• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II Kondisi Kemiskinan Daerah

2.2. Perkembangan Dimensi Kemiskinan

2.2.2. Bidang Kesehatan

29 pada tahun 2009 pada umumnya mampu menurunkan angka kemiskinan, yakni pada rentang penurunan 1,58-10,91%.

2) Sejumlah 52 unit kegiatan (program) pronangkis yang dilaksakanan oleh 10 SKPD Pemda Kabupaten Bantul, dan didukung pendanaan serta kelengkapan peraturan yang memadai. Pada umumnya kegiatan (program) yang diluncurkan sesuai dengan persoalan kemiskinan yang menjadi beban masyarakat yakni didominansi oleh permasalahan ekonomi, papan dan kesehatan, serta sebagian kecil pangan.

3) Perencanaan program (kegiatan) prespektif dapat ditingkatkan melalui pelibatan TKPK Kabupaten Bantul secara intensif. Di sejumlah kecil wilayah dijumpai jumlah kegiatan yang berlebih tidak sepadan dengan persoalan kemiskinan yang menjadi beban masyarakat. Sejauh ini implementasi masing-masing kegiatan (program) belum dilengkapi SOP yang jelas, sementara pelaporan hasil dalam format LAKIP tidak cukup menggambarkan informasi pelaksanaan kegiatan (program) secara komprehensif.

2.2.2 Bidang Kesehatan

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

menyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif, serta norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

30 pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Salah satu sarana untuk promosi kesehatan melalui Bantul Expo yang diisi dengan pemeriksaan kesehatan paru dan jantung pada pengunjung serta konsultasi kesehatan. Selain itu dalam memperingati Hari Kesehatan Nasional, diadakan serangkaian kegiatan berupa senam sehat, Festival Bantul Sehat dan jambore kader. Sosialisasi program-program kesehatan juga dilakukan lewat media elektronik yaitu radio, televisi dan website serta media cetak berupa leaflet, poster dan majalah Infokes.

Hasil kegiatan promosi kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) mengalami peningkatan yang cukup baik. Dilihat dari PHBS tatanan rumah tangga pada tahun 2012, sebanyak 67,27% rumah tangga telah ber-PHBS.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan dilakukan dengan kegiatan inovatif berupa Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK) yang dimulai sejak tahun 2007. Tujuan kegiatan adalah untuk merubah pola pikir, pola sikap, dan pola tindak seluruh stakeholder, termasuk juga para pejabat dan masyarakat dalam ikut menangani permasalahan kesehatan; menurunkan kematian ibu maternal, kematian bayi, menurunkan jumlah kesakitan DBD, jumlah penderita gizi buruk, dan meningkatkan penemuan kasus TBC.

Unit analisis DB4MK telah diubah dari Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan menjadi Dusun Bebas 4 Masalah Kesehatan. Hal ini berdasarkan aspirasi dari kepala desa dan masyarakat karena peluang masyarakat untuk mendapatkan reward lebih besar dengan unit analisis yang lebih kecil yaitu dusun dan masyarakat mempunyai harapan yang lebih besar untuk mengupayakan daerahnya bebas empat masalah kesehatan. Reward diberikan bagi dusun dengan kriteria :

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

31 b) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 100%;

c) Kunjungan ibu hamil ke fasilitas kesehatan (K7) minimal 90%; d) Partisipasi masyarakat di Posyandu (D/S) minimal 90% dalam 12 bulan;

e) Kunjungan neonatal lengkap minimal 90%; dan f) Angka Bebas Jentik (ABJ) minimal 95%.

Pada tahun 2012, reward diberikan pada 40 dusun dari 567 dusun yang masyarakatnya secara aktif melakukan upaya pemberdayaan dan hasilnya diketahui melalui indikator proses yang telah ditetapkan, dan disahkan berdasarkan SK Bupati Nomor 363 Tahun 2012 tentang Pemenang Reward DB4MK Plus.

a. Perkembangan Antar –Waktu dan Antar-Wilayah

Di dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diamanatkan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif, serta norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pembangunan bidang kesehatan juga menjadi perhatian penting dalam komitmen dunia internasional yang dituangkan dalam Millenium

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

32 dengan bidang kesehatan yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan (target 1), menurunkan angka kematian anak (target 4), meningkatkan kesehatan ibu (target 5), dan memerangi HIV dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya (target 6), serta memastikan pelestarian lingkungan hidup (target 7). Sampai dengan tahun 2005 indikator-indikator kesehatan yang barkaitan dengan pencapaian MDG’s masih belum optimal seperti angka gizi buruk masih 1,02%, Angka kematian bayi (AKB) masih 12,24 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) masih 109,65 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) 26 per 100.000 penduduk. Dalam rangka akselerasi perbaikan indikator kesehatan diatas Pemerintah Kabupaten Bantul merumuskan program Dusun Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK). Masalah kesehatan yang diakselerasi tersebut adalah : AKI, AKB, Gizi buruk, BDB dan Tubercolosis (TB).

Upaya pembangunan bidang kesehatan, selain dilaksanakan dengan program, juga didukung dengan ketersediaan dan kecukupan sarana dan prasarana kesehatan. Berikut adalah sebaran sarana kesehatan di wilayah Kabupaten Bantul, meliputi 27 Puskesmas, yang terdiri dari 16 Puskesmas dengan Tempat Tidur dan 11 Puskesmas Non Tempat Tidur, Puskesmas Pembantu ada 67 buah, dan Puskesmas Keliling 27 unit. Rumah Sakit Pemerintah ada dua, yaitu Rumah Sakit Umum Panembahan Senopati Bantul dan RS Hardjo Lukito, serta BP4 sebanyak satu buah dan Gudang Farmasi satu buah.

Pelayanan kesehatan swasta dilaporkan Rumah Sakit Swasta ada 9 Rumah Sakit, Praktek Dokter Perorangan 491 buah, Bidan Praktek Swasta 261 buah, Balai Pengobatan/Klinik 78 buah, Rumah Bersalin 32 buah, Praktek Pengobatan Tradisional 83 buah, Toko Obat 4 buah, Apotek 100 buah, Laboratorium swasta 4 buah, Industri kecil Obat Tradisional 20 buah dan optikal 5 buah. Untuk Upaya Kesehatan

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

33 Berbasis Masyarakat (UKBM), di Kabupaten Bantul sudah terbentuk 75 Desa Siaga dengan 75 Poskokesdes, dan 1123 Posyandu.

Tabel II.11

JUMLAH TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS PUSKESMAS TAHUN 2011

No Puskesmas Dokter Umum Dokter Gigi Apoteker & Tenaga Farmasi

Bidan Perawat Gizi Kesmas Sanitasi Teknis

Medis 1 Srandakan 4 2 2 10 8 2 1 1 1 2 Sanden 4 2 1 11 9 2 1 2 2 3 Kretek 4 2 1 12 8 1 1 2 2 4 Pundong 3 3 1 9 8 1 0 1 1 5 Bambanglipuro 4 1 2 11 9 2 0 3 2 6 Pandak I 5 2 1 8 8 2 0 2 2 7 Pandak II 3 1 1 3 5 1 0 1 1 8 Bantul I 2 3 1 4 5 1 1 2 1 9 Bantul II 3 2 1 4 6 2 0 2 1 10 Jetis I 3 1 2 8 7 3 0 1 1 11 Jetis II 2 1 1 5 5 1 0 1 1 12 Imogiri I 5 2 0 8 9 2 1 1 2 13 Imogiri II 2 2 1 5 7 2 0 1 1 14 Dlingo I 4 1 2 10 8 1 2 1 1 15 Dlingo II 3 3 1 7 8 1 2 1 1 16 Pleret 3 1 1 11 10 2 1 2 2 17 Piyungan 5 2 1 8 9 2 2 1 3 18 Banguntapan I 2 1 1 4 6 1 1 2 2 No Puskesmas Dokter

Umum Dokter Gigi Apoteker & Tenaga Farmasi

Bidan Perawat Gizi Kesmas Sanitasi Teknis Medis 19 Banguntapan II 4 1 1 11 9 2 0 2 1 20 Banguntapan III 2 1 1 5 6 1 0 3 1 21 Sewon I 4 2 2 8 10 2 0 1 4 22 Sewon II 2 1 1 6 4 2 0 2 2 23 Kasihan I 6 2 1 10 9 1 1 2 2 24 Kasihan II 3 1 1 4 6 2 2 1 1 25 Pajangan 2 2 1 9 9 2 0 1 2 26 Sedayu I 5 2 1 5 11 1 1 1 1 27 Sedayu II 2 1 1 4 5 1 1 2 1 Jumlah 91 45 31 203 204 44 20 42 42 Sumber : Dinkes, 2012

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

34 Berikut disajikan gambar peta penyebaran Puskesmas dan Rumah Sakit di Kabupaten Bantul Tahun 2012 :

Gambar II.13

Sebaran Sarana Kesehatan di 17 kecamatan

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Bantul 2010

Gambar II.14

UMUR HARAPAN HIDUP

70,9 70,9 70,95 71,11 71,21 71,31 70,6 70,8 71 71,2 71,4 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Ta hu n Tahun

Angka Harapan Hidup Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2010

Bantul

Sumber: BPS Kab. Bantul, 2011

Data Susenas tahun 2002 dilaporkan bahwa Umur Harapan Hidup Waktu Lahir di Kabupaten Bantul untuk Laki-laki adalah 71 tahun dan Wanita adalah 72 tahun. Menurut SDKI tahun 2002-2003 data terendah di Indonesia bahwa UHH (Eo) di Propinsi DIY adalah 72,4 tahun.

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

35

b. Relevansi dan Efektivitas Program 1. Angka Kematian Bayi

Peningkatan kesehatan bayi di Kabupaten Bantul mengalami tren meningkat yang ditandai dengan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Bantul sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 secara umum cenderung mengalami penurunan yang disebabkan karena kinerja pemerintah dalam bidang kesehatan cukup baik. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bantul dengan lebih meningkatkan peran serta masyarakat melalui Program Desa bebas 4 masalah Kesehatan (DB4K) sehingga diharapkan pada tahun-tahun berikutnya bisa menurunkan angka kematian bayi.

Capaian indikator angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2012 sebesar 8,6 per 1000 kelahiran hidup, telah berhasil mencapai target yang telah ditentukan dalam RPJMD yaitu sebesar 9 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan bayi sudah cukup baik dengan capaian AKB yang dibawah target.

Dalam rangka mempercepat penurunan kematian bayi, memerlukan keterpaduan lintas program antara lain yaitu Program Pencegahan Penyakit melalui imunisasi pada bayi, Program Perbaikan Gizi Masyarakat, yaitu peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif bagi bayi sampai umur 6 bulan, dan pemberian makanan pendamping ASI dari keluarga miskin (Gakin). Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 KH sebagaimana disajikan pada Gambar II.15.

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

36 Gambar II.15

Perkembangan Angka Kematian Bayi per 1.000 KH Di Kabupaten Bantul Tahun 2005-2010

12.24 13.76 9.19 13.23 11.75 9.8 19 18 17 17 17 17 32 28 27 27 26 26 0 5 10 15 20 25 30 35 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Bantul Propinsi Nasional

Sumber : Dinas Kesehatan, 2011

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa upaya penurunan AKB di Kabupaten Bantul sudah mengalami keberhasilan. AKB pada tahun 2005 12,24 per 1000 KH menurun menjadi 8,6 per 1000 KH pada tahun 2012. Keberhasilan ini juga tampak bila dibandingkan AKB Propinsi DIY dan nasional seperti pada grafik di atas.

2. Angka Kematian Balita

Kesehatan bayi mengalami kecenderungan meningkat yang ditandai dengan rendahnya Angka (AKB). Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bantul dengan lebih meningkatkan peran serta masyarakat melalui Program Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK) sehingga diharapkan pada tahun-tahun berikutnya bisa menurunkan angka kematian bayi.

Upaya mempercepat penurunan kematian bayi memerlukan keterpaduan lintas program antara lain program pencegahan penyakit melalui imunisasi pada bayi dan program perbaikan gizi masyarakat.

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

37 Adapun keterpaduan program perbaikan gizi meliputi peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif bagi bayi sampai umur enam bulan, dan pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) bagi keluarga miskin (Gakin), serta kegiatan Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu). KP Ibu bertujuan untuk memotivasi ibu hamil dalam melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada saat melahirkan sehingga mendorong peningkatan pemberian ASI eksklusif.

Imunisasi sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian bayi, dilaksanakan melalui pemberian Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) pada bayi. Keterpaduan Program Penurunan Kematian Bayi dan Balita dengan Program imunisasi memperlihatkan cakupan pemberian imunisasi dasar yang mengalami peningkatan dan dibarengi dengan menurunnya angka kematian bayi. Peningkatan cakupan imunisasi dapat dilihat pada Gambar II.16 dan II.17.

Pada tahun 2010 seluruh desa di Kabupaten Bantul (75 desa), sudah mencapai UCI (Universal Child Immunization). Desa dikatakan UCI jika cakupan bayi mendapatkan imunisasi dasar di wilayah tersebut minimal 80%.

Unit pelayanan imunisasi di Kabupaten Bantul melibatkan juga peran swasta. BPS (bidan praktek swasta), rumah bersalin, rumah sakit swasta dilibatkan dalam memberikan pelayanan imunisasi dasar. Dalam rangka memantau kualitas vaksin, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul melakukan kegiatan supervisi rutin ke unit pelayanan imunisasi baik pemerintah maupun swasta. Kegiatan ini meliputi pemantauan cold chain, pencatatan pelaporan, penyimpanan vaksin, serta pengelolaan limbah.

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012 38 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 DPT+HB1 101.89 96.29 90.81 88.2 96.35 95.7 99.49 DPT+HB3 89.36 91.79 87.73 83.24 93.99 94.7 98.94 0 20 40 60 80 100 120 % Tahun Gambar II.16 Cakupan Imunisasi DPT+HB Tahun 2005-2011 DPT+HB1 DPT+HB3 Gambar II.17

Pencapaian Imunisasi di Kabupaten Bantul Tahun 2005 – 2009

IH: ibu hamil

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

39

3. Angka Kematian Ibu Melahirkan

Program peningkatan dan Keselamatan Ibu bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Angka kematian ibu di Kabupaten Bantul mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun namun demikian karena tingkat partisipasi masyarakat melalui pemberdayaan kader kesehatan untuk pendampingan ibu hamil resiko tinggi dan peningkatan kualitas sarana prasarana kesehatan serta sumber daya manusia maka pada tahun 2010 Angka kematian ibu melahirkan dapat ditekan. Kecenderungan angka kematian ibu (AKI) sebagaimana disajikan pada Gambar II.18.

Gambar II.18.

Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup Kabupaten Bantul Tahun 2005-2010

109.65 84.26 47.14 140.3 158.29 82.07 110 107 105 104 104 267 247 228 228 0 50 100 150 200 250 300 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Bantul Propinsi Nasional

Sumber : Dinas Kesehatan, 2012

Angka kematian Ibu di Kabupaten Bantul pada tahun 2010 dilaporkan terjadi penurunan yang cukup tinggi (82,1 per 100.000 KH). Dari grafik diatas terlihat bahwa upaya penurunan AKI di kabupaten Bantul sudah cukup berhasil. AKI pada tahun 2005 sebesar 109,65

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

40 per/100.000 KH turun menjadi 82,07 per 100.00 KH pada tahun 2010. Keberhasilan ini juga bisa dilihat bila dibandingkan AKI Propinsi DIY dan AKI nasional. AKI nasional tahun 2008 sebesar 228 per 100.000 KH.

Keberhasilan tersebut didukung pula oleh Program Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan (DBM4K) yang digulirkan oleh pemerintah daerah yang bertujuan untuk memberikan dorongan kepada masyarakat untuk meningkatkan partisipasinya dalam pembangunan kesehatan melalui pemberian dana penghargaan kepada desa-desa yang berhasil dalam penanganan masalah kesehatan utama yaitu bebas kematian ibu, kematian bayi, gizi buruk, kasus DBD dan penyakit TBC.

Dalam mempercepat penurunan kematian ibu ini, diperlukan keterpaduan lintas program antara lain yaitu Program Perbaikan gizi Masyarakat, khususnya pada ibu hamil melalui pemberian PMT Pemulihan bagi ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui penyiapan masyarakat dalam Desa Siaga, Ambulance Desa dan Donor Darah.

4. Prevalensi Balita Kekurangan Gizi

Pada tahun 2012, terjadi penurunan status gizi buruk pada balita, yaitu angka balita gizi buruk sebesar 0,26% dari seluruh balita (target DIY <1%). Dengan demikian, terlihat adanya peningkatan status gizi dibanding tahun 2011 yaitu angka gizi buruk sebesar 0,29%.

Beberapa upaya terus dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten, salah satunya melalui program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) Balita Gizi Buruk berupa bantuan makanan tambahan selama 180 hari makan anak bagi 225 Balita serta kunjungan dan

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

41 pemeriksaan oleh dokter ahli anak di Puskesmas. Selain itu, upaya perbaikan gizi juga dilakukan dengan PMT bagi 210 ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) untuk 90 hari makan.

Berikut disajikan kecenderungan angka kasus gizi buruk dari tahun 2005-2010 :

Gambar II.19

Grafik Angka Gizi Buruk Balita Kabupaten Bantul Tahun 2005-2010

1.02 0.92 0.87 0.51 0.35 0.58 0 1 2 3 4 5 6 2005 2006 2007 2008 2009 2010 A n g ka G izi B u ru k (% )

Standar Bantul Strandar DIY Standar Nas Gizi Buruk

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

42

c. Prioritas Intervensi dan Wilayah

Sebaran kejadian kematian bayi di Kabupaten Bantul tahun tahun 2011 disajikan pada gambar berikut ini.

Gambar II.20.

Peta penyebaran Angka Kematian Bayi Tahun 2010

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2011

Kasus kematian bayi terjadi hampir di semua wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Bantul kecuali wilayah kerja Puskesmas Sedayu 1. Angka Kematian Bayi yang tinggi yaitu lebih dari 22,5 per 1000 KH terdapat di 2 wilayah Puskesmas yaitu Puskesmas Banguntapan 2 dan Jetis 2.

Adapun jumlah kematian balita pada tahun 2009 dilaporkan sebanyak 11 balita (0,19 permil), di mana tersebar di 8 kecamatan yaitu Banguntapan, Bantul, Jetis, Pandak, Imogiri, Sewon, Sedayu dan Piyungan. Selengkapnya penyebaran kasus kematian balita di Kabupaten Bantul tahun 2010 dapat dilihat pada gambar II.20.

Pada tahun 2012 dilaporkan bahwa jumlah kematian balita sebanyak 11,6 permil, terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Banguntapan 2. Dengan demikian prioritas intervensi penanganan kematian balita dilakukan di wilayah kecamatan yang telah dipetakan tersebut.

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

43 Adapun prioritas intervensi untuk kasus kematian ibu di Kabupaten Bantul Tahun 2012, terjadi pada beberapa wilayah kerja Puskesmas, dengan jumlh kasus terbanyak dilaporkan terjadi di wilayah kerja Puskesmas Dlingo 1.

Gambar II.21.

Penyebaran AKI Tahun 2010

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2010

Dokumen terkait