang ikut dalam proyek. Untuk perusahaan-perusahaan semi umum, apakah hasil yang diperoleh cukup untuk mempertahankan kebutuhan finansial sendiri dan memenuhi tujuan-tujuan finansial yang telah ditetapkan oleh masyarakat.

d. Ketetapan suatu rencana pembelanjaan

Rencana finansial adalah dasar penentuan jumlah dan waktu pembelanjaan dari luar apakah dari lembaga-lembaga keuangan atau sumber dari dalam dan untuk penetapan bagaimana pembayaran pinjaman cepat dilakukan. Perkiraan pengaruh inflasi baik pada pendapatan dan biaya akan diperhitungkan dalam melakukan penilaian. e. Koordinasi kontribusi finansial

Rencana finansial mengikuti kontribusi finansial dari berbagai peserta proyek. Koordinasi tersebut dibuat pada dasar dari proyeksi seluruh finansial untuk proyek sebagai suatu keseluruhan.

f. Penilaian kecakapan mengelola keuangan

(29)

penilaian tentang kerumitan pengelolaan finansial proyek dan kemampuan pimpinan dalam mengelola proyek.

Kriteria investasi

Studi kelayakan bisnis pada dasarnya bertujuan untuk menentukan kelayakan bisnis berdasarkan kriteria investasi. Beberapa kriteria tersebut adalah nilai bersih kini (Net Present Value = NPV), rasio manfaat biaya (Gross Benefit Cost Ratio = Gross B/C); Net Benefit Cost Ratio = Net B/C), tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return = IRR), provitability rasio (PV/K), dan jangka waktu pengembalian modal investasi (Payback Periode = PP). Menentukan layak tidaknya suatu kegiatan investasi dapat dilakukan dengan menggunakan metoda yang umum dipakai yakni metoda Discounted Cash Flow, dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskonto dengan Discount Factor(DF) yang besarnya mengikuti rumus:

Dengan (i) adalah discount rate (DR) atau tingkat diskonto yang ditentukan dan (t) adalah tahun saat biaya dikeluarkan atau manfaat diterima. Penggunaan discount factor erat kaitannya dengan preferensi waktu atas uang. Kriteria investasi kelayakan bisnis diatas dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan. Selain itu setiap kriteria kelayakan dapat dipakai untuk menentukan urutan-urutan berbagai alternatif bisnis dari investasi yang sama.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. Apakah kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis sensitif atau tidak terhadap perubahan yang terjadi (Nurmalina et al. 2010).

Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian (Gittinger, 1986). Aanalisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing- masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan (NPV, IRR, Net B/C). Analisis sesnsitivitas juga merupakan analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisa bisnis jika terjadi perubahan atau ketidak tepatan dalam penghitungan biaya atau manfaat (Nurmalina et al. 2010).

Perubahan-perubahan yang biasanya terjadi dalam menjalankan bisnis pada umumnya dikarenakan:

a. Harga

(30)

Teknik analisis sensitivitas harus diperhatikan oleh analis yang menilai kelayakan suatu bisnis akibat dari perubahan-perubahan yang mempengaruhi kelayakan bisnis tersebut. Perlu mlakukan indentifikasi faktor-faktor perubahan yang mungkin saja dapat terjadi pada bisnis tersebut (Nurmalina et al. 2010).

Kerangka Pemikiran Operasional

Kelompok tani Mitra Permata Anggrek merupakan salah satu kelompok tani yang mengusahakan komoditi anggrek di Kota Bogor. Penelitian tentang “Analisis Kelayakan Usaha Anggrek Pot Pada Kelompok Tani Mitra Permata Anggrek di Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor” diawali dengan melihat adanya potensi usaha anggrek yang besar, hal tersebut terlihat dengan adanya data produksi anggrek yang terus meningkat dan ekspor anggrek yang meningkat pula (data bersumber dari BPS 2012). Permintaan konsumen juga semakin meningkat dari tahun ke tahunnya, serta kondisi iklim Bogor juga mendukung kegiatan usaha anggrek pot tersebut, sehingga terdapat beberapa pelaku usaha yang tertarik untuk mengusahakan pembungaan anggrek di Kota Bogor.

Ketua Dinas Pertanian Kotamadya Bogor merencanakan akan menjadikan Bogor sebagai Kota anggrek, karena dinilai terdapat beberapa potensi yang dimiliki oleh Bogor yang dapat mendukung perencanaan tersebut. Kendala terjadi pada beberapa petani anggrek yang merugi, karena biaya investasi yang dibutuhkan untuk usaha ini tidak sedikit, periode usaha yang cukup lama, dan tidak dapat dipanen secara keseluruhan, panen akan bertahap karena bunga anggrek yang tidak berbunga secara serentak.

Berdasarkan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh para petani anggrek, maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha anggrek pot berdasarkan 4 skenario di Kota Bogor. Analisis tersebut guna mengetahui apakah usaha anggrek di Kota Bogor menguntungkan, dan layak atau tidak untuk dijalankan, sehingga dapat memberikan informasi bagi petani dan masyarakat yang tertarik untuk masuk kedalam usaha ini. Informasi tersebut berisi masih adakah peluang usaha angrek pot di Kota Bogor, varietas apakah yang paling menguntungkan bila diusahakan di Kota Bogor. Informasi ini diperlukan oleh masyarakat karena biaya investasi anggrek yang tidak sedikit, dan agar para calon pelaku usaha dapat mempersiapkan dengan baik sebelum membuka usaha anggrek pot.

(31)

diasumsikan dua kondisi yakni: naiknya harga bahan input 10 persen, turunnya jumlah produksi 10 persen. Adapun gambar dari kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Bagan kerangka operasional

Ketua Dinas Pertanian Kotamadya Bogor merencanakan akan menjadikan Bogor sebagai Kota anggrek

Usaha anggrek pot di Mitra Permata Anggrek Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor

Permasalahan yang dihadapi:

1. Biaya investasi usaha anggrek yang relatif mahal

2. Permintaan anggrek yang terus meningkat, tetapi belum dapat terpenuhi seluruhnya

Analisis Kelayakan usaha

Dengan 4 skenario: varietas Dendrobium 100 persen (skenario 1); Usaha anggrek pot varietas Dendrobium 80 persen dan vanda 20 persen (skenario 2); Usaha anggrek pot varietas Phalaenopsis 50 persen dan Dendrobium 50 persen (skenario 3); varietas Phalaenopsis

100 persen (seknario 4).

Rekomendasi Evaluasi Tidak layak Layak

Aspek finansial: 1. NPV 2. IRR 3. Net B/C

4. Payback periode

5. Analisis sensitivitas (naiknya harga input dan penurunan jumlah produksi) dengan Analisis switching value Aspek non finansial:

1. Aspek pasar 2. Aspek teknis 3. Aspekmanajemen

dan hukum 4. Aspek sosial,

(32)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Mitra Permata Anggrek di komplek BPPP Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Kelompok tani Mitra Permata Anggrek merupakan salah satu pelaku usaha komodti anggrek pot di Kota Bogor, dengan ketua kelompok tani bernama Ibu Yusi. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan pertama jumlah populasi usahanya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun disertai dengan penambahan pembangunan screen house, alasan kedua karena kelompok tani ini juga beberapa kali menerima bantuan dari pemerintah dalam pengembangan usahanya. Kegiatan pengambilan data dan analisis data akan dilakukan pada bulan Mei – Desember 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi mengenai usaha pembungaan anggrek pot yang diperoleh dari pengamatan langsung di lokasi penelitian, dengan mewawancarai langsung para anggota kelompok tani Mitra Permata Anggrek dan pihak-pihak lainnya yang terkait. Data primer yang akan diambil antara lain data input (bibit anggrek, pupuk, pot, media tanam) , data output (jumlah populasi anggrek dalam satu musim tanam), jumlah penjualan bunga anggrek pot, harga jual anggrek pot pervarietas, komponen investasi, umur ekonomis dan biayanya (screen house, peralatan budidaya). Data sekunder merupakan data yang diolah lebih lanjut atau digunakan untuk penelitian dan diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian Kotamadya Bogor, Direktorat Jendral Hortikultura, internet, literatur yang relevan seperti jurnal, skripsi, buku teks, dan hasil penelitian terdahulu yang dapat dijadikan bahan rujukan yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun rincian data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah purposive, karena ada beberapa alasan pertimbangan dalam menentukan responden. Jumlah anggota dalam kelompok tani Mitra Permata Anggrek sebanyak 21 orang, akan tetapi yang dipilih untuk dijadikan responden hanya 6 orang petani. Pemilihan tersebut berdasarkan beberapa pertimbangan, yakni: petani yang serius berusaha dibidang anggrek, petani yang masih aktif di kelompok tani, memiliki wawasan di bidang anggrek, dan memiliki screen house.

(33)

cara yang berbeda, yakni dengan cara studi literatur dan browsing internet. Metode pengamatan langsung di lokasi penelitian seperti wawancara kepada para anggota kelompok tani mitra permata anggrek, dan pengamtan langsung terhadap teknik produksi dan kegiatan lainnya di lokasi penelitian. wawancara juga dilakuan kepada beberapa pedagang tanaman hias di Kotamadya Bogor, dan beberapa instansi terkait seperti Dinas Pertani Kotamadya Bogor, dan instansi lain yang terkait. Penelusuran pustaka juga dilakukan di perpustakaan IPB, media cetak dan internet.

Metode Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan sifat data. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk menjelaskan secara deskriptif gambaran umum usaha pembungaan anggrek pot dan gambaran kelompok tani Mitra Permata Anggrek, juga untuk mengkaji aspek kelayakan non-finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Analisis secara kuantitatif digunakan untuk menilai kelayakan usaha pembungaan anggrek pot pada kelompok tani Mitra Permata Anggrek secara finansial dengan melakukan analisis penilaian kriteria investasi yaitu: analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value atau NPV), tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return atau IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan masa pengembalian investasi (Payback Period atau PP), serta dilakukan juga analisis sensitivitas. Data yang diperoleh diolah dengan menggunkaan Microsoft Excel dan kalkulator.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yang akan dilakukan pada penelitian ini akan memberikan gambaran umum kelompok tani Mitra Permata Anggrek, seperti gambaran umum wilayah dan segmentasi usaha. Dapat juga menggambarkan karakteristik responden (petani anggrek) seperti umur, pengalaman menjalankan usaha anggrek, alasan memilih berusaha anggrek, tingkat pendidikan petani dan beberapa hal penting lainnnya. Beberapa lainnya akan menjabarkan jumlah produksi anggrek, sumber input, dan harga jual anggrek berdasarkan kualitasnya.

Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial

Perlu dipertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat dan saling terkait antara satu sama lain dalam menganalisis suatu kelayakan bisnis. Banyaknya aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis sangat tergantung dari karakteristik masing-masing bisnis. Masing-masing dari aspek ini tidak berdiri sendiri tetapi saling terkait. Secara umum aspek-aspek non finansial yang perlu diperhatikan dalam analisis kelayakan bisnis adalah sebagai berikut: 1. Aspek pasar

(34)

dan pemasaran tidak diteliti secara benar dan bagaimana prospeknya dimasa yang akan datang, bukan hal yang tidak mungkin tujuan perusahaan tidak akan tercapai (Kasmir 2009). Pelaku bisnis akan mencoba menciptakan pasar potensialnya sendiri, sehingga produk dapat menjadi leader. Suatu bisnis yang dinyatakan layak dari aspek teknis dan finansial tidak aakan berarti bila pasarnya tidak ada, maka rencana bisnis dianggap tidak layak untuk dijalankan. Pemasaran kegiatan bisnis diharapkan beroperasi secara sehat bilamana produk yang dihasilkan mampu mendapatkan tempat dipasaran, serta mendapatkan jumlah hasil penjualan yang menguntungkan (Nurmalina et al. 2010). Aspek pasar dikatakan layak jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Jumlah permintaan pasar terhadap anggrek pot yang tinggi b. Harga jual anggrek pot yang cenderung stabil

c. Perusahaan memiliki program atau strategi pemasaran yang jelas dan efektif yang dapat mendukung pencapaian penjualan perusahaan yang lebih tinggi

2. Aspek teknis

Aspek teknis dan operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan kelayakan bisnis atau operasi perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis/operasi, sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik maka akan berakibat fatal bagi perusahaan. Kelengkapan kajian aspek teknis sangat tergantung dari jenis usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritas tersendiri (Kasmir 2009). Aspek teknis dikatakan layak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Lokasi usaha mampu menunjang pelaksanaan usaha tersebut. Hal inidicirikan dengan ketersediaan input, jarak dengan pasar yang dituju, ketersediaan listrik dan air, ketersediaan tenaga kerja, dan ketersediaan fasilitas transportasi (jalan raya, kendaraan umum, dan lain-lain) yang memadai dalam menjamin kelancaran akses terhadap bahan baku dan aksesterhadap pasar yang dituju.

b. Kapasitas produksi sudah melebihi luas produksi minimum yang harusdicapai.

c. Proses produksi yang sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kotamadya Bogor.

d. Layout usaha yang sesuai yang dicirikan oleh adanya arus produk dalamproses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan ruangyang optimal, dan kemudahan melakukan ekspansi.

e. Pemilihan jenis teknologi dan peralatan yang tepat yaitu teknologi danperalatan yang dapat dioperasikan secara tepat oleh tenaga kerja yang ada, tidak mengganggu keseimbangan ekologi dan keharmonisan sosial budaya setempat (tidak menghasilkan limbah yang berlebihan dan tidak menimbulkan kebisingan) (Husnan dan Muhammad 2000)

3. Aspek manajemen dan hukum

(35)

organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan” (Kasmir 2009). Aspek manajemen dan hukum dapat dikatakan layak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Manajemen sumberdaya manusia dan manajemen organisasi yang terdapat pada usaha ini telah dilakukan dengan baik. Hal ini dicirikan oleh adanya struktur organisasi serta adanya pembagian dan deskripsi tugas yang jelas darimasing-masing jabatan yang ada.

b. Perusahaan memiliki badan hukum dengan kekuatan dan konsekuensi yang mendukung berjalannya usaha ini, memiliki akta, sertifikat atau surat izin yang diperlukan untuk menjalankan usaha (Husnan dan Muhammad 2000).

4. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya

“Setiap usaha yang dijalankan tentunya akan memeberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dan negatif ini akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik pengusaha itu sendiri, pemerintah, ataupun masyarakat luas. Dalam aspek ekonomi dan sosial dampak positif yang diberikan dengan adanya investasi lebih ditekankan kepada masyarakat khususnya dan pemerintah umumnya” (Kasmir 2009). Dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan seperti penambahan kesempatan kerja (pengurangan pengangguran), dan peluang peningkatan pendapatan masyarakat (Nurmalina et al. 2010). Aspek sosial, ekonomi dan budaya dikatakan layak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Mampu meningkatkan kesempatan kerja yang dicirikan dengan adanya penyerapan tenaga kerja dari usaha yang dilakukan.

b. Mampu meningkatkan pendapatan masyarakat Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor

5. Aspek lingkungan

Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Hal ini penting untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan bila suatu usaha/ kegiatan investasi dijalankan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak terhadap ada yang langsung timbul, dan ada juga yang baru akan timbul dimasa yang akan datang (Kasmir 2009). Pada aspek lingkungan yang akan dikaji adalah dampak yang terjadi untuk lingkungan sekitar akibat usaha pembungaan anggrek pot. Usaha anggrek pot pada aspek lingkungan dapat dikatakan layak bila bisnis tidak memberikan dampak yang merugikan lingkungan sekitar.

Analisis Kelayakan Aspek Finansial

(36)

menentukan keputusan layak tidaknya investasi tersebut dibiayai (Halim 2013). Kriteria kelayakan ivestasi yang digunakan diantaranya: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP) serta dilakukan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga input dan penuruna jumlah poduksi.

Analisis kriteria kelayakan investasi

Terdapat beberapa kriteria kelayakan investasi menurut Nurmalina et al (2010), analisi kriteria kelayakan investasi yang akan dikaji diantaranya:

a. Net Present Value (NPV)

Menurut (Nurmalina et al.2010) Net Benefit merupakan selisih antara cash inflow dengan cash outflow yang terjadi pada setiap tahun. Net Benefit selanjutnya di discounted dengan opportunity cost of capital menghasilkan present value. Jumlah dari hasil present value net benefit menghasilkan NPV. penentuan nilai NPV secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

NPV = Net Present Value sampai dengan tahun ke-t Bt = Manfaat pada tahun t (Rp)

Ct = Biaya pada tahun t (Rp)

t = Tahun kegiatan bisnis (t = 1,2,3,....,n) i = Tingkat suku bunga (%)

n = Umur proyek

Dalam evaluasi suatu proyek investasi, apabila perhitungan NPV ≥ 0 maka proyek tersebut layak untuk dijalankan. Jika nilai NPV = 0, maka proyek tersebut berada pada posisi tidak menguntungkan dan tidak merugikan, dengan kata lain proyek tersebut berada pada posisi break event point (BEP) dimana TR=TC. Jika nilai NPV ≤ 0, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan.

b. Internal Rate of Return (IRR)

IRR menunjukkan kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan persentase keuntungan setiap tahunnya dan menunjukkan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai discounted factor yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Untuk menentukan berapa tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif (Umar 1997). Metode tersebut diformulasikan dengan rumus berikut (Nurmalina et al 2010):

(37)

Keterangan :

IRR = Tingkat pengembalian internal

NPVı = Nilai Net Present Value yang positif NPV2 = Nilai Net Present Value yang negatif

i1 = Tingkat suku bunga pada tahun NPV positif

i2 = Tingkat suku bunga pada tahun NPV negatif

Suatu usaha dinyatakan layak untuk dikembangkan jika nilai IRR lebih besar dari DR atau tingkat suku bunga berlaku. Jika IRR sama dengan DR atau tingkat suku bunga berlaku maka usaha dinyatakan tidak untung atau tidak rugi. Sedangkan usaha dinyatakan tidak layak untuk dikembangkan jika IRR kurang dari tingkat suku bunga berlaku.

c. Net Benefit Cost Ratio B/C Ratio

Menurut (Nurmalina et al 2010) Net B/C ratio adalah ratio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif, dengan kata lain manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu-satuan kerugian dari bisnis tersebut. secara matematis dapat dihitung dengan Rumus sebagai berikut:

NET B / C =

Keterangan:

Bt = Manfaat pada tahun t (Rp) Ct = Biaya pada tahun t (Rp)

t = Tahun kegiatan bisnis (t = 1,2,3,....,n) i = Tingkat suku bunga (%)

n = Umur proyek

Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C ≥ 1, dan dikatakan tidak layak bila Net B/C ≤ 1.

d. Payback Period

Payback period adalah waktu minimum untuk mengembalikan investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total penerimaan dikurangi semua biaya. Semakin pendek payback period, menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut semakin cepat kembali. Untuk menghitung payback period mula-mula dihitung arus penerimaan kas, kemudian manfaat bersih dikumulatifkan dari tahun ke tahun dan dihitung rata-ratanya. Nilai Payback period dapat dihitung dari pembagian investasi dengan net benefit rata-rata (Nurmalina et al 2010). Periode pengembalian dirumuskan sebagai berikut:

(38)

Keterangan :

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya

Payback period tidak dipakai untuk menilai layak tidaknya suatu proyek tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya. Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan uang. e. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas perlu untuk dilakukan, karena dalama analisis suatu usaha atau bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi diwaktu yang akan datang (Kadariah 1996). Teknik analisis sensitivitas harus diperhatikan oleh analis yang menilai kelayakan suatu bisnis akibat dari perubahan-perubahan yang mempengaruhi kelayakan bisnis tersebut. Faktor-faktor perubahan yang mungkin dapat terjadi pada bisnis tersebut akan diidentifkasi (Nurmalina et al. 2010). Gitinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (switching value). Switching value merupakan penghitungan untuk mengukur “perubahan maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output atau penurunan harga output) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi). Oleh karena itu perubahan jangan melebihi nilai tersebut, bila melebihi maka bisnis akan menjadi tidak layak utuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu pada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).

Asumsi Dasar yang Digunakan

Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini perlu dipaparkan secara jelas untuk menyamakan persepsi. Selain itu, dalam menganalisis kelayakan usaha anggrek pot di kelompok tani Mitra Permata Anggrek secara perlu digunakan beberapa asumsi. Adapun asumsi yang digunakan antara lain :

1. Umur bisnis ditetapkan selama 10 tahun berdasarkan investasi yang mengeluarkan biaya terbesar yaitu screen house.

2. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia tahun 2014 yakni sebesar 7,5 persen per tahun. 3. Kapasitas screen house sebesar 60 persen dari luasan lahan screen house,

berdasarkan jarak tanam yang digunakan untuk pot ukuran 18-25 cm. 4. Perhitungan penyusutan investasi menggunakan metode garis lurus

dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis komponen investasi berdasarkan metode akuntansi.

5. Pada analisis switching value, diasumsikan terjadi 2 situasi, yakni perubahan harga input (bibit) dan turunnya jumlah produksi berdasarkan pengalaman petani anggrek di Kelompok Tani Mitra Permata Anggrek. 6. Harga jual anggrek berbeda setiap komoditi, harga jual juga berdasarkan

(39)

untuk bunga anggrek Vanda berkualitas standar dijual dengan harga Rp 140 000 per pot. Harga tersebut akan berbeda bila kualitas bunga tidak memenuhi standar, biasanya anggrek Dendrobium yang tidak memenuhi standar dijual dengan harga Rp 10 000 per pot (ketua POKTAN Mitra Permata Anggrek 2014).

7. Penetuan persentase dalam 4 skenario yang digunakan berdasarkan permintaan pasar akan varietas anggrek, dan ketentuan penggunaan lapisan ketebalan paranet screen house.

8. Ketentuan ketebalan penggunaan lapisan paranet pada screen house berdasarkan standar penerimaan cahaya matahari yang sesuai untuk varietas anggrek Dendrobium, Vanda dan Phalaenopsis.

9. Ketentuan pajak yang digunakan berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013"Usaha yang memiliki omzet di atas Rp 4,8 miliar per tahun atau Rp 400 juta per bulan dikenakan PPN 10%, di bawah omzet Rp 4,8 miliar per tahun dikenakan PPN sebesar 1%”.

GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum Wilayah

Kelompok tani Mitra Permata Anggrek terletak di komplek BPPP Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor, yakni di Bogor Barat. Kelurahan Pasir Mulya terbagi dalam 7 RW dan 20 RT. Luas wilayah Kelurahan Pasir Mulya adalah 42,99 ha. “Kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor, serta lokasinya yang dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Ketinggian Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dari permukaan laut, untuk Kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan di Kelurahan Pasir Mulya 36 0C- 38 0C . Kelembaban udara 70 %, Curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 4000 – 4500 mm/ tahun Intensitas curah hujan minimum terjadi pada bulan April s/d Oktober” (Kelurahan Pasir Mulya).

Kelurahan pasir mulya mudah untuk di jangkau, karena prasarana transportasi di kelurahan Pasir Mulya sudah tersedia dan dalam kondisi baik. Akses kendaraan mudah untuk mengjangkau kelompok tani Mitra Permata Anggrek, baik tranportasi kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Prasarana lainnya seperti ketersediaan air bersih, jaringan listrik, dan sinyal komunikasi juga tersedia dengan baik. Batas-batas wilayah Kelurahan Pasir Mulya adalah sebagai berikut:

Gambar

Tabel 1  Produksi tanaman hias di Indonesia tahun 1997-2012
Gambar 1  Bagan kerangka operasional
Gambar 2  Struktur organisasi kelompok tani Mitra Permata Anggrek
Gambar 3  Produk anggrek di kelompok tani Mitra Permata Anggrek (a) varietas
+7

Referensi

Dokumen terkait