• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bidang Informasi Keracunan

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 43-47)

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

3.4 Struktur Organisasi PIOM

3.4.2 Bidang Informasi Keracunan

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan yang cepat dan signifikan terhadap permasalahan bahan-bahan kimia berbahaya. Kompleksnya masalah ini makin menuntut perhatian yang serius bagi setiap negara di seluruh dunia. Jumlah dan jenis bahan berbahaya tersebut terus meningkat seiring dengan munculnya senyawa baru hasil dari sintesa. Data WHO tahun 1997 menyebutkan bahwa ± 2000 bahan kimia baru masuk ke pasar tiap tahunnya. Di satu sisi, produk bahan kimia memberikan manfaat yang baik untuk kesehatan masyarakat di dunia tetapi di sisi lain bahan tersebut dapat menimbulkan ancaman baik terhadap kesehatan dan keselamatan manusia maupun terhadap lingkungan.

Oleh karena itu pada tahun 1980 tiga Badan Besar di PBB (WHO, ILO, UNEP) membuat suatu program yaitu IPCS International Program on Chemical Safety (IPCS). Pada tahun 1986, IPCS merekomendasikan agar setiap Negara memiliki satu Poison Information Centre (PIC) sebagai salah satu realisasi dari health for all by the year 2000, dimana tercantum pernyataan bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang relevan mengenai pencegahan dan penanganan keracunan.

Pada tahun 1995, di Indonesia telah dibentuk Sentra Informasi Keracunan (SIKer) yang berada dibawah Direktorat Jenderal POM. Sejak tahun 2000 setelah Badan POM menjadi LPND, SIKer berada di bawah struktur PIOM sebagai Bidang Informasi Keracunan. SIKer di Badan POM disebut SIKer Nasional dan pada tahun 2004 telah dibentuk SIKer di 30 Balai Besar/Balai POM yang dilaksanakan oleh bidang/seksi LIK (Layanan Informasi Konsumen).

Sentra Informasi Keracunan (SIKer) atau Bidang Informasi Keracunan adalah suatu unit yang khusus menyediakan informasi terkait dengan keracunan bagi masyarakat yang membutuhkannya. Tujuan SIKer adalah terhindarnya masyarakat dari bahaya akibat bahan/produk yang dapat menimbulkan keracunan sekaligus menurunkan angka kematian/kesakitan akibat keracunan.

a. Tugas dan Fungsi

Bidang Informasi Keracunan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja serta evaluasi pelayanan informasi keracunan. Bidang Informasi Keracunan melaksanakan fungsi sebagai berikut:

Penyusunan rencana dan program pelayanan informasi keracunan. Pelaksanaan pelayanan informasi keracunan,

Pelaksanaan Toksikovigilans

Evaluasi dan penyusunan laporan pelayanan informasi keracunan. Melihat fungsi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Bidang Informasi Keracunan fungsi utamanya adalah menjadi rujukan informasi yang terkait dengan keracunan dalam rangka mendukung pengawasan Obat dan Makanan melalui:

- Pelayanan permintaan informasi terkait dengan keracunan baik dari internal Badan POM maupun masyarakat luas serta berperan aktif dalam pemberian informasi kepada masyarakat untuk mencegah kejadian keracunan

- Penyediaan informasi/data yang terkait dengan keracunan mulai dari bahan sampai kepada tatalaksana penanganan keracunan seperti potensi bahaya bahan kimia rumah tangga, potensi bahaya penggunaan kosmetik yang tidak memenuhi syarat, informasi pertolongan pertama pada korban keracunan, antidotum, laboratorium untuk pengujian bahan atau sampel penyebab keracunan.

- Kegiatan toksikovigilans dalam rangka pencegahan keracunan b.Struktur Organisasi

Bidang informasi keracunan terdiri dari : 1. Sub Bidang Layanan Informasi Keracunan

Sub Bidang Layanan Informasi Keracunan mempunyai tugas melakukan pelayanan informasi keracunan.

2. Sub Bidang Toksikovigilans

Mempunyai tugas melakukan kegiatan toksovigilans. Toksovigilans merupakan kegiatan yang terdiri dari observasi aktif atau identifikasi atau investigasi, evaluasi rsiko toksik dan fenomena yang terjadi di masyarakat dengan tujuan mengurangi maupun meniadakan resiko toksik tersebut. c. Kegiatan

1. Partisipasi Pada Seminar, Konferensi, Workshop, Training dan Kegiatan Sejenis

Dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya manusia Bidang Informasi Keracunan serta untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam melakukan Layanan Informasi Keracunan, maka petugas Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas) perlu diikutsertakan dalam pelatihan, seminar, workshop, serta kegiatan sejenis terutama yang terkait dengan toksikologi, farmakologi, keamanan pangan, keterampilan menulis artikel, dan manajemen pelayanan prima, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mengikuti pelatihan, seminar, workshop dengan tema yang lain.

2. Pengelolaan Layanan Informasi Keracunan

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Bidang Informasi Keracunan melakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) terkait dengan keracunan kepada masyarakat serta stakeholder. Salah satunya adalah pemberian Layanan Informasi Keracunan kepada masyarakat dimana masyarakat dapat langsung meminta Informasi terkait dengan keracunan yang dapat diakses melalui berbagai media komunikasi, yaitu:

a. Pelayanan lnformasi dan konsultasi terkait keracunan langsung ke ruang konsultasi di Jl. Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat 10560 Gedung C Badan Pengawas Obat dan Makanan.

b. Pelayanan Informasi melalui telepon 4259945) dan Fax (021-42889117).

c. Pelayanan Informasi melalui SMS 24 jam, 081310826879.

d. Pelayanan informasi melalui E-mail : [email protected], dan website : www.pom.go.id

Program lain yang cukup efektif dengan melakukan KIE terkait dengan keracunan adalah melalui kegiatan penyuluhan, seminar ilmiah dan pameran kepada tamu-tamu yang berkunjung ke Badan POM (kunjungan mahasiswa/kunjungan instansi lain, dan sebagainya).

3. Penyusunan Produk Informasi Terkait dengan Keracunan Kegiatan KIE juga dapat melalui penyusunan produk informasi terkait keracunan, berupa artikel, leaflet, poster, buku pedoman, CD, monografi bahan beresiko keracunan (Katalog Informasi Keracunan) dan pengelolaan subsite informasi keracunan .

4. Kegiatan Toksikovigilans melalui Pemetaan Kasus Keracunan di Rumah Sakit

Dalam rangka upaya meminimalkan angka keracunan di Indonesia, maka diperlukan data yang akurat tentang gambaran keracunan yang terjadi. Hal ini sangat penting untuk menentukan suatu langkah yang cepat, tepat dan mutakhir yang harus dilakukan untuk mendukung sasaran tersebut di atas.

Bidang Informasi Keracunan telah melaksanakan kegiatan Pemetaan Kasus Keracunan di Rumah Sakit sebagai salah satu bentuk pelaksanaan toksovigilans. Toksovigilans merupakan kegiatan terdiri dari observasi aktif/identifikasi/investigasi serta evaluasi resiko toksik dan fenomena yang terjadi di masyarakat bertujuan mengurangi atau meniadakan resiko toksik tersebut. Tujuan utama kegiatan toksikovigilans ini adalah pencegahan keracunan.

Untuk mengoptimalkan kegiatan toksovigilans tersebut maka diperlukan data kasus keracunan yang akurat terutama yang terjadi di masyarakat sehingga dari data tersebut dapat ditentukan suatu kegiatan yang tepat dalam rangka menurunkan atau mencegah angka keracunan yang terjadi di suatu daerah tertentu. Data kasus keracunan tersebut diperoleh dari rumah sakit yang ada di Indonesia.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 43-47)

Dokumen terkait