• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

E. Tata Cara Penelitian

2. Uji Kekerasan Lipstik

Seperangkat alat uji kekerasan lipstik dan stopwatch disiapkan. Lipstik yang digunakan adalah lipstik dengan ukuran dan berat yang sama. Lipstik diposisikan pada alat dengan bagian ujung lipstik menghadap ke bawah, kemudian dilepaskan beban 200 g yang berfungsi sebagai pemberat pada alat, bersamaan dengan itu pencatatan waktu dimulai. Apabila setelah 1 menit lipstik belum hancur, ditambahkan beban menjadi 400 g pada alat. Dengan selang waktu 1 menit apabila lipstik belum hancur maka ditambahkan beban lagi hingga 1400 g atau hingga lipstik hancur. Pencatatan waktu dan total beban yang digunakan dihentikan saat

lipstik hancur. Pengujian ini dilakukan pada penyimpanan hari ke 2, 7, 14, 21 dan 30.

F. Analisis Hasil

Hasil yang didapat dari uji kekerasan lipstik setelah penyimpanan hari ke-2 dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA pada tingkat kepercayaan 95%

menggunakan program Design Expert® versi 10.0.0. Kemudian dilihat grafik hubungan dan dilihat besarnya nilai efek dari komposisi minyak jarak dan lanolin terhadap respon yang hasilnya signifikan. Hasil dinyatakan signifikan apabila nilai probabilitas < 0,05. Apabila hasil signifikan maka persamaan yang diperoleh dapat digunakan untuk memprediksi nilai respon dengan memasukkan nilai faktor ke dalam persamaan.

Data nilai kekerasan lipstik selama masa penyimpanan 30 hari kemudian dianalisis dengan menggunakan program Rstudio versi 3.2.3. Uji normalitasn dilakukan menggunakan Shapiro-Wilk Test’s untuk mengetahui apakah data yang didapat normal atau tidak, apabila data dikatakan normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas antar formula menggunakan Levenne Test’s. Apabila data yang didapat pada formula tidak normal maka dilakukan pengujian menggunakan Kruskal – Wallis Test’s. Setelah uji homogenitas, jika formula masuk dalam syarat homogen, dilanjutkan dengan uji ANOVA untuk mengetahui formula yang memiliki hasil berbeda tidak signifikan atau berbeda signifikan. Jika pada formula menghasilkan perbedaan yang signifikan maka pengujian dilanjutkan dengan menggunakan Post Hoc : Tukey HSD, untuk melihat letak perbedaan signifikan dari formula berada dimana.

24  

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Formulasi Lipstik

Sediaan yang dibuat dalam penelitian ini adalah lipstik dengan pewarna alami yang bertujuan untuk mewarnai dan membentuk bibir agar lebih artistik dan menarik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah. Lipstik merupakan kosmetik dekoratif berbentuk batang yang pada dasarnya adalah pewarna yang terdispersi dalam basis lilin, minyak dan lemak yang cocok. Dalam penelitian ini digunakan ekstrak kulit buah manggis sebagai pewarna alami dan diteliti komposisi minyak dan lemak yang tepat untuk menghasilkan lipstik yang baik.

Basis utama dari lipstik adalah lilin, minyak dan lemak. Lilin akan memberikan bentuk rigid dan solid pada batangan lipstik. Pada penelitian ini lilin yang digunakan adalah beeswax. Beeswax adalah zat yang paling sering ditemukan pada lipstik dan memberikan konsistensi yang baik sebagai basis. Beeswax yang ditambahkan dengan lanolin akan membantu mengikat minyak jarak (Bennett, 1944). Beeswax dapat digunakan untuk meningkatkan titik leleh campuran.

Beeswax mempunyai sifat pengikat yang baik untuk membantu menghasilkan massa yang homogen. Sifat beeswax yang mudah menyusut memberikan keuntungan dengan memudahkan pelepasan lipstik dari cetakan. Beeswax merupakan campuran dari cerotic acid dan myristin yang meleleh pada 63C.

Secara kimia, beeswax menstabilkan warna dalam batang lipstik dengan kehadiran cerotic acid dan myristin yang terkandung dalam beeswax itu sendiri (NIIR Board

of Consultants & Engineers, 2011). Menurut Knowlton dan Pearce (1993), beeswax dapat digunakan sebagai basis lilin tunggal dalam pembuatan lipstik. 

Minyak jarak berfungsi sebagai emolien dan pelarut. Minyak jarak banyak digunakan dalam kosmetik, makanan dan sediaan farmasi dengan rute oral, topikal dan parenteral. Minyak jarak dianggap sebagai material yang relatif tidak toksik dan tidak mengiritasi ketika digunakan sebagai eksipien (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009). Minyak jarak memberikan keuntungan dengan membentuk lapisan mengkilap yang mengering setelah pengaplikasian (Milton, 2004).

Lanolin merupakan plasticizer yang sangat baik, mudah bercampur dengan konstituen lainnya dan meningkatkan kompatibilitas akhir. Lanolin juga mengurangi eksudasi dari zat lemak dan mencegah keretakan (Freund, Csikos, Keszthelyi, dan Mozes, 1982). Lanolin mampu memberikan efek kemilau dan meningkatkan dispersi pigmen, meskipun lipstik dengan tingkat lanolin tinggi cenderung menjadi agak lengket ketika digunakan (Knowlton dan Pearce, 1993).

Formula acuan yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Barel, Paye, dan Maibach (2001). Bahan-bahan lain yang digunakan dalam pembuatan lipstik ini antara lain titanium dioksida yang berfungsi sebagai pearl, zinc oksida sebagai bahan pengisi, gummi arabicum sebagai pengental emulsi, akuades untuk melarutkan ekstrak kulit buah manggis, gliserin sebagai plasticizer, tween 80 sebagai pelembab dan metil paraben sebagai pengawet.

Pembuatan lipstik diawali dengan menimbang bahan-bahan yang diperlukan dalam formulasi lipstik. Pertama-tama beeswax dan lanolin dilelehkan pada cawan porselen diatas penangas air dengan suhu 80-85C. Beeswax memiliki

titik lebur 63C sementara lanolin memiliki titik lebur 40C. Beeswax mengalami esterifikasi jika dipanaskan hingga 150C sementara lanolin, jika dipanaskan terlalu lama dapat berubah warna menjadi coklat dan berbau tidak sedap. Pemanasan dengan suhu 80-85C bertujuan untuk mempercepat proses pelelehan tanpa merusak bahan.

Pada mortir, ekstrak kulit buah manggis digerus dan ditambahkan dengan akuades hingga larut. Kemudian ditambahkan gummi arabicum hingga homogen dan ditambahkan minyak jarak sedikit demi sedikit sambil terus digerus dengan konstan. Gummi arabicum ditambahkan agar ekstrak kulit buah manggis yang larut dalam akuades tersebut dapat bercampur dengan minyak dan dapat terdispersi dalam campuran lipstik keseluruhan.

Campuran beeswax dan lanolin yang sudah meleleh kemudian dicampurkan dengan campuran ekstrak, akuades, gummi arabicum dan minyak jarak dalam mortir hangat. Mortir hangat digunakan agar beeswax dan lanolin tidak segera memadat kembali, sehingga dapat digerus dan dicampurkan dengan mudah.

Selanjutnya pada mortir tersebut, ditambahkan zinc oksida, titanium dioksida, gliserin, tween 80, fragrance dan metil paraben.

Campuran keseluruhan ini kemudian dilelehkan kembali diatas penangas air dengan suhu 80-85C dan dituang ke dalam cetakan lipstik selagi cair. Cetakan lipstik yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari bahan metal. Cetakan lipstik sebelumnya telah ditetesi dengan parafin cair dan dalam keadaan hangat untuk menghindari campuran lipstik segera memadat sebelum cetakan terisi penuh.

Apabila hal ini terjadi maka akan mengakibatkan batangan lipstik tidak menjadi

satu kesatuan dan permukaan lipstik menjadi tidak rata karena ada bagian yang telah memadat lebih dahulu. Cetakan lipstik kemudian dimasukan dalam lemari pendingin selama 24 jam dan pada hari kedua (48 jam) dilakukan pengujian. Basis lipstik akan menyusut selama pendinginan dan mengeras sehingga lipstik akan lebih mudah dilepaskan dari cetakan dengan memberi sedikit tekanan. Apabila campuran lipstik tidak didinginkan maka lipstik akan sedikit lembek dan sulit dilepaskan dari cetakan. Penggunaan parafin cair juga bertujuan untuk memudahkan pelepasan lipstik dari cetakan sehingga didapatkan permukaan lipstik yang baik.

Dua faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah minyak jarak dan lanolin dan dengan dua level yaitu level tinggi dan level rendah. Pemilihan level didasarkan dari batas bawah dan batas atas pada rentang persentase bahan dari hasil orientasi. Level tinggi minyak jarak yaitu 4,125 g dan level rendah 3 g. Level tinggi lanolin yaitu 4,125 g dan level rendah 3 g. Jumlah formula yang dibuat yaitu 4 formula (hasil dari 22) dengan masing-masing formula direplikasi sebanyak tiga kali.

Nilai pH kosmetik yang jauh dari pH kulit akan mengiritasi atau menimbulkan rasa tidak nyaman pada kulit. Hasil pemeriksaan pH menunjukkan keempat formula lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis memiliki pH 5. Menurut Lauffer (cit., Adliani, Nazliniwaty, dan Purba, 2012), pH kulit bibir yaitu ± 4. Hal tersebut menandakan bahwa pH lipstik dalam penelitian ini dapat diterima karena tidak jauh dari pH kulit bibir.

Lipstik yang dihasilkan memiliki warna nude atau warna natural kecoklatan. Selama masa penyimpanan 30 hari, warna lipstik cenderung menjadi sedikit lebih gelap dibandingkan dengan hasil awal saat dilepaskan dari cetakan.

Hal ini dapat dimungkinkan karena ketidakstabilan ekstrak kulit buah manggis dalam campuran lipstik yang memiliki pH 5. Antosianin yang merupakan pewarna alami dalam kulit buah manggis stabil dalam pH 1-3, sementara apabila pada pH

>4 struktur antosianin tidak stabil dan dapat mengalami transformasi (Farida dan Nisa, 2015). Pengaturan pH lipstik dimungkinkan dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi ketidakstabilan warna ini, namun dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Pada penelitian ini tidak dilakukan uji toksisitas lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis yang dibuat. Namun, diyakini lipstik yang dibuat ini tidak toksik karena bahan – bahan yang digunakan dalam formula masih berada dalam batas aman penggunaan dalam lipstik seperti yang dapat dilihat pada tabel IV. Rentang aman penggunaan ekstrak kulit buah manggis sebagai pewarna lipstik belum pernah diteliti, namun belum ada laporan kejadian toksisitas akibat penggunaan ekstrak kulit buah manggis pada sediaan topikal, namun berdasarkan pengalaman penggunaannya untuk manusia diyakini tidak menimbulkan toksisitas (Lampiran 2).

Tabel IV. Persentase penggunaan bahan yang masih diperbolehkan

Persentase bahan yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari hasil orientasi menggunakan formula acuan. Meskipun persentase bahan dalam formula masih memenuhi syarat batas aman, namun jika dibandingkan dengan formula acuan, maka persentase emolien yang digunakan sangat sedikit dalam lipstik. Pada formula acuan emolien yang dibutuhkan yaitu pada rentang 40-55%, sedangkan emolien dalam penelitian ini yaitu minyak jarak dan lanolin, berkisar 20 hingga 30% saja. Hal ini diduga menyebabkan pengolesan lipstik tidak terlalu lembut pada kulit. Lapisan yang tertinggal pada kulit cukup rata dan warna juga merata pada kulit, hanya saja ketika dioleskan terasa sedikit berat. Selain itu, penggunaan ekstrak kulit manggis yang mengandung eksipien maltodextrin juga dapat mempengaruhi daya oles lipstik. Rasio maltodextrin dengan hasil ekstrak kulit manggis yaitu 10:1 yang berarti jumlah maltodextrin lebih banyak dibandingkan dengan hasil ekstrak kulit manggis, sehingga jumlah filler dalam lipstik bertambah.

B. Sifat Fisik dan Stabilitas Lipstik

Sifat fisik lipstik yang diamati dalam penelitian ini adalah kekerasan lipstik yang dinyatakan dalam satuan detik. Selain harus memiliki sifat fisik yang baik, stabilitas fisik lipstik dalam masa penyimpanan juga merupakan faktor penting yang menjadikan lipstik layak untuk dipasarkan. Stabilitas fisik lipstik ini dapat dilihat dari pergeseran nilai kekerasan lipstik dalam masa penyimpanan selama 30 hari.

Sebagai pembanding nilai kekerasan yang baik dari lipstik, maka hasil uji nilai kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dibandingkan dengan nilai kekerasan lipstik yang sudah beredar di pasaran dan memiliki merk dagang yang sudah banyak digunakan oleh masyarakat.

Lipstik yang sudah beredar di pasaran dan dengan merk dagang yang sudah banyak digunakan diasumsikan sebagai lipstik yang sudah memenuhi persyaratan lipstik yang baik dan dapat diterima oleh masyarakat sebagai konsumen. Wijayanti (2011) menyatakan bahwa lipstik yang telah beredar di pasaran memiliki nilai kekerasan antara 120 hingga 300 detik.

Uji kekerasan lipstik dilakukan dengan menerapkan uji kekerasan suppositoria menggunakan alat uji kekerasan suppositoria jenis Erweka SDT.

Lipstik yang digunakan adalah lipstik dengan ukuran dan berat yang sama. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh perbedaan bobot lipstik pada hasil uji kekerasan. Pengujian ini dilakukan pada penyimpanan hari ke 2, 7, 14, 21 dan 30.

Lipstik diposisikan pada alat dengan bagian ujung lipstik menghadap ke bawah, kemudian diberi beban 200 g yang ditambahkan setiap menit hingga lipstik

hancur atau patah. Penambahan beban ini diasumsikan sebagai tekanan dari luar terhadap lipstik. Lama waktu yang dibutuhkan lipstik untuk mempertahankan konsistensinya sebagai batangan utuh hingga hancur atau patah kemudian dicatat.

Berikut merupakan hasil uji kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.).

Tabel V. Hasil pengukuran kekerasan lipstik Formula Rata-rata Kekerasan Lipstik

(detik) paling rendah adalah pada formula a dengan minyak jarak pada level tinggi dan lanolin pada level rendah ; sedangkan nilai kekerasan lipstik yang paling besar adalah pada formula b dengan minyak jarak pada level rendah dan lanolin pada level tinggi.

Pergeseran kekerasan lipstik dalam penyimpanan selama 30 hari dalam suhu ruangan diamati sebagai informasi stabilitas sifat fisik lipstik. Pada Gambar 4 terlihat bahwa kekerasan lipstik disetiap formula cenderung meningkat selama penyimpanan selama 30 hari. Pergeseran kekerasan lipstik memiliki perbedaan tidak bermakna (p-value>0,05) pada formula 1, formula a dan formula b, sedangkan pergeseran kekerasan lipstik pada formula ab memiliki perbedaan bermakna (p-value<0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa lanolin dengan level tinggi dalam penelitian ini tidak dapat mempertahankan kestabilannya (Lampiran 5).

Gambar 4. Grafik hubungan kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap waktu penyimpanan

C. Efek Minyak Jarak dan Lanolin serta Interaksinya terhadap Kekerasan Lipstik

Data yang diperoleh dari uji kekerasan lipstik kemudian dianalisis menggunakan program Design Expert ® versi 10.0.0 untuk mengetahui besar efek minyak jarak dan lanolin terhadap kekerasan lipstik. Signifikansi setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek dapat dilihat dengan menggunakan uji statistik ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% (tingkat signifikansi p<0,05). Jika didapatkan hasil yang signifikan maka persamaan yang didapatkan dari percobaan dapat digunakan untuk memprediksi respon yang dihasilkan dengan memasukkan nilai-nilai faktor tertentu.

Tabel VI. Hasil Uji ANOVA berdasarakan hasil analisis menggunakan Desain Expert® versi 10.0.0 untuk respon kekerasan lipstik

source p-value

Dari Tabel VI dapat dilihat nilai probabilitas yang diperoleh adalah 0,0015 (<0,05 = signifikan) sehingga dapat diartikan bahwa persamaan yang didapat dari model percobaan ini valid dan dapat digunakan untuk memperkirakan nilai respon kekerasan lipstik dengan memasukan faktor ke dalam persamaan.

Persamaan desain faktorial yang didapatkan untuk respon kekerasan lipstik yaitu:

Y = 171,15846 – 18,25850 A + 7,64626 B + 0,81633 AB

Pada Tabel VI juga dapat dilihat bahwa masing-masing faktor yaitu minyak jarak dan lanolin memiliki nilai probabilitas 0,0199 dan 0,0004 (<0,05 = signifikan). Hal ini menunjukan bahwa baik minyak jarak maupun lanolin pada level yang digunakan dalam penelitian berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan respon kekerasan lipstik.

Tabel VII. Efek minyak jarak, lanolin dan interaksinya terhadap respon kekerasan lipstik oleh faktor B, yaitu lanolin dengan nilai efek 60,33 dan % kontribusi 66,65. Nilai

efek dari lanolin bernilai positif, yang berarti bahwa penggunaan lanolin dalam formula secara signifikan akan meningkatkan kekerasan lipstik. Penggunaan minyak jarak secara signifikan akan menurunkan respon kekerasan lipstik. Adanya interaksi antara minyak jarak dan lanolin akan meningkatkan kekerasan lipstik dengan besar nilai efek 5 dan % kontribusi 0,46 , namun pengaruhnya terhadap respon kekerasan lipstik tidak signifikan (p<0,05) seperti yang bisa dilihat dari Tabel VI.

 Gambar 5. Grafik hubungan minyak jarak terhadap kekerasan lipstik

Gambar 6. Grafik hubungan lanolin terhadap kekerasan lipstik

Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah minyak jarak mampu menurunkan kekerasan lipstik pada lanolin baik level rendah maupun lanolin level tinggi. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah lanolin mampu menaikkan kekerasan lipstik pada minyak jarak level rendah maupun minyak jarak level tinggi.

Berdasarkan contour plot pada Gambar 7, semakin tinggi lanolin yang digunakan maka semakin tinggi kekerasan yang didapat. Semakin tinggi minyak jarak yang digunakan maka semakin rendah kekerasan lipstik yang didapatkan.

Daerah contour plot yang berwarna bitu menunjukkan kekerasan lipstik dengan nilai rendah, sedangkan daerah yang berwarna merah menunjukkan kekerasan lipstik dengan nilai yang tinggi.

 

 Gambar 7. Contour Plot respon kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L)

Validasi dilakukan untuk mengkonfirmasi bahwa metode yang digunakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pada penelitian ini, dilakukan validasi dengan mengambil satu titik pada daerah optimum dari grafik contour plot.

Diambil titik dengan komposisi minyak jarak 3,519 gram dan lanolin 3,697 gram.

Dari titik yang diambil tersebut, nilai kekerasan yang diharapkan adalah 167 detik.

Tabel VIII. Hasil validasi Contour Plot

Perhitungan Teoritis Hasil Validasi Rata-rata p-value Kekerasan

(detik)

167,497 158 150,33 0,0788

152 141

Hasil validasi yang didapatkan yaitu nilai kekerasan rata-rata sebesar 150,33 detik. Nilai p-value yang didapat, yaitu sebesar 0,0788 (>0,05) memiliki arti bahwa hasil yang didapatkan mendekati hasil teoritis dan valid.

37  

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Penggunaan minyak jarak dan lanolin berpengaruh signifikan terhadap kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). Minyak jarak menurunkan kekerasan lipstik dengan nilai efek -30,33 dan lanolin meningkatkan kekerasan lipstik dengan nilai efek 60,66. Pada pergeseran kekerasan lipstik, hanya lanolin dengan level tinggi yang memiliki perbedaan signifikan yaitu dengan nilai p-value 0,000394 pada formula ab.

B. Saran

1. Perlu dilakukan uji kestabilan fisik lipstik lain yang dilakukan selama penyimpanan, meliputi : uji kestabilan warna lipstik terhadap suhu, uji kestabilan pH dan uji titik leleh.

2. Hasil dari penelitian ini masih perlu dilakukan uji iritasi untuk memberi jaminan keamanan penggunaan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.).

DAFTAR PUSTAKA

Adliani, N., Nazliniwaty, dan Purba, D., 2012, Formulasi Lipstik Menggunakan Zat Warna dari Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.), Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 1(2): 87-94.

Armstrong, N.A., dan James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experimental Design and Interpretation, Taylor & Francis, United Kingdom, hal. 131-135.

Ash, M., dan Ash, I., 2004, Handbook of Presevatives, Synapse Information Recources, Inc., USA, hal. 165.

Astuti, R., Meikawati, W., dan Sumarginingsih, S., 2010, Penggunaan Zat Warna

“Rhodamin B” pada Terasi berdasarkan Pengetahuan dan Sikap Produsen Terasi di Desa Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang, Penggunaan Zat Warna “Rhodamin B” Pada Terasi, 6(2), 21-29.

Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I., 2001, Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcel Dekker, Inc., New York, hal. 670, 671, 680.

Balsam, M.S., 1972, Cosmetic Science and Technology, Second Edition, Jhon Willy and Son, Inc., London, hal. 64.

Bennett, H., 1944, Commercial Waxes, Natural and Synthetic, including Properties, Uses, Methods of Handling and Formulas for Making Commercial Wax Compositions, Chemical Publishing Co. Inc., California, hal. 269.

Bolton S., dan Bon C., 2010, Pharmaceutical Statistics: Practical and Clinical Applications, Fifth Edition, Taylor and Francis Group, USA, hal. 222, 223.

Bruch, J.M., Treister, N.S., 2009, Clinical Oral Medicine and Pathology, Humana Press, London, hal. 2.

Chooi, O.H., 2004, Buah: Khasiat Makanan dan Ubatan, Kuala Lumpur, hal. 102.

Chaovanalikit, A., et al., 2012, Anthocyanin and Total Phenolics Content of Mangosteen and Effect of Processing on the Quality of Mangosteen Products, International Food Research Journal, 19 (3): 1047-1053.

Dalimartha, S., 2008, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 5, Pustaka Bunda, Grup Puspa Swara, Jakarta, hal. 52.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985, Formularium Kosmetika Indonesia, Dirjen POM, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia, Dirjen POM, Jakarta, hal 66-67.

Dewi, I.D.A.D.Y., Astuti, K.W., Warditiani, N.K., 2013, Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 95% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), Jurnal Farmasi Udayana, 2(4), 1-7.

Direktorat Jendaral Pengawasan Obat dan Makanan, 2008, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Draelos, Z.D., 2011, Cosmetics and Dermatologic Problems and Solutions, Third Edition, Taylor and Francis Group, US, hal. 68.

Farida, R.,dan Nisa, F.C., 2015, Ekstraksi Antosianin Limbah Kulit Manggis Metode Microwave Assisted Extraction (Lama Ekstraksi Dan Rasio Bahan : Pelarut), Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(2), 362-373.

Firdaus, D., 2011, Manggis (Garcinia mangostana L), http://jabar.litbang.per- tanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/14-alsin/64-manggis-garcinia-mangostana-l- , diakses tanggal 8 Maret 2016.

Freund, M., Csikos, R., Keszthelyi, S., dan Mozes, G.Y., 1982, Paraffin Products Properties, Technologies, Apllications, Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam, hal. 267.

Hariana, A., 2013, 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Penebar Swadaya, Jakarta, hal. 229.

Iswari, K., dan Hasyim, A., 2008, Manggis Kaya Amtioksidan, Iptek Hortikultura, 4, 44-47.

ITIS Report, 2016, Garcinia mangostana L., Taxonomic Serial No.: 21484, http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&sea rch_value=21484# , diakses 6 Februari 2016.

Jellinek, J.S., 1970, Formulation and Functions of Cosmetics, John Willey and Sons, Inc., USA, hal.113-114.

Jordheim, M., 2007, Isolation, Identification and Properties of Pyranoanthocyanins and Anthocyanin Forms, Department of Chemistry, University of Bergen, hal. 71.

Knowlton, J., dan Pearce, S., 1993, Handbook of Cosmetic Science and Technology, First Edition, Elsevier, UK, hal. 149, 150.

Mercardo, C. G., 1991, Lipstick Formulation and Method, US Patent, No.

4.996.044, hal.3.

Milton, J., 2004, Vanity, Vitality, and Virility: The Science Behind the Products You Love to Buy, Oxford University Press, UK, hal. 2.

Misbachudin, M.C., Rondonuwu, F.S., dan Sutresno, A., 2014, Pengaruh pH Larutan Antosianin Strawberry dalam Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), Jurnal Fisika Dan Aplikasinya, 10 (2), 57-62.

Mitsui, T., 1997, New Cosmetic Science, Elsevier, Netherlands, hal. 386.

Mukhriani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa Aktif, Jurnal Kesehatan, 7(2), 361-367.

NIIR Board of Consultants & Engineers, 2011, The Complete Technology Boon on Wax and Polishes, Asia Pasific Business Press, New Delhi, hal.126.

Paramawati, R., 2010, Dahsyatnya Manggis untuk Menumpas Penyakit, PT Agro Media Pustaka, Jakarta, hal. 56-58.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Pharmaceutical Press, London, hal. 1, 126, 127, 283, 379, 380, 441, 550.

Smolinske, S.C., 1992, Handbook of Food, Drug, and Cosmetic Excipients, Micromedex, Inc., Colordo, hal. 225.

Supiyanti, W., Wulansari, E.D., Kusmita, L., 2010, Uji Aktivitas Antioksidan dan Penentuan Kandungan Antosianin Total Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L), Majalah Obat Tradisional, 15(2), 64 – 70.

Tranggono, R.I., dan Latifah,, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 35-43.

Wibowo, D.S., 2005, Anatomi Tubuh Manusia, Grasindo, Jakarta, hal. 165.

Widodo, W., dan Sumarsih, S., 2007, Jarak Kepyar, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, hal. 10.

Wijayanti, C., 2011, Pengaruh Komposisi Ozokerite dan Beeswax sebagai Basis terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan Lipstik dengan Pelembab

Wijayanti, C., 2011, Pengaruh Komposisi Ozokerite dan Beeswax sebagai Basis terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan Lipstik dengan Pelembab

Dokumen terkait