• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK

INDONESIA

PERIODE 2 – 24 SEPTEMBER 2013

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

RIYON FAJARPRAYOGI, S.Farm.

1206330053

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

(2)

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK

INDONESIA

PERIODE 2 – 24 SEPTEMBER 2013

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker

RIYON FAJARPRAYOGI, S.Farm.

1206330053

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) periode tanggal 2 s.d 24 September 2013. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi yang melaksanakan PKPA di Badan POM. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, akan sulit bagi penulis dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih, kepada :

1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

2. Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

3. Dra. Reri Indriani, Apt., M. Si., selaku Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan yang telah memberikan kesempatan dan pengarahan selama pelaksanaan PKPA.

4. Irhama Hayati, SSi., Apt., MTI selaku Kepala Bidang Informasi Obat, sekaligus sebagai Pembimbing PKPA yang telah memberikan pengarahan dan membantu kami selama penyusunan laporan ini.

5. Dr. Amarila Malik, Apt., M.Si., sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan selama PKPA dan penyusunan laporan. 6. Dra. Tri Asti Isnariani, Apt., M.Pharm selaku Kepala Bidang Informasi

Keracunan, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.

7. Dra. Rita Endang., Apt., M.Kes selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi Badan Pengawas Obat dan Makanan RI..

8. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi UI atas ilmu dan bantuan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker

(7)

9. Bapak dan Ibu rekan kerja di Pusat Informasi Obat Dan Makanan Badan POM yang telah membantu pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan POM.

10.Orang tua tercinta beserta adik-adik tersayang atas doa dan dukungannya.

11.Seluruh rekan-rekan peserta PKPA di Badan POM dari UI, UP, UHAMKA, ISTN, UNTAG dan STF Bandung.

12.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, namun demikian harapan penulis semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengabdian penulis di masa mendatang dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi para pembaca.

Penulis

2014

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 1.3 Manfaat ... 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM ... 3

2.1 Sejarah Singkat dan Kedudukan Badan POM ... 3

2.2 Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan... 3

2.2.1 Tugas Pokok... 3

2.2.2 Fungsi... 4

2.2.3 Kewenangan... 4

2.3 Visi dan Misi ... 4

2.3.1 Visi... 4

2.3.2 Misi... 5

2.4 Budaya Organisasi... 5

2.5 Prinsip Dasar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan... 5

2.6 Kerangka Konsep Sistem Pengawasan Obat dan Makanan... 6

2.6.1 Sub-sistem pengawasan Produsen... 6

2.6.2 Sub-sistem pengawasan Konsumen... 6

2.6.3 Sub-sistem pengawasan pemerintah/Badan POM... 7

2.7 Kebijakan dan Strategis... 7

2.7.1 Sasaran Strategis... 7

2.7.2 Arah Kebijakan dan Strategi... 7

2.7.3 Strategi... 10

(9)

2.8 Struktur Organisasi Badan POM... 13

2.9 Filosofi Logo Badan POM... 23

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS... 25

3.1 Kedudukan PIOM... 25

3.2 Tugas dan Fungsi PIOM... 25

3.3 Visi dan Misi... 25

3.4 Struktur Organisasi PIOM... 26

3.4.1 Bidang Informasi Obat... 26

3.4.2 Bidang Informasi Keracunan... 32

3.4.3 Bidang Teknologi Informasi... 36

BAB 4 PEMBAHASAN... 39

4.1 Bidang Informasi Obat... 39

4.2 Bidang Informasi Keracunan... 41

4.3 Bidang Teknologi Informasi... 43

BAB 5 Kesimpulan dan Saran... 46

5.1 Kesimpulan... 46

5.2 Saran... 46

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur organisasi Badan POM RI ... 48

Lampiran 2. Struktur organisasi PIOM ... 49

Lampiran 3. Tampilan Sub web Informasi Obat ... 50

Lampiran 4. Tampilan aplikasi IONI ... 51

Lampiran 5. Prosedur Layanan PIONas dan SIKerNas ... 52

Lampiran 6. Alur Layanan Pemustaka Perpustakaan Badan POM... 53

Lampiran 7. Tampilan website informasi keracunan ... 54

Lampiran 8. Tampilan website Katalog Informasi Keracunan ... 54

Lampiran 9. Formulir permintaan informasi Bidang Informasi Keracunan . 55 Lampiran 10. Formulir laporan kasus keracunan di masyarakat ... 55

Lampiran 11. Diagram media layanan publik ... 56

Lampiran 12. Diagram media informasi ... 57

Lampiran 13. Tampilan Website Badan POM ... 58

Lampiran 14. Tampilan subsite sistem notifikasi kosmetik online ... 59

Lampiran 15. Tampilan subsite registrasi akun AeRO ... 59

Lampiran 16. Tampilam Subsite Pra-registrasi obat copy baru (AeRO) ... 60

Lampiran 17. Tampilan subsite e-registrasi obat tradisional ... 60

(12)

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan pada produk-produk farmasi misalnya obat, makanan, minuman, kosmetika, obat tradisional, dan alat kesehatan yang menghasilkan produk-produk yang semakin beragam. Perkembangan ini tidak sejalan dengan peningkatan pengetahuan masyarakat dalam bidang obat, makanan, minuman, kosmetika, obat tradisional, dan alat kesehatan. Salah satu penyebabnya adalah karena banyaknya jenis obat yang diproduksi oleh industri farmasi setiap tahunnya dan diikuti dengan informasi produk yang objektifitasnya masih diragukan dan seringkali tidak rasional, hal ini menyulitkan para pengguna informasi dalam memilih ketepatan atau kebenaran informasi yang dapat dijadikan sebagai acuan. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan produk-produk tersebut di masyarakat.

Pemerintah berupaya memberikan perlindungan kepada masyarakat melalui pembentukan suatu lembaga yang mempunyai wewenang dalam pengawasan obat dan makanan di Indonesia, melalui Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001, maka dibentuklah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yakni Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dan sekarang disebut sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) sebagaimana tercantum dalam pasal 25 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia, No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, yang bertugas melaksanakan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang efektif sehingga mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk tersebut guna melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan. Badan POM juga memiliki Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) yang menghasilkan produk informasi yang dapat dijadikan acuan dalam mendapatkan informasi yang tepat dan menjadikan tempat peningkatan kompotensi bagi para apoteker dalam menjalankan pelayanan informasi obat.

(13)

Untuk melakukan kegiatan pengawasan obat dan makanan diperlukan apoteker yang professional serta terampil dibidangnya. Apoteker adalah salah satu profesi kesehatan yang memiliki peran penting dalam pengawasan obat dan makanan dalam mendukung tugas Badan POM. Oleh karena itu, seorang apoteker tidak cukup hanya belajar dari teori tetapi juga perlu mengetahui dan memahami secara langsung mengenai pengawasan obat dan makanan yang beredar di Indonesia yang sesungguhnya melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Dengan demikian diharapkan mahasiswa mahasiswi calon apoteker mampu menerapkan ilmu yang telah dilaksanakannya setelah PKPA. Karena itu, Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Universitas Pancasila dan Institut Sains dan Teknologi Nasional bekerja sama dengan Badan POM untuk melakukan PKPA yang berlangsung mulai dari tanggal 02 September sampai dengan 24 September 2013 dalam rangka menghasilkan lulusan apoteker yang berkualitas.

1.2 Tujuan Pelaksanaan PKPA

1. Memahami dan menjelaskan mekanisme kerja sistem pengawasan obat dan makanan oleh Badan POM

2. Memahami dan menjelaskan ruang lingkup kerja Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan POM

1.3 Manfaat

Mengetahui peran dan fungsi apoteker pada unit kerja Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan POM.

(14)

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

1.1 Sejarah Singkat dan Kedudukan Badan POM

Pada awalnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) bernaung dibawah Departemen Kesehatan RI sebagai Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, dengan tugas pokok melaksanakan pengaturan dan pengawasan obat, makanan, kosmetika, obat tradisional, narkotika serta bahan berbahaya. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001, Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementrian , Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK) yang bertanggung jawab kepada Presiden.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2013 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi dan tata kerja Lembaga Pemerintahan Non Kementrian, Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tersebut, bahwa dalam melaksanakan tugasnya Badan POM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan, khususnya dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan instansi pemerintah lainnya serta penyelesaian permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kebijakan dimaksud.

Selanjutnya lingkup tugas dan fungsi lebih spesifik Badan POM tercakup dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2001 Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Kementrian. Badan Pengawas Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di Bidang Pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2 Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan 2.2.1 Tugas Pokok

Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(15)

2.2.2 Fungsi

Dalam melaksanakan tugasnya, BPOM menyelenggarakan fungsi :

a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan.

b. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan.

c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM. d. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan

instansi pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan.

e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

2.2.3 Kewenangan

Dalam menyelenggarakan fungsinya, BPOM mempunyai kewenangan: a. Penilaian khasiat/kemanfaatan, keamanan, mutu, dan penandaaan serta

analisis laboratorium dalam rangka pemberian izin edar; b. Pemeriksaan kelengkapan administrasi dan pemeriksaan.

c. Pemeriksaan setempat dalam rangka pembinaan dan pengawasan. d. Pengambilan contoh dan pengujian laboratorium.

e. Pemberian rekomendasi surat persetujuan impor dan surat persetujuan ekspor

f. Pemberian peringatan dan penutupan sementara sarana produksi dan distribusi yang melakukan pelanggaran.

g. Penilaian dan pemantauan promosi dan iklan.

h. Pelaksanaan monitoring efek samping dan pemberian informasi. 2.3 Visi dan Misi

2.3.1 Visi

Menjadi Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang Inovatif, Kredibel dan Diakui Secara Internasional Untuk Melindungi Masyarakat.

(16)

2.3.2 Misi

1. Melakukan pengawasan pre-market dan post-market berstandar internasional.

2. Menerapkan sistem manajemen mutu secara konsisten.

3. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai lini.

4. Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan.

5. Membangun organisasi pembelajar (learning organization). 2.4 Budaya Organisasi

Untuk membangun organisasi yang efektif dan efisien, budaya organisasi Badan POM dikembangkan dengan nilai-nilai dasar sebagai berikut:

a. Professionalisme (Profesional)

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi.

b. Credibility (Kredibel)

Dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.

c. Speed (Cepat Tanggap)

Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

d. Team work (Kerjasama Tim)

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik. e. Innovativ (Inovatif)

Mampu melakukan pembaruan sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.

2.5 Prinsip Dasar Sistem Pengawas Obat dan Makanan

Prinsip dasar yang dimiliki oleh sistem pengawas obat dan makanan adalah:

a. Tindakan pengamanan cepat, tepat, akurat dan profesional.

b. Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat resiko dan berbasis bukti-bukti ilmiah.

(17)

c. Lingkup pengawasan bersifat menyeluruh, mencakup seluruh siklus proses.

d. Berskala nasional/lintas propinsi, dengan jaringan kerja internasional. e. Otoritas yang menunjang penegakan supremasi hukum.

f. Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif dan kuat yang berkolaborasi dengan jaringan global.

g. Memiliki jaringan sistem informasi keamanan dan mutu produk.

2.6 Kerangka Konsep Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Pengawasan obat dan makanan memiliki aspek permasalahan berdimensi luas dan kompleks. Oleh karena itu diperlukan sistem pengawasan yang komprehensif, semenjak awal proses suatu produk hingga produk tersebut beredar ditengah masyarakat. Untuk menekan sekecil mungkin resiko yang bisa terjadi, dilakukan SisPOM tiga lapis yaitu :

2.6.1 Sub-sistem pengawasan Produsen

Sistem pengawasan internal oleh produsen melalui pelaksanaan cara-cara produksi yang baik atau good manufacturing practices agar setiap bentuk penyimpangan dari standar mutu dapat dideteksi sejak awal. Secara hukum produsen bertanggung jawab atas mutu dan keamanan produk yang dihasilkannya. Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran terhadap standar yang telah ditetapkan maka produsen dikenakan sangsi, baik administrative maupun pro-justisia.

2.6.2 Sub-sistem pengawasan Konsumen

Sistem pengawasan oleh masyarakat konsumen sendiri melalui peningkatan kesadaran dan peningkatan pengetahuan mengenai kualitas produk yang digunakannya dan cara-cara penggunaan produk yang rasional. Pengawasan oleh masyarakat sendiri sangat penting dilakukan karena pada akhirnya masyarakatlah yang mengambil keputusan untuk membeli dan menggunakan suatu produk. Konsumen dengan kesadaran dan tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap mutu dan kegunaan suatu produk, di satu sisi dapat membentengi dirinya sendiri terhadap penggunaan produk-produk yang tidak memenuhi syarat dan tidak

(18)

dibutuhkan sedang pada sisi lain akan mendorong produsen untuk ekstra hati-hati dalam menjaga kualitasnya.

2.6.3 Sub-sistem pengawasan Pemerintah/Badan POM

Sistem pengawasan oleh pemerintah melalui pengaturan dan standardisasi; penilaian keamanan, khasiat dan mutu produk sebelum diijinkan beredar di Indonesia; inspeksi, pengambilan sampel dan pengujian laboratorium produk yang beredar serta peringatan kepada publik yang didukung penegakan hukum. Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat konsumen terhadap mutu, khasiat dan keamanan produk maka pemerintah juga melaksanakan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi.

2.7 Kebijakan dan Strategis 2.7.1 Sasaran Strategis

Sasaran strategis selama lima tahun (2010-2014) adalah sebagai berikut : a. Pengawasan obat dan makanan terlaksana secara efektif untuk

melindungi konsumen di dalam dan di luar negeri dengan sistem yang tergolong terbaik di ASEAN.

b. Terwujudnya laboratorium pengawasan obat dan makanan yang modern dengan jaringan kerja di seluruh indonesia dengan kompetensi dan kapabilitas terunggul di ASEAN.

c. Meningkatnya kompetensi, kapabilitas dan jumlah modal insani yang unggul dalam melaksanakan pengawasan obat dan makanan.

d. Diterapkannya sistem manajemen mutu di semua unit kerja Badan POM.

2.7.2 Arah Kebijakan dan Strategi

2.7.2.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Arah kebijakan dan strategi nasional bidang kesehatan yang menjadi acuan pembangunan bidang Pengawasan Obat dan Makanan.

a. Fokus pertama : Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, Balita dan Keluarga Berencana

Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita dan Keluarga Berencana, melalui upaya yang menjamin produk Obat dan Makanan yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu, yang digunakan dalam

(19)

upaya peningkatan cakupan peserta KB aktif, pemberian makanan pemulihan bagi ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan pencapaian cakupan imunisasi yang tinggi, merata dan berkualitas pada bayi, anak sekolah dan Wanita Usia Subur (WUS).

b. Fokus kedua : Perbaikan Status Gizi Masyarakat

Perbaikan status gizi masyarakat, melalui pengujian laboratorium terhadap sampel-sampel produk yang digunakan untuk upaya asupan zat gizi makro, dll, untuk memenuhi angka kecukupan gizi, surveilans pangan dan gizi, pemberian makanan pendamping ASI, fortifikasi, pemberian makanan pemulihan balita gizi kurang dan penanggulangan gizi darurat.

c. Fokus ketiga : Pengendalian Penyakit Menular serta Penyakit Tidak Menular, diikuti Penyehatan Lingkungan

Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular, diikuti penyehatan lingkungan, melalui upaya pengawasan yang diarahkan untuk menurunkan proporsi Obat dan Makanan bermasalah di pasar, sebagai salah satu faktor resiko timbulnya penyakit.

d. Fokus keempat : Peningkatan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, Mutu dan Penggunaan Obat serta Pengawasan Obat dan Makanan

Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, mutu dan penggunaan obat, serta pengawasan Obat dan Makanan, yang dilaksanakan melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengawasan produksi produk terapetik dan PKRT, pengawasan produk dan bahan berbahaya, pengawasan obat dan makanan di 31 Balai Besar/Balai POM, pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian keamanan, manfaat dan mutu obat dan makanan serta pembinaan laboratorium POM, standardisasi produk terapetik dan PKRT, penyelidikan dan penyidikan terhadap pelanggaran di bidang obat dan makanan, inspeksi dan sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen, inspeksi dan sertifikasi makanan, standardisasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen, standardisasi

(20)

makanan, surveilan dan penyuluhan keamanan makanan, pengawasan distribusi produk terapetik dan PKRT, pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif, penilaian produk terapetik dan produk biologi, penilaian obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen, penilaian makanan, riset keamanan, khasiat, mutu obat dan makanan, Pengembangan Obat Asli Indonesia.

2.7.2.2 Arah Kebijakan Strategi Badan POM

a. Memperkuat Sistem Regulatori Pengawasan Obat dan Makanan Sistem Pengawas Obat dan Makanan diperkuat dengan mekanisme operasional dan infrastruktur yang andal dengan kapabilitas berkelas dunia (world class) dan menggunakan teknologi informasi yang modern Regulatori dan seluruh fungsi pengawasan, dilakukan revitalisasi yang diterapkan secara terintegrasi dan menyeluruh (comprehensive).

b. Mewujudkan Laboratorium Badan POM yang Handal

Kapabilitas laboratorium Badan POM ditingkatkan terunggul di ASEAN dengan jaringan kerja (networking) nasional dan internasional. Cakupan dan parameter pengujian laboratorium, serta kompetensi personil laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan ditingkatkan dengan menerapkan Good Laboratory Practices secara konsistem serta mengembangkan sistem rujukan laboratorium nasional.

c. Meningkatkan Kapasitas Manajemen Badan POM

Institusi Badan POM dikembangkan sebagai knowledge and learning organization yang kredibel, inovatif dan unggul. Pengembangan institusi berfokus terutama pada penguatan kompetensi, profesionalitas dan kapabilitas modal insani. Untuk itu dilakukan pendidikan dan pelatihan yang terstruktur dan berkelanjutan (continous training and education) yang dilaksanakan di dalam dan di luar negeri serta dengan membangun Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan POM. Implementasi Sistem Pengawasan Obat dan Makanan serta layanan publik oleh Badan POM dimantapkan dengan

(21)

meningkatkan kapasitas menejemen dengan mutu penyelenggaraan kepemerintahan yang efektif dan efisien. Untuk itu dilakukan penerapan standar Reformasi Birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik secara menyeluruh dan konsisten.

d. Memantapkan Jejaring Lintas Sektor dan Memberdayakan Masyarakat untuk Berperan Aktif dalam Pengawasan Obat dan Makanan

Pengawasan Obat dan Makanan lebih diperkuat dengan memantapkan jejaring kerjasama lintas sektor terkait di dalam negeri dan kerjasama bilateral maupun multilateral dengan berbagai institusi di luar negeri. Melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi dilakukan pemberdayaan kepada masyarakat luas agar mampu mencegah dan melindungi diri sendiri dari penggunaan Obat dan Makanan yang beresiko terhadap kesehatan.

2.7.3 Strategi

Arah kebijakan Badan POM dilakukan melalui tujuh (7) strategi, yaitu: 2.7.3.1 Strategi Pertama

Peningkatan intensitas pengawsan pre market Obat dan Makanan,untuk menjamin, khasiat/manfaat dan mutu produk, diselenggarakan melalui fokus prioritas :

a. Penapisan penilaian produk Obat dan Makanan sebelum beredar sebagai antisipasi globalisasi, termasuk ACFTA.

b. Peningkatan pelayanan publik terkait pendaftaran produk Obat dan Makanan melalui online registration.

c. Pengawasan pengembangan vaksin baru produksi dalam negeri, untuk mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDG’s).

d. Peningkatan technical regulatory advice untuk pengembangan jamu, herbal standar dan fitofarmaka.

e. Pengawasan pengembangan teknologi pangan (PPRG, iradiasi), untuk perlindungan konsumen dan ketersediaan pangan.

f. Peningkatan pemenuhan GMP industri Obat dan Makanan dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing.

(22)

2.7.3.2 Strategi Kedua

Penguatan sistem, sarana, dan prasarana laboratorium Obat dan Makanan, diselenggarakan melalui fokus prioritas:

a. Pemantapan penerapan Quatity Management Sistem dan persyaratan Good Laboratory Prictices (GLP) terkini.

b. Peningkatan sarana dan prasarana laboratorium di pusat dan daerah, sesuai dengan kemajuan IPTEK.

c. Pemenuhan peralatan laboratorium sesuai standar GLP terkini. d. Peningkatan kompetensi SDM Laboratorium.

2.7.3.3 Strategi Ketiga

Peningkatan pengawasan post market Obat dan Makanan, diselenggarakan melalui fokus prioritas :

a. Pemantapan sampling dan pengujian Obat dan Makanan, berdasarkan risk based approaches.

b. Intensifikasi pemberantasan produk ilegal, termasuk produk palsu. c. Perluasan cakupan pengawasan pangan jajanan anak sekolah (PJAS),

melalui operasionalisasi Mobil Laboratorium.

d. Pengawasan sarana post market sesuai dengan GMP dan GDP.

e. Perkuatan pengawasan Post market kosmetik melalui audit kepatuhan dan evaluasi keamanan kosmetika.

2.7.3.4 Strategi Keempat

Pemantapan regulasi dan standar di bidang pengawasan Obat dan Makanan, diselenggarakan melalui fokus prioritas:

a. Penyelarasan regulasi terkait dengan perubahan lingkungan strategis di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

b. Peningkatan penerapan standar Obat dan Makanan yang terharmonisasi.

2.7.3.5 Strategi Kelima

Pemantapan peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di bidang tindak pidana Obat dan Makanan, diselenggarakan melalui fokus prioritas : a. Peningkatan kualitas dan kuantitas PPNS.

(23)

c. Peningkatan koordinasi dengan sektor terkait dalam rangkaian CJS untuk sustainable law enforcement tindak pidana Obat dan Makanan. 2.7.3.6 Strategi Keenam

Perkuatan Institusi, diselenggarakan melalui fokus prioritas:

a. Implementasi Reformasi Birokrasi Badan POM termasuk peningkatan pelayanan publik.

b. Perkuatan sistem pengelolaan data serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK) termasuk strategi media komunikasi.

c. Perkuatan human capital management Badan POM.

d. Restrukturisasi Organisasi untuk menjawab tantangan perubahan lingkungan strategis.

e. Peningkatan dan penguatan peran dan fungsi Balai POM, Integrated Bottom Up Planning dan Quality Sistem Evaluation.

f. Perkuatan legislasi di bidang pengawasan Obat dan Makanan. 2.7.3.7 Strategi Ketujuh

Meningkatkan Kerjasama Lintas Sektor dalam Rangka Pembagian Peran Badan POM dengan Lintas Sektor terkait, yang diselenggarakan melalui fokus prioritas :

a. Pemantapan koordinasi pengawas Obat dan Makanan.

b. Pemantapan Sistem Kerjasama Operasional Pengawas Obat dan Makanan.

c. Peningkatan operasi terpadu pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan

Makanan

d. Perkuatan jejaring komunikasi

e. Pemantapan koordinasi pengembangan jamu brand Indonesia, pengeintegrasian dengan pelayanan kesehatan.

f. Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi.

2.7.4 Target Kinerja

Target kinerja dari Badan POM, yaitu:

(24)

b. Terkendalinya mutu, keamanan dan khasiat/kemanfaatan produk obat dan makanan termasuk klim pada label dan iklan di peredaran;

c. Tercegahnya risiko penggunaan bahan kimia berbahaya sebagai akibat pengelolaan yang tidak memenuhi syarat;

d. Penurunan kasus pencemaran pangan;

e. Peningkatan kapasitas organisasi yang didukung dengan kompetensi dan keterampilan personil yang memadai;

f. Terwujudnya komunikasi yang efektif dan saling menghargai antar sesama dan pihak terkait.

2.8 Struktur Organisasi Badan POM

Organisasi dan tata kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan diatur dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 02001/SK/KBPOM. Penyesuaian organisasi dan tata kerja BPOM dilakukan berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala BPOM Nomor: 02001/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan. Penyesuaian juga terjadi dengan terbitnya Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.21.4232 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana tersebut di atas, dilakukan oleh unit-unit Badan Pengawas Obat dan Makanan di pusat, maupun oleh Balai Besar/Balai POM yang ada di seluruh Indonesia. Struktur Organisasi BPOM dapat dilihat pada Lampiran 1. Sesuai dengan struktur yang ada, secara garis besar unit-unit kerja BPOM dapat dikelompokkan sebagai berikut; Sekretariat, Deputi Bidang Pengawasan Teknis (I, II, dan III) dan unit penunjang teknis (pusat-pusat) yang melaksanakan tugas sebagai berikut :

2.8.1 Kepala Badan POM

Organisasi Badan POM dipimpin oleh seorang kepala yang bertugas: 1. Memimpin Badan POM sesuai dengan ketentuan peraturan

(25)

2. Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai dengan tugas Badan POM.

3. Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas Badan POM yang menjadi tanggung jawabnya.

4. Membina dan melaksanakan keria sama dengan instansi dan organisasi lain.

2.8.2 Sekretariat Utama

Sekretariat utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program, administrasi, dan sumber daya di lingkungan BPOM. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi :

a. Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi perencanaan, penganggaran, penyusunan laporan, pengembangan pegawai termasuk pendidikan dan pelatihan, serta perumusan kebijakan teknis di lingkungan BPOM.

b. Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi penyusunan peraturan perundang - undangan, kerjasama luar negeri, hubungan antar lembaga, kemasyarakatan dan bantuan hukum yang berkaitan dengan tugas BPOM. c. Pembinaaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata

laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga.

d. Pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan pusat-pusat dan unit-unit pelaksana teknis di lingkungan BPOM.

e. Pengkoordinasian administrasi pelaksanaan tugas deputi di lingkungan BPOM.

f. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh kepala, sesuai dengan bidang tugasnya.

2.8.3 Inspektorat

Inspektorat dipimpin oleh Inspektur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan POM. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari Inspektorat dibina oleh Sekretariat Utama. Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional di lingkungan

(26)

Badan POM. Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Penyiapan perumusan kebijakan, rencana dan program pengawasan fungsional.

b. Pelaksanaan pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Pengusutan mengenai kebenaran laporan atau pengaduan tentang hambatan, penyimpangan atau penyalahgunaan dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh unsur atau unit di lingkungan Badan POM.

d. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat.

Inspektorat terdiri dari Kelompok Jabatan Fungsional dan Sub bagian Tata Usaha.

2.8.4 Deputi I (Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif).

Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif.

Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif terdiri dari lima Direktorat, yaitu :

1. Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi

2. Direktorat Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT

3. Direktorat Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan PKRT 4. Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT 5. Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif menyelenggarakan fungsi :

a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan umum di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. b. Penyusunan rencana pengawasan produk terapetik, narkotika,

(27)

c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang penilaian obat dan produk biologi. d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang standardisasi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga.

e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang pengawasan produksi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga.

f. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang pengawasan distribusi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga.

g. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang pengawasan narkotika, psikotropika dan zat adiktif.

h. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. i. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan produk terapetik dan

narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.

j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai bidang tugasnya.

2.8.3 Deputi II (Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen).

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen.

Deputi Bidang Pengawasan Obat tradisional, Kosmetika dan Produk komplemen terdiri dari empat Direktorat, yaitu :

(28)

1. Direktorat Penilaian Obat Ttradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik.

2. Direktorat Standarisasi Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen.

3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen.

4. Direktorat Obat Asli Indonesia.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen menyelenggarakan fungsi :

a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan umum di bidang pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplimen.

b. Penyusunan rencana pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplimen.

c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang penilaian obat tradisional, suplemen makanan dan kosmetik.

d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang pengaturan dan standardisasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplimen.

e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang inspeksi dan sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplimen.

f. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang obat asli Indonesia.

g. Pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplimen.

h. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplimen.

(29)

i. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplimen.

j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai bidang tugasnya.

2.8.4 Deputi III (Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya)

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya menyelenggarakan fungsi :

a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya.

b. Penyusunan rencana pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang penilaian keamanan pangan.

d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang standardisasi keamanan pangan.

e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang inspeksi dan sertifikasi produk pangan. f. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang surveilan dan penyuluhan keamanan pangan.

g. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya. h. Pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya.

(30)

i. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya.

j. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya.

k. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala sesuai bidang tugas. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya terdiri dari :

1. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan

Direktorat Penilaian Keamanan Pangan mempunyai tugas penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penilaian keamanan pangan.

2. Direktorat Standardisasi Produk Pangan

Direktorat Standardisasi Produk Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengaturan dan standarisasi produk pangan.

3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan mempunyai tugas penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang inspeksi dan sertifikasi pangan

4. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan

Direktorat surveilan dan penyuluhan keamanan pangan mempunyai tugas penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang surveilan dan penyuluhan keamanan pangan.

5. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya

Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas pokok Penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya.

(31)

2.8.5 Unit Pelaksana Teknis BPOM di Daerah

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan BPOM terdiri atas 19 (sembilan belas) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan dan 12 (dua belas) Balai Pengawas Obat dan Makanan. Unit Pelaksana Teknis di lingkungan BPOM mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Unit Pelaksana Teknis menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan.

b. Pelaksanaan pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplimen, pangan, dan bahan berbahaya.

c. Pelaksanaan pengujian laboratorium dan penilaian mutu produk secara mikrobiologi.

d. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi.

e. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus pelanggaran hukum.

f. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi. g. Pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi konsumen.

h. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan. i. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan.

j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala , sesuai dengan bidang tugasnya.

Balai Besar POM terdiri dari :

a. Balai Besar POM Tipe A meliputi 12 BBPOM yaitu Banda Aceh, Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Makasar, Manado, Jayapura.

b. Balai Besar POM Tipe B meliputi 7 BBPOM yaitu Padang, Pekanbaru, Bandar Lampung, Mataram, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda. Balai POM terdiri dari :

(32)

a. Balai POM Tipe A meliputi 7 BPOM yaitu Jambi, Bengkulu, Kupang, Palangkaraya, Kendari, Palu, Ambon.

b. Balai POM Tipe B meliputi 5 BPOM yaitu Batam, Pangkal Pinang, Serang, Gorontalo dan Manokowari

2.8.6 Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN)

Mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, obat tradisional, kosmetik, produk komplimen, pangan dan bahan berbahaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta melaksanakan pembinaan mutu Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan. Dalam melaksanakan tugas, PPOMN menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana dan program pengujian obat dan makanan.

b. Pelaksanaan pengujian laboratorium, dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, alat tradisional, kosmetik, produk komplimen, pangan dan bahan berbahaya.

c. Pembinaan mutu laboratorium PPOMN.

d. Pelaksanaan sistem rujukan laboratorium pengawasan obat dan makanan. e. Penyediaan baku pembanding dan pengembangan metoda analisa

pengujian.

f. Pelatihan tenaga ahli di bidang pengujian obat dan makanan. g. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.

h. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional.

2.8.7 Pusat Penyidikan Obat dan Makanan (PPOM)

Pusat Penyidikan Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penyelidikan dan penyidikan terhadap perbuatan melawan hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif, obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen dan makanan serta produk sejenis lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya Pusat Penyidikan Obat dan Makanan menyelenggarakan fungsi :

(33)

a. Penyusunan rencana dan program penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan.

b. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan.

c. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan.

2.8.8 Pusat Riset Obat dan Makanan (PROM)

Pusat Riset Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang riset toksikologi, keamanan pangan dan produk terapetik. Dalam melaksanakan tugasnya Pusat Riset mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana dan program riset obat dan makanan. b. Pelaksanaan riset obat dan makanan.

c. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan riset obat dan makanan.

2.8.9 Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM)

Pusat Informasi Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang pelayanan informasi obat, informasi keamanan pangan, informasi keracunan dan teknologi informasi. Dalam melaksanakan tugas Pusat Informasi Obat dan Makanan mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana dan program pelayanan informasi obat dan makanan. b. Pelaksanaan pelayanan informasi obat.

c. Pelaksanaan pelayanan informasi keracunan. d. Pelaksanaan pelayanan keamanan pangan.

e. Pelaksanaan kegiatan di bidang teknologi informasi.

f. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pelayanan informasi obat dan makanan.

(34)

2.9 Filosofi logo Badan POM

Tabel 2.1 Gambar dan filosofi logo Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Logo Filosofi

Unsur pertama dalam logo BPOM adalah tameng yang melambangkan perlindungan terhadap masyarakat dari penggunaan obat dan makanan yang tidak memenuhi persyaratan mutu.

Selain sebagai tameng unsur tersebut dapat juga dilihat sebagai tanda checklist yang merepresentasikan trust atau rasa kepercayaan.

Pengambilan makna filosofis mata elang

sebagai unsur kedua adalah karena elang memiliki pandangan yang tajam sesuai dengan fungsi BPOM yang bertanggung jawab melindungi masyarakat dengan mengawasi penggunaan obat dan makanan di Indonesia.

Garis yang bergerak dari tipis menjadi semakin tebal melambangkan langkah ke depan yaitu DitJen POM yang berubah menjadi BPOM. Selain itu dapat juga dilihat sebagai representasi keadaan BPOM sebagai badan yang memberikan perlindungan (dilambangkan dengan garis hijau) terhadap masyarakat (garis biru

(35)

tebal) dari pengusaha obat dan makanan (garis biru tipis).

Tampak logo secara keseluruhan memadukan unsur-unsur tersebut dalam satu kesatuan yang padu dan serasi sehingga peletakan tulisan BPOM RI secara tipografis menjadi lebih bebas. Sedangkan pemilihan warna biru pekat (dark blue) menggambarkan perlindungan dan warna hijau (green) menggambarkan scientific base.

(36)

PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN

3.1 Kedudukan Pusat Informasi Obat Dan Makanan

Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) adalah unsur pelaksana tugas Badan POM yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan POM. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari secara administrasi berkoordinasi dan dibina oleh Sekretariat Utama Badan POM. PIOM dipimpin oleh seorang Kepala.

3.2 Tugas dan Fungsi PIOM

Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) mempunyai tugas melaksanakan kegiatan informasi obat, informasi keracunan dan teknologi informasi.

Dalam melaksanakan tugasnya, PIOM menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan rencana dan program kegiatan pelayanan Informasi Obat dan Makanan

2. Pelaksanaan pelayanan Informasi Obat 3. Pelaksanaan pelayanan Informasi Keracunan

4. Pelaksanaan kegiatan di Bidang Teknologi Informasi

5. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pelayanan informasi obat dan makanan

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan Pusat Informasi Obat dan Makanan.

3.3 Visi dan Misi

Visi dari PIOM adalah menjadi unit pendukung Sistem Pengawasan Obat dan Makanan yang handal melalui pemanfaatan Teknologi Informasi serta menjadi rujukan nasional dalam Pelayanan Informasi Obat, Makanan dan Keracunan. Misi dari PIOM yaitu:

1. Mendukung pengawasan pre-market dan post-market berstandar internasional melalui sistem informasi manajemen yang handal

(37)

2. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu secara konsisten dalam lingkup pelayanan informasi obat, makanan, informasi keracunan dan teknologi informasi

3. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai lini dalam lingkup pelayanan informasi obat dan makanan,informasi keracunana dan teknologi informasi

4. Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari Obat dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan melalui pelayanan informasi Obat dan Makanan, serta informasi keracunan

5. Membangun Pusat Informasi Obat dan Makanan sebagai organisasi pembelajar (Learnimg Organization)

3.4 Struktur Organisasi

Pusat Informasi Obat dan Makanan terdiri dari Bidang Informasi Obat, Bidang Informasi Keracunan, Bidang Teknologi Informasi dan Sub bagian Tata Usaha. Bagan lengkap struktur organisasi PIOM dapat di lihat pada Lampiran 2.

3.4.1 Bidang Informasi Obat

Bidang Informasi Obat merupakan unit kerja di bawah PIOM Badan POM yang menyediakan informasi yang dapat di akses oleh kalangan internal Badan POM dan masyarakat luas. Pada bulan Juni 2005 telah diluncurkan Pusat Informasi Obat Nasional (PIO Nas). PIO Nas adalah unit layanan public yang dikelola PIOM untuk mendukung terwujudnya visi dan misi PIOM

PIO Nas merupakan rujukan dalam layanan informasi dan konsultasi obat dalam segala aspek penggunaannya. PIO Nas menyediakan akses informasi terstandar (approved label) dari semua obat yang beredar di Indonesia yang telah disetujui oleh Badan POM sebagai NRA (National Regulatory Authority) atas rekomendasi Komite Nasional Penilai Obat Jadi yang terdiri dari para pakar di Bidang nya dengan pendekatan ilmiah dan independensi

(38)

yang tinggi. PIO Nas juga merupakn akses terhadap approved label dari NRA Negara-negara di dunia yang memiliki sistem evaluasi yang dikenal baik.

Bidang Informasi Obat menaungi Perpustakaan Badan POM. Perpustakaan ini berfungsi memberikan pelayanan kepustakaan di bidang kesehatan pada khususnya dan juga bidang lain pada umumnya. Pelayanan ini ditujukan terutama untuk seluruh pegawai Badan POM dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Perpustakaan merupakan sarana penunjang untuk kegiatan penelitian dan pengembangan bidang kesehatan, menyediakan akses ke sumber-sumber informasi dari seluruh dunia, selain itu juga sebagai tempat belajar dan mengembangkan ilmu secara mandiri, sumber informasi yang menghimpun berbagai bentuk literatur baik yang cetak maupun dalam bentuk softcopy.

a. Tugas dan Fungsi

Bidang Informasi Obat mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi pelayanan informasi obat. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Informasi Obat menyelenggarakan fungsi yaitu:

1. Penyusunan rencana dan program pelayanan Informasi Obat 2. Pelaksanaan pelayanan Informasi Obat

3. Pelaksanaan pengolahan data obat

4. Evaluasi dan penyusunan laporan pelayanan Informasi Obat.

b. Stuktur Organisasi

Bidang Informasi Obat terdiri dari: 1) Sub Bidang Layanan Informasi Obat

Sub Bidang Layanan Informasi Obat mempunyai tugas melakukan pelayanan informasi dan konsultasi obat dan bahan baku obat terkait penerapan dan penggunaannya.

2) Sub Bidang Pengolahan Data Obat

Sub Bidang Pengolahan Data Obat mempunyai tugas melakukan pengolahan data layanan informasi obat dan mengelola perpustakaan Badan POM.

(39)

c. Kegiatan di Bidang Informasi Obat 1. Pelayanan Informasi Obat

Bidang Informasi Obat memberikan layanan informasi dan konsultasi obat melalui Pusat Informasi Obat Nasional (PIO Nas) untuk meningkatkan kesadaran dan peningkatan pengetahuan mengenai kualitas produk yang digunakannya dan cara-cara penggunaan produk yang rasional. Pemberian informasi dan konsultasi obat oleh PIO Nas ditujukan kepada masyarakat, konsumen, maupun stakeholder lainnya terutama tenaga profesi kesehatan baik dokter, perawat, dan lain-lainnya. PIO Nas

Melakukan analisa atau justifikasi ilmah terhadap sumber informasi yang tersedia sehingga dihasilkan informasi dan pelaksanaan konsultasi yang tepat sesuai kebutuhan setiap individu.

Kegiatan layanan Informasi PIO Nas melibatkan lintas unit terkait di lingkungan Badan POM yaitu: Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi; Direktorat Standarisasi dan Pengaturan PT dan PKRT, serta Direktorat Pengawasan Produksi PT dan PKRT. Adanya evaluasi secara berkala yang melibatkan lintas unit terkait untuk menjaga mutu operasionalisasi layanan informasi dan konsultasi obat melalui PIO Nas. Kegiatan layanan Informasi PIO Nas ini merupakan kegiatan yang dapat memberikan pelayanan konsultasi yang objektif, lengkap, dan terkini sehingga masyarakat ataupun peminta informasi lainnya dapat menggunakan informasi secara baik khususnya dalam penggunaan obat secara efektif, aman dan rasional.

Pada tahun 2012 layanan informasi PIONas, telah melayani 463 layanan informasi dengan uraian jumlah berdasarkan komodoti adalah Obat Tradisional 252 (35,85%), Kosmetika 193 (27,45%), Obat 155 (22,05%), Pangan 87 (12,38%), Alat Kesehatan 12 (1,71%), dan Penyakit 4 (0,57%). Berdasarkan target pencapaian layanan dimana pertanyaan dijawab sama atau kurang dari 3 hari, persentase pencapaian layanan adalah 80,78%. Hal yang menyebabkan belum optimalnya layanan PIONas diantaranya di karenakan oleh prioritas kegiatan lain yang harus dikerjakan oleh petugas PIONas, pemindahan ruangan petugas PIONas sehingga telepon hotline PIONas belum

(40)

tersambung dan menjadikan jauhnya ruangan dari sumber literature (perpustakaan).

2. Pengelolaan InfoPOM

Buletin InfoPOM merupakan salah satu brand image Badan POM yang memuat informasi terkini mengenai kegiatan tugas pokok dan fungsi Badan POM, kinerja Badan POM (termasuk Balai Besar/ Balai POM), artikel ilmiah terkini tentang obat, pangan, obat tradisional, suplemen makanan dan kosmetika serta informasi terkini mengenai kebijakan pengawasan obat dan makana dari Badan POM (public warning, press release, dll). Untuk penyusunan buletin yang terbit secara berkala ini di bentuk tim yang anggotanya terdiri dari wakil dari unit kerja di Pusat. Dalam tahun 2012, InfoPOM diterbiatkan enam kali yang mencakup 33 publikasi berupa artikel, public warning maupun keterangan pers Kepala Badan POM serta Forum PIONas dan SIKerNas pada setiap edisi.

.

3. Layanan Informasi Obat Melalui Pembuatan Leaflet Informasi Obat Sosialisasi layanan informasi obat dilakukan dengan cara pembuatan leaflet dan penyebarluaskannya melalui forum pameran atau seminat ilmiah dimana Badan POM merupakan salah satu peserta atau penyelenggaranya. Beberapa judul leaflet yang pernah diterbitkan misalnya:

- Gunakan obat dengan tepat

- Gunakan suplemen makanan anda dengan tepat - Pemutih kulit

- Pusat Informasi Obat dan Makanan - National Drug Information Center - Penggunaan obat selama kehamilan - Perpustakaan Badan POM

- Obat Untukku

- Interaksi Obat dan Makanan

(41)

4. Pengelolaan Perpustakaan dan Subsitenya

Layanan informasi obat yang berkualitas harus di dukung dengan adanya sumber informasi atau referensi yang memadai. Dalam hal ini, keberadaan perpustakaan Badan POM sangat diperlukan untuk mendukung layanan informasi obat serta berbagai fumgsi lain pada Badan POM. Perpustakaan Badan POM dikekola oleh Bidang Informasi Obat. Perpustakaan Badan POM berperan sebagai sumber informasi untuk mendukung seluruh jajaran Badan POM dalam melaksanakan tugas terkait pengawasan Obat dan Makanan. Selain itu, Perpustakaan Badan POM dapat menjadi tempat dimana masyarakat umum dapat mengakses berbagai informasi mengenai Badan POM dan hasil pengawasannya. Mulai tahun 2012 ini Perpustakaan Badan POM berlangganan jurnal dalam bentuk elektronik sehingga bisa dimanfaatkan oleh seluruh Unit Teknis di Badan POM.

Hingga saat ini, kegiatan pengelolaan perpustakaan dan subsitenya adalah sebagai berikut:

1. Verifikasi data pustaka

Verifikasi data pustaka bertujuan untuk mendapatkan hasil yang tepat dan sesuai standar internasional dalam memberikan tajuk subjek serta nomor klasifikasi buku/nomor punggung buku. Sehingga membantu pemustaka dalam menemukan bahan pustaka yang diinginkan. Sedangkan jumlah bahan pustaka yang telah diverifikasi untuk tahun 2012 yaitu:

a. Buku : 183 b. Jurnal : 7

c. CD : 10

2. Pengadaan Buku dan Jurnal

Pengadaan buku tahun 2012 antara lain:

a. Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach 8th edition b. Handbook of Pharmaceutical Excipients

c. Cosmetic Dermatology d. British Pharmacopoeia

e. ISO Indonesia Vol 46, 2011-2012

(42)

g. Herbal Principles in Cosmetics

h. Pesticide Biotransformation and Disposition i. Statistics, 4th edition

j. Good Governance dan Good Corporate Governance k. Dll

Pengadaan Jurnal tahun 2012 antara lain: a. Anti Cancer Agents in Medicinal Chemistry b. Recent Patent on DNA and Gene Sequences c. Recent Patent on Anti-Cancer Drug Discovery d. Current Drug Safety

e. Current Clinical Pharmacology f. Current Pharmaceutical Analysis g. Nanoscience & Technology Asia 3. Layanan Pemustaka

Layanan perpustakaan Badan POM menggunakan sistem terbuka, dimana pemustaka dapat langsung mencari informasi/bahan pustaka yang mereka butuhkan bisa secara datang langsung, maupun secara Online Public Access Catalog.

5. Survey Baseline Data I (SBD I)

Kegiatan Survey Baseline Data ini dapat menjadi dasar pengukuran kinerja pengawasan obat dan makanan; bahan dalam menetapkan perencanaan dan target kinerja pengawasan obat dan makanan pada masa mendatang; dan pembanding sekaligus pendukung hasil pengawasan rutin Badan POM. Selain itu dari data yang ada dapat diketahui peta masalah terkait mutu, khasiat dan keamanan produk obat dan makanan yang beredar dan sebagai bahan masukan dalam menetapkan kebijakan pengawasan obat dan makanan nasional berdasarkan kondisi daerah. Sampel diambil di sembilan provinsi yang pemilihannya berdasarkan zona sehingga dapat mewakili seluruh Indonesia. Besarnya sampel, waktu yang sangat terbatas dan kendala-kendala dilapangan lain yang tidak terduga menyebabkan dibutuhkan SDM PIOM untuk lebih berkonsentrasi pada kegiatan ini walaupun sudah dilakukan oleh pihak ketiga. Untuk memastikan hasil yang

(43)

valid PIOM juga melibatkan perwakilan unit teknis yang memiliki tupoksi dalam hal pengawasan obat dan makanan, tenaga ahli dari perguruan tinggi dan lintas sektor seperti BPS, LitBangKes, BPKP, LKPP dan BappeNas.

Pada tahun 2012 sudah didapatkan hasil dari kegiatan SBD I ini yaitu kajian analisa hasil sampling dan pengujian produk obat dan makanan dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan. Dan diharapkan hasil yang didapat pada tahun 2012 ini akan menjadi bahan kajian lebih mendalam pada tahun 2013.

3.4.2 Bidang Informasi Keracunan

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan yang cepat dan signifikan terhadap permasalahan bahan-bahan kimia berbahaya. Kompleksnya masalah ini makin menuntut perhatian yang serius bagi setiap negara di seluruh dunia. Jumlah dan jenis bahan berbahaya tersebut terus meningkat seiring dengan munculnya senyawa baru hasil dari sintesa. Data WHO tahun 1997 menyebutkan bahwa ± 2000 bahan kimia baru masuk ke pasar tiap tahunnya. Di satu sisi, produk bahan kimia memberikan manfaat yang baik untuk kesehatan masyarakat di dunia tetapi di sisi lain bahan tersebut dapat menimbulkan ancaman baik terhadap kesehatan dan keselamatan manusia maupun terhadap lingkungan.

Oleh karena itu pada tahun 1980 tiga Badan Besar di PBB (WHO, ILO, UNEP) membuat suatu program yaitu IPCS International Program on Chemical Safety (IPCS). Pada tahun 1986, IPCS merekomendasikan agar setiap Negara memiliki satu Poison Information Centre (PIC) sebagai salah satu realisasi dari health for all by the year 2000, dimana tercantum pernyataan bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang relevan mengenai pencegahan dan penanganan keracunan.

Pada tahun 1995, di Indonesia telah dibentuk Sentra Informasi Keracunan (SIKer) yang berada dibawah Direktorat Jenderal POM. Sejak tahun 2000 setelah Badan POM menjadi LPND, SIKer berada di bawah struktur PIOM sebagai Bidang Informasi Keracunan. SIKer di Badan POM disebut SIKer Nasional dan pada tahun 2004 telah dibentuk SIKer di 30 Balai Besar/Balai POM yang dilaksanakan oleh bidang/seksi LIK (Layanan Informasi Konsumen).

(44)

Sentra Informasi Keracunan (SIKer) atau Bidang Informasi Keracunan adalah suatu unit yang khusus menyediakan informasi terkait dengan keracunan bagi masyarakat yang membutuhkannya. Tujuan SIKer adalah terhindarnya masyarakat dari bahaya akibat bahan/produk yang dapat menimbulkan keracunan sekaligus menurunkan angka kematian/kesakitan akibat keracunan.

a. Tugas dan Fungsi

Bidang Informasi Keracunan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja serta evaluasi pelayanan informasi keracunan. Bidang Informasi Keracunan melaksanakan fungsi sebagai berikut:

Penyusunan rencana dan program pelayanan informasi keracunan. Pelaksanaan pelayanan informasi keracunan,

Pelaksanaan Toksikovigilans

Evaluasi dan penyusunan laporan pelayanan informasi keracunan. Melihat fungsi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Bidang Informasi Keracunan fungsi utamanya adalah menjadi rujukan informasi yang terkait dengan keracunan dalam rangka mendukung pengawasan Obat dan Makanan melalui:

- Pelayanan permintaan informasi terkait dengan keracunan baik dari internal Badan POM maupun masyarakat luas serta berperan aktif dalam pemberian informasi kepada masyarakat untuk mencegah kejadian keracunan

- Penyediaan informasi/data yang terkait dengan keracunan mulai dari bahan sampai kepada tatalaksana penanganan keracunan seperti potensi bahaya bahan kimia rumah tangga, potensi bahaya penggunaan kosmetik yang tidak memenuhi syarat, informasi pertolongan pertama pada korban keracunan, antidotum, laboratorium untuk pengujian bahan atau sampel penyebab keracunan.

- Kegiatan toksikovigilans dalam rangka pencegahan keracunan b.Struktur Organisasi

Bidang informasi keracunan terdiri dari : 1. Sub Bidang Layanan Informasi Keracunan

(45)

Sub Bidang Layanan Informasi Keracunan mempunyai tugas melakukan pelayanan informasi keracunan.

2. Sub Bidang Toksikovigilans

Mempunyai tugas melakukan kegiatan toksovigilans. Toksovigilans merupakan kegiatan yang terdiri dari observasi aktif atau identifikasi atau investigasi, evaluasi rsiko toksik dan fenomena yang terjadi di masyarakat dengan tujuan mengurangi maupun meniadakan resiko toksik tersebut. c. Kegiatan

1. Partisipasi Pada Seminar, Konferensi, Workshop, Training dan Kegiatan Sejenis

Dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya manusia Bidang Informasi Keracunan serta untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam melakukan Layanan Informasi Keracunan, maka petugas Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas) perlu diikutsertakan dalam pelatihan, seminar, workshop, serta kegiatan sejenis terutama yang terkait dengan toksikologi, farmakologi, keamanan pangan, keterampilan menulis artikel, dan manajemen pelayanan prima, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mengikuti pelatihan, seminar, workshop dengan tema yang lain.

2. Pengelolaan Layanan Informasi Keracunan

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Bidang Informasi Keracunan melakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) terkait dengan keracunan kepada masyarakat serta stakeholder. Salah satunya adalah pemberian Layanan Informasi Keracunan kepada masyarakat dimana masyarakat dapat langsung meminta Informasi terkait dengan keracunan yang dapat diakses melalui berbagai media komunikasi, yaitu:

a. Pelayanan lnformasi dan konsultasi terkait keracunan langsung ke ruang konsultasi di Jl. Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat 10560 Gedung C Badan Pengawas Obat dan Makanan.

(46)

b. Pelayanan Informasi melalui telepon 4259945) dan Fax (021-42889117).

c. Pelayanan Informasi melalui SMS 24 jam, 081310826879.

d. Pelayanan informasi melalui E-mail : [email protected], dan website : www.pom.go.id

Program lain yang cukup efektif dengan melakukan KIE terkait dengan keracunan adalah melalui kegiatan penyuluhan, seminar ilmiah dan pameran kepada tamu-tamu yang berkunjung ke Badan POM (kunjungan mahasiswa/kunjungan instansi lain, dan sebagainya).

3. Penyusunan Produk Informasi Terkait dengan Keracunan Kegiatan KIE juga dapat melalui penyusunan produk informasi terkait keracunan, berupa artikel, leaflet, poster, buku pedoman, CD, monografi bahan beresiko keracunan (Katalog Informasi Keracunan) dan pengelolaan subsite informasi keracunan .

4. Kegiatan Toksikovigilans melalui Pemetaan Kasus Keracunan di Rumah Sakit

Dalam rangka upaya meminimalkan angka keracunan di Indonesia, maka diperlukan data yang akurat tentang gambaran keracunan yang terjadi. Hal ini sangat penting untuk menentukan suatu langkah yang cepat, tepat dan mutakhir yang harus dilakukan untuk mendukung sasaran tersebut di atas.

Bidang Informasi Keracunan telah melaksanakan kegiatan Pemetaan Kasus Keracunan di Rumah Sakit sebagai salah satu bentuk pelaksanaan toksovigilans. Toksovigilans merupakan kegiatan terdiri dari observasi aktif/identifikasi/investigasi serta evaluasi resiko toksik dan fenomena yang terjadi di masyarakat bertujuan mengurangi atau meniadakan resiko toksik tersebut. Tujuan utama kegiatan toksikovigilans ini adalah pencegahan keracunan.

(47)

Untuk mengoptimalkan kegiatan toksovigilans tersebut maka diperlukan data kasus keracunan yang akurat terutama yang terjadi di masyarakat sehingga dari data tersebut dapat ditentukan suatu kegiatan yang tepat dalam rangka menurunkan atau mencegah angka keracunan yang terjadi di suatu daerah tertentu. Data kasus keracunan tersebut diperoleh dari rumah sakit yang ada di Indonesia.

3.4.3 Bidang Teknologi Informasi

Perkembangan teknologi begitu pesat dan tuntutan harapan publik yang tinggi terhadap layanan public menuntut semua institusi pemerintah untuk menjalankan e-government. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi farmasi menyebabkan ledakan Informasi obat dan makanan yang diterima masyarakat cenderung promotif, subjektif dan bias. Oleh karena itu, diperlukan pelayanan informasi obat dan makanan yang memberikan informasi yang objektif, tidak bias dan mutakhir untuk mengimbanginya, sehingga masyarakat dapat memilih dan menggunakan suatu produk dengan tepat. Untuk itu, pemerintah harus tanggap akan kebutuhan masyarakat dengan layanan informasi obat dan makanan yang dengan hal ini, yang berwenang adalah Badan POM khususnya Bidang Teknologi Informasi yang berada dalam struktur organisasi Pusat Informasi Obat dan Makanan sebagi penunjang dan pendukung kegiatan layanan informasi tersebut dan terutama untuk mendukung pelaksanaan e-governmet di Badan POM.

a. Kedudukan, Tungas dan Fungsi

Bidang Teknologi Informasi merupakan salah satu Bidang yang berada dibawah stuktur organisasi Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan POM yang memfasilitasi sistem komputerisasi baik perangkat keras, database serta aplikasi-aplikasi sehingga mempermudah pelaksanaan tugas dan fungsi Badan POM.

Bidan Teknologi Informasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi kegiatan teknologi informasi. Dalam

Gambar

Tabel 2.1. Filosofi logo Badan POM RI   …………………..  23
Tabel  2.1  Gambar  dan  filosofi  logo  Badan  Pengawas  Obat  dan  Makanan  Republik Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas pada swamedikasi, apoteker memiliki dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti

Direktorat penilaian produk I ini melakukan penilaian bagi semua produk obat tradisional dan suplemen makanan yang akan didaftarkan (registrasi) ke Badan POM berupa