Komponen ini meliputi perawatan, perbaikan, maupun pembangunan baru prasarana dan sarana dasar termasuk pelestarian lingkungan pemukiman desa sesuai dengan kebutuhan komunitas. Pembangunan sarana dan prasarana harus mendasarkan pada pemenuhan kebutuhan dasar dan terselenggaranya kegiatan lain sebagai akibat pembangunan tersebut.
Desa Binaan PT. Arutmin Indonesia Tambang Batulicin
Lokasi yang dipilih PT. Arutmin Indonesia Tambang Batulicin untuk penyelenggaraan Gada Ulin meliputi 12 desa terdekat sekitar operasional perusahaan. Ketentuan pemilihan lokasi seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Ketentuan Pemilihan Lokasi Desa Sasaran
No. Tingkat Jarak/ Radius dari Operasi Perusahaan Jenis Terkena Dampak dari Operasi Perusahaan Sifat Terkena Dari Operasi Perusahaan Peringkat
1 Radius 1 (< 5 Km) Dampak Langsung Prioritas 1 2 Radius 1 (< 5 Km) Dampak Tidak Langsung Prioritas 4 3 Radius 1 (< 5 Km) Non Dampak Langsung Prioritas 5 4 Radius 1 (< 5 Km) Non Dampak Tidak Langsung Prioritas 10 5 Radius 2 (< 20 Km) Dampak Langsung Prioritas 2 6 Radius 2 (< 20 Km) Dampak Tidak Langsung Prioritas 6 7 Radius 2 (< 20 Km) Non Dampak Langsung Prioritas 7 8 Radius 2 (< 20 Km) Non Dampak Tidak Langsung Prioritas 11 9 Radius 3 (21 - 40 Km) Dampak Langsung Prioritas 3 10 Radius 3 (21 - 40 Km) Dampak Tidak Langsung Prioritas 8 11 Radius 3 (21 - 40 Km) Non Dampak Langsung Prioritas 9 12 Radius 3 (21 - 40 Km) Non Dampak Tidak Langsung Prioritas 12
Berdasarkan ketentuan tersebut maka didapat lima desa diantaranya menjadi prioritas pertama karena menerima dampak dan tujuh desa lainnya menjadi prioritas tambahan (Tabel 4) (Gada Ulin 2007).
Tabel 4 Nama Desa Sasaran
No. Desa Status Desa Jumlah Gakin Keterangan 1 Sungai Dua Non-Dampak 321 KK Non Transmigan 2 Tungkaran Pangeran Dampak 356 KK Non Transmigan
3 Sarigadung Dampak 217 KK Non Transmigan
4 Mekar Sari Dampak 164 KK Non Transmigan
5 Mentewe Dampak 210 KK Non Transmigan
6 Bulu Rejo Non-Dampak 201 KK Transmigan 7 Suka Damai Non-Dampak 271 KK Transmigan
8 Rejosari Non-Dampak 195 KK Transmigan
9 Dukuh Rejo Non-Dampak 105 KK Transmigan
10 Manunggal Non-Dampak 398 KK Transmigan
11 Mangkalapi Non-Dampak 87 KK Non Transmigan 12 Teluk Kepayang Dampak 158 KK Non Transmigan Profil Desa Sarigadung
Desa Sarigadung adalah salah satu desa di wilayah kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Desa Sarigadung termasuk ke dalam salah satu desa binaan PT. Arutmin Indonesia Tambang Batulicin. Desa ini memiliki luas wilayah kurang lebih 70,22 km2, yang terbagi menjadi sebelas Rukun Tetangga (RT).
Secara geografis, desa ini berbatasan dengan Desa Gunung Antasari di Sebelah Utara, Desa Suka Damai di Sebelah Selatan, Desa Manunggal di Sebelah Barat dan Desa Baroqah di Sebelah Timur. Jarak dari kantor Desa Sarigadung ke ibukota kecamatan (Desa Kampung Baru) berkisar 5 km dengan perkiraan waktu tempuh ± 25 menit (Kecamatan dalam Angka 2008).
Penduduk Desa Sarigadung berdasarkan data yang didapat dari BPS Kabupaten Tanah Bumbu dan Kantor Kecamatan Simpang Empat tahun 2008 berjumlah 4.262 jiwa dengan kepadatan penduduk 60 jiwa/km2 dan jumlah rumah tangga sebanyak 1.079 rumah tangga. Sedangkan menurut data hasil pemetaan sosial Desa Sarigadung tahun 2010, jumlah penduduk Desa Sarigadung mencapai 4.584 jiwa dengan 1.283 rumah tangga.
Jumlah pengangguran di Desa Sarigadung dapat dikatakan relatif sedikit, yaitu 20 orang. Hanya saja, jumlah keluarga miskin masih dapat dikatakan cukup banyak, yaitu 217 KK. Berbagai program bantuan di Desa Sarigadung cukup banyak, baik yang berasal dari pemerintah maupun non pemerintah. Program – program tersebut di antaranya adalah:
1. Program Pengembangan Kecamatan (PPK) PNPM
Program ini berupa pengadaan sarana dan prasarana air bersih 10 buah yang terletak di hampir seluruh RT, kecuali RT 11. Pengadaan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dan pelatihan keterampilan menjahit.
2. Program Desa Sejahtera Bersujud
Program ini berupa bantuan pembuatan infrastruktur jalan, bantuan modal pra koperasi sebesar Rp 20 Juta/Tahun, pembuatan jembatan baru, perbaikan jembatan, pengadaan air bersih (pembuatan sumur bor), dan pembuatan gapura jalan.
3. Program Beras Miskin (Raskin)
Program Raskin merupakan subsidi pangan sebagai upaya dari Pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan pada keluarga miskin melalui pendistribusian beras yang diharapkan mampu menjangkau keluarga miskin. Sasarannya adalah terbantu dan terbukanya akses beras keluarga miskin yang telah terdata dengan kuota tertentu sesuai dengan hasil musyawarah desa atau kelurahan dengan harga bersubsidi di tempat, sehingga dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan keluarga miskin. Program berupa penjualan beras terhadap warga –
warga miskin dengan harga yang murah. Pemerintah menetapkan harga beras Raskin adalah Rp 1.000,00 /kg.
4. Bantuan bupati
Program ini berupa pemberian uang bantuan dari bupati kepada keluarga - keluarga miskin sebesar Rp 20.000,00 tiap bulan. Bantuan bupati diberikan secara kumulatif setiap tiga bulan sekali.
Program CSR PT. Arutmin Indonesia di Desa Sarigadung 1. Bidang Ekonomi
Program CSR PT. Arutmin Indonesia Tambang Batulicin di Desa Sarigadung yang paling menonjol adalah program dana mitra yang dikelola oleh Lembaga Keuangan Desa (LKD). Dana mitra adalah dana yang berasal dari perusahaan dan disalurkan kepada pihak (masyarakat) desa melalui GADA ULIN, yang dapat digunakan sebagai pinjaman bergulir (berputar kembali ke anggota lain) untuk kegiatan usaha-usaha produktif maupun untuk dana bergulir rehabilitasi atau renovasi perumahan sederhana yang layak huni. Meskipun pihak LKD tidak perlu mengembalikan dana mitra kepada GADA ULIN, namun dana ini wajib dikelola secara profesional, bertanggung jawab, transparan, dan akan diperiksa secara teratur oleh pihak ketiga yang ditentukan oleh GADA ULIN.
Dana yang digulirkan kepada masyarakat atau pengguna bersifat “komersial”, yaitu harus dikembalikan dengan disertai jasa atau bagi hasil sebesar atau equivalen 1 persen per bulan. Pengenaan jasa atau bagi hasil ini sebesar 1 persen dimaksudkan agar dana tersebut tidak berkurang nilainya dari waktu ke waktu dan dengan demikian akan dapat dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat lain yang membutuhkannya. Pada dasarnya, sasaran dari program dana mitra ini adalah peminjaman dana secara berkelompok oleh masyarakat yang diwadahi di dalam kelompok swadaya masyarakat (KSM). Tujuannya adalah agar masyarakat dapat membangun usaha secara bersama-sama. Namun, pada pelaksanaannya, lebih banyak masyarakat yang meminjam dana mitra secara individu dibandingkan secara berkelompok. Alasan utamanya adalah karena adanya sistem “Tanggung Renteng”, yaitu apabila terjadi kerugian pada suatu usaha yang dilakukan oleh anggota KSMnya, maka kerugian tersebut ditanggung bersama-sama oleh seluruh anggota KSM tersebut.
Adapun syarat memperoleh dana mitra Gada Ulin secara umum ialah: a. Terdapat usulan tertulis (rencana rinci) yang berasal dari anggota KSM
atau dari KSM
b. Usulan tertulis telah diseleksi dan dinyatakan layak, atau usulan telah diperbaiki setelah sebelumnya dinyatakan tidak layak
c. Usulan yang layak akan disusun menurut giliran (prioritas atau daftar tunggu)
d. Usulan yang boleh diajukan untuk dibiayai dana pinjaman bergulir adalah usaha yang bergerak di bidang pertanian, peternakan, perikanan, usaha mikro (sangat kecil) dan usaha kecil (modal kerja atau alat pendukung produksi), angkutan penyiraman (pengairan), perumahan sederhana (layak huni), usaha pariwisata. Sementara itu, usulan yang dilarang adalah pembuatan atau penjualan senjata dan obat terlarang, penyimpanan dana berjangka pada lembaga keuangan, kegiatan yang melibatkan pembebasan tanah (baik untuk program maupun bukan), dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat investasi awal (bukan modal kerja, alat produksi tertentu, dan kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat).
2. Bidang Pendidikan
Program CSR PT. Arutmin Indonesia Tambang Batulicin di Desa Sarigadung pada bidang pendidikan berupa pemberian beasiswa kepada sejumlah murid SDN 1 Sarigadung dan SMKN 1 Batulicin yang disebut Beasiswa Abadi. Beasiswa ini diberikan kepada sejumlah siswa yang berprestasi dan yang berasal dari keluarga kurang mampu. Pihak perusahaan menetapkan agar proporsi pemberian beasiswa dapat seimbang (50:50) terhadap siswa yang berprestasi dan siswa yang kurang mampu dari total penerima beasiswa di suatu sekolah.
3. Bidang Kesehatan
Program CSR PT. Arutmin Indonesia Tambang Batulicin di Desa Sarigadung pada bidang kesehatan berupa pelatihan kader posyandu, bantuan dana pemberian makananan tambahan, serta pemberian fasilitas alat-alat posyandu. Bantuan dana PMT diberikan di dua posyandu yang ada di desa Sarigadung, yaitu posyandu Kasih Ibu yang terletak di kantor desa dan posyandu
Alamanda yang terletak di Kompi. Besarnya dana PMT adalah Rp 100.000,00 per bulan dimana dana dikucurkan setiap 3 bulan sekali.
Fasilitas alat-alat posyandu yang diberikan oleh perusahaan berupa timbangan bayi, tensimeter, timbangan dewasa, stetoskop, dan timbangan bayi gantung. Bantuan operasi katarak pernah diadakan bagi warga Desa Sarigadung, namun tidak ada warga yang mendaftar untuk mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu, di Desa Sarigadung juga pernah diadakan sunatan massal gratis oleh PT. Arutmin Indonesia Tambang Batulicin.
Karakteristik Demografi Keluarga Besar Keluarga
Besar atau ukuran keluarga (family size) merupakan jumlah seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Besar keluarga contoh dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi tiga seperti yang disajikan pada Tabel 5. Mengacu pada penetapan Hurlock (1980), yang disebut keluarga kecil adalah yang memiliki anggota keluarga kurang dari dan sama dengan 4 orang, keluarga sedang dengan jumlah anggota 5 sampai 7 orang, dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih dari 8 orang.
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
Besar Keluarga CSR (n=35) Non CSR (n=35) Total (n=70) n % n % n %
Keluarga kecil (≤ 4 orang) 29 82,9 30 85,7 59 84,3
Keluarga sedang (5-7 orang) 6 17,1 5 14,3 11 15,7
Keluarga besar (≥ 8 orang) 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Min-max 2-7 1-7 1-7
Rataan ± SD 4,20±1,30 3,86±1,45 4,03±1,38
Nilai uji p 0,303
Tabel 5 memperlihatkan sebaran keluarga contoh berdasarkan jumlah anggota keluarga (besar keluarga) dan sasaran CSR (keluarga penerima manfaat CSR dan keluarga non CSR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh, baik contoh yang berasal dari keluarga penerima manfaat CSR maupun keluarga yang bukan penerima manfaat CSR termasuk ke dalam keluarga kecil. Rataan jumlah anggota keluarga contoh secara keseluruhan adalah 4,03 orang. Jumlah anggota keluarga paling sedikit adalah satu orang sedangkan paling banyak berjumlah tujuh orang.
Secara umum, keluarga contoh CSR memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih banyak dibandingkan dengan keluarga contoh non CSR, walaupun hasil uji beda secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Rataan jumlah anggota keluarga contoh CSR sebanyak lima orang dan keluarga contoh non CSR sebanyak empat orang.
Usia Kepala Keluarga dan Istri
Usia kepala keluarga. Usia kepala keluarga dari keseluruhan keluarga contoh berkisar antara 26 sampai dengan 85 tahun dengan rataan 44,41 tahun. Terdapat tiga keluarga yang tidak memiliki kepala keluarga karena sudah meninggal atau karena perceraian. Oleh karena itu, jumlah contoh pada variabel umur kepala keluarga hanya 67 keluarga. Sedangkan keluarga contoh yang tidak memiliki istri sebanyak empat orang, sehingga data pada umur istri jumlah contoh hanya 66 keluarga.
Pada penelitian ini, pembagian rentang usia menggunakan pendapat Hurlock (1980), yaitu dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir (>60 tahun). Tabel 6 menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga contoh memiliki kepala keluarga termasuk dalam kategori dewasa madya (usia antara 41-60 tahun) dan hanya sepertiganya yang berusia dewasa lanjut. Dengan kata lain hampir tiga perempat dari keluarga contoh masih berada pada usia produktif.
Rataan usia kepala keluarga pada keluarga CSR lebih tinggi daripada rataan usia pada keluarga non CSR. Rataan pada keluarga CSR sebesar 45,63 tahun, sedangkan rataan pada keluarga non CSR sebesar 43,20 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia kepala keluarga CSR lebih tua dibandingkan keluarga non CSR.
Tabel 6 Sebaran keluarga contoh berdasarkan usia kepala keluarga
Usia CSR (n=34)1 Non CSR (n=31)2 Total (n=65) n % n % N %
Dewasa awal (18-40 tahun) 11 32,4 11 35,5 22 33,8 Dewasa madya (41-60 tahun) 20 58,8 15 48,4 35 53,8
Dewasa akhir (>60 tahun) 3 8,8 5 16,1 8 12,3
Min-max (tahun) 26-70 28-85 26-85
Rataan ± SD (tahun) 45,63±13,24 43,20±19,87 44,41±16,8
NIlai uji p 0,549
Persentase terbesar usia kepala keluarga, baik pada keluarga CSR maupun keluarga non CSR berada pada kategori usia dewasa madya. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata (p>0,1) antara usia kepala keluarga pada keluarga CSR dengan keluarga non CSR.
Usia istri. Adapun usia istri berkisar antara 21 sampai dengan 65 tahun. Lebih dari separuh usia istri, baik yang berada pada keluarga CSR dan keluarga non CSR berada pada kategori usia dewasa awal (Tabel 7). Usia termuda istri adalah 21 tahun dan tertua 65 tahun dengan rataan 38,91 tahun. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,1) antara usia istri pada keluarga CSR dengan keluarga non CSR.
Rataan usia istri pada keluarga CSR lebih rendah dibandingkan dengan keluarga non CSR. Rataan keluarga CSR sebesar 38,26 tahun, sedangkan rataan keluarga non CSR sebesar 39,57 tahun. Sekilas hal ini menunjukkan bahwa usia istri keluarga non CSR lebih tua dibandingkan keluarga CSR.
Tabel 7 Sebaran keluarga contoh berdasarkan usia istri
Usia CSR (n=33)1 Non CSR (n=33)2 Total (n=66) n % n % n %
Dewasa awal (18-40 tahun) 19 57,6 17 51,5 36 54,5
Dewasa madya (41-60 tahun) 14 42,4 14 42,4 28 42,4
Dewasa akhir (>60 tahun) 0 0,0 2 6,1 2 3,0
Min-max (tahun) 24-60 21-65 21-65
Rataan ± SD (tahun) 38,26±12,64 39,57±14,93 38,91±13,74
NIlai uji p 0,692
Ket : 1 Meninggal/Pisah sebanyak 2 orang; 2 Meninggal/Pisah sebanyak 2 orang Karakteristik Sosial Keluarga
Pendidikan Kepala keluarga dan Istri
Pendidikan Kepala keluarga. Pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku orang tersebut dalam kehidupan sehari - hari. Proporsi terbesar kepala keluarga dari keluarga CSR maupun keluarga non CSR memiliki jenjang pendidikan tamat SD dengan persentase masing - masing berturut - turut sebesar 35,3 persen dan 38,7 persen (Tabel 8). Dengan demikian sebagian besar kepala keluarga dari keluarga contoh yang tinggal di Desa Sarigadung masih memiliki pendidikan yang rendah. Bahkan masih terdapat delapan belas persen kepala keluarga dari keluarga contoh yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal.
Tabel 8 Sebaran keluarga contoh berdasarkan jenjang pendidikan kepala keluarga Jenjang pendidikan CSR (n=34)1 Non CSR (n=31)2 Total (n=65) n % n % n % Tidak sekolah 5 14,7 7 22,6 12 18,5 Tidak tamat SD 7 20,6 9 29,0 16 24,6 Tamat SD 12 35,3 12 38,7 24 36,9 Tamat SLTP 8 23,5 3 9, 7 11 16,9 Tamat SLTA 2 5,9 0 0,0 2 3,1 Tamat Diploma/PT 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Ket : 1 Meninggal/Pisah sebanyak 1 orang; 2 Meninggal/Pisah sebanyak 4 orang
Kepala keluarga pada keluarga CSR memiliki pendidikan yang lebih tinggi daripada keluarga non CSR. Jenjang pendidikan kepala keluarga pada keluarga CSR cukup beragam yaitu mulai dari tidak sekolah hingga tamat SLTA. Berdasarkan Tabel 8 dapat terlihat bahwa tidak ada kepala keluarga dari keluarga CSR maupun keluarga non CSR yang pernah mengenyam pendidikan diploma maupun perguruan tinggi.
Pendidikan istri. Tidak berbeda jauh dengan kepala keluarga, istri pada keluarga contoh juga proporsi terbesarnya berpendidikan sekolah dasar (39,4%). Hampir separuh istri (45,5%) dari keluarga CSR memiliki jenjang pendidikan tamat SD. Jenjang pendidikan istri pada keluarga CSR pun cukup beragam yaitu mulai dari tidak sekolah hingga tamat SLTA. Persentase terbesar istri keluarga non CSR berjenjang pendidikan tidak tamat SD sebesar 36,4 persen.
Tabel 9 Sebaran keluarga contoh berdasarkan jenjang pendidikan istri
Jenjang pendidikan CSR (n=33)1 Non CSR (n=33)2 Total (n=66) n % n % n % Tidak sekolah 6 18,2 9 27,3 15 22,7 Tidak tamat SD 8 24,2 12 36,4 20 30,3 Tamat SD 15 45,6 11 33,3 26 39,4 Tamat SLTP 2 6,1 1 3,0 3 4,5 Tamat SLTA 2 6,1 0 0,0 2 3,0 Tamat Diploma/PT 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Ket : 1 Meninggal/Pisah sebanyak 2 orang; 2 Meninggal/Pisah sebanyak 2 orang
Pembagian lama pendidikan didasarkan pada kewajiban belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah. Dengan demikian, lama pendidikan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kurang dari sembilan tahun dan lebih dari sembilan tahun. Berdasarkan hasil tabulasi silang ditemukan bahwa seluruh kepala keluarga pada keluarga non CSR menempuh pendidikan selama kurang dari
sembilan tahun. Adapun, pada keluarga CSR masih terdapat sedikit kepala keluarga (5,9%) yang menempuh pendidikan selama lebih dari sembilan tahun (Tabel 10). Hasil analisis uji beda secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,1) antara lamanya pendidikan kepala keluarga pada keluarga CSR dengan keluarga non CSR.
Tabel 10 Sebaran keluarga contoh berdasarkan lama pendidikan kepala keluarga Lama pendidikan CSR (n=34)1 Non CSR (n=31)2 Total (n=65) n % n % n % ≤ 9 tahun 32 94,1 31 100,0 63 96,9 >9 tahun 2 5,9 0 0,0 2 3,1 Min-max 0-12 0-9 0-12 Rataan ± SD 5,46±3,53 3,77±3,08 4,61±3,39 NIlai uji p 0,160
Ket : 1 Meninggal/Pisah sebanyak 1 orang; 2 Meninggal/Pisah sebanyak 4 orang
Hanya 6,1 persen istri pada keluarga CSR yang menempuh pendidikan lebih dari 9 tahun (Tabel 11), sedangkan pada keluarga non CSR seluruh istri menempuh pendidikan kurang dari 9 tahun. Hasil analisis uji beda secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,1) antara lamanya pendidikan istri pada keluarga CSR dengan keluarga non CSR.
Tabel 11 Sebaran lama pendidikan istri dan statistiknya
Lama pendidikan CSR (n=33)1 Non CSR (n=33)2 Total (n=66) n % n % n % ≤ 9 tahun 31 93,9 33 100 64 97,0 >9 tahun 2 6,1 0 0,0 2 3,0 Min-max 0-12 0-9 0-12 Rataan ± SD 4,54±3,31 3,37±2,76 3,96±3,08 NIlai uji p 0,160
Ket : 1 Meninggal/Pisah sebanyak 2 orang; 2 Meninggal/Pisah sebanyak 2 orang Kemampuan Baca Tulis Aksara Latin
Jika dilihat dari melek aksara baik dari membaca maupun menulis aksara latin ternyata sebagian besar dari kepala keluarga, baik yang berasal dari keluarga CSR maupun keluarga non CSR dapat membaca dan menulis. Proporsi kepala keluarga yang buta aksara pada keluarga non CSR lebih tinggi dibandingkan keluarga CSR (Tabel 12).
Tabel 12 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kemampuan baca dan tulis aksara latin kepala keluarga
Kemampuan Baca Tulis Aksara Latin CSR (n=34)1 Non CSR (n=31)2 Total (n=65) n % n % n %
Tidak bisa baca dan tulis 5 14,7 8 25,8 13 20,0
Bisa baca 0 0,0 1 3,2 1 1,5
Bisa tulis 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Bisa baca dan tulis 29 85,3 22 71,0 51 78,5
Ket : 1 Meninggal/Pisah sebanyak 1 orang; 2 Meninggal/Pisah sebanyak 4 orang
Hampir tiga perempat istri, baik yang berasal dari keluarga CSR maupun keluarga non CSR termasuk mampu dalam hal baca dan tulis. Proporsi istri yang buta aksara pada keluarga non CSR lebih tinggi dibandingkan keluarga CSR (Tabel 13).
Tabel 13 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kemampuan baca dan tulis aksara latin istri
Kemampuan Baca Tulis Aksara Latin CSR (n=33)1 Non CSR (n=33)2 Total (n=66) n % n % n %
Tidak bisa baca dan tulis 6 18,2 11 33,3 17 25,8
Bisa baca 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Bisa tulis 1 3,0 0 0,0 1 1,5
Bisa baca dan tulis 26 78,8 22 66,7 48 72,7
Ket : 1 Meninggal/Pisah sebanyak 2 orang; 2 Meninggal/Pisah sebanyak 2 orang Keterlibatan dalam Program CSR
Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Arutmin Indonesia di Desa Sarigadung terdapat tiga jenis, yaitu program ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Dalam penelitian ini, contoh keluarga CSR berasal dari keluarga – keluarga yang telah terlibat dalam salah satu program CSR. Sebagian besar contoh keluarga CSR merupakan peserta program CSR di bidang ekonomi yang berjumlah 29 keluarga. Contoh keluarga CSR yang mengikuti program CSR di bidang pendidikan berjumlah 4 keluarga, sementara contoh keluarga CSR yang mengikuti program CSR di bidang kesehatan berjumlah 2 orang. Pengambilan contoh keluarga CSR paling banyak berasal dari bidang ekonomi dikarenakan jumlah peserta program CSR di bidang ekonomi secara keseluruhan paling banyak dibandingkan dengan program – program yang lain.
Gambar 6 Sebaran contoh keluarga CSR berdasarkan jenis program CSR Bantuan yang Diterima di Luar CSR
Selain program bantuan CSR dari PT. Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, keluarga di Desa Sarigadung juga memperoleh bantuan berupa Raskin (Beras Miskin), Askeskin (Asuransi Kesehatan untuk Masyarakat Miskin), BLT (Bantuan Langsung Tunai), dan bantuan bupati (Tabel 14). Jenis bantuan yang paling banyak diterima oleh keluarga contoh adalah bantuan Raskin, diikuti oleh bantuan Askeskin serta BLT.
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan bantuan yang pernah diterima keluarga Pra dan Saat CSR
Bantuan yang Diterima CSR Non CSR (n=35) Pra (n=35) Saat (n=35) Raskin 71,4 42,9 62,9 Askeskin 31,4 17,1 20,0 BLT 28,6 0,0 0,0 Bantuan bupati 0,0 8,6 11,4
Persentase keluarga CSR yang mendapat bantuan Raskin dan Askeskin antara pra dan saat CSR mengalami penurunan, yakni dari masing-masing 71,4 persen dan 31,4 persen menjadi 42,9 persen dan 17,1 persen. Persentase keluarga CSR yang mendapat bantuan BLT antara pra dan saat CSR juga mengalami penurunan, dari 28,6 persen menjadi 0 persen. Hal ini dikarenakan pada saat ini program bantuan BLT sudah tidak diadakan lagi oleh pemerintah di Desa Sarigadung. Sementara itu, terdapat kenaikan persentase keluarga CSR yang mendapat bantuan bupati antara pra dan saat CSR. Hal ini dikarenakan program bantuan bupati baru berjalan akhir - akhir ini saja.
Persentase keluarga non CSR yang mendapat bantuan Raskin, Askeskin, dan bantuan bupati lebih tinggi dibandingkan keluarga CSR saat ini. Sementara itu, tidak ada keluarga, baik dari keluarga CSR maupun non CSR yang mendapat bantuan BLT dikarenakan ketiadaan program saat ini.
Karakteristik Ekonomi Keluarga Pekerjaan Kepala keluarga dan Istri
Pekerjaan Kepala keluarga. Kepala keluarga pada umumnya merupakan pencari nafkah utama (a main breadwinner) dalam keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pra CSR kepala keluarga yang mempunyai pekerjaan utama adalah 88,6 persen, dan mengalami kenaikan menjadi 91,4 persen saat keluarga mendapat bantuan CSR. Namun untuk pekerjaan tambahan, tidak terdapat perubahan proporsi kepala keluarga yang memiliki pekerjaan tambahan pada pra dan saat mendapat CSR. Hanya 20 persen kepala keluarga pada keluarga CSR yang memiliki pekerjaan tambahan. Selanjutnya terdapat 11,4 persen kepala keluarga yang tidak memiliki pekerjaan utama pada pra CSR, yang kemudian persentasenya menurun menjadi 8,6 persen pada saat CSR (Tabel 15).
Tabel 15 Sebaran persentase contoh berdasarkan pekerjaan utama dan tambahan kepala keluarga (persentase) Pra, Saat, dan Non CSR
Jenis Pekerjaan CSR Non CSR Pekerjaan Utama Pekerjaan Tambahan Pekerjaan Utama Pekerjaan Tambahan Pra (n=35) Saat (n=35) Pra (n=35) Saat (n=35) Saat (n=35) Saat (n=35) Tidak bekerja 11,4 8,6 80,0 80,0 14,3 68,6 Petani 25,7 25,7 0,0 2,9 20,0 8,6 Pedagang 8,6 8,6 0,0 0,0 5,7 0,0 Peternak 0,0 0,0 0,0 0,0 5,7 0,0 Buruh 31,4 25,7 8,6 5,7 34,3 14,3 Ojek 8,6 5,7 5,7 0,0 0,0 0,0 Pegawai swasta 5,7 17,5 0,0 0,0 5,7 0,0 Lain-lain1 8,6 8,6 5,7 11,4 14,3 8,6
Ket: 1 Tukang kayu, pencari ikan, bengkel, pendulang emas, pendulang pasir, penjaga masjid, pengemis, pensiunan tentara, tukang urut, pemilik kos, pemburu, pencari arang, pencari kayu
Pada keluarga CSR, secara umum pekerjaan utama kepala keluarga terbagi ke dalam lima jenis pekerjaan, yaitu petani, pedagang, buruh, ojek, dan pegawai swasta. Jenis pekerjaan utama dengan persentase terbesar pra CSR adalah buruh, yaitu 31,4 persen, diikuti dengan petani (25,7%), serta pedagang dan ojek (masing-masing 8,6%). Sementara itu, jenis pekerjaan utama dengan
persentase terbesar saat CSR adalah buruh dan petani (masing-masing 25,7%), diikuti dengan pegawai swasta (17,1%), serta pedagang (8,6%).
Pekerjaan sampingan kepala keluarga CSR terbagi ke dalam tiga jenis pekerjaan, yaitu petani, buruh, dan ojek. Jenis pekerjaan sampingan dengan persentase terbesar pra CSR adalah buruh, yaitu 8,6 persen, diikuti dengan ojek