• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi minyak jarak dan lanolin sebagai basis terhadap terhadap kekerasan dan stabilitas lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.).

6  

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Bibir

Anatomi dan fisiologi bibir agak berbeda dibandingkan dengan kulit bagian badan lainnya. Dermis pada bibir tidak mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak, sehingga bibir mudah kering dan pecah-pecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering (Tranggono dan Latifah, 2007).

Warna merah alami pada bibir setiap orang disebabkan oleh warna darah yang mengalir di dalam pembuluh di lapisan bawah kulit bibir. Di bagian ini warna itu terlihat lebih jelas karena pada bibir tidak ditemukan satu lapisan paling luar yaitu stratum corneum (lapisan tanduk). Jadi, kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah (Wibowo, 2005).

Bibir menunjukkan sifat yang lebih peka dibanding kulit bagian tubuh lainnya karena lapisan jangatnya tipis dan banyaknya aliran darah yang mengalir di daerah permukaan kulit bibir. Oleh karena itu, hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan sebagai sediaan cat bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen dan zat pengawet yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan tersebut (Depkes RI, 1985).

B. Manggis (Garcinia mangostana L.)

Gambar 1. Garcinia mangostana L. (Firdaus,2011) 1. Taksonomi Tumbuhan

Kingdom Plantae

Subkingdom Viridiplantae

Divisi Tracheophyta

Subdivisi Spermatophytina

Kelas Magnoliopsida

Ordo Malpighiales

Famili Clusiaceae

Genus Garcinia L.

Spesies Garcinia mangostana L.

(ITIS report, 2016).

2. Nama Daerah

Manggis mempunyai berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung), manggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sulawesi Barat), dan manggieh (Sumatra Barat) (Iswari dan Hasyim, 2008).

3. Kandungan Kimia

Kulit buah manggis diketahui memiliki kandungan senyawa polifenol yang cukup banyak. Beberapa diantaranya adalah antosianin, xanthone, tannin, maupun senyawa asam fenolat lainnya (Chaovanalikit, 2012). Kulit manggis mengandung pewarna alami berupa antosianin yang menghasilkan warna merah, ungu dan biru. Xanthone dalam kulit buah manggis berkhasiat sebagai antioksidan (Hariana, 2013). Ekstrak kulit manggis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan metode pekolasi dan pelarut etanol. Hasil penelitian Dewi, Astuti dan Wardianti (2013) menunjukkan bahwa golongan senyawa yang tersari dari kulit buah manggis dengan pelarut etanol adalah alkaloid, triterpenoid, saponin, flavonoid, tannin dan polifenol.

4. Ekstrak Kulit Buah Manggis

Ekstrak kulit buah manggis yang digunakan dalam penelitian ini dibeli dari PT Borobudur Herbal, Semarang pada tanggal 11 Januari 2016. Bagian buah manggis yang digunakan adalah kulit buah. Ekstrak yang digunakan berupa ekstrak kering berbentuk granul dengan warna light brown dan rasa pahit. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode perkolasi dengan pelarut 70%. Eksipien yang digunakan adalah maltodextrin dengan rasio botanical extract 10:1. Logam berat yang terkandung di dalam ekstrak telah memenuhi syarat aman yaitu Arsen (As) maksimal 5 ppm dan Timbal (Pb) maksimal 10 ppm. Sementara itu pada kosmetika, berdasarkan lampiran Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 tahun 2011, peraturan logam berat yang diperbolehkan adalah Merkuri (Hg) maksimal 1 ppm, Arsen (As) 5 ppm dan Timbal (Pb) 20 ppm.

C. Antosianin

Gambar 2. Struktur dasar antosianin (Misbachudin, Rondonuwu, dan Sutresno, 2014)

Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan dan buah-buahan. Pigmen ini akan memberikan warna merah, biru dan ungu pada buah, bunga dan daun yang masuk dalam kelas flavonoids. Senyawa antosionin yang paling banyak ditemukan adalah pelargonidin (orange), cyanidin (orange-merah), peonidin (orange-merah), delphinidin (biru-merah), petunidin (biru-merah), dan malvidin (biru-merah) (Misbachudin, Rondonuwu, dan Sutresno, 2014).

Kondisi pH sangat mempengaruhi stabilitas/kesetimbangan dari larutan ekstrak antosianin. Larutan antosianin memiliki lima bentuk kesetimbangan yang bergantung pada kondisi pH, yaitu kation flavilium, basa karbinol, kalkon, basa quinonoidal, dan quinonoidal anionik (Misbachudin, Rondonuwu, dan Sutresno, 2014). Pada kisaran pH 1-3, pigmen antosianin berada dalam bentuk kation flavilium yang dominan berwarna merah dengan merupakan bentuk yang paling stabil. Ketika pH naik ke nilai pH 4-5 atau pH semakin ditingkatkan akan menyebabkan hilangnya proton lebih cepat yang akan menyebabkan deprotonisasi

dan hidrasi kation flavilium. Pada pH 3 antosianin lebih stabil terhadap perlakuan pemanasan dan pencahayaan dibandingkan pada pH 1. Selain itu, antosianin stabil antara pH 1 - 3, tetapi pada pH >4 struktur antosianin tidak stabil dan dapat mengalami transformasi (Farida dan Nisa, 2015).

D. Kosmetik

Kosmetik merupakan sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kulit, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Dalam definisi tersebut, kosmetik dimaksudkan sebagai sediaan yang seharusnya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit.

Berbeda dengan kosmetik, obat adalah bahan, zat, atau benda yang dipakai untuk diagnosa, pengobatan, dan pencegahan suatu penyakit atau yang dapat mempengaruhi struktur dan faal tubuh. Menurut penggunaannya pada kulit, kosmetik dibedakan menjadi dua golongan yaitu kosmetik perawatan dan kosmetik riasan atau dekoratif (Tranggono dan Latifah, 2007).

E. Kosmetik Dekoratif

Kosmetik dekoratif dimaksudkan untuk semata-mata mengubah penampilan yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak kulit atau sesedikit mungkin merusak kulit. Sedikit persyaratan untuk kosmetik dekoratif yaitu warna yang menarik, bau yang harum menyenangkan, tidak lengket, tidak menyebabkan

kulit tampak berkilau dan tidak merusak atau menggangu kulit, rambut, bibir, kuku dan lainnya (Tranggono dan Latifah, 2007).

F. Lipstik

Lipstik adalah batang dengan zat pewarna yang tersebar di campuran minyak, lilin dan lemak dan dikemas dalam tabung roll-up. Variasi rasio minyak dan lilin bergantung oleh kimiawan kosmetik. Misalnya, jika lipstik dirancangkan untuk kamuflase atau menutupi ketidaksempurnaan bibir maka lipstik harus dapat tahan lama melapisi bibir. Lipstik juga dapat digunakan untuk mengatasi cheilitis non-actinic atau penebalan kulit bibir disertai perubahan warna keputihan pada perbatasan vermilion dari bibir (persimpangan merah bibir dan kulit) dengan menyediakan kandungan emolien yang lebih tinggi. Formulasi ini akan rendah lilin dan tinggi minyak untuk menghasilkan lipstik yang terasa halus lembut di bibir (Draelos, 2011). Persyaratan kualitas lipstik menurut Mitsui (1997) yaitu tidak mengiritasi atau membahayakan bagi bibir, tidak memberikan rasa atau bau yang tidak sedap, tidak kotor dan tahan untuk beberapa waktu serta mampu mempertahankan warnanya. Lipstik juga harus dapat dengan lembut dioleskan saat kondisi ruangan hangat maupun sejuk serta dapat mempertahankan bentuknya dan tidak pecah (Milton, 2004).

G. Minyak Jarak

Di era modern ini, minyak jarak banyak digunakan untuk industri otomotif, industri farmasi dan kosmetik dan industri manufaktur lain (Widodo dan Sumarsih, 2007). Minyak jarak (castor oil, oleum ricini) diperoleh dari biji tanaman jarak (Ricinus communis) dan terdiri dari trigliserida asam lemak.

Komposisi minyak jarak adalah sekitar 87% asam risinoleat, 7% asam oleat, 3%

asam linoleat, 2% asam palmitat, 1% asam stearat dan asam dihydroxystearic dalam jumlah kecil. (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).

Gambar 3. Asam risinoleat (Smolinske, 1992)

Minyak jarak berfungsi sebagai emolien, pembawa fase minyak dan pelarut. Minyak jarak berupa minyak kental berwarna kuning jernih, hampir tidak berwarna atau pucat, memiliki sedikit bau dan rasa yang awalnya hambar hingga sedikit tajam. Minyak jarak larut dalam kloroform, dietil eter, etanol, asam asetat glasial, dan metanol; praktis tidak larut dalam air; praktis tidak larut dalam minyak mineral kecuali dicampur dengan minyak sayur lain. Massa jenis minyak jarak adalah 0.955–0.968 g/cm3 pada suhu 25C. Minyak jarak stabil dan tidak menjadi tengik kecuali jika dipanaskan berlebihan. Pada pemanasan 300C selama beberapa jam, minyak jarak terpolimerisasi dan menjadi larut dalam minyak mineral. Ketika didinginkan sampai 0C, minyak jarak menjadi lebih kental. Penyimpanan minyak jarak yaitu pada suhu yang tidak melebihi 25C dalam wadah kedap udara dan terlindung dari cahaya (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009). Menurut Smolinske (1992), minyak jarak dalam lipstik umumnya ditemukan pada konsentrasi 10 hingga 67%.

Titik leleh minyak jarak adalah -12ºC (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).

Apabila minyak jarak dicampurkan dengan bahan-bahan lain yang memiliki titik leleh yang lebih tinggi maka akan menghasilkan campuran dengan titik leleh yang lebih tinggi pula dibandingkan dengan titik leleh minyak jarak. Viskositas minyak

jarak akan semakin turun seiring dengan bertambahnya suhu. Titik leleh campuran yang lebih tinggi dibandingkan titik leleh minyak jarak akan membuat viskositasnya turun dan dimungkinkan akan dapat menurunkan kekerasan lipstik yang dihasilkan.

H. Lanolin

Lanolin (lemak wol, wol lilin, wol alkohol dan adeps lanae anhidrat) dan berbagai variasi ester, asam lemak dan alkohol alifatik banyak digunakan di obat topikal dan kosmetik. Lanolin merupakan produk alami yang diperoleh dari kelenjar sebaceus domba dan konstituennya bervariasi dari waktu ke waktu dan tempat ke tempat. Lanolin mengandung steroid, alkohol lemak dan asam lemak (Barel, Paye, dan Maibach, 2001).

Lanolin berwarna kuning pucat dengan bau yang khas. Lanolin yang meleleh berwarna kuning jernih. Lanolin larut dalam benzen, kloroform, eter dan petroleum, sedikit larut dalam etanol (95%) dingin dan lebih larut dalam etanol (95%) mendidih. Lanolin digunakan sebagai pengikat, emulsi stabilizer, kondisioner kulit, dan sebagai agen peningkat viskositas dalam produk-produk seperti produk kosmetik mata, lipstik, krim dan lotion (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).

Peran lanolin dalam lipstik yaitu mempertahankan massa lipstik dalam campuran yang homogen. Perannya dalam mempertahankan massa lipstik kemungkinan akan memperngaruhi kekerasan lipstik seiring dengan bertambahnya jumlah lanolin yang digunakan. Lanolin, yang digunakan dalam rasio yang tepat,

akan membantu mencegah keringat dari minyak pelarut dan memberi sejumlah perlindungan terhadap perubahan suhu yang mendadak.

Paparan pemanasan yang berlebihan atau berkepanjangan dapat menyebabkan warna lanolin menggelap dan berbau tidak sedap. Namun, lanolin dapat disterilkan dengan panas kering pada 150C. Penyimpanan lanolin yaitu dalam kontainer yang tertutup dan terlindung dari cahaya serta di tempat yang sejuk dan kering. Waktu penyimpanan normal lanolin adalah 2 tahun (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).

I. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial adalah desain eksperimental dimana setiap level masing-masing faktor dipasangkan atau disilangkan dengan tiap level setiap faktor lainnya.

Faktor merupakan variabel yang menentukan variabel lain. Level merupakan nilai dari faktor. Efek merupakan perubahan respon yang disebabkan adanya variasi dari setiap faktor. Desain faktorial dapat menentukan ada tidaknya interaksi antara variabel bebas atau faktor yang dipertimbangkan. Interaksi menyiratkan bahwa perbedaan dalam salah satu faktor tergantung pada faktor lain (Bolton and Bon, 2010).

Penelitian desain faktorial dimulai dengan menentukan faktor dan level yang akan diteliti serta respon yang akan diukur. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang dapat diamati. Respon yang diukur harus dapat diekspresikan secara numerik. Deskripsi sifat (seperti besar, lebih besar, terbesar) dan nomor urut tidak dapat digunakan (Armstrong dan James, 1996).

Keuntungan dari penggunaan desain faktorial yaitu ketika tidak ada interaksi, desain faktorial memiliki efisiensi maksimum dalam mengestimasi efek utama, jika ada interaksi, desain faktorial diperlukan untuk menyingkap dan mengidentifikasi interaksi. Karena efek faktor diukur dengan variasi level dari faktor lain, kesimpulan dapat diterapkan pada berbagai kondisi. Desain faktorial bersifat ortogonal,yaitu semua estimasi efek dan interaksi tidak tergantung pada efek dari faktor lain. Ketidaktergantungan yang dimaksud adalah ketika mengestimasi efek utama, sebagai contoh, hasil yang didapatkan adalah karena efek utama yang diinginkan dan tidak terpengaruh oleh faktor lain dari percobaan (Bolton dan Bon, 2010).

Desain yang paling sederhana dari desain faktorial adalah penelitian dengan dua faktor dan dua level (Armstrong dan James, 1996). Pada desain ini diperlukan empat percobaan (2n = 4, dimana 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor).

Tabel I. Notasi formula desain faktorial dua faktor dan dua level (Armstrong dan James, 1996)

Formula Faktor A Faktor B Interaksi

(1) - - +

J. Landasan Teori

Kosmetik memiliki tiga tujuan utama yaitu untuk meningkatkan daya tarik pribadi melalui dekorasi tubuh, untuk menyamarkan kekurangan dalam integumen dan untuk mengubah atau memperbaiki sifat dasar penampilan.

Lipstik merupakan kosmetik yang menambahkan warna pada bibir untuk tampilan yang lebih sehat, membentuk bibir dan mengharmonisasikan wajah antara mata, rambut, dan pakaian. Beberapa pewarna sintetik yang digunakan pada lipstik ternyata tidak aman digunakan karena sifatnya yang toksik, bahkan diantaranya bersifat karsinogenik.

Penampilan kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang berwarna merah ungu menunjukkan ada pewarna alami yang terkandung didalamnya. Salah satu senyawa flavonoid yang terkandung dalam kulit buah manggis adalah antosianin. Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan. Antosianin diketahui dapat berfungsi sebagai antioksidan.

Pewarna alami ini berpotensi untuk digunakan sebagai pewarna pada lipstik.

Beberapa titik kritis terkait dengan persyaratan lipstik yang baik agar dapat diterima oleh masyarakat yaitu lipstik harus dapat bertahan selama mungkin, cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket, melembabkan bibir serta memberi warna yang merata pada bibir. Lipstik yang dibentuk harus dapat dengan mudah dilepaskan dari cetakan dan tidak rusak dalam proses tersebut. Untuk dapat memenuhi hal ini, lipstik harus dapat mengeras dengan cepat dan mengecil ke tingkat yang sesuai.

Pemilihan basis yang tepat akan menentukan kualitas kekerasan lipstik sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Minyak, lemak, lilin dan zat pewarna merupakan komponen utama pada lipstik. Viskositas minyak jarak akan semakin turun seiring dengan bertambahnya suhu. Titik leleh campuran yang lebih tinggi dibandingkan titik leleh minyak jarak akan membuat viskositasnya turun dan dimungkinkan akan dapat menurunkan kekerasan lipstik yang dihasilkan. Peran lanolin dalam mempertahankan massa lipstik dapat menjadi kemungkinan akan meningkatkan kekerasan lipstik seiring dengan bertambahnya jumlah lanolin yang digunakan.

Desain faktorial adalah desain eksperimental dimana setiap tingkat masing-masing faktor dipasangkan atau disilangkan dengan tiap tingkat setiap faktor lainnya. Desain faktorial dapat digunakan untuk menentukan ada tidaknya interaksi antara variabel bebas atau faktor yang dipertimbangkan.

K. Hipotesis

Komposisi minyak jarak dan lanolin dapat memberikan pengaruh terhadap terhadap kekerasan lipstik dan stabilitas lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.).

18  

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian

Jenis rancangan penelitian yang dilakukan yaitu rancangan eksperimental menggunakan desain faktorial, dengan dua faktor dan dua level untuk membandingkan sifat fisik dan stabilitas fisik lipstik.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah minyak jarak dan lanolin dalam gram yang ditambahkan dalam formula lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit buah manggis.

2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kekerasan lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit buah manggis.

3. Variabel Pengacau Terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah suhu pemanasan, suhu pendinginan dan waktu penyimpanan lipstik.

4. Variabel Pengacau Tak Terkendali

Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan kelembaban ruangan saat pembuatan dan pengujian lipstik.

C. Definisi Operasional

1. Lipstik adalah batang dengan zat pewarna yang tersebar di campuran minyak, lilin dan lemak dan dikemas dalam tabung roll-up.

2. Zat pewarna dari ekstrak kulit buah manggis adalah hasil ekstrak kulit buah manggis dengan pelarut etanol 70% dan metode perkolasi.

3. Minyak jarak adalah minyak yang diperoleh dari biji tanaman jarak (Ricinus communis).

4. Lanolin atau lanolin anhidrat adalah produk alami yang diperoleh dari kelenjar sebaceus domba.

5. Kekerasan lipstik adalah kemampuan lipstik untuk bertahan agar tidak mudah patah. Nilai kekerasan didapat dengan menggunakan alat uji kekerasan lipstik yang dibebani dengan berat maksimal 1400 gram dan dinyatakan dalam satuan detik.

6. Desain faktorial adalah model rancangan penelitian yang memungkinkan untuk evaluasi efek dari dua faktor, yaitu minyak jarak dan lanolin dan dua level yaitu level rendah dan level tinggi.

7. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, pada penelitian ini, dua faktor yang digunakan yaitu minyak jarak dan lanolin.

8. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, pada penelitian ini dua level yang digunakan adalah level rendah dan level tinggi. Level rendah minyak jarak dinyatakan sebanyak 3 gram dan level tinggi sebanyak 4,125 gram. Level rendah lanolin dinyatakan sebanyak 3 gram dan level tinggi sebanyak 4,125 gram.

9. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya. Respon dalam penelitian ini adalah nilai kekerasan lipstik.

10. Efek adalah perubahan yang disebabkan adanya variasi faktor dan level.

D. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat

Peralatan yang digunakan yaitu seperangkat alat gelas, neraca analitik, aluminium foil, penangas air, cawan porselen, mortir, stamper, termometer, cetakan lipstik, lemari pendingin, alat uji kekerasan lipstik, stopwatch, indikator pH.

2. Bahan

Bahan yang digunakan yaitu beeswax, minyak jarak, lanolin, ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), titanium dioksida, zink oksida, gummi arabicum, akuades, gliserin, tween 80, oleum rosae, metil paraben dan parafin cair.

E. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan Lipstik

Tabel II. Formula acuan (Barel, Paye, dan Maibach, 2001) Classic Lipstick

Bahan yang dipilih antara lain;

1. Emollients : minyak jarak dan lanolin 2. Wax : beeswax

3. Plasticizers : gliserin

4. Colorants : ektrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) 5. Pearls : TiO2

6. Actives : tween 80 7. Fillers : ZnO

8. Fragrance : oleum rosae 9. Preservatives : metil paraben

Berdasarkan orientasi, presentasi bahan diatas dimodifikasi dan digunakan desain faktorial 2 faktor dan 2 level menjadi:

Tabel III. Formula yang digunakan

Bahan F1 Fa Fb Fab

Masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan berat yang diinginkan.

Beeswax dan lanolin dilelehkan pada cawan porselen di atas penangas air dengan suhu 80-85C. Setelah beeswax dan lanolin meleleh, campuran tersebut kemudian diaduk hingga homogen (Campuran A). Pada mortir, ekstrak kulit buah manggis digerus dan ditambahkan dengan aquadest hingga larut. Kemudian ditambahkan

gummi arabicum hingga homogen dan ditambahkan minyak jarak sedikit demi sedikit sambil terus digerus dengan konstan (Campuran B). Pada mortir hangat, campuran A ditambahkan dengan campuran B. Kemudian pada mortir hangat tersebut ditambahkan bahan-bahan dengan urutan zinc oksida, titanium dioksida, gliserin, tween 80, fragrance dan metil paraben. Campuran pada mortir tersebut kemudian ditambahkan dengan campuran beeswax dan lanolin yang masih dalam bentuk cair dan digerus hingga mengahasilkan massa yang homogen. Campuran keseluruhan ini kemudian dilelehkan kembali di atas penangas air dengan suhu 80-85C dan dituang ke dalam cetakan lipstik saat masih cair. Cetakan lipstik sebelumnya telah ditetesi dengan parafin cair dan dalam keadaan hangat untuk menghindari lipstik segera memadat karena shock thermal. Sebelum dimasukkan ke dalam cetakan, campuran lipstik yang masih dalam keadaan cair dicek pHnya menggunakan pH indikator. Cetakan lipstik kemudian dimasukan dalam lemari pendingin selama 24 jam dan pada hari kedua (48 jam) dilakukan pengujian.

2. Uji Kekerasan Lipstik

Seperangkat alat uji kekerasan lipstik dan stopwatch disiapkan. Lipstik yang digunakan adalah lipstik dengan ukuran dan berat yang sama. Lipstik diposisikan pada alat dengan bagian ujung lipstik menghadap ke bawah, kemudian dilepaskan beban 200 g yang berfungsi sebagai pemberat pada alat, bersamaan dengan itu pencatatan waktu dimulai. Apabila setelah 1 menit lipstik belum hancur, ditambahkan beban menjadi 400 g pada alat. Dengan selang waktu 1 menit apabila lipstik belum hancur maka ditambahkan beban lagi hingga 1400 g atau hingga lipstik hancur. Pencatatan waktu dan total beban yang digunakan dihentikan saat

lipstik hancur. Pengujian ini dilakukan pada penyimpanan hari ke 2, 7, 14, 21 dan 30.

F. Analisis Hasil

Hasil yang didapat dari uji kekerasan lipstik setelah penyimpanan hari ke-2 dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA pada tingkat kepercayaan 95%

menggunakan program Design Expert® versi 10.0.0. Kemudian dilihat grafik hubungan dan dilihat besarnya nilai efek dari komposisi minyak jarak dan lanolin terhadap respon yang hasilnya signifikan. Hasil dinyatakan signifikan apabila nilai probabilitas < 0,05. Apabila hasil signifikan maka persamaan yang diperoleh dapat digunakan untuk memprediksi nilai respon dengan memasukkan nilai faktor ke dalam persamaan.

Data nilai kekerasan lipstik selama masa penyimpanan 30 hari kemudian dianalisis dengan menggunakan program Rstudio versi 3.2.3. Uji normalitasn dilakukan menggunakan Shapiro-Wilk Test’s untuk mengetahui apakah data yang didapat normal atau tidak, apabila data dikatakan normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas antar formula menggunakan Levenne Test’s. Apabila data yang didapat pada formula tidak normal maka dilakukan pengujian menggunakan Kruskal – Wallis Test’s. Setelah uji homogenitas, jika formula masuk dalam syarat homogen, dilanjutkan dengan uji ANOVA untuk mengetahui formula yang memiliki hasil berbeda tidak signifikan atau berbeda signifikan. Jika pada formula menghasilkan perbedaan yang signifikan maka pengujian dilanjutkan dengan menggunakan Post Hoc : Tukey HSD, untuk melihat letak perbedaan signifikan dari formula berada dimana.

24  

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Formulasi Lipstik

Sediaan yang dibuat dalam penelitian ini adalah lipstik dengan pewarna alami yang bertujuan untuk mewarnai dan membentuk bibir agar lebih artistik dan menarik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah. Lipstik merupakan kosmetik dekoratif berbentuk batang yang pada dasarnya adalah pewarna yang terdispersi dalam basis lilin, minyak dan lemak yang cocok. Dalam penelitian ini digunakan ekstrak kulit buah manggis sebagai pewarna alami dan diteliti komposisi minyak dan lemak yang tepat untuk menghasilkan lipstik yang baik.

Basis utama dari lipstik adalah lilin, minyak dan lemak. Lilin akan memberikan bentuk rigid dan solid pada batangan lipstik. Pada penelitian ini lilin yang digunakan adalah beeswax. Beeswax adalah zat yang paling sering ditemukan pada lipstik dan memberikan konsistensi yang baik sebagai basis. Beeswax yang ditambahkan dengan lanolin akan membantu mengikat minyak jarak (Bennett,

Basis utama dari lipstik adalah lilin, minyak dan lemak. Lilin akan memberikan bentuk rigid dan solid pada batangan lipstik. Pada penelitian ini lilin yang digunakan adalah beeswax. Beeswax adalah zat yang paling sering ditemukan pada lipstik dan memberikan konsistensi yang baik sebagai basis. Beeswax yang ditambahkan dengan lanolin akan membantu mengikat minyak jarak (Bennett,

Dokumen terkait