• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii. Bab I Pendahuluan Latar belakang Maksud dan Tujuan...7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii. Bab I Pendahuluan Latar belakang Maksud dan Tujuan...7"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

ii

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Bab I Pendahuluan ...1

1.1 Latar belakang ...1

1.2 Maksud dan Tujuan ...7

1.3 Landasan Hukum ...8

1.4 Sistematika Penulisan ...9

Bab II Kondisi Kemiskinan Daerah ... 12

2.1. Perkembangan Kondisi Kemiskinan ... 12

2.2. Perkembangan Dimensi Kemiskinan ... 20

2.2.1. Ketenagakerjaaan ... 20

2.2.2. Bidang Kesehatan ... 29

2.2.3 Bidang Pendidikan ... 43

2.2.4 Bidang Infrastruktur Dasar ... 53

2.2.5 Bidang Ketahanan Pangan ... 68

Bab III Tinjauan Anggaran Belanja untuk Penanggulangan Kemiskinan di Daerah ... 76

3.1 Komposisi Anggaran Belanja Sektoral ... 76

3.2 Anggaran Belanja Sektoral Menurut Jenis Program yang Dibiayai ... 78

3.2.1 Bidang Ketenagakerjaan ... 79

3.2.2 Bidang Kesehatan ... 83

3.2.3 Bidang Pendidikan ... 88

3.2.4 Bidang Infrastruktur Dasar ... 90

3.2.5 Bidang Ketahanan Pangan ... 92

(2)

iii

Kemiskinan ... 109

Bab IV Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan Derah ... 111

4.1 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan ... 111

4.2 Strategi Penanggulangan Kemiskinan ... 112

4.3 Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan ... 116

4.3.1 Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah Tangga... 116

4.3.2 Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Komunitas ... 126

4.3.3 Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil ... 140

4.3.4 Program Penanggulangan Kemiskinan Inisiatif Daerah ... 141

4.4 Penanganan Pengaduan Masyarakat ... 155

Bab V Koordinasi dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan ... 159

5.1 Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan ... 159

5.1.1 Koordinasi Tingkat Daerah... 159

5.1.2 Koordinasi dengan Kelembagaan di Tingkat Pusat ... 160

5.2 Permasalahan Pelaksanaan Koordinasi Penanggulangan Kemsikinan ... 160

5.3 Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2012 ... 161

5.4 Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan ... 165

5.5 Permasalahan dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan ... 166

(3)

iv

6.1 Eksisting Kemiskinan Kabupaten Bantul ... 167

6.2 Penyesuaian Program dan Anggaran Belanja ... 168

6.3 Rencana Koordinasi dan Pengendalian Pelaksanaan Program ... 168

(4)

i

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat karunia-Nya penyusunan buku Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) ini dapat diselesaikan. Buku LP2KD Kabupaten Bantul ini menggambarkan kondisi pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan tahun 2012, dan merupakan salah satu produk dan perwujudan dari tugas dan fungsi Bidang Pemerintahan dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda Kabupaten Bantul. Buku laporan ini berisikan berbagai informasi berkenaan dengan kebijakan Kabupaten Bantul berdasarkan kearifan lokal yang berpengaruh terhadap profil dan kebijakan penanggulangan kemiskinan, serta program penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan, berikut program penanggulangn kemiskinan bantuan dari Pemerintah Pusat juga program penanggulangan kemiskinan lainnya.

Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku laporan ini tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih. Harapan kami buku Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Bantul ini dapat menjadi media informasi dalam pengentasan kemiskinan di Kabupaten Bantul dan dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan yang berkepentingan. Kami mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan LP2KD dimasa yang akan datang disampaikan kepada Bappeda Bantul, Cq. Bidang Pemerintahan dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda Bantul, telepon (0274) 367509 pesawat 462.

Bantul, Desember 2012 Kepala Bappeda TTD Drs. Trisaktiyana, M.Si. Pembina Tk.I/IVb NIP. 19660219.199303.1.005

(5)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang timbul dalam pembangunan bersama-sama dengan masalah pengangguran dan kesenjangan yang ketiganya saling kait mengkait, kemiskinan menjadi masalah nasional. Pengentasan kemiskinan tetap merupakan salah satu masalah yang paling mendesak di Indonesia. Pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk menurunkan angka kemiskinan yang tinggi di tanah air, Penanggulangan kemiskinan secara sinergis dan sistematis harus dilakukan agar seluruh warga negara mampu menikmati kehidupan yang bermartabat. Oleh karena itu, sinergi seluruh pemangku kepentingan sangat diperlukan.

Sejak tahun 2002, sebuah tim yang terdiri dari para analis Indonesia dan manca negara, dibawah naungan Program Analisa Kemiskinan di Indonesia telah mempelajari karakteristik kemiskinan di Indonesia, telah berusaha untuk mengidentifikasikan apa yang bermanfaat, dan tidak bermanfaat dalam upaya pengentasan kemiskinan, juga memperjelas pilihan-pilihan apa saja yang tersedia untuk Pemerintah dan lembaga - lembaga non-pemerintah dalam upaya mereka untuk memperbaiki standar dan kualitas kehidupan masyarakat miskin. Kemiskinan memiliki banyak dimensi, disamping ekonomis juga mencakup masalah pendidikan dan kesehatan. Upaya mengatasi kemiskinan akan menjadi sia-sia jika dilakukan secara parsial, mengingat perbaikan ekonomi harus paralel dengan perbaikan mutu pendidikan, kesehatan

(6)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

2

serta pranata sosial. Kekurangan dan keterbatasan menyebabkan penduduk miskin menjadi kelompok yang rentan dalam segala hal. Penduduk miskin menjadi tidak berdaya, karena mereka tidak memiliki asset sebagai sumber pendapatan juga karena struktur sosial ekonomi tidak membuka peluang orang miskin keluar dari lingkungan kemiskinan yang tidak berujung pangkal.

Penanggulangan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan multidimensional mengingat komposisi penduduk yang beragam status sosial dan ekonomi serta kondisi geografisnya. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, pemberian dana bergulir, pembangunan sarana dan prasarana, dan pendampingan. Namun demikian, hingga saat ini masalah kemiskinan belum dapat teratasi secara tuntas.

Penanggulangan kemiskinan adalah kewajiban pemerintah yang harus dilakukan sebagai wujud dari amanat konstitusi bagi pencapaian tujuan nasional seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 45 yang menyebutkan bahwa Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia memajukan kesejahteraan umum dan ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Penanggulangan kemiskinan telah secara jelas diamanatkan oleh Konstitusi Indonesia. Amanat konstitusi yang paling utama adalah tujuan nasional sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

(7)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

3

Tujuan demikian hanya mungkin dicapai jika kemiskinan bisa dientaskan dari kehidupan rakyat Indonesia. Substansi pasal-pasal Konstitusi terkait perekonomian pun mengandung amanat serupa. Ada banyak pasal Undang-undang Dasar 1945 yang secara eksplisit menyatakan hak-hak yang dimiliki warga negara, yang sesungguhnya jika dipenuhi maka mereka akan terbebas dari kemiskinan. Diantaranya adalah: pasal 27 ayat (2) " tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan ", pasal 28 H ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan. Ayat (2) setiap orang mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Ayat (3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Ayat (4) setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang – wenang oleh siapapun. Pasal 34 menyebutkan " fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara" di pertegas dengan pasal 34 menjadi empat ayat. Ayat (2) berbunyi " negara mengembangkan sistem jaminan bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan".

Secara umum, angka kemiskinan Indonesia sampai tahun 2012 terus menurun. Penurunan tersebut tidak lepas dari upaya keras pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan melalui berbagai program pro-rakyat. Kendati belum bisa dikatakan maksimal, akan tetapi tren penurunan menunjukan bahwa program-program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan pemerintah telah memberikan efek positif bagi peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengembangkan hak-hak dasar mereka.

(8)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

4

Sebaran penduduk miskin berdasarkan pulau tahun 2012 (%)

Sumber TNP2K, 2012

Data terbaru tahun 2012 dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia penduduk miskin Indonesia mencapai 11,66 %, pada tahun 2011 penduduk miskin 12.36 % dari total seluruh penduduk Indonesia. Berarti mengalami penurunan 0.69% dibandingkan penduduk miskin pada tahun sebelumnya. Di Daerah Istimewa Yogyakarta penduduk miskin tahun 2012 mencapai 15,88% sedangkan pada tahun 2011 penduduk miskin sebanyak 16,1%, terjadi penurunan 0,22%. Sedangkan berdasarkan pendataan Pemerintah Kabupaten Bantul pada tahun 2012 penduduk miskin 14,27% , pada tahun 2011 mencapai 15,02 %, terjadi penurunan sebanyak 0,75 %.

(9)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

5

Komitmen pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan dengan menetapkan penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu prioritas pembangunan. Dalam meningkatkan upaya penanggulangan kemiskinan, Presiden mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Agenda besar pembangunan Indonesia termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahunan. Tema RKP 2010 adalah ”Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat, sedangkan tema RKP 2011 adalah ”Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkeadilan Didukung oleh Pemantapan Tata Kelola dan Sinergi Pusat Daerah”. RPJMN 2010-2014 juga telah menetapkan sasaran pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat, antara lain: (1) Pertumbuhan ekonomi, dengan proyeksi 7,0 – 7,7% pada tahun 2014; (2) Penurunan tingkat pengangguran, dengan target 5 – 6% pada akhir 2014; dan (3) Penurunan angka kemiskinan, dengan target 8-10 % di akhir 2014.

Dalam Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD) 2011-2015 Kabupaten Bantul, Pengentasan Kemiskinan merupakan prioritas pembangunan ke dua. Prioritas pertama adalah Tata Kelola Pemerintahan Yang Empatik Dan Bertanggung Jawab, adalah merupakan tata kelola pemerintahan yang berpihak pada masyarakat. Prioritas pembangunan ketiga dan keempat, masih merupakan upaya mengentaskan kemiskinan yaitu Pendidikan dan Kesehatan. Adapun Arah Kebijakan Pengentasan Kemiskinan seperti tertuang dalam RPJMD 2011-2015 adalah :

1) Koordinasi antar pihak pemerintah daerah, masyarakat/ pelaku dan pihak swasta terkait dengan penanggulangan kemiskinan

(10)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

6

2) Peningkatan kesejahteraan dan produktifitas keluarga miskin melalui pemberdayaan dan partisipasi masyarakat .

Sedangkan Strategi Pengentasan Kemiskinan menggunakan 3 pilar adalah :

1) Validasi data Kepala Keluarga (KK) miskin dan penguatan sistem monitoring dan evaluasi (Monev) penanggulangan kemiskinan 2) Program pengurangan Beban Hidup KK miskin

3) Pemberdayaan KK miskin

Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Pemerintah Kabupaten Bantul membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten Bantul melalui Keputusan Bupati Bantul Nomor 01 Tahun 2012.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tanggal 8 Juli 2010 tentang fungsi dan tugas pokok TKPK maka untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas TKPK Kabupaten Bantul dibentuk Sekretariat TKPK Kabupaten yang mempunyai tugas memberi dukungan administrasi teknis dan dukungan bahan kebijakan kepada TKPK Kabupaten yang bertanggung jawab kepada Ketua TKPK Kabupaten dan berkedudukan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul.

Dalam melaksanakan tugasnya, TKPK dibantu Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan yang bertanggung jawab kepada Ketua TKPK Kabupaten, yang terdiri atas kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, kelompok program penanggulangan

(11)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

7

kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil dan kelompok program lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud :

Penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kondisi kemiskinan di Kabupaten Bantul dan upaya-upaya yang telah dilakukan sebagai komitmen Pemerintah Kabupaten Bantul dalam akselerasi penanggulangan kemiskinan.

Tujuan :

Tujuan dari penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah ini adalah :

a. Mengetahui profil program-program penanggulangan kemiskinan yang ada di kabupaten Bantul baik dana dari APBD maupun APBN

b. Memperoleh masukan dan bahan pertimbangan rumusan kebijakan penanggulangan kemiskinan pada tahun selanjutnya c. Menjadi bahan evaluasi kinerja TKPK Kabupaten Bantul Tahun

(12)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

8

1.3 Landasan Hukum

– Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

– Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

– Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; – Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2015; – Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah;

– Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

– Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.

– Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

– Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Propinsi Kabupaten/Kota.

– Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 01 Tahun 2011 tentang RPJMD Kabupaten Bantul Tahun 2011 – 2015

– Peraturan Bupati Nomor 68 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Bantul

(13)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

9

– Keputusan Bupati Bantul Nomor 01 Tahun 2012 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten Bantul.

– Regulasi nasional dan daerah lainnya yang terkait

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan kinerja TKPK Kabupaten Bantul Tahun 2012 adalah sebagai berikut :

BAB 1 - PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan 1.3. Landasan Hukum 1.4. Sistematika Penulisan

BAB 2 - KONDISI KEMISKINAN DI DAERAH

2.1. Perkembangan Kondisi Kemiskinan 2.2. Perkembangan Dimensi Kemiskinan

2.2.1. Bidang Ketenagakerjaan 2.2.2. Bidang Kesehatan 2.2.3. Bidang Pendidikan

2.2.4. Bidang Infrastruktur Dasar 2.2.5. Bidang Ketahanan

BAB 3 – TINJAUAN ANGGARAN BELANJA UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH

3.1. Komposisi Anggaran Belanja Sektoral

3.2. Anggaran Belanja Sektoral Menurut Jenis Program yang dibiayai

3.2.1. Bidang Ketenagakerjaan 3.2.2. Bidang Kesehatan

(14)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

10

3.2.4. Bidang Infrastruktur Dasar 3.2.5. Bidang Ketahanan Pangan

3.3. Relevansi dan Efektivitas Anggaran Penanggulangan Kemiskinan

BAB 4 – KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH

4.1. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan 4.2. Strategi Penanggulangan Kemiskinan

4.3. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan 4.3.1. Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu

Berbasis Rumah Tangga

4.3.1. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Komunitas

4.3.1. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil

4.3.1. Program Penanggulangan Kemiskinan Inisiatif Daerah

4.4. Penanganan Pengaduan Masyarakat

BAB 5 - KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

5.1. Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan 5.1.1. Koordinasi di Tingkat Daerah

5.1.2. Koordinasi dengan Kelembagaan Di Tingkat Pusat 5.2. Permasalahan Pelaksanaan Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan

5.3. Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2012

5.4. Pengendalian Program Penanggulangan Kemiskinan 5.5. Permasalahan dalam Koordinasi Penanggulangan

(15)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

11

BAB 6 – KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. Eksisting Kemiskinan Kabupaten Bantul 6.2. Penyesuaian Program dan Anggaran Belanja

6.3. Rencana Koordinasi dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan

(16)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

12

BAB II

KONDISI KEMISKINAN DI DAERAH

2.1. Perkembangan Kondisi Kemiskinan

Berdasarkan data BPS tahun 2012, Estimasi penduduk dengan laju

pertumbuhan SP2000 - SP2010 menunjukan jumlah penduduk Kabupaten Bantul tercatat 921,263 jiwa. Dengan penduduk laki-laki sebanyak 459,459 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 461,804 jiwa. Kecamatan yang mempunyai penduduk terbesar adalah Kecamatan Banguntapan sebesar 122.510 jiwa dan kecamatan yang mempunyai penduduk terendah adalah Kecamatan Srandakan dengan jumlah 28,668 jiwa.

Secara administratif, Kabupaten Bantul dibagi dalam 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 pedukuhan. Desa-desa di Kabupaten Bantul dibagi lagi berdasarkan statusnya menjadi desa pedesaan (rural

area) dan desa perkotaan (urban area). Secara umum jumlah desa yang

termasuk dalam wilayah perkotaan sebanyak 41 desa, sedangkan desa yang termasuk dalam wilayah perdesaan sebanyak 34 desa. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa Kecamatan Dlingo mempunyai wilayah paling luas, yaitu 55,87 km2, sedangkan jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terdapat di Kecamatan Imogiri dengan 8 desa dan 72 pedukuhan.

Secara demografi penduduk Kabupaten Bantul mempunyai mata pencaharian yang beragam, namun demikian mayoritas penduduk bermata pencaharian petani, selain itu penduduk Kabupaten Bantul juga bermatapencaharian sebagai pedagang, nelayan, pegawai swasta maupun pegawai pemerintah.

(17)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

13 Tabel II.1

Data Kepala Keluarga Miskin Kabupaten Bantul Berdasarkan JENIS KELAMIN

NO Kecamatan

Jumlah Jenis Kelamin Persentase

Kepala Keluarga Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

1 KRETEK 1542 963 579 62.45 37.55 2 SANDEN 1322 1008 314 76.25 23.75 3 SRANDAKAN 1267 798 469 62.98 37.02 4 PANDAK 2641 1874 767 70.96 29.04 5 B. LIPURO 1604 981 623 61.16 38.84 6 PUNDONG 1968 1298 670 65.96 34.04 7 IMOGIRI 3278 2207 1071 67.33 32.67 8 DLINGO 2405 1920 485 79.83 20.17 9 JETIS 3100 1930 1170 62.26 37.74 10 BANTUL 2010 1330 680 66.17 33.83 11 PAJANGAN 1528 1040 488 68.06 31.94 12 SEDAYU 2497 1849 648 74.05 25.95 13 KASIHAN 3777 2815 962 74.53 25.47 14 SEWON 3744 2792 952 74.57 25.43 15 PIYUNGAN 2248 1531 717 68.10 31.90 16 PLERET 1837 1273 564 69.30 30.70 17 B. TAPAN 3783 2696 1087 71.27 28.73 TOTAL 40551 28305 12246 69.80 30.20

Sumber : Bappeda diolah, 2013

Tabel II.2

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan rasio jenis kelamin per kecamatan Kabupaten Bantul Tahun 2011

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio jumlah laki-laki dan perempuan 1 Srandakan 14.214 14.454 28.668 98,34 2 Sanden 14.616 15.128 29.744 96,62 3 Kretek 14.131 15.192 29.323 93,02 4 Pundong 15.543 16.236 31.779 95,73 5 Bambanglipuro 18.524 18.956 37.480 97,72 6 Pandak 23.926 23.982 47.908 99,77

(18)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012 14 7 Bantul 29.681 30.073 59.754 98,70 8 Jetis 25.887 26.426 52.313 97,96 9 Imogiri 28.008 28.528 56.536 98,18 10 Dlingo 17.609 18.058 35.667 97,51 11 Pleret 21.926 21.805 43.731 100,55 12 Piyungan 24.604 24.823 49.427 99,12 13 Banguntapan 62.127 60.383 122.510 102,89 14 Sewon 53.486 52.215 105.701 102,43 15 Kasihan 56.487 56.221 112.708 100,47 16 Pajangan 16.493 16.723 33.216 98,62 17 Sedayu 22.197 22.601 44.798 98,21 Jumlah 459.459 461.804 921.263 99,49 Persentase 49,87 50,13 100

Sumber: BPS, 2012 (Estimasi penduduk dengan laju pertumbuhan SP2000-SP2010, angka sementara)

Salah satu faktor penting dalam aspek kependudukan yang menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunan adalah angka pertumbuhan penduduk. Angka pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bantul dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat diketahui mengalami penurunan yaitu dari 1,52% (tahun 2007) menjadi 1,07% (tahun 2011).

Angka laju pertumbuhan penduduk menurun dari tahun ke tahun sehingga kondisi ini menunjukkan keberhasilan dalam pengendalian pertumbuhan penduduk.

Tabel II.3

Angka Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Bantul Tahun 2007-2011

No Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan (%)

1 2007 872.866 1,52

2 2008 886.061 1,51

3 2009 899.312 1,50

4 2010 911.503 1,36

5 2011 921.263 1,07

Sumber: BPS (Estimasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Hasil SP2010)

Berdasarkan data estimasi penduduk dengan laju pertumbuhan SP2000-SP2010 dapat diketahui bahwa komposisi penduduk di Kabupaten

(19)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

15 Bantul memiliki kecenderungan bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten Bantul berusia di atas 40 tahun. Hal tersebut mencerminkan bahwa usia harapan hidup penduduk di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan.

Tabel II.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Bantul Tahun 2011

Kecamatan Kelompok Umur Jumlah

0-9 10-14 15-19 20-24 25-39 40+ 1 Srandakan 4.160 2.066 2.177 1.834 6.237 12.194 28.668 2 Sanden 4.184 2.248 2.288 1.638 6.170 13.216 29.744 3 Kretek 3.928 2.133 2.188 1.699 6.084 13.291 29.323 4 Pundong 4.546 2.355 2.418 2.039 6.880 13.541 31.779 5 Bambanglipuro 5.598 2.675 2.699 2.268 8.212 16.028 37.480 6 Pandak 7.016 3.562 3.628 3.190 10.824 19.688 47.908 7 Bantul 9.034 4.299 4.532 4.372 13.872 23.645 59.754 8 Jetis 8.155 3.749 3.917 3.619 12.506 20.367 52.313 9 Imogiri 8.613 4.034 4.163 3.908 13.395 22.423 56.536 10 Dlingo 5.257 2.920 2.782 2.294 7.898 14.516 35.667 11 Pleret 7.621 3.452 3.626 3.308 11.279 14.445 43.731 12 Piyungan 8.153 4.324 4.155 3.459 11.960 17.376 49.427 13 Banguntapan 20.062 8.844 9.626 12.724 32.430 38.824 122.510 14 Sewon 16.341 7.768 8.510 10.009 27.150 35.923 105.701 15 Kasihan 17.573 8.318 9.108 11.476 28.809 37.424 112.708 16 Pajangan 5.268 2.511 2.511 2.447 8.105 12.244 33.216 17 Sedayu 7.151 3.400 3.400 3.078 10.554 17.254 44.798 Jumlah 142.660 68.749 71.728 73.362 222.365 342.399 921.263 Persentase 15,48 7,46 7,78 7,96 24,13 37,16 100,00

Sumber: BPS, 2012 (Estimasi pendududk dengan laju pertumbuhan SP2000-SP2010, angka sementara) Tabel II. 5

Rekapitulasi Data Kepala Keluarga Miskin Dalam Wilayah Kabupaten Bantul

Berdasarkan JENIS KELAMIN

NO Kecamatan

Jumlah Jenis Kelamin Persentase

Kepala Keluarga Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

1 KRETEK 1542 963 579 62.45 37.55

(20)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012 16 3 SRANDAKAN 1267 798 469 62.98 37.02 4 PANDAK 2641 1874 767 70.96 29.04 5 B. LIPURO 1604 981 623 61.16 38.84 6 PUNDONG 1968 1298 670 65.96 34.04 7 IMOGIRI 3278 2207 1071 67.33 32.67 8 DLINGO 2405 1920 485 79.83 20.17 9 JETIS 3100 1930 1170 62.26 37.74 10 BANTUL 2010 1330 680 66.17 33.83 11 PAJANGAN 1528 1040 488 68.06 31.94 12 SEDAYU 2497 1849 648 74.05 25.95 13 KASIHAN 3777 2815 962 74.53 25.47 14 SEWON 3744 2792 952 74.57 25.43 15 PIYUNGAN 2248 1531 717 68.10 31.90 16 PLERET 1837 1273 564 69.30 30.70 17 B. TAPAN 3783 2696 1087 71.27 28.73 TOTAL 40551 28305 12246 69.80 30.20

Sumber : Bappeda diolah, 2013

Menurut data Pemerintah Kabupaten Bantul, jumlah penduduk miskin tahun 2012 sebesar 40.551 KK. Dengan jumlah laki-laki sebesar 28.305 dan perempuan sebesar 12.246 KK.

Tabel II.6

Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Bantul Tahun 2007-2011

No, Kecamatan Σ KKM 2007 2008 2009 2010 2011 Jiwa Miskin 2011 1 Kretek 1.940 1.842 1.600 1.482 1.479 4.065 2 Sanden 1.474 1.454 1.337 1.238 1.296 3.991 3 Srandakan 2.326 2.025 1.790 1.305 1.312 4.262 4 Pandak 4.810 3.376 3.224 2.791 2.646 8.320 5 Bambanglipuro 3.269 2.685 2.158 1.611 1.551 4.835 6 Pundong 3.778 2.834 1.725 2.199 1.972 6.062 7 Imogiri 6.521 4.734 3.408 3.302 3.117 9.543 8 Dlingo 3.418 3.411 2.595 2.560 2.477 7.367 9 Jetis 4.599 3.654 2.982 2.929 2.951 8.811 10 Bantul 3.920 3.747 3.132 2.019 1.949 5.630 11 Pajangan 2.312 2.183 1.886 1.672 1.537 4.713 12 Sedayu 3.780 2.984 2.604 2.596 2.545 9.573

(21)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012 17 No, Kecamatan Σ KKM 2007 2008 2009 2010 2011 Jiwa Miskin 2011 13 Kasihan 5.333 4.845 4.427 3.948 3.842 12.738 14 Sewon 6.531 6.061 4.548 3.980 3.771 12.291 15 Piyungan 3.634 3.593 2.366 2.217 2.257 6.921 16 Pleret 4.449 2.838 2.270 1.817 1.817 5.392 17 Banguntapan 5.495 5.273 4.963 3.814 3.802 12.965 Jumlah 67.589 57.539 47.015 41.480 40.321 127.479

Sumber: BKK PP dan KB Bantul 2012

Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak. Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Data persentase KK miskin tahun 2011 sebesar 40.321 KK dengan prosentase 15,61 % dengan jumlah miskin 127.479 orang. Tahun 2012 menjadi 40.551 KK dengan prosentase 14,82 % dengan jumlah jiwa miskin 126.980 orang.

Tabel II.7

Prosentase KK Miskin dan Jiwa Miskin Tahun 2010 – 2011 Kabupaten Bantul Tahun Jumlah KK

Total Jumlah KK Miskin % Jumlah Jiwa Total Jumlah Jiwa Miskin %

2011 258294 40321 15,61 848.608 127.479 15,02

2012 273563 40551 14,82 889.647 126.980 14,27

(22)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

18 Gambar II.1

Perkembangan Jumlah KK dan KK Miskin Kab. Bantul Tahun 2006-2012

232212 240427 248753 254149 256463 258294 273563 81398 67589 57539 47015 41480 40321 40551 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 KK Total Sumber: BPS, 2012 Gambar II.2

Persentase KK Miskin Kabupaten Bantul Tahun 2004-2010

13.3 22 35.1 28.1 23.1 18.5 16.17 0 5 10 15 20 25 30 35 40 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Persentase kemiskinan

(23)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

19 Adapun persebaran KK miskin tahun 2012, di 17 Kecamatan adalah seperti tergambar dalam diagram berikut. Rata-rata prosentase KK miskin di Kecamatan sebesar 16,17 %. Jumlah KK miskin terkecil di Kecamatan Bantul sebesar 12, 61%, sedang jumlah terbesar di Kecamatan Dlingo sebesar 22,50%.

Gambar II.3

Persentase KK Miskin Per Kecamatan Tahun 2012

Sumber : Pendataan Gakin BKK,PP,KB, 2012

Prosentase penduduk miskin di Kabupaten Bantul lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Kulon Progro. Namun berada sedikit diatas rata-rata provinsi DIY yaitu 17,64 % sedangkan rata-rata Provinsi sebesar 17,23 %.

Gambar II.4

Perbandingan Tingkat Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2009

(24)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

20

2.2 Perkembangan Dimensi Kemiskinan

2.2.1 Bidang Ketenagakerjaan

Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian, pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang merupakan bagian pembangunan daerah yang bertujuan untuk menyediakan lapangan kerja dan lapangan usaha untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dengan harapan jumlah penganggur dan setengah penganggur dapat ditekan atau diperkecil. Sehubungan dengan hal tersebut kondisi permasalahan ketenagakerjaan ternyata sangat terkait erat dengan keadaan ekonomi yang berkembang setiap saat.

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Ketenagakerjaan berhubungan dengan tingkat angkatan kerja pada suatu wilayah tertentu. Jumlah angkatan kerja terdiri dari jumlah penduduk yang bekerja dengan perbandingan penduduk yang belum mendapatkan kesempatan bekerja. Untuk mengatasi permasalahan angkatan kerja ini diantaranya melalui program untuk persediaan tenaga kerja (menambah jenis pelatihan sesuai kondisi pasar, meningkatkan bantuan pendidikan bagi tenaga kerja, meningkatkan program keluarga berencana untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja), program untuk kebutuhan tenaga kerja (meningkatkan kapasitas dan peralatan serta kemampuan pengajar di sekolah sekolah kejuruan, melaksanakan pelatihan wirausaha bantuan permodalan dan fasilitas, memberikan insentif dan kemudahan dalam bidang investasi) dan program untuk pengangguran (pembangunan informasi pasar kerja yang mudah diakses, peningkatan penempatan tenaga kerja luar negeri melalui pemasaran, pelatihan, bantuan permodalan). Pada Tahun 2011 angkatan kerja di Bantul sebanyak 505.786 orang menjadi 530.068 orang pada Tahun 2012. Jumlah angkatan kerja laki-laki dan perempuan di Kabupaten Bantul pada

(25)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

21 Tahun 2011 ini hampir sama, yaitu laki-laki sebesar 262.020 jiwa dan perempuan sejumlah 243.766 jiwa. Jumlah penduduk angkatan kerja menurut kelompok umur dan tingkat pendidikan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar II.5

Angkatan Kerja Menurut Kelompok Umur Tahun 2011 Kabupaten Bantul

(26)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

22 Gambar II. 6

Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011 Kabupaten Bantul

Sumber: DInas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011

Masalah pelik ketenagakerjaan di Bantul adalah bahwa para pencari kerja ini sebagian besar justru mereka yang berpendidikan (lihat Tabel 3). Lulusan terbanyak pencari kerja adalah lulusan perguruan tinggi (sarjana S1), diikuti oleh lulusan sekolah menengah kejuruan dan Diploma 3/ 4 baru SMA. Sementara itu meraka yang lulusan SD dan SMP cenderung tidak mencari pekerjaan. Persoalan ini menjadi indikasi serius lemahnya jiwa kewirausahaan yang ada dalam masyarakat, bahkan lulusan perguruan tinggi mencari pekerjaan bukan menciptakan lapangan kerja. Sementara lulusan SD dan SMP karena tidak memiliki daya tawar mereka cenderung untuk menerima pekerjaan apapun.

(27)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

23 Tabel II.8

. Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Bantul Tahun 2011 – 2012 No Kecamatan

Angkatan Kerja

Tahun 2011 Tahun 2012

Bekerja Penganggur Bekerja Penganggur

1 Srandakan 17.666 267 19.931 1.853 2 Sanden 16.192 2.497 18.805 2.415 3 Kretek 18.680 615 17.210 1.844 4 Pundong 15.748 386 15.772 362 5 Bambanglipuro 24.685 2.361 22.249 1.674 6 Pandak 29.471 1.984 32.500 870 7 Bantul 32.396 4.286 36.841 3.804 8 Jetis 25.064 2.007 25.090 1.793 9 Imogiri 36.198 1.466 34.444 1.335 10 Dlingo 22.948 1.176 28.759 865 11 Pleret 25.410 2.886 29.540 2.072 12 Piyungan 20.514 588 27.371 3.051 13 Banguntapan 51.992 1.432 55.192 958 14 Sewon 43.828 2.645 43.456 1.309 15 Kasihan 47.709 2.801 46.237 2.463 16 Pajangan 20.809 701 21.091 309 17 Sedayu 27.257 1.121 27.505 1.098 Jumlah 476.567 29.219 501.993 28.075 Persentase 5,8% 5,3% Jumlah 476.567 29.219 501.993 28.075 Presentase 5,8% 5,3% Sumber : Disnakertrans Tabel II.9

Rasio Penduduk yang Bekerja dengan Angkatan Kerja Tahun 2007 – 2011 Kabupaten Bantul

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah penduduk yang bekerja 427.431 430.771 440.259 451.281 476.467 Jumlah angkatan kerja 461.593 466.136 471.112 481.420 505.786

Rasio Penduduk yang bekerja 0,93 0,92 0,93 0,94 0,94

(28)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

24 Tabel II.10

Penduduk Yang Bekerja menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011-2012 No. Pendidikan 2011 2012 1 Tidak tamat SD 6.273 4.651 2 SD 6.486 6.316 3 SLTP 6.499 6.734 4 SLTA 6.485 6.670 5 Akademi 1.987 2.117 6 S1/S2 1.489 1.587 J u m l a h 29.219 28.075 Sumber : Disnakertrans

a. Relevansi dan Efektivitas Program

Analisis relevansi dipergunakan untuk mengetahui relevansi perkembangan capaian pembangunan daerah terhadap perkembangan tersebut secara nasional, menurut indikator yang ditentukan. Sedangkan analisis efektivitas dipergunakan untuk mengetahui efektivitas intervensi terhadap Indikator kemiskinan serta keterkaitan antara indikator utama dan indikator pendukung dari capaian pembangunan daerah.

Kinerja program penanggulangan kemiskinan, dapat dilihat dari penurunan maupun prosentase jiwa miskin di suatu wilayah. Dari data prosentase jiwa miskin Kabupaten Bantul tahun 2006 – 2012 dibandikan dengan provinsi DIY maupun secara nasional, secara umum prosentase jiwa miskin Kabupaten Bantul lebih besar dari kedua wilayah diatasnya. Namun demikian, grafik 3 dibawah, menunjukkan percepatan penurunan kemiskinan yang cukup signifikan terjadi di Kabupaten Bantul. Bahkan di tahun 2010, prosentase jiwa miskin menurun melampaui provinsi DIY. Hal tersebut disebabkan semakin beragamnya program penanggulangan kemiskinan dan semakin besarnya alokasi anggaran untuk program

(29)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

25 penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bantul. (selengkapnya akan diuraikan di Bab III dan Bab IV). Selain itu juga disebabkan semakin terkoordinasinya kinerja TKPK di Kabupaten Bantul.

Gambar II.8

Presentase Jiwa Miskin Kabupaten Bantul, Propinsi DIY dan Nasional Tahun 2006-2010 19.08 18.99 18.32 17.23 16.83 17.75 16.58 15.42 14.15 13.33 36.23 27.39 22.58 18.05 15.38 10 20 30 40 2006 2007 2008 2009 2010

Propinsi Nasional Bantul

Sumber : Bappeda, 2011, diolah

Selama periode Maret 2009 hingga 2010, angka kemiskinan nasional hanya turun tipis dari 0,8 persen dari 14,15 persen menjadi 13,3 persen. Angka kemiskinan pada Maret 2010 turun ke angka 31,02 juta jiwa atau sekitar 13,33 persen dari total penduduk Indonesia. Sementara itu sampai akhir tahun 2010 angka kemiskinan turun sebesar 11,25%.

Angka kemiskinan di Provinsi DIY tahun 2007 sebesar 18.99 %, terus mengalami penurunan sampai dengan tahun 2010 sebesar 16,83%.

Gambar II.9

(30)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

26 Sedangkan di Kabupaten Bantul, sampai dengan tahun 2010 masih memiliki 16,17 % KK miskin. Hal ini disebabkan karena masih belum optimalnya akses pelayanan kesehatan, pendidikan, permodalan/kredit dan informasi bagi keluarga miskin. Permasalahan lain adalah masih belum optimalnya kemitraan pemerintah, dunia usaha, LSM, dan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan.

Seperti diketahui, rendahnya kesempatan kerja merupakan faktor penyebab pengangguran. Pengangguran/ tidak bekerja merupakan salah satu indikator penyebab seseorang menjadi miskin. Berikut adalah gambaran penduduk yang bekerja dan data penduduk menganggur.

Gambar II.10

Angkatan Kerja, Bekerja dan Menganggur Kabupaten Bantul Tahun 2006 – 2010

Sumber : Disnakertrans, 2010, diolah

Data Pengangguran di Kabupaten Bantul, cenderung menurun dari tahun 2006 – 2010. Hal tersebut disebabkan makin dimudahkannya peluang berusaha serta banyaknya pelatihan ketrampilan bagi angkatan kerja baru. Analisis perbandingan pada data penduduk bekerja dan menganggur dengan Provinsi DIY menunjukkan bahwa meskipun kecil angkanya, dari tahun 2006 – 2010, angka pengangguran cenderung

(31)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

27 menurun sedangkan angka Provinsi DIY sedikit meningkat. Gambaran secara rinci dapat diamati pada grafik dibawah ini :

Gambar II.11

Penduduk Bekerja Provinsi DIY dan Kabupaten Bantul Tahun 2006 – 2010

Sumber : Bappeda Provinsi DIY dan Disnakertrans Kab. Bantul, 2010

Gambar II.12

Penduduk Menganggur Provinsi DIY dan Kabupaten Bantul Tahun 2006 – 2010

Sumber : Bappeda Provinsi DIY dan Disnakertrans Kab. Bantul, 2010

Program pemberdayaan merupakan salah satu upaya yang telah dilaksanakan pemerintah kabupaten Bantul dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan pengurangan pengangguran. Kebijakan

(32)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

28 tersebut diarahkan untuk mengembangkan kemampuan masyarakat, membangunan perilaku, serta pengorganisasian masyarakat. Program kegiatan penanganan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul dari tahun ke tahun telah menunjukan hasil yang cukup baik, hal ini tercermin dari semakin kecilnya jumlah prosentase Kepala Keluarga (KK) miskin dari tahun ke tahun. Pada tahun pertama yaitu pada tahap awal program ini dilakukan memang belum menunjukan keberhasilan, sehingga pada tahun 2005 tercatat jumlah prosentase KK miskin justru mengalami peningkatan dari 13,29% (tahun 2004) menjadi 21,99% (tahun 2005), dan 35,05% pada tahun 2006, hal ini dikarenakan kejadian gempa 27 Mei 2006. Namun untuk tahun-tahun berikutnya prosentase KK miskin mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu dari 35,05% pada tahun 2006 menjadi 28,11% (tahun 2007), 23,13% (tahun 2008) dan 18,05% (tahun 2009) serta turun lagi menjadi 16,17% (tahun 2010).

b. Prioritas Intervensi dan Wilayah

Kecamatan yang mempunyai penduduk miskin terbanyak adalak kecamatan Kasihan, kecamatan Banguntapan dan Kecamatan Sewon.

Kecamatan penerima program/kegiatan kemiskinan terbanyak (sampai dengan tahun 2009) adalah Kecamatan Imogiri (283 program/kegiatan) dan Kecamatan Banguntapan (257 program/kegiatan).

Dari hasil evaluasi program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pada tahun 2009, terdapat beberapa catatan yang akan diperbaiki pada pelaksanaan kinerja program penanggulangan kemiskinan di tahun-tahun selanjutnya. Catatan tersebut adalah :

1) Implementasi program penanggulangan kemiskinan (pronangkis) yang diselenggarakan Pemda Kabupaten Bantul

(33)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

29 pada tahun 2009 pada umumnya mampu menurunkan angka kemiskinan, yakni pada rentang penurunan 1,58-10,91%.

2) Sejumlah 52 unit kegiatan (program) pronangkis yang dilaksakanan oleh 10 SKPD Pemda Kabupaten Bantul, dan didukung pendanaan serta kelengkapan peraturan yang memadai. Pada umumnya kegiatan (program) yang diluncurkan sesuai dengan persoalan kemiskinan yang menjadi beban masyarakat yakni didominansi oleh permasalahan ekonomi, papan dan kesehatan, serta sebagian kecil pangan.

3) Perencanaan program (kegiatan) prespektif dapat ditingkatkan melalui pelibatan TKPK Kabupaten Bantul secara intensif. Di sejumlah kecil wilayah dijumpai jumlah kegiatan yang berlebih tidak sepadan dengan persoalan kemiskinan yang menjadi beban masyarakat. Sejauh ini implementasi masing-masing kegiatan (program) belum dilengkapi SOP yang jelas, sementara pelaporan hasil dalam format LAKIP tidak cukup menggambarkan informasi pelaksanaan kegiatan (program) secara komprehensif.

2.2.2 Bidang Kesehatan

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

menyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif, serta norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi

(34)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

30 pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Salah satu sarana untuk promosi kesehatan melalui Bantul Expo yang diisi dengan pemeriksaan kesehatan paru dan jantung pada pengunjung serta konsultasi kesehatan. Selain itu dalam memperingati Hari Kesehatan Nasional, diadakan serangkaian kegiatan berupa senam sehat, Festival Bantul Sehat dan jambore kader. Sosialisasi program-program kesehatan juga dilakukan lewat media elektronik yaitu radio, televisi dan website serta media cetak berupa leaflet, poster dan majalah Infokes.

Hasil kegiatan promosi kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) mengalami peningkatan yang cukup baik. Dilihat dari PHBS tatanan rumah tangga pada tahun 2012, sebanyak 67,27% rumah tangga telah ber-PHBS.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan dilakukan dengan kegiatan inovatif berupa Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK) yang dimulai sejak tahun 2007. Tujuan kegiatan adalah untuk merubah pola pikir, pola sikap, dan pola tindak seluruh stakeholder, termasuk juga para pejabat dan masyarakat dalam ikut menangani permasalahan kesehatan; menurunkan kematian ibu maternal, kematian bayi, menurunkan jumlah kesakitan DBD, jumlah penderita gizi buruk, dan meningkatkan penemuan kasus TBC.

Unit analisis DB4MK telah diubah dari Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan menjadi Dusun Bebas 4 Masalah Kesehatan. Hal ini berdasarkan aspirasi dari kepala desa dan masyarakat karena peluang masyarakat untuk mendapatkan reward lebih besar dengan unit analisis yang lebih kecil yaitu dusun dan masyarakat mempunyai harapan yang lebih besar untuk mengupayakan daerahnya bebas empat masalah kesehatan. Reward diberikan bagi dusun dengan kriteria :

(35)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

31 b) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 100%;

c) Kunjungan ibu hamil ke fasilitas kesehatan (K7) minimal 90%; d) Partisipasi masyarakat di Posyandu (D/S) minimal 90% dalam 12 bulan;

e) Kunjungan neonatal lengkap minimal 90%; dan f) Angka Bebas Jentik (ABJ) minimal 95%.

Pada tahun 2012, reward diberikan pada 40 dusun dari 567 dusun yang masyarakatnya secara aktif melakukan upaya pemberdayaan dan hasilnya diketahui melalui indikator proses yang telah ditetapkan, dan disahkan berdasarkan SK Bupati Nomor 363 Tahun 2012 tentang Pemenang Reward DB4MK Plus.

a. Perkembangan Antar –Waktu dan Antar-Wilayah

Di dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diamanatkan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif, serta norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pembangunan bidang kesehatan juga menjadi perhatian penting dalam komitmen dunia internasional yang dituangkan dalam Millenium

(36)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

32 dengan bidang kesehatan yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan (target 1), menurunkan angka kematian anak (target 4), meningkatkan kesehatan ibu (target 5), dan memerangi HIV dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya (target 6), serta memastikan pelestarian lingkungan hidup (target 7). Sampai dengan tahun 2005 indikator-indikator kesehatan yang barkaitan dengan pencapaian MDG’s masih belum optimal seperti angka gizi buruk masih 1,02%, Angka kematian bayi (AKB) masih 12,24 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) masih 109,65 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) 26 per 100.000 penduduk. Dalam rangka akselerasi perbaikan indikator kesehatan diatas Pemerintah Kabupaten Bantul merumuskan program Dusun Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK). Masalah kesehatan yang diakselerasi tersebut adalah : AKI, AKB, Gizi buruk, BDB dan Tubercolosis (TB).

Upaya pembangunan bidang kesehatan, selain dilaksanakan dengan program, juga didukung dengan ketersediaan dan kecukupan sarana dan prasarana kesehatan. Berikut adalah sebaran sarana kesehatan di wilayah Kabupaten Bantul, meliputi 27 Puskesmas, yang terdiri dari 16 Puskesmas dengan Tempat Tidur dan 11 Puskesmas Non Tempat Tidur, Puskesmas Pembantu ada 67 buah, dan Puskesmas Keliling 27 unit. Rumah Sakit Pemerintah ada dua, yaitu Rumah Sakit Umum Panembahan Senopati Bantul dan RS Hardjo Lukito, serta BP4 sebanyak satu buah dan Gudang Farmasi satu buah.

Pelayanan kesehatan swasta dilaporkan Rumah Sakit Swasta ada 9 Rumah Sakit, Praktek Dokter Perorangan 491 buah, Bidan Praktek Swasta 261 buah, Balai Pengobatan/Klinik 78 buah, Rumah Bersalin 32 buah, Praktek Pengobatan Tradisional 83 buah, Toko Obat 4 buah, Apotek 100 buah, Laboratorium swasta 4 buah, Industri kecil Obat Tradisional 20 buah dan optikal 5 buah. Untuk Upaya Kesehatan

(37)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

33 Berbasis Masyarakat (UKBM), di Kabupaten Bantul sudah terbentuk 75 Desa Siaga dengan 75 Poskokesdes, dan 1123 Posyandu.

Tabel II.11

JUMLAH TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS PUSKESMAS TAHUN 2011

No Puskesmas Dokter Umum Dokter Gigi Apoteker & Tenaga Farmasi

Bidan Perawat Gizi Kesmas Sanitasi Teknis

Medis 1 Srandakan 4 2 2 10 8 2 1 1 1 2 Sanden 4 2 1 11 9 2 1 2 2 3 Kretek 4 2 1 12 8 1 1 2 2 4 Pundong 3 3 1 9 8 1 0 1 1 5 Bambanglipuro 4 1 2 11 9 2 0 3 2 6 Pandak I 5 2 1 8 8 2 0 2 2 7 Pandak II 3 1 1 3 5 1 0 1 1 8 Bantul I 2 3 1 4 5 1 1 2 1 9 Bantul II 3 2 1 4 6 2 0 2 1 10 Jetis I 3 1 2 8 7 3 0 1 1 11 Jetis II 2 1 1 5 5 1 0 1 1 12 Imogiri I 5 2 0 8 9 2 1 1 2 13 Imogiri II 2 2 1 5 7 2 0 1 1 14 Dlingo I 4 1 2 10 8 1 2 1 1 15 Dlingo II 3 3 1 7 8 1 2 1 1 16 Pleret 3 1 1 11 10 2 1 2 2 17 Piyungan 5 2 1 8 9 2 2 1 3 18 Banguntapan I 2 1 1 4 6 1 1 2 2 No Puskesmas Dokter

Umum Dokter Gigi Apoteker & Tenaga Farmasi

Bidan Perawat Gizi Kesmas Sanitasi Teknis Medis 19 Banguntapan II 4 1 1 11 9 2 0 2 1 20 Banguntapan III 2 1 1 5 6 1 0 3 1 21 Sewon I 4 2 2 8 10 2 0 1 4 22 Sewon II 2 1 1 6 4 2 0 2 2 23 Kasihan I 6 2 1 10 9 1 1 2 2 24 Kasihan II 3 1 1 4 6 2 2 1 1 25 Pajangan 2 2 1 9 9 2 0 1 2 26 Sedayu I 5 2 1 5 11 1 1 1 1 27 Sedayu II 2 1 1 4 5 1 1 2 1 Jumlah 91 45 31 203 204 44 20 42 42 Sumber : Dinkes, 2012

(38)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

34 Berikut disajikan gambar peta penyebaran Puskesmas dan Rumah Sakit di Kabupaten Bantul Tahun 2012 :

Gambar II.13

Sebaran Sarana Kesehatan di 17 kecamatan

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Bantul 2010

Gambar II.14

UMUR HARAPAN HIDUP

70,9 70,9 70,95 71,11 71,21 71,31 70,6 70,8 71 71,2 71,4 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Ta hu n Tahun

Angka Harapan Hidup Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2010

Bantul

Sumber: BPS Kab. Bantul, 2011

Data Susenas tahun 2002 dilaporkan bahwa Umur Harapan Hidup Waktu Lahir di Kabupaten Bantul untuk Laki-laki adalah 71 tahun dan Wanita adalah 72 tahun. Menurut SDKI tahun 2002-2003 data terendah di Indonesia bahwa UHH (Eo) di Propinsi DIY adalah 72,4 tahun.

(39)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

35

b. Relevansi dan Efektivitas Program 1. Angka Kematian Bayi

Peningkatan kesehatan bayi di Kabupaten Bantul mengalami tren meningkat yang ditandai dengan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Bantul sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 secara umum cenderung mengalami penurunan yang disebabkan karena kinerja pemerintah dalam bidang kesehatan cukup baik. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bantul dengan lebih meningkatkan peran serta masyarakat melalui Program Desa bebas 4 masalah Kesehatan (DB4K) sehingga diharapkan pada tahun-tahun berikutnya bisa menurunkan angka kematian bayi.

Capaian indikator angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2012 sebesar 8,6 per 1000 kelahiran hidup, telah berhasil mencapai target yang telah ditentukan dalam RPJMD yaitu sebesar 9 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan bayi sudah cukup baik dengan capaian AKB yang dibawah target.

Dalam rangka mempercepat penurunan kematian bayi, memerlukan keterpaduan lintas program antara lain yaitu Program Pencegahan Penyakit melalui imunisasi pada bayi, Program Perbaikan Gizi Masyarakat, yaitu peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif bagi bayi sampai umur 6 bulan, dan pemberian makanan pendamping ASI dari keluarga miskin (Gakin). Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 KH sebagaimana disajikan pada Gambar II.15.

(40)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

36 Gambar II.15

Perkembangan Angka Kematian Bayi per 1.000 KH Di Kabupaten Bantul Tahun 2005-2010

12.24 13.76 9.19 13.23 11.75 9.8 19 18 17 17 17 17 32 28 27 27 26 26 0 5 10 15 20 25 30 35 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Bantul Propinsi Nasional

Sumber : Dinas Kesehatan, 2011

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa upaya penurunan

AKB di Kabupaten Bantul sudah mengalami keberhasilan. AKB pada tahun 2005 12,24 per 1000 KH menurun menjadi 8,6 per 1000 KH pada tahun 2012. Keberhasilan ini juga tampak bila dibandingkan AKB Propinsi DIY dan nasional seperti pada grafik di atas.

2. Angka Kematian Balita

Kesehatan bayi mengalami kecenderungan meningkat yang ditandai dengan rendahnya Angka (AKB). Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bantul dengan lebih meningkatkan peran serta masyarakat melalui Program Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK) sehingga diharapkan pada tahun-tahun berikutnya bisa menurunkan angka kematian bayi.

Upaya mempercepat penurunan kematian bayi memerlukan keterpaduan lintas program antara lain program pencegahan penyakit melalui imunisasi pada bayi dan program perbaikan gizi masyarakat.

(41)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

37 Adapun keterpaduan program perbaikan gizi meliputi peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif bagi bayi sampai umur enam bulan, dan pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) bagi keluarga miskin (Gakin), serta kegiatan Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu). KP Ibu bertujuan untuk memotivasi ibu hamil dalam melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada saat melahirkan sehingga mendorong peningkatan pemberian ASI eksklusif.

Imunisasi sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian bayi, dilaksanakan melalui pemberian Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) pada bayi. Keterpaduan Program Penurunan Kematian Bayi dan Balita dengan Program imunisasi memperlihatkan cakupan pemberian imunisasi dasar yang mengalami peningkatan dan dibarengi dengan menurunnya angka kematian bayi. Peningkatan cakupan imunisasi dapat dilihat pada Gambar II.16 dan II.17.

Pada tahun 2010 seluruh desa di Kabupaten Bantul (75 desa), sudah mencapai UCI (Universal Child Immunization). Desa dikatakan UCI jika cakupan bayi mendapatkan imunisasi dasar di wilayah tersebut minimal 80%.

Unit pelayanan imunisasi di Kabupaten Bantul melibatkan juga peran swasta. BPS (bidan praktek swasta), rumah bersalin, rumah sakit swasta dilibatkan dalam memberikan pelayanan imunisasi dasar. Dalam rangka memantau kualitas vaksin, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul melakukan kegiatan supervisi rutin ke unit pelayanan imunisasi baik pemerintah maupun swasta. Kegiatan ini meliputi pemantauan cold chain, pencatatan pelaporan, penyimpanan vaksin, serta pengelolaan limbah.

(42)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012 38 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 DPT+HB1 101.89 96.29 90.81 88.2 96.35 95.7 99.49 DPT+HB3 89.36 91.79 87.73 83.24 93.99 94.7 98.94 0 20 40 60 80 100 120 % Tahun Gambar II.16 Cakupan Imunisasi DPT+HB Tahun 2005-2011 DPT+HB1 DPT+HB3 Gambar II.17

Pencapaian Imunisasi di Kabupaten Bantul Tahun 2005 – 2009

IH: ibu hamil

(43)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

39

3. Angka Kematian Ibu Melahirkan

Program peningkatan dan Keselamatan Ibu bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Angka kematian ibu di Kabupaten Bantul mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun namun demikian karena tingkat partisipasi masyarakat melalui pemberdayaan kader kesehatan untuk pendampingan ibu hamil resiko tinggi dan peningkatan kualitas sarana prasarana kesehatan serta sumber daya manusia maka pada tahun 2010 Angka kematian ibu melahirkan dapat ditekan. Kecenderungan angka kematian ibu (AKI) sebagaimana disajikan pada Gambar II.18.

Gambar II.18.

Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup Kabupaten Bantul Tahun 2005-2010

109.65 84.26 47.14 140.3 158.29 82.07 110 107 105 104 104 267 247 228 228 0 50 100 150 200 250 300 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Bantul Propinsi Nasional

Sumber : Dinas Kesehatan, 2012

Angka kematian Ibu di Kabupaten Bantul pada tahun 2010 dilaporkan terjadi penurunan yang cukup tinggi (82,1 per 100.000 KH). Dari grafik diatas terlihat bahwa upaya penurunan AKI di kabupaten Bantul sudah cukup berhasil. AKI pada tahun 2005 sebesar 109,65

(44)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

40 per/100.000 KH turun menjadi 82,07 per 100.00 KH pada tahun 2010. Keberhasilan ini juga bisa dilihat bila dibandingkan AKI Propinsi DIY dan AKI nasional. AKI nasional tahun 2008 sebesar 228 per 100.000 KH.

Keberhasilan tersebut didukung pula oleh Program Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan (DBM4K) yang digulirkan oleh pemerintah daerah yang bertujuan untuk memberikan dorongan kepada masyarakat untuk meningkatkan partisipasinya dalam pembangunan kesehatan melalui pemberian dana penghargaan kepada desa-desa yang berhasil dalam penanganan masalah kesehatan utama yaitu bebas kematian ibu, kematian bayi, gizi buruk, kasus DBD dan penyakit TBC.

Dalam mempercepat penurunan kematian ibu ini, diperlukan keterpaduan lintas program antara lain yaitu Program Perbaikan gizi Masyarakat, khususnya pada ibu hamil melalui pemberian PMT Pemulihan bagi ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui penyiapan masyarakat dalam Desa Siaga, Ambulance Desa dan Donor Darah.

4. Prevalensi Balita Kekurangan Gizi

Pada tahun 2012, terjadi penurunan status gizi buruk pada balita, yaitu angka balita gizi buruk sebesar 0,26% dari seluruh balita (target DIY <1%). Dengan demikian, terlihat adanya peningkatan status gizi dibanding tahun 2011 yaitu angka gizi buruk sebesar 0,29%.

Beberapa upaya terus dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten, salah satunya melalui program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) Balita Gizi Buruk berupa bantuan makanan tambahan selama 180 hari makan anak bagi 225 Balita serta kunjungan dan

(45)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

41 pemeriksaan oleh dokter ahli anak di Puskesmas. Selain itu, upaya perbaikan gizi juga dilakukan dengan PMT bagi 210 ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) untuk 90 hari makan.

Berikut disajikan kecenderungan angka kasus gizi buruk dari tahun 2005-2010 :

Gambar II.19

Grafik Angka Gizi Buruk Balita Kabupaten Bantul Tahun 2005-2010

1.02 0.92 0.87 0.51 0.35 0.58 0 1 2 3 4 5 6 2005 2006 2007 2008 2009 2010 A n g ka G izi B u ru k (% )

Standar Bantul Strandar DIY Standar Nas Gizi Buruk

(46)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

42

c. Prioritas Intervensi dan Wilayah

Sebaran kejadian kematian bayi di Kabupaten Bantul tahun tahun 2011 disajikan pada gambar berikut ini.

Gambar II.20.

Peta penyebaran Angka Kematian Bayi Tahun 2010

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2011

Kasus kematian bayi terjadi hampir di semua wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Bantul kecuali wilayah kerja Puskesmas Sedayu 1. Angka Kematian Bayi yang tinggi yaitu lebih dari 22,5 per 1000 KH terdapat di 2 wilayah Puskesmas yaitu Puskesmas Banguntapan 2 dan Jetis 2.

Adapun jumlah kematian balita pada tahun 2009 dilaporkan sebanyak 11 balita (0,19 permil), di mana tersebar di 8 kecamatan yaitu Banguntapan, Bantul, Jetis, Pandak, Imogiri, Sewon, Sedayu dan Piyungan. Selengkapnya penyebaran kasus kematian balita di Kabupaten Bantul tahun 2010 dapat dilihat pada gambar II.20.

Pada tahun 2012 dilaporkan bahwa jumlah kematian balita sebanyak 11,6 permil, terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Banguntapan 2. Dengan demikian prioritas intervensi penanganan kematian balita dilakukan di wilayah kecamatan yang telah dipetakan tersebut.

(47)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

43 Adapun prioritas intervensi untuk kasus kematian ibu di Kabupaten Bantul Tahun 2012, terjadi pada beberapa wilayah kerja Puskesmas, dengan jumlh kasus terbanyak dilaporkan terjadi di wilayah kerja Puskesmas Dlingo 1.

Gambar II.21.

Penyebaran AKI Tahun 2010

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2010

2.2.3 Bidang Pendidikan

a. Perkembangan Antar –Waktu

Pembangunan bidang pendidikan merupakan salah satu program prioritas yang ada di Kabupaten Bantul. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Bantul telah menunjukkan keberhasilan. Keberhasilan pembangunan bidang pendidikan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain angka partisipasi kasar (APK), angka partisipasi murni (APM), angka partisipasi sekolah (APS), angka putus sekolah, dan angka melek huruf.

(48)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

44

1. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Untuk mengetahui keberhasilan program wajib belajar 9 tahun, dapat dilihat dari indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK menunjukkan perbandingan antara jumlah siswa dengan jumlah penduduk pada usia sekolah, sedangkan APM adalah perbandingan jumlah siswa SD/MI usia 7-12 tahun dengan jumlah seluruh penduduk usia 7-12 tahun. Realisasi APK SD/MI tahun 2012 sebesar 92,91 %, hal ini menunjukan adanya kenaikan sebesar 0.52 % dari capaian tahun 2011 92,39%. APK SMP/MTs tahun 2011/2012 sebesar 87,53%.

Realisasi APM SD/MI pada tahun 2012 adalah 80,87%, Adapun APM SMP/MTs tahun 2012 adalah 67,02%. Capaian APM seperti diatas bukan berarti bahwa anak usia 7-12 tahun dan anak usia 13 - 15 tahun tidak bersekolah, akan tetapi dimungkinkan dari kelompok umur tersebut bersekolah di luar Kabupaten Bantul dan sudah masuk di jenjang yang lebih tinggi.

Tingkat kelulusan jenjang SD/MI tahun 2012 mencapai 100% meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 99,99%, sedangkan kelulusan SMP dari peserta UN sebanyak 11.243 siswa lulus 11.205 siswa (99,66%) bisa melampaui capaian tahun 2011 sebesar 99,16%.

Segala upaya telah dilakukan untuk meniadakan anak putus sekolah, namun dikarenakan banyaknya variabel yang mempengaruhi sehingga sampai dengan tahun 2012 belum bisa dituntaskan. Capaian angka putus sekolah pada tahun 2012 jenjang SD/MI sebesar 0,05% naik dari capaian tahun 2011 sebesar 0.04 % dan jenjang SMP/MTs tahun 2012 sebesar 0,11% turun dari capaian tahun 2011 sebesar 0.12%.

(49)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

45 APK merupakan indikator yang dapat memberikan gambaran umum mengenai banyaknya anak yang sedang menerima pendidikan pada jenjang tertentu. APK di Kabupaten Bantul pada setiap jenjang pendidikan pada tahun 2005 – 2009 disajikan pada Gambar berikut :

Gambar II.22

APK di Kabupaten Bantul Pada Setiap Jenjang Pendidikan Tahun 2005 – 2009

Sumber : Dinas Pendidikan Dasar dan Dinas Pendidikan Menengah Non Formal, 2010

Dari Gambar tersebut dapat diketahui bahwa APK di Kabupaten Bantul pada setiap jenjang pendidikan pada tahun 2005–2009 cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan APK tersebut menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan, terutama yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan bagi seluruh penduduk.

Tahun 2010 berbarengan dengan Sensus Penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) didapatkan angka APK yang memiliki perbedaan dibandingkan dengan penghitungan APK yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bantul selama ini. APK SD dan MI adalah 91,48 (dengan perhitungan 74010+300/81231),

(50)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

46 sedangkan untuk APK SMP dan MTs adalah 91.66 (dengan perhitungan 34661+3200/41306). Untuk SMA dan SMK adalah 65.00 (belum termasuk paket C).

Tahun 2011, APK SD dan MI adalah 105,12, sedangkan untuk SMP dan MTs adalah 98,26. Untuk SMA/SMK adalah 67,90 yang dipengaruhi oleh faktor masih cukup tingginya minat masyarakat atau penduduk Kabupaten Bantul untuk bersekolah di wilayah Kota Yogyakarta. Hal ini diatasi dengan cara memperbaiki image pendidikan di Bantul melalui peningkatan sarpras, kompetensi guru, sistem pembelajaran, dan biaya pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat.

2. Angka Partisipasi Murni (APM)

APM merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat partisipasi murni sekolah penduduk usia sekolah. APM di Kabupaten Bantul pada setiap jenjang pendidikan pada tahun 2005 – 2009 disajikan pada Gambar 22.

Gambar II.23.

APM di Kabupaten Bantul pada Setiap Jenjang Pendidikan Tahun 2005 – 2009

Sumber : Dinas Pendidikan Dasar dan Dinas Pendidikan Menengah Non Formal, 2010

(51)

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

47 Dari Gambar II.23 dapat dilihat bahwa APM di Kabupaten Bantul pada tahun 2005–2009 cenderung mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan, terutama yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan bagi seluruh penduduk.

Tahun 2012 berbarengan dengan Sensus Penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diperoleh data lonjakan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, sehingga didapatkan angka APM yang memiliki perbedaan dibandingkan dengan penghitungan APM yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bantul selama ini. APM SD dan MI adalah 89,03 (dihitung dari 72323/81231), sedang untuk SMP dan MTs adalah 74,63 (dihitung dari 25867/34661). Untuk SMA dan SMK adalah 43,80 (belum termasuk paket C).

Pada Tahun 2011 ini, angka APM SD/MI adalah 96,37, sedangkan SMP/MTs adalah 77,98. Sementara APM SMA/SMK 50,27 dengan catatan perlu untuk dicermati bahwa data hasil sensus penduduk dari BPS Tahun 2010 didapat data yang melonjak sangat tinggi sehingga diperoleh APM yang kecil.

Gambar

Tabel II.2
Tabel II.3
Tabel II.4
Tabel II.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pengangguran akan menjadi masalah terhadap sosial ekonomi masyarakat, hal ini akan menimbulkan kecemburuan sosial antara masyarakat yang belum memiliki pekerjaan,

Kegiatan Pelatihan Sistem Informasi Geografis Tingkat Lanjut (Advance) 2019 juga dapat menjadi model dalam rangka peningkatan sumber daya manusia khususnya KBM PWK FT-UB dalam

Tujuan User dapat melakukan pengolahan data yang ada pada sistem Deskripsi Sistem ini memungkinkan aktor untuk mengelola sistem pembelian barang/sparepart.. untuk mencari daftar

Produk bahan aja yang digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman konsep, aplikasi teknologi, serta mencapai hasil yang optimal dalam proses

Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah menginisialisasikan individu yang kemudian akan dihitung nilai fitnessnya untuk selanjutnya dikenai seleksi roulette

Skipjack memiliki 2 macam aturan yaitu Rule A dan Rule B, aturan ini digunakan secara bergantian dalam proses enkripsi untuk mengubah Plaintext menjadi

Menurut peserta, materi pengembangan instrumen tes menarik, pemaparan narasumber jelas dan membuat peserta tertarik pada materi, peserta puas dengan fasilitas

Hasil yang ingin dicapai dari Kegiatan Pengawasan Pembangunan Sesat Agung Kabupaten Pesawaran ini adalah terlaksananya fungsi pengawasan dan monitoring terhadap setiap