• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bidang Teknologi Informasi

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 47-88)

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

3.4 Struktur Organisasi PIOM

3.4.3 Bidang Teknologi Informasi

Perkembangan teknologi begitu pesat dan tuntutan harapan publik yang tinggi terhadap layanan public menuntut semua institusi pemerintah untuk menjalankan e-government. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi farmasi menyebabkan ledakan Informasi obat dan makanan yang diterima masyarakat cenderung promotif, subjektif dan bias. Oleh karena itu, diperlukan pelayanan informasi obat dan makanan yang memberikan informasi yang objektif, tidak bias dan mutakhir untuk mengimbanginya, sehingga masyarakat dapat memilih dan menggunakan suatu produk dengan tepat. Untuk itu, pemerintah harus tanggap akan kebutuhan masyarakat dengan layanan informasi obat dan makanan yang dengan hal ini, yang berwenang adalah Badan POM khususnya Bidang Teknologi Informasi yang berada dalam struktur organisasi Pusat Informasi Obat dan Makanan sebagi penunjang dan pendukung kegiatan layanan informasi tersebut dan terutama untuk mendukung pelaksanaan e-governmet di Badan POM.

a. Kedudukan, Tungas dan Fungsi

Bidang Teknologi Informasi merupakan salah satu Bidang yang berada dibawah stuktur organisasi Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan POM yang memfasilitasi sistem komputerisasi baik perangkat keras, database serta aplikasi-aplikasi sehingga mempermudah pelaksanaan tugas dan fungsi Badan POM.

Bidan Teknologi Informasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi kegiatan teknologi informasi. Dalam

melaksanakan tugasnya, Bidang Teknologi Informasi menyelenggrakan fungsi:

1. Penyususan rencana dan program kegiatan teknologi informasi

2. Pelaksanaan penyusunan dan pembakuan sistem perangkat keras dan perangkat lunak di lingkungan Badan POM

3. Pelaksanaan penyusunan dan pembakuan program aplikasi dan sistem data di lingkungan Badan POM.

4. Evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan teknologi informasi. b. Misi

Misi Bidang Teknologi mengikuti misi pada Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM). Dimana salah satu dari misi Pusat Informasi Obat dan Makanan adalah meningkatkan sistem informasi manajemen yang menunjang organisasi. Dengan misi tersebut diharapkan dapat mencapai visi PIOM yaitu menjadi rujukan nasional dalam pelayanan informasi obat, makanan dan penanggulangan keracunan.

c. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Bidang Teknologi Informasi, terdiri dari: 1) Sub Bidang sistem perangkat keras dan perangkat lunak

Sub Bidang sistem perangkat keras dan perangkat lunak mempunyai tugas melakukan penyusunan dan pembakuan sistem perangkat keras dan perangkat lunak di lingkungan Badan POM.

2) Sub Bidang aplikasi

Sub Bidang aplikasi mempunyai tugas melakukan penyusunan dan pembakuan program aplikasi dan sistem data di lingkungan Badan POM. d. Kegiatan di Bidang Teknologi Informasi

Untuk mewujudkan sasaran strategis berfungsinya sistem informasi yang terintegrasi secara online dan up-to-date dalam pengawasan Obat dan Makanan, Bidang Teknologi Informasi PIOM melakukan penyempurnaan indikator untuk beberapa kegiatan menjadi Persentase layanan publik elektronik secara on line. Layanan yang dilakukan oleh bidang TI meliputi - Layanan Teknologi Informasi untuk Badan POM dan Balai Besar/Balai

- Layanan pelaporan internal Badan POM melalui aplikasi SIE.

- Layanan untuk unit kerja pengaduan konsumen melalui aplikasi SPIM. - Laporan informasi keracunan melalui aplikasi SPIMKer.

- Layanan publik yang juga di manfaatkan bagi petugas Badan POM dalam distribusi informasi NIE dan public warning melaui aplikasi website. - Layanan akses internet dan intranet.

- Layanan e-mail coorporate ([email protected]).

- Layanan pemeriksaan rutin perangkat komputer dan jaringan. - Layanan penanganan sistem keamanan komputer dari jaringan. - Layanan pengelolaan website Badan POM.

Pusat Informasi Obat dan Makanan, sesuai dengan keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM tahun 2001 sebagaimana telah diubah menjadi Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.4231 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di Bidang Pelayanan Informasi Obat, Informasi Keracunan dan Teknologi informasi.

PIOM diperlukan untuk mewujudkan visi dari BPOM yaitu menjadi Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang Inovatif, Kredibel dan Diakui Secara Internasional Untuk Melindungi Masyarakat, melalui penyebarluasan informasi terkait obat dan makanan. PIOM menghasilkan produk informasi yang dapat dijadikan acuan dan meningkatkan kompetensi bagi tenaga kesehatan, terutama apoteker, dalam menjalankan disiplin ilmunya.

Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Badan POM dilaksanakan pada tanggal 2 September – 24 September 2013. Untuk pelaksanaan kegiatan di PIOM sendiri dilaksanakan tanggal 6 September – 20 September.

4.1 Bidang Informasi Obat

Informasi menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia, kebutuhan akan informasi akan meningkat seiring majunya pemikiran suatu masyarakat dan perkembangan zaman. Namun, tidak semua informasi yang diperoleh bisa dijadikan landasan atau dasar dalam melaksanakan dan mengembangkan sesuatu, perlu dilakukan usaha menyaring dan mengevaluasi informasi yang diperoleh.

Informasi tentang obat dan makanan menjadi concern seluruh lapisan masyarakat, sehingga Badan POM melalui Pusat Informasi Obat dan Makanan harus dapat memfasilitasi kebutuhan masyarakat tersebut. PIOM melalui Bidang Informasi Obat bertugas dalam melaksanakan penyusunan rencana dan progran

serta evaluasi pelayanan infomasi obat, juga melaksanakan fungsi perlindungan dan pemberdayaan konsumen melalui kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).

Bidang Informasi Obat terdiri dari 2 sub bidang yaitu sub bidang layanan informasi obat dan sub bidang pengolahan data. Bidang Informasi Obat memiliki 3’bisnis’ yang dijalankan yaitu layanan informasi, layanan perpustakaan dan penerbitan produk informasi.

Layanan informasi obat dan makanan memiliki produk layanan yang disebut dengan Pusat Informasi Obat Nasional (PIONas). Seperti telah dijelaskan dalam BAB III, bahwa kegiatan PIOnas bertujuan untuk memberikan pelayanan konsultasi yang objektif, lengkap, dan terkini sehingga masyarakat ataupun peminta informasi dapat menggunakan informasi secara baik khususnya dalam penggunaan obat secara efektif, aman dan rasional.

PIONas memiliki motto “Informasi Obat Cermat, Konsumen Selamat”, artinya bahwa pemberian informasi terkait obat dan makanan yang ditanyakan oleh konsumen harus melalui serangkaian prosedur (lampiran 5) sehingga informasi tersebut menjadi valid, jika sudah valid tentunya pasien/konsumen akan mendapat informasi baru tentang apa yang harus dilakukan terkait penggunaan obat dan makanan tersebut.

Berdasarkan prosedur layanan PIONas (lampiran 5), konsumen bisa mengajukan pertanyaan atau memohon informasi baik obat dan makanan melalui tatap muka langsung dengan petugas layanan, via email, SMS, Fax dan telepon. Kemudian oleh petugas layanan akan mengklasifikasikan jenis pertanyaan berdasarkan kelengkapan informasi dari penanya. Penjelasan atas jawaban pertanyaan diberikan maksimal 3 hari kerja (lengkap informasi) atau 5-7 hari kerja dengan pemberitahuan sebelumnya dari mulai pertanyaan diberikan. Kegiatan yang kami lakukan selama PKPA di Bidang Informasi Obat ( 10 – 12 September 2013) terkait PIONas adalah ikut melakukan penelusuran informasi untuk menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh konsumen. Pencarian informasi dan literatur dilakukan melalui internet dan layanan perpustakaan yang menyediakan berbagai macam literatur.

Layanan yang kedua adalah layanan perpustakaan, seperti juga telah disampaikan dalam BAB III bahwa perpustakaan Badan POM berperan sebagai sumber informasi untuk mendukung seluruh jajaran Badan POM dalam melaksanakan tugas terkait pengawasan Obat dan Makanan. Selain itu, Perpustakaan Badan POM dapat menjadi tempat dimana masyarakat umum dapat mengakses berbagai informasi mengenai Badan POM dan hasil pengawasannya. Dimana mulai tahun 2012 , Perpustakaan Badan POM berlangganan jurnal dalam bentuk elektronik sehingga bisa dimanfaatkan oleh seluruh Unit Teknis di Badan POM.

Layanan perpustakaan di Perpustakaan Badan POM diadakan untuk mendukung mencapai tujuan Bidang Informasi Obat yaitu, penelusuran informasi yang luas dan valid melalui penyediaan berbagai macam buku-buku dan literatur, dan adanya katalogisasi koleksi perpustakaan baik secara manual maupun berupa online catalog/online public access catalogue (Katalog Online/Online Public Access Catalogue (OPAC). Informasi koleksi yang dimaksud adalah berbagai jenis koleksi literatur yang dikumpulkan, baik buku-buku teks maupun buku-buku referensi serta berbagai laporan BPOM yang terkait dengan obat dan makanan. Selama pelaksanaan PKPA, kami juga menggunakan layanan perpustakaan Badan POM untuk melakukan pencarian literatur. Alur layanan pemustaka Perpustakaan Badan POM dapat dilihat pada lampiran 6

Kegiatan Bidang Informasi Obat yang ketiga adalah penerbitan produk informasi. Penerbitan informasi yang dimaksud adalah diantaranya pembuatan dan penerbitan artikel, buku kompendia, leaflet dan brosur. Salah satu produk yang menjadi brand image Badan POM adalah InfoPOM. Penerbitan InfoPOM dilaksanakan 2 bulan sekali (buletin). Pada tahun 2013 telah diterbitkan 2 buletin InfoPOM Volume 14 yaitu edisi No. 1 bulan Januari – Februari dan edisi No. 2 bulan Maret – April.

4.2 Bidang Informasi Keracunan

Bidang informasi keracunan sebagai salah satu bagian dari Pusat Informasi Obat dan Makanan, menjadi salah satu bidang yang memegang peranan penting sebagai Pusat Informasi Keracunan Nasional (National Poison Information

Center). Bidang Informasi Keracunan lebih dikenal dengan SIKer Nas (Sentra Informasi Keracunan Nasional). Fungsi utamanya adalah menjadi rujukan informasi yang terkait dengan keracunan dalam rangka mendukung pengawasan obat dan makanan. Dengan adanya SIKer Nas, diharapkan masyarakat dapat memperoleh informasi terkait dengan keracunan dengan lebih mudah dan cepat sehingga dapat mencegah terjadinya keracunan (menurunkan angka kejadian keracunan dan kematian akibat keracunan). Program yang dijalankan melalui KIE (komunikasi, informasi dan edukasi)

Bidang Informasi Keracunan terbagi dalam dua sub bidang yaitu layanan informasi keracunan dan toksikovigilans. Sub Bidang Layanan Informasi Keracunan bertugas memberikan layanan informasi dan konsultasi terkait dengan keracunan. Sedangkan Sub Bidang Toksikovigilans bertugas melakukan kegiatan yang terkait dengan toksikovigilans, seperti mengumpulkan data kasus/insiden yang berhubungan dengan keracunan di Indonesia yang kemudian diolah menjadi informasi yang bermanfaat tentang gambaran kasus keracunan yang terjadi di Indonesia. Bidang toksikovigilans menggunakan aplikasi yang disebut SPIMKer ( Sistem Pelayanan Informasi Masyarakat Keracunan) untuk mengolah data kasus/insiden keracunan tersebut.

Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di bidang Informasi keracunan, dilaksanakan tanggal 13 ,16, 17 Sepetember 2013. Selama tiga hari tersebut mahasiswa diberikan pembekalan terkait dengan tugas dan fungsi Bidang Infromasi Keracunan. Tugas yang diberikan berupa pembuatan monografi informasi keracunan untuk dimasukkan kedalam Katalog Informasi Keracunan. Monografi ini berisi tentang informasi obat dan bahan kimia beresiko keracunan, identifikasi bahaya jika terkena paparan bahan tersebut, informasi pertolongan pertama dan cara penanggulangan jika terjadi keracunan. Tugas monografi yang diberikan contohnya Dekstrometorfan, metanol, dan metilendiamin metamfetamin (MDMA).

Dalam penyusunan monografi, sumber yang digunakan adalah jurnal-jurnal ilmiah yang didapatkan dari website yang valid dan teraktual serta dari buku teks yang menjelaskan informasi terkait keracunan. Beberapa sumber tersebut diantaranya berasal dari Kent Olson – Poisoning & Drug Overdose, Martindale

36th ed, USP 32, Inchem – IPCS (International Programme on Chemical Safety), IARC (International Agency for Research on Cancer), CDC – NIOSH (US National Institute for Occupational Safety and Health), OSHA (US- Occupational Safety & Health Administration), EPA (US - Environmental Program Agency), ToxinZ (New Zaeland), material safety data sheet (MSDS) dari bahan yang dikeluarkan oleh produsen dll.

Mahasiswa juga diberikan pelatihan mengenai aplikasi SPIMKer yang digunakan oleh sub bidang toksikovigilans. Pelatihan berupa melakukan proses input data kasus keracunan ke dalam aplikasi. Data keracunan yang diperoleh berasal dari 50 rumah sakit yang ada di Indonesia dan berdasarkan laporan tahun 2012 data keracunan yang tertinggi adalah akibat obat dan NAPZA.

Kendala yang dihadapi petugas bidang toksikovigilan dalam memetakan kasus keracunan adalah akibat pencatatan/dokumentasi adanya kasus keracunan di RS yang belum baik, sehingga beberapa informasi atau data yang diperoleh tidak lengkap atau kurang representatif.

4.3 Bidang Teknologi Informasi

Bidang teknologi informasi sebagai salah satu bidang di pusat Informasi Obat dan Makanan memiliki tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi kegiatan teknologi informasi. Bidang Teknologi Informasi dibagi menjadi 2 sub bidang, yaitu sub bidang aplikasi dan sub bidang Perangkat Keras dan Perangkat Lunak (PKPL).

Sub bidang aplikasi memiliki tugas secara umum melakukan penyusunan dan pembakuan program aplikasi dan sistem data di lingkungan Badan POM. Aplikasi yang difasilitasi oleh teknologi informatika (TI) dibagi menjadi 2 macam yaitu, internal dan eksternal (publik).

Aplikasi internal terdiri dari :

a. SIPT (Sistem Informasi Pelaporan Terpadu)

Aplikasi SIPT merupakan salah satu media komunikasi antara Balai dan Pusat. Dimana aplikasi ini digunakan untuk mengirimkan data hasil dari inspeksi yang dilakukan oleh Balai Besar/Balai POM ke Badan POM.

Badan POM yang memutuskan hasil inspeksi tersebut apakah Memenuhi Syarat (MS) atau Tidak Memenuhi Syarat (TMS).

Aplikasi ini merupakan media komunikasi untuk Pelaporan antara Balai dan Pusat. Aplikasi ini diharapkan dapat mendukung kinerja Badan POM dalam pengawasan post market.

Aplikasi eksternal (public) terdiri dari :

Aplikasi eksternal ini dikembangkan untuk menunjang fungsi Badan POM sebagai goverment agency (GA) yang menjalankan fungsi layanan publik. Beberapa aplikasi itu diantaranya:

- E-Registration & E-Notifikasi Kosmetik

Pengembangan e-registrasi dilakukan untuk memudahkan pengguna terutama produsen untuk mendaftarkan produk yang akan diedarkan. Hingga tahun 20113 ini, badan POM telah menerima prose e-registrasi untuk produk obat copy, pangan low risk, suplemen dan obat tradisional. Sementara itu untuk kosmetik juga dikembangkan proses E-Notifikasi Kosmetik. Notifikasi dilakukan sebelum kosmetik itu beredar. Masa berlaku notifikasi dalam jangka waktu 3 tahun, setelah jangka waktu berakhir notifikasi pemohon harus memperbaharui notifikasinya. Dengan adanya e-notifikasi diharapkan bisa mempermudah pendaftar untuk mendapatkan nomor notifikasi produk yang akan diedarkan.

- E-BPOM

Aplikasi ini digunakan untuk proses importasi, dimana para importir dapat mendaftarkan produk bahan obat atau makanan yang di impor dari luar negeri, online melalui e-BPOM, yang kemudian memperoleh Surat Keterangan Impor (SKI) dari Badan POM. Dengan SKI ini, importir akan mudah dalam melakukan proses importasi melewati bea cukai.

Sebelum login, importir harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Apabila pendaftaran telah selesai dan masuk ke e-bpom, importir harus memasukkan data – data informasi dan persyaratan – persyaratan terkait produk ke e-BPOM, untuk di verifikasi keaslian data tersebut. Jika data sesuai, Badan POM dapat mengeluarkan Surat Keterangan Import (SKI).

SKI langsung di kirim ke Departemen Bea dan Cukai melalui Indonesia National Single Windows (INSW).

- Web Site Badan POM

Selain ketiga aplikasi diatas Bidang Teknologi Informasi juga mengembangkan website dari Badan POM melalui pom.go.id. Pengembangan website ini bertujuan mempermudah pengguna dalam mencari informasi tentang Badan POM secara online, juga memudahkan dalam mencari dan menggunakan link aplikasi – aplikasi diatas.

Sub Bidang Perangkat Keras Dan Perangkat Lunak (PKPL) mempunyai tugas melakukan maintenance terhadap sistem perangkat keras dan perangkat lunak di seluruh lingkungan badan POM. Kegiatannya berupa dokumentasi dan pengelolaan perangkat teknologi informasi yang ada di BPOM serta menangani keluhan dari users, membangun jalur koneksi internet- VPN, melakukan pengadaan dan pemeliharaan hardware dan software serta jaringan dan koneksi internet dll. Dalam memantau dan menangani adanya keluhan dari user (pengguna), sub bidang PKPL menggunakan aplikasi SPTI (Sistem Pemeliharaan Teknologi Informasi).

Selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di bidang teknologi informasi, mahasiswa diberikan materi dan pelatihan mengenai INSW e-BPOM, penggunaan SIPT (Sistem Informasi Pelaporan Terpadu), dan mendapatkan tugas untuk input data keluhan users dan solusinya menggunakan aplikasi SPTI (Sistem Pemeliharaan Teknologi Informasi). Selama pelaksanaan tugas, kendala yang dihadapi adalah formulir keluhan data masih dalam bentuk manual (tulisan tangan), sehingga ada beberapa yang sulit dibaca, kemudian akses untuk menjalankan aplikasi ternyata terdapat perubahan – perubahan.

5.1 Kesimpulan

a. Badan Pengawas Obat dan Makanan memiliki peran yang sangat penting dalam melindungi masyarakat melalui pengawasan terhadap peredaran produk obat, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen dan pangan olahan.

b. Dukungan dari sumber daya manusia yang kompeten salah satunya adalah apoteker, turut meningkatkan baiknya kinerja dari Badan POM. c. Pusat Informasi Obat dan Makanan sebagai salah satu bagian dari

Badan POM memilik peranan dalam memberi informasi yang valid, akurat dan terbaru kepada masyarakat tentang seluruh kinerja Badan POM, informasi obat dan makanan, informasi dan kasus/insiden keracunan.

d. Peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab apoteker di Badan POM terutama di unit kerja PIOM dapat disimpulkan sebagai pemberi pelayanan baik dalam informasi obat, informasi keracunan maupun teknologi informasi.

5.2 Saran

a. Belum optimalnya kinerja dari mahasiswa PKPA karena keterbatasan waktu pelaksanaan sehingga materi yang diberikan masih terasa sedikit, sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap lama pelaksanaan PKPA.

b. Mahasiswa PKPA perlu dilibatkan dalam kegiatan yang berhubungan dengan unit kerja secara keseluruhan, sehingga mahasiswa mendapat gambaran kerja dari unit tersebut pada kondisi yang sebenar-benarnya

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia.

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor HK.00.05.21.1732 Tahun 2008 Tentang Grand Strategi Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia.

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor HK.00.0521.4231 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan POM Nomor 02001/SK/KBPOM Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia.

Pusat Informasi Obat dan Makanan, Laporan Tahunan PIOM, Tahun 2012. Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan, http://www.pom.go.id. Diakses September 2013.

Badan Pengawas Obat dan Makanan, http://ik.pom.go.id. Diakses September 2013.

Badan Pengawas Obat dan Makanan, http://aero.pom.go.id. Diakses September 2013.

Badan Pengawas Obat dan Makanan, http://asrot.pom.go.id. Diakses September 2013.

Badan Pengawas Obat dan Makanan, http://e-reg.pom.go.id. Diakses September 2013.

Badan Pengawas Obat dan Makanan, http://e-bpom.pom.go.id. Diakses September 2013.

Lampiran 1. Struktur organisasi Badan POM RI

KEPALA BADAN

INSPEKTORAT

SEKRETARIAT UTAMA 1. Biro Perencanaan dan

Keuangan

2. Biro Kerjasama Luar Negeri 3. Biro Hukum dan Humas 4. Biro Umum Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Pusat Penyidikan Obat Makanan Pusat Riset Obat dan Makanan Pusat Informasi Obat dan Makanan DEPUTI I

Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA

1. Direkterot Penilaian Obat dan Produk Biologi 2. Direktorat Standardisasi

Produk Terapetik dan PKRT 3. Direktorat Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan PKRT 4. Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT 5. Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif.

DEPUTI II

Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan

Produk Komplemen

1. Direkterot Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik.

2. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, kosmetik dan Produk Komplemen

3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat

Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen

4. Direktorat Obat Asli

Indonesia

DEPUTI III

Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan

Bahan Berbahaya

1. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan 2. Direktorat Standardisasi

Produk Pangan

3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Produk Pangan 4. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan 5. Direktorat Pengawasan

Produk dan Bahan Berbahaya

Lampiran 5: Prosedur Layanan PIONas dan SIKerNas

.

Penanya memberika pertanyaan/permintaan informasi bisa melalui Tatap Muka, Telepon, Email, SMS, Faks, Surat dengan menyebutkan identitas diri

dan informasi lengkap terkait pertanyaan.

Petugas Layanan memberikan respon awal.

Petugas Layanan menggali latar belakang penanya dan pertanyaan dan/atau meminta informasi tambahan.

Petugas Layanan melakukan penelusuran literatur secara sistematis dengan syarat literatur bersifat valid, obyektif, dan terkini

Petugas layanan memformulasikan jawaban sesuai kajian literatur dan disesuaikan dengan informasi-informasi dan penanya

Petugas Layanan menyampaikan jawaban kepada penanya dan menerima feedback

Jika ada feedback/ pertanyaan lanjutan dari penanya, maka petugas layanan mencatatnya. Petugas melakukan proses memformulasikan jawaban dan menyampaikannya jawaban kepada penanya sebagai suatu layananpermintaan

baru melalui siklus prosedur yang sama

Apabila penanya tidak puas terhadap layanan dapat menyampaikan pengaduan/kririk/saran/masukan melalui prosedur layanan pengaduan

Petugas Layanan mengisi aplikasi layanan informasi obat sebagai pencatatan kegiatan layanan

Petugas Layanan memformulasikan pertanyaan dan jawaban menjadi katalog layanan untuk dapat menjadi rujukan kembali

Lampiran 6 : Alur Layanan Pemustaka Perpustakaan Badan POM

Khusus untuk Pegawai Badan POM

Pengunjung Mengisi Buku Tamu Menyimpan Barang Di Loker Online Public Access Pencarian Di Rak Kembali 1 Minggu/Diperpanjang g Pinjam Membaca Dikembalikan Ke Rak oleh Petugas

Tinggalkan Di Meja Baca Berikan ke

petugas untuk

Lampiran 7. Tampilan website informasi keracunan (ik.pom.go.id)

Lampiran 9. Tampilan formulir permintaan informasi bidang informasi keracunan

Lampiran 11. Diagram media layanan publik

Media

Layanan

Publik

e-

procurement

e-notifikasi

e -

registration

e -

bpom

e-recruitment

Lampiran 12. Diagram media informasi Peraturan Public Warning IONI Subsite Informasi Obat (IO) Berita Aktual Produk Teregistrasi

Lampiran 13: Tampilan website Badan POM (pom.go.id)

Lampiran 14. Tampilan subsite sistem notifikasi kosmetik online

Lampiran 16. Tampilan subsite Pra-registrasi Obat Copy Baru (aero.pom.go.id)

Lampiran 18. Tampilan subsite e-registrasi produk pangan (e-reg.pom.go.id/)

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK

INDONESIA

PERIODE 2 – 24 SEPTEMBER 2013

PERAN BIDANG INFORMASI KERACUNAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

SEBAGAI POISON INFORMATION CENTER DI INDONESIA

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 47-88)

Dokumen terkait