• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba pada CV Mitra Tani Farm di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba pada CV Mitra Tani Farm di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA

PADA CV MITRA TANI FARM DI DESA TEGAL WARU

KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

LISNAWATI HERMAWAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba pada CV Mitra Tani Farm di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

LISNAWATI HERMAWAN. Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba pada CV Mitra Tani Farm di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.

CV Mitra Tani Farm adalah usaha penggemukan domba yang terletak di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Dalam menjalankan usaha penggemukan domba, MT Farm dapat mengusahakan secara sendiri atau secara bermitra dengan petani yang saat ini bekerjasama dengan unit bisnis MT Farm "Rumah Kambing". Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis kelayakan usaha penggemukan domba CV Mitra Tani Farm dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan lingkungan, 2) menganalisis kelayakan usaha penggemukan domba CV Mitra Tani Farm jika diusahakan secara sendiri maupun bermitra dilihat dari aspek finansial yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period, dan 3) menganalisis nilai pengganti pada usaha penggemukan domba CV Mitra Tani Farm jika terjadi penurunan produksi dan peningkatan biaya variabel terhadap kelayakan usaha. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha penggemukan domba di CV Mitra Tani Farm layak untuk dijalankan berdasarkan aspek non finansial dan aspek finansial baik dilakukan secara sendiri maupun bermitra karena telah memenuhi kriteria penilaian investasi. Hasil perhitungan nilai pengganti menunjukkan bahwa batas maksimum kenaikan harga bakalan pada penggemukan sendiri adalah 6,33% dan batas maksimum penurunan persentase karkas adalah 5,82%. Sedangkan batas maksimum kenaikan harga bakalan pada penggemukan bermitra adalah 2,91% dan batas maksimum penurunan persentase karkas adalah 2,67%.

Kata kunci: bakalan, domba, penggemukan, kelayakan, nilai pengganti

ABSTRACT

LISNAWATI HERMAWAN. Feasibility Analysis on Sheep Fattening Bussiness at CV Mitra Tani Farm in Tegal Waru Village Ciampea Subdistrict Bogor Regency. Supervised by ANNA FARIYANTI.

(5)

IRR, Net B/C, and Payback Period, and 3) to analyze the switching value of this sheep fattening CV Mitra Tani Farm if there is a decrease in variable cost of production and increase the feasibility of the venture. The results of this study show 1,040 sheeps fattening business in CV Mitra Tani Farm is feasible based on non-financial aspects and financial aspects show this bussiness which is feasible by ownership or partnership because it has appropriated the investment criteria. Switching value calculation results show the maximum limit of increasing lamb price with ownership is 6,33% and the maximum decrease in carcass percentage is 5,82%. Therefore, the maximum of increasing lamb price with partnership is 2,91% and the maximum decrease in carcass percentage is 2,67%.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA

PADA CV MITRA TANI FARM DI DESA TEGAL WARU

KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

LISNAWATI HERMAWAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba pada CV Mitra Tani Farm di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

Nama : Lisnawati Hermawan NIM : H34061793

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah usaha penggemukan domba, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba pada CV Mitra Tani Farm di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Nunung Kusnadi, MS yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Adam Guntara STP, Bapak Budi Susilo Setiawan S.Pt, Bapak Amrul Lubis S.Pt, Bapak M. Afnaan Wasom S.Pt yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibunda tercinta Isah Haryani (almarhum), ibunda Pimpin Soelistyanti, suami tersayang M. Bharatha Adi dan putri kecilku Alysa Ayudia Inara juga kepada ayah serta seluruh keluarga dan kerabat, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 8

Ruang Lingkup Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA

Penggemukkan Domba dan Kambing di Indonesia 8

Penelitian Terdahulu Tentang Analisis Kelayakan Usaha Ternak 10 KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis 12

Kerangka Pemikiran Operasional 18

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian 20

Sumber Data 20

Metode Pengolahan Data 20

Asumsi Dasar Penggemukan 1.040 ekor Domba 24

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Perusahaan 26

Visi dan Misi Perusahaan 28

Lokasi Perusahaan 28

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Aspek Non Finansial 28

Analisis Aspek Finansial 41

Perbandingan Kelayakan Usaha Skenario I dan II 73 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 75

Saran 75

DAFTAR PUSTAKA 75

(10)

DAFTAR TABEL

1 Ketersediaan konsumsi daging, telur, dan susu (kg/kapita/tahun) 1 2 Populasi domba dan kambing di pulau Jawa tahun 2010-2012 (ekor) 2 3 Produksi daging domba dan kambing di pulau Jawa tahun2010-2012 2 4 Pemotongan domba dan kambing di Jawa Barat tahun 2008-2010 3 5 Produksi ternak dan kontribusi jenis ternak di Kabupaten Bogor 4 6 Jenis dan harga jual sayur organik MT Farm 27 7 Populasi dan pemotongan domba di Kabupaten Bogor tahun 2010 30 8 Biaya investasi penggemukan domba (penggemukan sendiri) 44 9 Umur ekonomis dari investasi penggemukan sendiri 49 10 Biaya tetap usaha penggemukan domba (penggemukan sendiri) 50 11 Skema pengadaan bakalan domba untuk penggemukan sendiri 52 12 Biaya penyusutan investasi pada usaha penggemukan domba

(penggemukan sendiri) 54

13 Hasil analisis finansial usaha penggemukan domba di MT Farm 55 14 Biaya investasi penggemukan 1.040 ekor domba secara sendiri 59 15 Biaya tetap usaha penggemukan 1.040 ekor domba secara sendiri 64 16 Skema pengadaan bakalan domba untuk penggemukan bermitra 66 17 Kebutuhan pakan transit bakalan per bulan pada penggemukan

bermitra 67

18 Kebutuhan pakan transit domba siap potong pada penggemukan

bermitra 68

19 Biaya transportasi per bulan penggemukan 1.040 ekor domba

(penggemukan bermitra) 69

20 Biaya penyusutan investasi pada usaha penggemukan 1.040 ekor

domba (penggemukan bermitra) 70

21 Hasil analisis finansial usaha penggemukan 1.040 ekor domba di MT

Farm (penggemukan bermitra) 71

22 Perbandingan komponen inflow, outflow, dan laba bersih usaha penggemukan domba yang dilakukan sendiri dengan penggemukan

domba yang dilakukan secara bermitra 74

23 Perbandingan kriteria investasi usaha penggemukan domba yang dilakukan sendiri dengan penggemukan domba yang dilakukan

secara bermitra 74

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan antara NPV dan IRR 16

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Biaya investasi skenario I (penggemukan sendiri) 78

2 Penerimaan skenario I (penggemukan sendiri) 79

3 Cashflow skenario I (penggemukan sendiri) 80

4 Switching value kenaikan harga bakalan skenario I (penggemukan

sendiri) 82

5 Switching value penurunan perse ntase karkas pada skenario I

(penggemukan sendiri) 84

6 Biaya investasi skenario II (penggemukan bermitra) 86 7 Penerimaan skenario II (penggemukan bermitra) 89

8 Cashflow skenario II (penggemukan bermitra) 88

9 Switching value kenaikan harga bakalan skenario II (penggemukan

bermitra) 90

10 Switching value penurunan persentase karkas pada skenario II

(penggemukan bermitra) 92

11 Layout produksi penggemukan domba di MT Farm 94

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan memiliki peranan yang strategis dalam upaya pemantapan ketahanan pangan hewani, pemberdayaan ekonomi masyarakat di perdesaan dan dapat memacu pengembangan wilayah. Peluang sektor pertanian di masa yang akan datang sangat besar karena permintaan hasil ternak yang terus bertambah. Data konsumsi hasil ternak nasional tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Ketersediaan konsumsi daging, telur, dan susu (kg/kapita/tahun)

No Jenis Tahun Pertumbuhan

2006 2007 2008 2009 2010 2006/2010(%)

1 Daging 6,35 6,27 6,43 6,6 6,95 8,63

2 Telur 4,98 5,59 5,35 5,17 7,23 31,12

3 Susu 11,06 11,79 9,51 11,6 16,42 32,64 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2010)

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa permintaan akan konsumsi ternak di Indonesia terus meningkat. Konsumsi daging meningkat dari 6,35 kg/kapita/tahun pada tahun 2006 menjadi 6.95 kg/kapita/tahun pada tahun 2010. Konsumsi telur mengalami pertumbuhan sebesar 31,12 persen dan konsumsi susu meningkat 32,64 persen pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2006.

Peternakan domba dan kambing merupakan sektor agribisnis yang perlu mendapat perhatian untuk mewujudkan agribisnis yang berdaya saing, sehingga dapat turut serta dalam memberikan sumbangan pada peningkatan perekonomian nasional. Hal tersebut berdasarkan pada keadaan alam yang luar biasa dan keadaan sosial-budaya yang sangat kondusif, terutama terkait dengan mayoritas WNI beragama Islam. Keduanya merupakan faktor pendukung potensial bagi pengembangan peternakan domba dan kambing di Indonesia.

(13)

tahun 2011. Sedangkan populasi kambing di Indonesia pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 5,41% dibandingkan tahun 2011.

Tabel 2 Populasi domba dan kambing di pulau Jawa tahun 2010-2012(ekor)

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan (2012)

Namun perkembangan peternakan domba dan kambing (doka) sampai saat ini relatif jalan di tempat, perkembangan produksi dan produktivitasnya hampir tidak mengalami kemajuan berarti, hal ini diduga akibat pola pemeliharaannya yang masih bersifat tradisional dengan skala pemilikan yang kecil (small holders), sehingga doka kebanyakan dipelihara apa adanya tanpa suatu perencanaan yang jelas untuk lebih berkembang, lebih produktif dan menguntungkan. Produksi daging domba pada tahun 2012 justru mengalami penurunan sebesar 0,71% dan produksi daging kambing mengalami peningkatan sebesar 3,45% dibandingkan tahun 2011. Lebih lengkapnya produksi domba dan kambing di Indonesia 2010-2012 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Produksi daging domba dan kambing di pulau Jawa 2010-2012

Nama Domba (ton) Kambing (ton)

Provinsi 2010 2011 2012 2010 2011 2012

DKI Jakarta 467 353 362 991 1.329 1.368

Jawa Barat 27.258 26.459 25.124 5.751 4.660 4.426 Jawa Tengah 5.412 6.927 7.136 11.829 12.948 13.077

Yogyakarta 1.476 2.196 2.546 719 1.174 1.326

Jawa Timur 4.640 5.045 5.148 17.386 16.923 17.269

Banten 2.695 2.957 3.103 3.829 3.510 3.683

Indonesia 44.865 46.793 46.463 68.793 66.345 68.632 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan (2012)

Selain itu jumlah pemotongan doka termasuk domba dan kambing betina produktif untuk kebutuhan lokal pun cukup tinggi, sehingga bila produktivitasnya tidak ditingkatkan dan dikembangkan secara komersial dan dalam skala yang

Nama Provinsi

Populasi Domba Populasi Kambing

2010 2011 2012 2010 2011 2012

DKI Jakarta 1.155 929 1.022 5.808 7.055 7.761

Jawa Barat 6.275.299 7.041.437 7.832.484 1.801.320 2.016.867 2.253.393

Jawa Tengah 2.146.760 2.226.709 2.342.190 3.691.096 3.724.452 3.836.150

Yogyakarta 136.657 147.773 154.908 331.147 343.647 359.406

Jawa Timur 750.961 942.915 957.059 2.822.912 2.830.915 2.907.845

Banten 628.926 626.114 654.853 790.524 774.629 812.973

(14)

besar, dikhawatirkan akan terjadi pengurasan populasi domba dan kambing nasional. Hal tersebut dapat terjadi karena perkembangan populasi doka tidak sejalan dengan meningkatnya permintaan akan doka dan perkembangan populasi penduduk.

Potensi untuk mengembangkan domba dan kambing di Indonesia sangat terbuka lebar, karena kurang lebih tiga puluh persen kebutuhan pangan dan pertanian dipenuhi oleh ternak. Potensi pasar ini akan terus berkembang sejalan dengan pesatnya pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan, peningkatan kesadaran akan pentingnya gizi asal protein hewani, kesadaran masyarakat akan pentingnya lamb untuk meningkatkan kecerdasan balita, termasuk campur tangan pemerintah untuk membuka dan memperluas peluang pasar didalam negeri, akan semakin membuka pasar domba dan kambing di dalam negeri.

Agribisnis komoditas ternak kambing dan domba (kado) di Indonesia mempunyai prospek yang sangat besar, mengingat dalam sepuluh tahun mendatang akan ada 5 juta kepala keluarga muslim yang masing-masing kepala keluarga akan menyembelih satu ekor ternak kambing ataupun domba untuk kurban, satu ekor untuk setiap anak perempuan dan dua ekor untuk anak laki-laki untuk akikah. Disamping itu untuk keperluan ibadah haji di tanah suci akan dibutuhkan 2,5 juta ekor kado untuk keperluan membayar dam ataupun untuk kurban para jemaah haji. 1

Populasi domba di Jawa Barat pada tahun 2010 mencapai 6.275.299 ekor (58,50% populasi nasional) sedangkan kambing berjumlah 2.253.393 ekor dan pemotongan domba yang tercatat di Jawa Barat pada tahun 2010 mencapai 1.731.743 ekor, sedangkan kambing sebanyak 364.910 ekor. Artinya permintaan daging domba di Jawa Barat sangat tinggi dan nyaris menguras populasi yang ada pada tahun berjalan, bila hal ini tidak segera diantisipasi bukan tidak mungkin lambat laun domba akan punah dari bumi Jawa Barat. Pemotongan kambing dan domba (ekor) di Jawa Barat tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Pemotongan kambing dan domba di Jawa Barat tahun 2008-2010 (ekor)

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2010)

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah perkembangan usaha bidang pertanian di Jawa Barat. Subsektor pertanian yang berkembang di Kabupaten Bogor diantaranya peternakan. Tabel 5 menerangkan tentang produksi berbagai jenis ternak di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 dan 2011.

1

Litbang Pertanian. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis: Kambing dan Domba. http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b5domba [diakses 7 Maret 2013]

Tahun

Kambing Domba

(15)

Produksi ternak di Kabupaten Bogor pada tahun 2011 secara umum mengalami kenaikan sebesar 5,65% dibandingkan tahun 2010. Namun kenaikan tersebut terjadi hanya pada komoditi kambing, ayam buras, ayam ras, dan itik, sedangkan komoditi hewan ternak lainnya mengalami penurunan produksi, seperti domba. Pada tahun 2011, terjadi penurunan produksi domba sebesar 1,55%. Jumlah populasi domba di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 adalah 280.798 ekor. Pada tahun 2011, terjadi penurunan populasi domba sebesar 26,55% (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2011).

Tabel 5 Produksi ternak dan kontribusi berbagai jenis ternak di Kabupaten Bogor

No Jenis Tahun 2010 Kontribusi Tahun 2011 Kontribusi Peningkatan

Ternak (kg) (%) (kg) (%) (%)

1. Sapi 10.790.992 11,31 9.299.240 9,22 -13,82

2. Kerbau 262.352 0,27 174.611 0,17 -33,44

3. Kambing 869.807 0,91 1.007.742 1,00 15,86

4. Domba 3.535.817 3,71 3.481.011 3,45 -1,55

5. Babi 326.173 0,34 282.628 0,28 -13,35

6. Ayam Buras 1.220.336 1,28 1.329.781 1,32 8,97

7. Ayam Ras 78.328.166 82,09 85.126.464 84,44 8,68

8. Itik 85.814 0,09 110.345 0,11 28,59

Jumlah 95.419.457 100,00 100.811.822 100,00 5,65

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2011)

Di daerah Bogor, usaha yang bergerak di bidang peternakan kambing dan domba tercatat ada sembilan peternakan besar, baik yang bersifat pembibitan, pengusahaan susu (perah) maupun penggemukan. Kesembilan peternakan besar itu adalah peternakan Barakah di Cimande, MT Farm di Ciampea, pembibitan domba Garut di Cisalopa, pembibitan domba Garut ‖Lesang‖ di Pagelaran, pengusahaan kambing perah di Cibuntu, penggemukan domba di Leuwiliang, pembibitan domba lokal di desa Benteng Gunung Leutik, Penggemukan domba di Cimanggu dan pengusahaan kambing perah di pesantren Darul Fallah Ciampea. Usaha peternakan kambing dan domba ini masing-masing memiliki populasi berkisar 100-1200 ekor dengan populasi terbesar dimiliki oleh peternakan Barokah yaitu 1200 ekor, kemudian terbesar kedua adalah Mitra Tani Farm dengan populasi 750 ekor.

(16)

Perumusan Masalah

CV Mitra Tani Farm adalah sebuah usaha ternak penggemukan domba yang terletak di Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Perusahaan ini sudah berdiri sejak tahun 2004. Usaha yang dikembangkan perusahaan ini terdiri dari usaha pembibitan (breeding) dan penggemukan domba (fattening). Selain itu CV Mitra Tani Farm juga mengembangkan usaha jual beli bakalan (trading), jual beli daging domba dalam bentuk karkas, penjualan domba untuk aqiqah (Salamah Aqiqah), dan mengembangkan unit usaha ―Rumah Kambing‖, yakni program binaan dengan para petani daerah sekitar Ciampea dalam pengusahaan ternak domba.

Unit usaha pembibitan (breeding) merupakan usaha penyediaan bibit atau bakalan domba yang kemudian akan digemukan dengan cara mengawinkan domba dewasa. Namun saat ini unit usaha pembibitan ini belum berkembang dan tidak dijadikan fokus utama usaha MT Farm. Hal ini dikarenakan pembibitan tersebut membutuhkan biaya yang besar, resiko tinggi, dan tidak quick yielding (cepat menghasilkan). Selain itu skala usaha pembibitan domba ini masih kecil, manajemen sederhana, dan teknologi yang seadanya. Oleh sebab itu MT Farm lebih berfokus untuk mengembangkan unit usaha penggemukan domba (fattening).

Penggemukan domba adalah pemeliharaan domba dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu yang relatif singkat (3-5 bulan). Penggemukan domba sebenarnya dapat menghasilkan keuntungan yang cukup besar dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti pemilihan bakalan, pemberian pakan, manajemen pemeliharaan, pertimbangan kesehatan ternak, dan penguasaan pasar yang baik. Skala usaha yang menguntungkan untuk usaha penggemukan domba pada dasarnya semakin banyak domba yang dipelihara akan semakin ekonomis usaha tersebut.

Bakalan domba adalah domba yang berusia dibawah satu tahun (4 bulan-12 bulan). Bakalan merupakan bahan baku utama dari penggemukan domba. Saat ini bakalan diperoleh dari daerah Jawa Timur (Malang, Kediri, Nganjuk), Jawa Tengah (Solo, Magelang, Wonosobo, Salatiga), dan Jawa Barat (Bandung, Garut, Cianjur, Karawang, Bogor). Banyaknya bakalan yang dipesan fluktuatif, tergantung dari banyaknya bakalan yang dibutuhkan. Pemesanan tidak bersifat rutin, tetapi tergantung dari kesiapan supplier dalam menyediakan bakalan.

Saat ini kebutuhan bakalan adalah sebanyak 54-90 ekor per bulan. Jumlah ini untuk memenuhi permintaan bakalan dari para petani dalam program binaan

―Rumah Kambing‖. Petani yang bermitra dengan perusahaan sebanyak 18 petani,

dimana setiap petani rata-rata membutuhkan 3-5 ekor bakalan domba/kambing setiap bulan untuk digemukkan. Rumah Kambing merupakan program binaan MT Farm dengan petani dan lembaga keuangan tertentu dengan modal usaha berasal dari dana bantuan lembaga keuangan dan sebagian dari MT Farm. Profit sebesar 15% adalah bagian yang didapat perusahaan dari program ini.

(17)

Sedangkan kebutuhan daging domba dalam bentuk karkas atau potongan adalah sebanyak 10 ekor/hari atau 260 ekor/bulan. Karkas adalah bagian tubuh ternak yang disembelih selain kepala, kulit, jeroan, kaki bawah, ekor, dan bulu. Karkas yang biasanya dibutuhkan oleh MT Farm adalah domba dengan berat kurang lebih 13 kg. Untuk memenuhi permintaan ini, MT Farm melakukan trading dengan membeli karkas domba dari supplier lalu menjualnya kembali kepada konsumen dengan margin keuntungan tertentu. Keuntungan yang diperoleh hanya dari selisih harga jual dengan harga beli karkas domba dari supplier. MT Farm tidak melakukan usaha penggemukan sendiri untuk memenuhi permintaan tersebut.

Oleh karena itu MT Farm bermaksud mengeluarkan investasi seperti kandang, tanah, kendaraan, bangunan kantor dan peralatan usaha untuk dapat memenuhi permintaan daging domba tersebut dengan mengembangkan usaha penggemukan domba sebanyak 1.040 ekor dalam satu periode penggemukan (tiga bulan). Dalam mengusahakan penggemukan domba tersebut, MT Farm dapat mengusahakannya sendiri atau bekerjasama dengan petani yang saat ini bermitra

dengan MT Farm dalam unit usaha ―Rumah Kambing‖.

Pada usaha penggemukan domba, biaya yang digunakan terdiri dari biaya tetap dan variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan Mitra Tani Farm berupa upah karyawan, biaya telepon dan listrik, dan biaya penyusutan peralatan. Sedangkan biaya variabelnya berupa biaya pembelian bakalan, biaya pakan, biaya transportasi, dan biaya obat-obatan.

Karena besarnya investasi yang dibutuhkan dalam mengoperasikan usaha penggemukan domba ini, maka pengkajian aspek finansial (keuangan) perlu diperhitungkan. Jumlah dana yang diperlukan dan kelayakan dari usaha yang akan dijalankan merupakan komponen yang sangat penting. Studi kelayakan usaha pada dasarnya bertujuan untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi. Beberapa kriteria tersebut adalah nilai bersih kini (Net Present Value = NPV), tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return = IRR), rasio biaya manfaat (Net Benefit Cost Ratio = Net B/C), dan jangka waktu pengembalian modal investasi (Payback Period = PP).

Selain pengkajian aspek finansial (keuangan), pengkajian aspek non finansial juga perlu diperhitungkan. Aspek non finansial dalam penelitian ini meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial. Aspek pasar merupakan aspek yang menjadi prioritas utama dalam menentukan layak tidaknya suatu usaha. Jika pasar yang dituju tidak jelas, prospek usaha kedepannya pun tidak jelas, maka resiko kegagalan usaha menjadi besar. Untuk itu, dalam menentukan layak tidaknya usaha penggemukan domba MT Farm dari aspek pasar, perlu dikaji dengan baik struktur pasar yang terbentuk dan peluang pasar yang ada. Melalui strategi pemasaran yang baik pula maka peluang pasar yang tersedia dapat diraih dengan baik.

(18)

Sedangkan suatu usaha dikatakan layak secara aspek hukum jika usaha tersebut legal. Legal atau tidaknya suatu perusahaan ditentukan oleh ada tidaknya surat izin untuk mendirikan usaha. Dan suatu usaha dikatakan layak dari aspek sosial jika memberi dampak positif terhadap penghasilan negara, berpengaruh positif terhadap devisa negara, membuka peluang kerja, dan berdampak positif terhadap pengembangan wilayah dimana usaha dijalankan.

Pada usaha penggemukan domba di Mitra Tani Farm, bakalan merupakan bahan baku yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penggemukan. Ketika perusahaan memerlukan bakalan untuk memenuhi permintaan konsumen, pemasok bakalan harus mengumpulkan bakalan terlebih dahulu agar sesuai dengan jumlah yang dipesan, dan itu membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Pemasok mengumpulkan bakalan dari petani-petani setempat di pasar ternak. Dengan adanya kesulitan dalam mencari bakalan, maka produksi perusahaan pun menjadi terganggu, sehingga produk yang dihasilkan menjadi fluktuatif atau dapat menurun. Selain produksi yang menurun, harga bakalan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Harga bakalan dipengaruhi oleh harga keseimbangan di pasar. Ketika harga bakalan sedang tinggi, otomatis biaya variabel pun meningkat. Sehingga hal ini mengakibatkan penetapan harga jual yang lebih mahal atau perusahaan dapat mengalami penurunan laba atau kerugian. Beberapa hal tersebut dapat dianalisis seberapa besar pengaruhnya terhadap kelayakan investasi pada usaha penggemukan domba di MT Farm.

Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yang dianggap perlu untuk dikaji, yaitu sebagai berikut:

1. Apakah usaha penggemukan domba CV Mitra Tani Farm layak atau tidak untuk dilaksanakan jika dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan lingungan? 2. Apakah layak atau tidak usaha penggemukan domba CV Mitra Tani Farm

jika diusahakan secara sendiri jika dilihat dari aspek finansial yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period?

3. Apakah layak atau tidak usaha penggemukan domba CV Mitra Tani Farm jika diusahakan secara bermitra jika dilihat dari aspek finansial yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period?

4. Bagaimana nilai pengganti (switching value) pada usaha penggemukan domba di CV Mitra Tani Farm terhadap kelayakan usaha?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kelayakan usaha penggemukan domba CV Mitra Tani Farm dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan usaha penggemukan domba CV Mitra Tani Farm jika diusahakan secara sendiri dilihat dari aspek finansial yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period.

(19)

4. Menganalisis nilai pengganti (switching value) pada usaha penggemukan domba CV Mitra Tani Farm jika terjadi penurunan produksi dan peningkatan biaya variabel terhadap kelayakan usaha.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, seperti:

1. Menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan. 2. Bagi peneliti yaitu dapat memberikan pengalaman serta media penerapan

ilmu yang didapat selama kuliah.

3. Bagi pembaca, penelitian dapat menambah wawasan dan informasi mengenai prospek dan kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing serta sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bogor dengan menganalisis kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing di CV Mitra Tani Farm berdasarkan:

1. Aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan lingkungan.

2. Aspek finansial (keuangan), menganalisis usaha berdasarkan parameter NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period.

3. Analisis nilai pengganti (switching value) yang akan mengkaji kelayakan usaha apabila terjadi penurunan produksi dan peningkatan biaya variabel.

TINJAUAN PUSTAKA

Penggemukkan Domba dan Kambing di Indonesia

Menurut Harianto (2010) jenis domba secara umum dibagi tiga, yaitu tipe pedaging, tipe bulu (wol), dan domba dwifungsi atau tipe pedaging sekaligus bulu. Domba tipe pedaging potensial sebagai penghasil daging karena postur tubuhnya besar dan penambahan bobotnya cepat. Ciri domba tipe pedaging diantaranya bentuk badan padat, dada lebar dan dalam, leher pendek, serta garis punggung dan pinggang yang lurus. Kelebihan daging domba dibandingkan dengan daging kambing adalah teksturnya lebih empuk, halus, dan tidak berbau amis. Domba tipe bulu (wol) memiliki bulu dengan kualitas baik sebagai bahan baku wol. Domba tipe wol memiliki ciri-ciri diantaranya tubuh lebih ringan, berdaging lebih tipis, dan lebih lincah daripada domba tipe pedaging. Sementara itu, domba dwifungsi memiliki postur tubuh yang besar sekaligus memiliki kualitas bulu yang baik sebagai bahan baku wol.

(20)

Jenis domba dalam negeri biasanya diarahkan sebagai domba pedaging karena pemanfaatan bulu domba untuk pembuatan wol di Indonesia masih sangat jarang. Di Indonesia ada beberapa jenis domba yang umum diternakkan untuk dimanfaatkan dagingnya, yaitu:

1). Domba Lokal

Jenis domba lokal yang banyak diternakkan di Indonesia diantaranya domba garut, domba ekor tipis, dan domba ekor gemuk.

a. Domba Garut (Priangan)

Domba garut atau domba priangan merupakan salah satu jenis domba unggulan. Postur tubuhnya besar dan kuat menjadikannnya sebagai domba aduan yang tangkas di arena lomba. Domba garut sebenarnya bukan domba asli Indonesia. Namun, sudah dianggap domba lokal karena sudah dipelihara secara turun-temurun, khususnya oleh masyarakat di daerah Garut, Jawa Barat. Domba garut diperkirakan merupakan hasil persilangan domba asli Indonesia, domba merino dari Asia Kecil, dan domba gemuk dari Afrika Selatan.

Domba garut jantan memiliki ciri khas, yaitu tanduknya besar dan melengkung ke belakang. Tanduk berbentuk spiral serta pangkal tanduk kanan dan kiri hampir menyatu. Sementara itu, domba betina tidak memiliki tanduk. (Harianto, 2010). Domba garut jantan umumnya memiliki bobot 60-80 kg. Sementara itu bobot domba betina hanya setengah dari bobot domba jantan, yaitu sekitar 30-40 kg. Angka reproduksi cukup tinggi dan mampu beranak sepanjang tahun. Domba ini juga adaptif atau mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Keunggulan lain dari domba garut adalah kualitas kulitnya yang bagus. Kulit domba garut merupakan salah satu kulit berkualitas terbaik di dunia.

b. Domba Ekor Tipis

Penamaan domba ini berasal dari bentuk ekornya yang tidak memiliki atau sangat sedikit cadangan lemak sehingga ekornya terlihat tipis. Domba lokal yang banyak diternakkan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara ini memiliki postur tubuh relatif kecil dibandingkan dengan jenis domba lainnya. Domba ini sering disebut sebagai Domba Kacang atau Domba Jawa karena memiliki tubuh yang kecil (Zahira, 2012).

Pertambahan bobot domba ekor tipis agak lambat, sekitar 90-100 gram per ekor per hari. Bobot badan domba jantan berkisar 30-50 kg, sedangkan betinanya 15-35 kg. Persentase karkasnya berkisar 44%-49% (Harianto, 2010). Secara fisik, domba ekor tipis memiliki ciri-ciri diantaranya warna bulu dominan putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh seperti di seputar mata, hidung, dan beberapa bagian tubuh lainnya. Domba jantan memiliki tanduk berukuran kecil dan melingkar. Sementara itu, domba betina tidak bertanduk. Keunggulan domba ekor tipis adalah mampu melahirkan kembar hingga mencapai lima anakan sekali kelahiran. Ukuran tubuhnya yang kecil menolong ternak ini untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang kurang baik (Siregar, 2012).

c. Domba Ekor Gemuk

(21)

Bulunya ini termasuk jenis bulu bukan wol. Domba jantan dan betina umumnya tidak bertanduk.

Daging domba ekor gemuk berkarakter khas karena memiliki kandungan lemak diantara dagingnya. Karena itu, dagingnya relative tetap empuk meskipun umur domba sudah cukup tua. Jenis daging seperti ini cocok dibuat satai atau steak. Keunggulan domba ekor gemuk sebagai domba pedaging diantaranya memiliki postur tubuh yang cukup besar. Bobot domba jantan mencapai 50-70 kg, sedangkan domba betina 30-40 kg. Selain itu, pertumbuhannya relative cepat dengan rata-rata pertambahan bobot 100-120 gram per hari. Domba ini juga mampu beranak sepanjang tahun.

2). Domba Impor

Selain jenis domba yang sudah lama diternakkan di dalam negeri dan dianggap domba lokal, ada beberapa jenis domba yang diimpor. Beberapa diantaranya domba dorset, domba merino, domba texel, domba rambouillet, domba Suffolk, dan domba st. croix.

Domba impor umumnya merupakan domba tipe pedaging dengan bobot tubuh cukup besar, di atas rata-rata bobot domba lokal seperti domba dorset dari Inggris, domba Suffolk atau domba rambouillet dari Prancis yang bobot jantan dewasanya mencapai 125-150 kg. Begitu pula bobot betina domba Suffolk dan domba rambouillet yang mencapai 125 kg. Saat ini keberadaan domba impor di Indonesia jarang. Hal ini disebabkan daya adaptasi domba impor dengan wilayah di Indonesia tergolong kurang (Harianto, 2010).

3). Domba Hasil Persilangan

Menurut Harianto (2010) untuk meningkatkan kualitas genetik domba lokal, telah dilakukan upaya untuk menyilangkan beberapa jenis domba. Selain persilangan antara dua jenis domba, ada juga persilangan dari tiga jenis domba berbeda. Hasil persilangannya disebut sebagai domba sintesis.

Jenis domba hasil persilangan diantaranya domba sintesis garut dan domba sintesis sumatera. Domba sintesis garut berasal dari persilangan antara domba st.croix, domba garut, dan domba moulton charolais dengan perbandingan 25%, 50%, dan 25%. Tujuan penyilangannya adalah menghasilkan ternak yang tahan terhadap iklim tropis dan produksi susunya tinggi. Produksi susu yang tinggi ini dimanfaatkan untuk konsumsi anakan sehingga pertumbuhannya bagus. Domba sintesis sumatera berasal dari persilangan antara domba st.croix, barbados blackbelly, dan domba lokal sumatera. Hasilnya berupa domba yang memiliki ukuran tubuh lebih besar daripada domba lokal sumatera.

Penelitian Terdahulu Tentang Analisis Kelayakan Usaha Ternak

Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha ternak domba dan kambing telah banyak dilakukan. Umumnya hasil analisis kelayakan menyatakan bahwa usaha ternak domba dan kambing layak untuk dijalankan.

(22)

internal ataupun eksternal peternakan masih mempunyai prospek untuk dilakukannya pengembangan. Dari aspek hukum Peternakan Domba Tawakkal disarankan untuk mengurus izin dari Dinas Peternakan Kabupaten agar Peternakan Domba Tawakkal mempunyai badan hukum yang sah.

Sedangkan Oktavianty (2010) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan unit usaha pembibitan domba ekor tipis di Peternakan Domba Tawakkal Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa secara aspek non-finansial dan finansial usaha yang dijalankan Peternakan Domba Tawakkal layak.

Menurut Siregar (2012) secara finansial usaha peningkatan kapasitas produksi Peternakan Domba Tawakkal layak untuk dilaksanakan. Mengingat kriteria kelayakan yang dianalisis menghasilkan nilai-nilai yang layak. Net Present Value yang didapatkan sebesar Rp 1.754.996.948,00 Net Benefit Cost Ratio sebesar 1,85, Internal Rate of Return sebesar 20,12 persen dan Payback Period selama 6,18 tahun (enam tahun dua bulan). Analisis switching value yang dilakukan terhadap skenario pengembangan bisnis didapatkan penurunan harga jual domba jantan sebesar 20,9212438305787 persen atau peningkatan harga pakan hijauan sebesar 134,360111490054 persen mengakibatkan bisnis menjadi tidak layak untuk dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan harga domba jantan lebih berpengaruh terhadap proses bisnis yang dijalankan daripada peningkatan harga pakan hijauan. Persentase perubahan harga domba jantan harus menjadi perhatian serius bagi Peternakan Domba Tawakkal agar tidak terjadi kerugian yang besar apabila fenomena yang terjadi dalam kenyataannya melewati batas-batas yang dapat ditolerir.

Selain itu telah dilakukan penelitian oleh Bahmat (2012) tentang analisis kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba dan kambing di peternakan Bapak Sarno, Desa Cipaten, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum mampunya peternakan ini untuk memenuhi permintaan pasarnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka usaha penggemukan domba dan kambing ini akan mengembangkan usahanya dengan melakukan penambahan jumlah ternak dan pembangunan kandang baru. Hasil analisis kelayakan finansal usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno pada kondisi sebelum pengembangan memiliki nilai Net Benefit yaitu 85.570. 875 rupiah sedangkan pada kondisi pengembangan nilai Net Benefi yang diperoleh yaitu 100.796.700 rupiah. Maka nilai incremental net benefit yang diperoleh dari usaha penggemukan domba dan kambing yaitu 15.225.825 rupiah. Berdasarkan kriteria investasi usaha penggemukan domba dan kambing ini layak untuk dijalankan karena nilai yang diperoleh sesuai dengan kriteria investasi. Nilai Net Present Value (NPV) lebih besar dari nol yaitu sebesar 1.201.056 rupiah dengan umur usaha delapan tahun. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) lebih besar dari satu yaitu 1,012. Nilai Internal Rate of Return (IRR) adalah 12 persen, sama denga tingkat Discount Rate (DR) yang ditentukan yaitu 12 persen. Payback Period (PP) yang dihasilkan dari analisis tersebut adalah delapan tahun atau sama dengan umur ekonomis usaha yaitu delapan tahun.

(23)

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Fitrial (2009) menganalisis tingkat kelayakan finansial dan non finansial dari penggemukan kambing dan domba yang dikelola oleh peternakan Mitra Tani Farm. Analisis aspek non finansial dinyatakan layak untuk dijalankan. Kemudian analisis finansial usaha penggemukan kambing dan domba di peternakan MT Farm selama lima tahun dengan tingkat diskonto 8.5 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 359 346 744, Net B/C dan Gross B/C sebesar 2.53, IRR sebesar 11.7 persen dan PP sebesar 1.5 tahun. Hasil yang diperoleh dari masing-masing kriteria nvestasi tersebut sesuai dengan nilai indikator yang ditetapkan, sehingga usaha penggemukan ambing dan domba peternakan MT Farm dinilai layak. Melalui switching value analisys menunjukkan bahwa usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm dapat mentolerir kenaikan harga input mencapai 5.34 persen dan penurunan kuantitas penjualan output sebesar 4.79 persen.

Penelitian terdahulu yang dikaji memiliki manfaat yang dapat diambil antara lain adalah penggunaan metode pada penelitian sebelumnya. Adapun penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah objek penelitian yang sama yaitu domba yang diteliti oleh Siregar (2012) dan Oktavianty (2010). Selain itu, persamaan lain dengan penelitian terdahulu adalah metode yang digunakan serta analisis kelayakan usaha yaitu NPV (Net Present Value), Net B-C Ratio, IRR (Internal Rate of Return), Payback Period dan Analisis Switching Value.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Studi Kelayakan Bisnis

Bisnis didefinisikan sebagai sebuah kegiatan atau suatu aktifitas yang mengalokasikan sumber-sumber daya yang dimiliki ke dalam suatu kegiatan produksi yang menghasilkan barang atau jasa, dengan tujuan barang dan jasa tersebut bisa dipasarkan kepada konsumen agar dapat memperoleh keuntungan atau pengembalian hasil (Johan, 2011). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Kasmir dan Jakfar (2009), bisnis adalah usaha yang dijalankan yang tujuan utamanya untuk memperoleh keuntungan.

Studi kelayakan adalah sebuah studi untuk mengkaji secara komprehensif dan mendalam terhadap kelayakan suatu usaha (Johan, 2011). Layak atau tidak layak dijalankannya sebuah usaha merujuk pada hasil pembandingan semua faktor ekonomi yang akan dialokasikan ke dalam sebuah usaha atau bisnis baru dengan hasil pengembaliannya yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu.

(24)

hanya bagi perusahaan yang menjalankan, tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat luas.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Sementara itu, menurut Suliyanto (2010), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah suatu ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika ide tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak (stake holder) dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan. Sedangkan menurut Subagyo (2007), studi kelayakan bila diletakkan pada objek pendirian sebuah usaha baru disebut studi kelayakan proyek. Jika objeknya adalah pengembangan usaha, berarti usaha sudah berjalan, namun direncanakan ada pengembangan studi kelayakannya disebut studi kelayakan bisnis. Menurut Gittinger (1986), proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit.

Investasi adalah keputusan mengeluarkan dana pada saat sekarang ini untuk membeli aktiva riil (tanah, rumah, mobil, dan sebagainya) atau aktiva keuangan (saha, obligasi, reksadana, wesel, dan sebagainya) dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar dimasa yang akan datang (Haming dan Basalamah, 2010). Penilaian investasi dalam studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menghindari terjadinya keterlanjuran investasi yang tidak menguntungkan karena bisnis yang tidak layak. Karena kekeliruan dan kesalahan dalam menilai investasi akan menyebabkan kerugian dan risiko yang besar.

Aspek-aspek Kelayakan Usaha

Aspek-aspek kelayakan usaha perlu diperhatikan dalam melakukan studi kelayakan yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Banyaknya aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu studi kelayakan sangat tergantung kepada karakteristik dari masing-masing usaha. Masing-masing aspek ini tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan antara satu aspek dengan aspek yang lain. Menurut Gittinger (1986), aspek-aspek analisis kelayakan terdiri dari aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Sedangkan menurut Husnan dan Muhammad (2000), aspek-aspek studi kelayakan terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, keuangan, dan ekonomi negara. Namun tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut, maka terkadang juga ditambah studi tentang dampak sosial.

1). Aspek Pasar

(25)

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui proses penciptaan, penawaran dan pertukaran produk dan nilai. Kegunaan kegiatan pemasaran adalah selalu mengusahakan tersedianya komoditas dalam bentuk yang diinginkan, menyuguhkan tepat pada lokasi dan saat yang dibutuhkan (Kottler, 1997).

Berdasarkan definisi tersebut pemasaran tidak terlepas dari bauran pemasaran atau marketing mix. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran (Kotler 1997). Alat bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi empat unsur yang dikenal dengan empat P yaitu produk (poduct), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion).

Alat bauran pemasaran yang paling mendasar adalah produk yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk. Harga adalah jumlah uang yang pelanggan bayaruntuk produk tertentu. Tempat termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran dan menghubungkan berbagai penyedia fasilitas pemasaran untuk menyediakan produk dan pelayanannya secara efisien kepada sasaran. Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. Perusahaan harus memperkerjakan, melatih dan memotivasi tenaga penjualnya. Selain itu perusahaan dapat membuat program komunikasi dan promosi yang terdiri dari iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat serta pemasaran langsung online.

2). Aspek Manajemen

Menurut Nurmalina et.al, (2010), aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis tersebut, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi, hal yang dipelajari adalah bagaimana organisasi/ badan usaha dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti.

Kadariah et.al, (1999), menyatakan bahwa keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian jika hal ini tidak mendapat perhatian yang khusus, ada banyak kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang direncanakan.

3). Aspek Teknis

Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Analisis ini sangat penting, oleh karena itu kerangka kerja suatu usaha harus dibuat dengan jelas agar analisa secara teknis dapat dilaksanakan secara teliti (Gittinger, 1986).

Menurut Nurmalina et.al, (2010), beberapa pertanyaan utama yang perlu mendapatkan jawaban dari aspek teknis ini adalah:

(26)

2. Seberapa besar skala operasi/luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis.

3. Kriteria pemilihan mesin dan equipment utama serta alat bantu mesin dan equipment.

4. Bagaimana proses produksi dilakukan dan layout pabrik yang dipilih, termasuk juga layout bangunan dan fasilitas lain.

5. Apakah jenis teknologi yang diusulkan cukup tepat, termasuk didalamnya pertimbangan variabel sosial yaitu kemampuan atau penerimaan masyarakat terhadap teknologi yang digunakan.

4). Aspek Hukum

Usaha dapat dikatakan legal jika telah mendapatkan izin usaha dari pemerintah daerah setempat melalui instansi, lembaga, departemen atau dinas terkait. Analis dan investor perlu memperhatikan sumber legal dari kelompok masyarakat (Subagyo, 2007).

5). Aspek Sosial dan Lingkungan

Pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan arah apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial tersebut sebab tidak ada proyek yang akan bertahan lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan (Gittinger, 1986). Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja, kualitas hidup masyarakat, kontribusi proyek dan dampak lingkungan yang merugikan dari keberadaan proyek.

6). Aspek Finansial

Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu studi kelayakan bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar, 2007). Aspek ini bertujuan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dihitung dan berapa besar biaya-biaya-biaya-biaya yang akan dikeluarkan, seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika bisnis dijalankan.

Teori Biaya dan Manfaat

Menurut Nurmalina et al. (2009) biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi tujuan bisnis. Komponen-komponen biaya tersebut pada dasarnya terdiri dari barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, biaya tak terduga (contingency allowance) dan biaya-biaya yang dikeluarkan dimasa lalu sebelum investasi baru yang direncanakan akan ditetapkan (sunk cost).

Manfaat dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu usaha atau proyek. Manfaat terdiri dari tiga macam yaitu tangible benefit yang merupakan manfaat yang dapat diukur, indirect or secondary benefit adalah manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri sehingga mempengaruhi keadaan eksternal di luar bisnis, dan intangible benefit yaitu manfaat yang riil ada tapi sulit untuk diukur.

Analisis Kelayakan Investasi

(27)

adalah nilai bersih kini (Net Present Value = NPV), tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return = IRR), rasio biaya manfaat (Net Benefit Cost Ratio = Net B/C) dan jangka waktu pengembalian modal investasi (Payback Peiod = PP). Kriteria investasi kelayakan bisnis dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan.

1. NPV (Net Present Value)

Menurut Nurmalina et.al, (2010), suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari nol (NPV < 0) maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan.

Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Rupiah).

Nilai NPV (Net Present Value) ternyata juga memiliki hubungan langsung dengan IRR (Internal Rate of Return) dan DR (discount rate). Pada saat IRR lebih kecil daripada DR, maka NPV menunjukkan nilai lebih kecil dari nol. Pada saat nilai IRR sama dengan DR, maka NPV menunjukkan nilai sama dengan nol. Sedangkan pada saat nilai IRR lebih besar dari DR, maka NPV menunjukkan nilai lebih besar dari 0. Tingkat discount rate yag lebih rendah akan menghasilkan NPV lebih kecil. Gambar 1 menggambarkan hubungan antara NPV dan IRR.

Gambar 1. Hubungan Antara NPV dan IRR Sumber: Nurmalina et al (2010)

2. IRR (Internal Rate of Return)

(28)

lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif).

3. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio)

Net B/C atau Net Benefit Cost-Ratio adalah setiap satuan biaya yang telah dikeluarkan salama umur proyek dan mampu menghasilkan satuan manfaat bersih maka Net B/C merupakan hasil bagi dari penjualan sekarang, terdiri dari manfaat bersih yang bernilai positif dan negative (Gray et.al, 1978). Perhitungan ini digunakan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang akan diperoleh dari biaya yang telah dikeluarkan.

Net B/C >1 berarti suatu proyek dapat menghasilkan manfaat bersih yang nilainya lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan, dan dinilai layak untuk dilaksanakan. Jika Net B/C < 1 berarti suatu proyek dinilai tidak layak untuk dilaksanakan karena biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh. Jika Net B/C = 0 maka usaha tersebut dapat dilaksanakan maupun tidak dilaksanakan karena besarnya manfaat yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan.

4. PP (Payback Period)

Menurut Gittinger (1986), Payback period atau masa pembayaran kembali adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai neto produksi tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan.

Selama proyek dapat mengembalikan modal/investasi sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan. Apabila sampai saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tidak dilaksanakan.

Payback Period berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan cashflow. Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk diusahakan.

Switching valueanalysis

(29)

Kerangka Pemikiran Operasional

Saat ini permintaan daging domba dalam bentuk karkas atau potongan di CV Mitra Tani Farm adalah sebanyak 10 ekor per hari. Jumlah ini harus dipenuhi perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen yang sebagian besar berasal dari usaha rumah makan dan restoran. Selama ini perusahaan berusaha memenuhi permintaan tersebut dengan melakukan trading atau pembelian daging domba dalam bentuk karkas kepada supplier di luar wilayah Bogor dan menjualnya kembali kepada konsumen dengan mengambil margin keuntungan tertentu. Dalam hal ini CV Mitra Tani Farm berperan sebagai penyalur dan tidak melakukan penggemukkan domba sendiri.

Melihat banyaknya permintaan akan daging domba dalam bentuk karkas ini, yakni sebanyak 10 ekor per hari atau 260 ekor per bulan, maka CV Mitra Tani Farm akan melakukan investasi untuk dapat memenuhi permintaan konsumen tersebut dengan melakukan penggemukan domba sendiri. Karena masa panen penggemukkan domba adalah setiap tiga bulan, agar dapat memenuhi permintaan setiap bulan sebanyak 260 ekor, maka total domba yang harus digemukkan adalah sebanyak 1.040 ekor.

Dalam melakukan penggemukkan ini, CV Mitra Tani Farm akan mengusahakannya secara sendiri atau dapat juga dilakukan dengan bermitra. Hal ini dilakukan mengingat saat ini CV Mitra Tani Farm telah memiliki ikatan kerjasama dengan para petani sekitar tempat usaha dalam usaha penggemukan domba. Alternatif pilihan cara berinvestasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat lebih kepada perusahaan.

(30)
(31)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu unit usaha peternakan domba dan kambing Mitra Tani Farm yang terletak di Jalan Manunggal 51 no 39 RT 04/05 Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Mitra Tani Farm merupakan peternakan domba dengan populasi terbesar kedua di Kabupaten Bogor. Kegiatan penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Januari 2013 hingga Juli 2013.

Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi di lokasi penelitian dan wawancara langsung mengenai seluruh aspek kelayakan, baik aspek non finansial maupun aspek finansial. Data primer mengenai aspek non finansial mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial. Sedangkan data primer mengenai aspek finansial mencakup nilai penjualan, biaya investasi, dan biaya-biaya operasional yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi. Adapun responden yang diwawancarai mencakup pihak manajemen usaha dan warga sekitar berdirinya usaha. Data sekunder yang digunakan berasal dari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Direktorat Jenderal Peternakan, studi literatur berbagai buku, data dari world wide web dan hasil penelitian terdahulu.

Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian adalah secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran usaha dari aspek aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis aspek finanasial kelayakan usaha penggemukkan domba Mitra Tani Farm. Pengolahan data secara kuantitatif diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, dengan menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost (Net B/C), dan Payback Period (PP). Selain itu, dilakukan pula analisis switching value (nilai pengganti) untuk melihat kepekaan usaha penggemukkan domba Mitra Tani Farm dalam menghadapi kemungkinan terjadinya perubahan. Analisis switching value (nilai pengganti) dilakukan dengan skenario terjadi penurunan jumlah produksi dan peningkatan biaya variabel.

Aspek Non Finansial 1). Aspek Pasar

(32)

layak jika ada potensi pasar domba yang tercermin dari jumlah permintaan yang lebih tinggi daripada jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan dan perusahaan memiliki strategi pemasaran yang jelas dan efektif untuk mendukung pencapaian penjualan yang lebih tinggi.

2). Aspek Teknis

Analisis aspek teknis dilakukan secara deskriptif pada kegiatan teknis dalam usaha penggemukan domba. Pada analisis ini dilihat lokasi proyek, skala operasi dan luas proyek, Layout atau tata letak, serta pemilihan jenis teknologi dan peralatan. Subagyo (2007) mengatakan indikator suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan dari aspek teknis produksi adalah jika secara teknis usaha tersebut dapat dilakukan dan sustainable. Hal ini berarti bahwa perusahaan harus memiliki lokasi usaha yang mampu menunjang pelaksanaan usaha, kapasitas produksi sudah melebihi produksi minimum yang harus dicapai, proses produksi sudah sesuai dengan standar prosedur operasional, layout usaha mempermudah proses produksi, serta menggunakan jenis teknologi dan peralatan teknis sesuai dengan prosedur.

3). Aspek Manajemen

Analisis aspek manajemen dilakukan dengan melihat bentuk usaha, jenis-jenis pekerjaan, persyaratan dalam menjalankan pekerjaan, struktur organisasi yang diterapkan dalam perusahaan, dan pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Muhammad 2000). Suatu usaha dikatakan layak jika perusahaan menggunakan sistem manajemen sesuai dengan kebutuhan dan memiliki pembagian serta deskripsi tugas yang jelas, sehingga mendukung pencapaian tujuan perusahaan.

Pada aspek manajemen kriteria kelayakan usaha penggemukan domba yang dianalisis adalah kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan usaha, struktur organisasi yang baik dan sesuai dengan jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan serta tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan usaha.

4). Aspek Sosial dan Lingkungan

Analisis aspek sosial dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui pengaruh keberadaan usaha terhadap kehidupan sosial masyarakat sekitar usaha. Menurut Gittinger (1988), suatu usaha dikatakan layak dari aspek sosial jika memiliki dampak positif terhadap penghasilan negara, berpengaruh terhadap devisa negara, dan pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan. Sementara itu analisis mengenai dampak lingkungan harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan beroperasinya proyek-proyek industri (Umar 2007).

5). Aspek Hukum

(33)

hukum jika usaha tersebut legal jika suatu perusahaan memiliki surat izin mendirikan usaha.

Aspek Finansial

Analisis aspek finansial dilakukan secara kuantitatif berdasarkan prinsip nilai waktu sekarang lebih besar daripada nilai uang pada masa yang akan datang. Pada usaha penggemukan domba maka dilakukan analisis perbandingan antara biaya dan manfaat kriteria kelayakan yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period. Analisis aspek finansial dengan menggunakan bantuan alat hitung kalkulator dan komputer dengan program Microsoft Excel 2007.

Namun sebelum membahas lebih lanjut, perlu diketahui bahwa seluruh biaya dan manfaat harus dinilai-kinikan (diskonto). Hal ini terkait dengan adanya preferensi uang terhadap waktu dimana sejumlah uang yang ada saat ini akan lebih disukai dari pada sejumlah uang yang sama di masa yang akan datang sehingga untuk dapat dibandingkan maka perlu mengkonversi nilai uang dengan dengan menggunakan discount factor (DF) yang besarnya mengikuti rumus : DF =

Keterangan :

i : Discount rate (DR) sebesar 6,5%

t : tahun saat biaya dikeluarkan atau manfaat diperoleh

Nilai discount rate (DR) perlu diketahui sebelum menghitung DF. Biasanya nilai DR ini didasarkan pada tingkat bunga deposito atau bunga pinjaman. Penggunaan DF erat kaitannya dengan preferensi uang atas waktu, nilai uang saat ini lebih disukai dari pada nilai uang dengan jumlah yang sama pada masa yang akan datang sehingga agar seluruh manfaat dan biaya dapat dibandingkan maka digunakanlah DF. Beberapa kriteria investasi yang dapat digunakan antara lain :

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah selisih nilai sekarang manfaat dengan total nilai sekarang biaya atau jumlah nilai sekarang dari dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

Keterangan : Bt = manfaat yang diperoleh pada tahun t Ct = biaya yang dikeluarkan pada tahun t n = Jumlah tahun(umur proyek)

t = Tahun kegiatan bisnis

I = tingkat bunga (Discount Rate)

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV yaitu :

NPV > 0, berarti secara finansial proyek layak dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya.

NPV < 0, berarti secara finansial proyek tidak layak dilaksanakan karena manfaat ysng diperlukan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan.

(34)

NPV = 0, berarti bisnis tersebut mampu mengembalikan sebesar modal yang dikeluarkan. Dengan kata lain bisnis tersebut tidak untung dan tidak rugi.

2. Net Benefit Cost (Net B/C)

Net Benefit Cost (Net B/C) merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Rumus yang digunakan dalam perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C yaitu:

Net B/C ≥ 1, maka proyek tersebut layak atau menguntungkan

Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak atau tidak menguntungkan Net B/C = 1, maka bisnis tidak untung dan tidak rugi

3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga (discount rate) NPV = NPV yang bernilai positif

NPV' = NPV yang bernilai negatif

Pengolahan data dilakukan pada program Microsoft Excel, perhitungan IRR dilakukan melalui program tersebut dan tidak menggunakan rumus ekstrapolasi di atas.

4. Payback Period (PP)

Payback Period merupakan metode yang mengukur periode jangka waktu atau jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal (investasi). Umumnya digunakan sebagai pedoman untuk menentukan suatu proyek dengan tingkat pengembalian yang paling cepat. Rumus yang digunakan dalam perhitungan payback periode adalah sebagai berikut:

(35)

Keterangan :

I : Besarnya investasi yang diperlukan

Ab : Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya

Metode ini memiliki kelemahan, yaitu diabaikannya nilai waktu uang (Time Value of Money). Untuk mengatasi kelemahan tersebut, digunakan discounted payback period. Sebelum dikumulatifkan, nilai net benefit setiap tahun didiskonto terlebih dahulu sehingga diperoleh present value dari net benefit setiap tahun (Husnan dan Muhammad, 2000). Jika masa pengembalian investasi (payback periode) lebih kecil dari umur proyek yang ditentukan, maka proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Pada dasarnya, semakin cepat payback period menandakan semakin kecil risiko yang dihadapi oleh investor (pengusaha).

Analisis Switching Value

Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur ―perubahan

maximum‖ dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output,

penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar usaha masih tetap layak.

Dalam penelitian usaha penggemukan domba ini, switching value dilakukan untuk menguji kepekaan setiap perubahan kenaikan harga input dan penurunan otput yaitu penjualan. Harga input adalah harga bakalan ternak domba. Sedangkan output yang dimaksud yaitu penurunan persentase karkas Penentuan switching value pada variabel bakalan merupakan variabel input tersebut, berdasarkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk variabel tersebut sangat besar dan pada suatu waktu dapat berubah, begitu pula halnya dengan variabel output. Oleh karena itu perlu dilakukan switching value untuk menguji usaha tersebut pada perubahan-perubahan agar diketahui batas kekuatan usaha tersebut pada perubahan-perubahan yang terjadi.

Asumsi Dasar Penggemukan 1.040 ekor Domba

1. Penggemukkan domba dilakukan tujuan untuk memenuhi permintaan karkas 10 ekor/ hari = 260 ekor/bulan (1 bulan = 26 hari kerja), sehingga total populasi adalah 1.040 ekor dalam satu periode penggemukan. 2. Modal yang digunakan adalah modal sendiri.

3. Tingkat suku bunga yang digunakan dalam pengembangan bisnis adalah tingkat bunga deposito Bank Rakyat Indonesia sebesar 6,5% per tahun. 4. Umur ekonomis usaha ditetapkan sepuluh tahun. Umur ini ditetapkan

berdasarkan umur ekonomis dari asset terbesar yang ada pada usaha yaitu kandang domba.

5. Harga input dan output yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga konstan yang berlaku pada saat penelitian dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik.

6. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yaitu: Penyusutan = Nilai beli – nilai sisa

Umur ekonomis

(36)

Pasal 17 ayat 1b. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 persen.

Pasal 17 ayat 2a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25 persen yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.

8. Periode penggemukkan selama tiga bulan dengan jenis domba ekor gemuk/gibas (betina)

9. Pertambahan bobot hidup ternak yang digemukan adalah 1,41 kg per bulan 10. Bobot bakalan yang digunakan adalah domba dengan bobot 28,27 kg dengan

harga beli bakalan Rp 30.000,00/kg.

11. Bobot domba hidup yang siap dipotong adalah 32,5 kg/ekor dengan harga jual karkas Rp 72.000,00/kg

12. Persentase bobot karkas adalah 40% dari bobot domba hidup yang siap dipotong

13. Penerimaan terdiri dari penerimaan penjualan karkas domba dan penerimaan tambahan berupa penerimaan penjualan kepala, kaki, dan jeroan domba seta penerimaan kulit domba. Besarnya penerimaan penjualan karkas domba ditentukan berdasarkan bobot karkas dikalikan harga jual karkas per kilogram. Bobot karkas domba adalah 13 kg per ekor dengan harga jual Rp 72.000,00 per kg. Sedangkan penerimaan penjualan tambahan berupa kepala, kaki, dan jeroan ditentukan berdasarkan jumlah domba yang dopotong dikalikan harga jual Rp 45.000,00 per paket. Penerimaan kulit domba pun berdasarkan jumlah domba yang dipotong dikalikan harga jual sebesar Rp 60.000,00 per lembar.

14. Setiap periode semua karkas habis terjual

15. Pakan yang digunakan adalah pakan rumput jenis rumput gajah. Kebutuhan pakan adalah 5 kg/ekor/hari. Pakan rumput dipenuhi dengan menanam stek rumput sendiri pada lahan milik MT Farm, kecuali pada bulan pertama dan kedua karena rumput belum siap dipanen.

16. Pada penggemukan bermitra pakan digunakan saat domba berada di kandang transit bakalan dan kandang transit potongan saja.

Gambar

Tabel 2  Populasi domba dan kambing di pulau Jawa tahun 2010-2012 (ekor)
Tabel 4  Pemotongan kambing dan domba di Jawa Barat tahun 2008-2010 (ekor)
Tabel 5  Produksi ternak dan kontribusi berbagai jenis ternak di Kabupaten Bogor
Gambar 2.  Alur Kerangka Pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penerapan problem based learning pada siklus I sampai siklus II dapat disimpulkan bahwa problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas guru pada

Dalam kaitan inilah, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan corporate governance terhadap kinerja keuangan, dengan objek penelitian

Teman-teman dekat saya Teknik Arsitektur 2011 yang selalu memberikan masukan kepada saya dan meluangkan waktunya untuk berdiskusi mengenai laporan Tugas Akhir

2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, yang mendasarkan pada Putusan MK Nomor 008/PUU-IV/2006, tidak sepenuhnya tepat karena Pemilu pada tahun 2009 adalah dengan

dengan model pembelajaran tersebut?; (4) apakah rata-rata kemampuan berpikir kreatifnya lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model ekspositori?; (5)

[r]

Masalah perlu dibatasi agar peneliti dapat membatasi diri pada apa saja yang perlu dan tidak perlu untuk diteliti. Peneliti harus menegaskan bahwa ia akan meneliti masalah

MAMPU MELAKUKAN PERUBAHAN PERILAKU USAHA : SEGALA BENTUK PIKIRAN, PERASAAN USAHA : SEGALA BENTUK PIKIRAN, PERASAAN DAN TINDAKAN TERHADAP SESUATU.. SADAR : DISENGAJA,