• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III Tinjauan Anggaran Belanja untuk Penanggulangan

3.2 Anggaran Belanja Sektoral Menurut Jenis

3.2.1 Bidang Ketenagakerjaan

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

10

3.2.4. Bidang Infrastruktur Dasar 3.2.5. Bidang Ketahanan Pangan

3.3. Relevansi dan Efektivitas Anggaran Penanggulangan Kemiskinan

BAB 4 – KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH

4.1. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan 4.2. Strategi Penanggulangan Kemiskinan

4.3. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan 4.3.1. Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu

Berbasis Rumah Tangga

4.3.1. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Komunitas

4.3.1. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil

4.3.1. Program Penanggulangan Kemiskinan Inisiatif Daerah

4.4. Penanganan Pengaduan Masyarakat

BAB 5 - KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

5.1. Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan 5.1.1. Koordinasi di Tingkat Daerah

5.1.2. Koordinasi dengan Kelembagaan Di Tingkat Pusat 5.2. Permasalahan Pelaksanaan Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan

5.3. Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2012

5.4. Pengendalian Program Penanggulangan Kemiskinan 5.5. Permasalahan dalam Koordinasi Penanggulangan

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

11

BAB 6 – KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. Eksisting Kemiskinan Kabupaten Bantul 6.2. Penyesuaian Program dan Anggaran Belanja

6.3. Rencana Koordinasi dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

12

BAB II

KONDISI KEMISKINAN DI DAERAH

2.1. Perkembangan Kondisi Kemiskinan

Berdasarkan data BPS tahun 2012, Estimasi penduduk dengan laju

pertumbuhan SP2000 - SP2010 menunjukan jumlah penduduk Kabupaten Bantul tercatat 921,263 jiwa. Dengan penduduk laki-laki sebanyak 459,459 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 461,804 jiwa. Kecamatan yang mempunyai penduduk terbesar adalah Kecamatan Banguntapan sebesar 122.510 jiwa dan kecamatan yang mempunyai penduduk terendah adalah Kecamatan Srandakan dengan jumlah 28,668 jiwa.

Secara administratif, Kabupaten Bantul dibagi dalam 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 pedukuhan. Desa-desa di Kabupaten Bantul dibagi lagi berdasarkan statusnya menjadi desa pedesaan (rural

area) dan desa perkotaan (urban area). Secara umum jumlah desa yang

termasuk dalam wilayah perkotaan sebanyak 41 desa, sedangkan desa yang termasuk dalam wilayah perdesaan sebanyak 34 desa. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa Kecamatan Dlingo mempunyai wilayah paling luas, yaitu 55,87 km2, sedangkan jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terdapat di Kecamatan Imogiri dengan 8 desa dan 72 pedukuhan.

Secara demografi penduduk Kabupaten Bantul mempunyai mata pencaharian yang beragam, namun demikian mayoritas penduduk bermata pencaharian petani, selain itu penduduk Kabupaten Bantul juga bermatapencaharian sebagai pedagang, nelayan, pegawai swasta maupun pegawai pemerintah.

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

13 Tabel II.1

Data Kepala Keluarga Miskin Kabupaten Bantul Berdasarkan JENIS KELAMIN

NO Kecamatan

Jumlah Jenis Kelamin Persentase

Kepala Keluarga Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

1 KRETEK 1542 963 579 62.45 37.55 2 SANDEN 1322 1008 314 76.25 23.75 3 SRANDAKAN 1267 798 469 62.98 37.02 4 PANDAK 2641 1874 767 70.96 29.04 5 B. LIPURO 1604 981 623 61.16 38.84 6 PUNDONG 1968 1298 670 65.96 34.04 7 IMOGIRI 3278 2207 1071 67.33 32.67 8 DLINGO 2405 1920 485 79.83 20.17 9 JETIS 3100 1930 1170 62.26 37.74 10 BANTUL 2010 1330 680 66.17 33.83 11 PAJANGAN 1528 1040 488 68.06 31.94 12 SEDAYU 2497 1849 648 74.05 25.95 13 KASIHAN 3777 2815 962 74.53 25.47 14 SEWON 3744 2792 952 74.57 25.43 15 PIYUNGAN 2248 1531 717 68.10 31.90 16 PLERET 1837 1273 564 69.30 30.70 17 B. TAPAN 3783 2696 1087 71.27 28.73 TOTAL 40551 28305 12246 69.80 30.20

Sumber : Bappeda diolah, 2013

Tabel II.2

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan rasio jenis kelamin per kecamatan Kabupaten Bantul Tahun 2011

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio jumlah laki-laki dan perempuan 1 Srandakan 14.214 14.454 28.668 98,34 2 Sanden 14.616 15.128 29.744 96,62 3 Kretek 14.131 15.192 29.323 93,02 4 Pundong 15.543 16.236 31.779 95,73 5 Bambanglipuro 18.524 18.956 37.480 97,72 6 Pandak 23.926 23.982 47.908 99,77

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012 14 7 Bantul 29.681 30.073 59.754 98,70 8 Jetis 25.887 26.426 52.313 97,96 9 Imogiri 28.008 28.528 56.536 98,18 10 Dlingo 17.609 18.058 35.667 97,51 11 Pleret 21.926 21.805 43.731 100,55 12 Piyungan 24.604 24.823 49.427 99,12 13 Banguntapan 62.127 60.383 122.510 102,89 14 Sewon 53.486 52.215 105.701 102,43 15 Kasihan 56.487 56.221 112.708 100,47 16 Pajangan 16.493 16.723 33.216 98,62 17 Sedayu 22.197 22.601 44.798 98,21 Jumlah 459.459 461.804 921.263 99,49 Persentase 49,87 50,13 100

Sumber: BPS, 2012 (Estimasi penduduk dengan laju pertumbuhan SP2000-SP2010, angka sementara)

Salah satu faktor penting dalam aspek kependudukan yang menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunan adalah angka pertumbuhan penduduk. Angka pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bantul dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat diketahui mengalami penurunan yaitu dari 1,52% (tahun 2007) menjadi 1,07% (tahun 2011).

Angka laju pertumbuhan penduduk menurun dari tahun ke tahun sehingga kondisi ini menunjukkan keberhasilan dalam pengendalian pertumbuhan penduduk.

Tabel II.3

Angka Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Bantul Tahun 2007-2011

No Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan (%)

1 2007 872.866 1,52

2 2008 886.061 1,51

3 2009 899.312 1,50

4 2010 911.503 1,36

5 2011 921.263 1,07

Sumber: BPS (Estimasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Hasil SP2010)

Berdasarkan data estimasi penduduk dengan laju pertumbuhan SP2000-SP2010 dapat diketahui bahwa komposisi penduduk di Kabupaten

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

15 Bantul memiliki kecenderungan bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten Bantul berusia di atas 40 tahun. Hal tersebut mencerminkan bahwa usia harapan hidup penduduk di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan.

Tabel II.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Bantul Tahun 2011

Kecamatan Kelompok Umur Jumlah

0-9 10-14 15-19 20-24 25-39 40+ 1 Srandakan 4.160 2.066 2.177 1.834 6.237 12.194 28.668 2 Sanden 4.184 2.248 2.288 1.638 6.170 13.216 29.744 3 Kretek 3.928 2.133 2.188 1.699 6.084 13.291 29.323 4 Pundong 4.546 2.355 2.418 2.039 6.880 13.541 31.779 5 Bambanglipuro 5.598 2.675 2.699 2.268 8.212 16.028 37.480 6 Pandak 7.016 3.562 3.628 3.190 10.824 19.688 47.908 7 Bantul 9.034 4.299 4.532 4.372 13.872 23.645 59.754 8 Jetis 8.155 3.749 3.917 3.619 12.506 20.367 52.313 9 Imogiri 8.613 4.034 4.163 3.908 13.395 22.423 56.536 10 Dlingo 5.257 2.920 2.782 2.294 7.898 14.516 35.667 11 Pleret 7.621 3.452 3.626 3.308 11.279 14.445 43.731 12 Piyungan 8.153 4.324 4.155 3.459 11.960 17.376 49.427 13 Banguntapan 20.062 8.844 9.626 12.724 32.430 38.824 122.510 14 Sewon 16.341 7.768 8.510 10.009 27.150 35.923 105.701 15 Kasihan 17.573 8.318 9.108 11.476 28.809 37.424 112.708 16 Pajangan 5.268 2.511 2.511 2.447 8.105 12.244 33.216 17 Sedayu 7.151 3.400 3.400 3.078 10.554 17.254 44.798 Jumlah 142.660 68.749 71.728 73.362 222.365 342.399 921.263 Persentase 15,48 7,46 7,78 7,96 24,13 37,16 100,00

Sumber: BPS, 2012 (Estimasi pendududk dengan laju pertumbuhan SP2000-SP2010, angka sementara) Tabel II. 5

Rekapitulasi Data Kepala Keluarga Miskin Dalam Wilayah Kabupaten Bantul

Berdasarkan JENIS KELAMIN

NO Kecamatan

Jumlah Jenis Kelamin Persentase

Kepala Keluarga Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

1 KRETEK 1542 963 579 62.45 37.55

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012 16 3 SRANDAKAN 1267 798 469 62.98 37.02 4 PANDAK 2641 1874 767 70.96 29.04 5 B. LIPURO 1604 981 623 61.16 38.84 6 PUNDONG 1968 1298 670 65.96 34.04 7 IMOGIRI 3278 2207 1071 67.33 32.67 8 DLINGO 2405 1920 485 79.83 20.17 9 JETIS 3100 1930 1170 62.26 37.74 10 BANTUL 2010 1330 680 66.17 33.83 11 PAJANGAN 1528 1040 488 68.06 31.94 12 SEDAYU 2497 1849 648 74.05 25.95 13 KASIHAN 3777 2815 962 74.53 25.47 14 SEWON 3744 2792 952 74.57 25.43 15 PIYUNGAN 2248 1531 717 68.10 31.90 16 PLERET 1837 1273 564 69.30 30.70 17 B. TAPAN 3783 2696 1087 71.27 28.73 TOTAL 40551 28305 12246 69.80 30.20

Sumber : Bappeda diolah, 2013

Menurut data Pemerintah Kabupaten Bantul, jumlah penduduk miskin tahun 2012 sebesar 40.551 KK. Dengan jumlah laki-laki sebesar 28.305 dan perempuan sebesar 12.246 KK.

Tabel II.6

Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Bantul Tahun 2007-2011

No, Kecamatan Σ KKM 2007 2008 2009 2010 2011 Jiwa Miskin 2011 1 Kretek 1.940 1.842 1.600 1.482 1.479 4.065 2 Sanden 1.474 1.454 1.337 1.238 1.296 3.991 3 Srandakan 2.326 2.025 1.790 1.305 1.312 4.262 4 Pandak 4.810 3.376 3.224 2.791 2.646 8.320 5 Bambanglipuro 3.269 2.685 2.158 1.611 1.551 4.835 6 Pundong 3.778 2.834 1.725 2.199 1.972 6.062 7 Imogiri 6.521 4.734 3.408 3.302 3.117 9.543 8 Dlingo 3.418 3.411 2.595 2.560 2.477 7.367 9 Jetis 4.599 3.654 2.982 2.929 2.951 8.811 10 Bantul 3.920 3.747 3.132 2.019 1.949 5.630 11 Pajangan 2.312 2.183 1.886 1.672 1.537 4.713 12 Sedayu 3.780 2.984 2.604 2.596 2.545 9.573

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012 17 No, Kecamatan Σ KKM 2007 2008 2009 2010 2011 Jiwa Miskin 2011 13 Kasihan 5.333 4.845 4.427 3.948 3.842 12.738 14 Sewon 6.531 6.061 4.548 3.980 3.771 12.291 15 Piyungan 3.634 3.593 2.366 2.217 2.257 6.921 16 Pleret 4.449 2.838 2.270 1.817 1.817 5.392 17 Banguntapan 5.495 5.273 4.963 3.814 3.802 12.965 Jumlah 67.589 57.539 47.015 41.480 40.321 127.479

Sumber: BKK PP dan KB Bantul 2012

Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak. Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Data persentase KK miskin tahun 2011 sebesar 40.321 KK dengan prosentase 15,61 % dengan jumlah miskin 127.479 orang. Tahun 2012 menjadi 40.551 KK dengan prosentase 14,82 % dengan jumlah jiwa miskin 126.980 orang.

Tabel II.7

Prosentase KK Miskin dan Jiwa Miskin Tahun 2010 – 2011 Kabupaten Bantul Tahun Jumlah KK

Total Jumlah KK Miskin % Jumlah Jiwa Total Jumlah Jiwa Miskin %

2011 258294 40321 15,61 848.608 127.479 15,02

2012 273563 40551 14,82 889.647 126.980 14,27

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

18 Gambar II.1

Perkembangan Jumlah KK dan KK Miskin Kab. Bantul Tahun 2006-2012

232212 240427 248753 254149 256463 258294 273563 81398 67589 57539 47015 41480 40321 40551 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 KK Total Sumber: BPS, 2012 Gambar II.2

Persentase KK Miskin Kabupaten Bantul Tahun 2004-2010

13.3 22 35.1 28.1 23.1 18.5 16.17 0 5 10 15 20 25 30 35 40 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Persentase kemiskinan

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

19 Adapun persebaran KK miskin tahun 2012, di 17 Kecamatan adalah seperti tergambar dalam diagram berikut. Rata-rata prosentase KK miskin di Kecamatan sebesar 16,17 %. Jumlah KK miskin terkecil di Kecamatan Bantul sebesar 12, 61%, sedang jumlah terbesar di Kecamatan Dlingo sebesar 22,50%.

Gambar II.3

Persentase KK Miskin Per Kecamatan Tahun 2012

Sumber : Pendataan Gakin BKK,PP,KB, 2012

Prosentase penduduk miskin di Kabupaten Bantul lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Kulon Progro. Namun berada sedikit diatas rata-rata provinsi DIY yaitu 17,64 % sedangkan rata-rata Provinsi sebesar 17,23 %.

Gambar II.4

Perbandingan Tingkat Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2009

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

20

2.2 Perkembangan Dimensi Kemiskinan

2.2.1 Bidang Ketenagakerjaan

Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian, pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang merupakan bagian pembangunan daerah yang bertujuan untuk menyediakan lapangan kerja dan lapangan usaha untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dengan harapan jumlah penganggur dan setengah penganggur dapat ditekan atau diperkecil. Sehubungan dengan hal tersebut kondisi permasalahan ketenagakerjaan ternyata sangat terkait erat dengan keadaan ekonomi yang berkembang setiap saat.

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Ketenagakerjaan berhubungan dengan tingkat angkatan kerja pada suatu wilayah tertentu. Jumlah angkatan kerja terdiri dari jumlah penduduk yang bekerja dengan perbandingan penduduk yang belum mendapatkan kesempatan bekerja. Untuk mengatasi permasalahan angkatan kerja ini diantaranya melalui program untuk persediaan tenaga kerja (menambah jenis pelatihan sesuai kondisi pasar, meningkatkan bantuan pendidikan bagi tenaga kerja, meningkatkan program keluarga berencana untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja), program untuk kebutuhan tenaga kerja (meningkatkan kapasitas dan peralatan serta kemampuan pengajar di sekolah sekolah kejuruan, melaksanakan pelatihan wirausaha bantuan permodalan dan fasilitas, memberikan insentif dan kemudahan dalam bidang investasi) dan program untuk pengangguran (pembangunan informasi pasar kerja yang mudah diakses, peningkatan penempatan tenaga kerja luar negeri melalui pemasaran, pelatihan, bantuan permodalan). Pada Tahun 2011 angkatan kerja di Bantul sebanyak 505.786 orang menjadi 530.068 orang pada Tahun 2012. Jumlah angkatan kerja laki-laki dan perempuan di Kabupaten Bantul pada

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

21 Tahun 2011 ini hampir sama, yaitu laki-laki sebesar 262.020 jiwa dan perempuan sejumlah 243.766 jiwa. Jumlah penduduk angkatan kerja menurut kelompok umur dan tingkat pendidikan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar II.5

Angkatan Kerja Menurut Kelompok Umur Tahun 2011 Kabupaten Bantul

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

22 Gambar II. 6

Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011 Kabupaten Bantul

Sumber: DInas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011

Masalah pelik ketenagakerjaan di Bantul adalah bahwa para pencari kerja ini sebagian besar justru mereka yang berpendidikan (lihat Tabel 3). Lulusan terbanyak pencari kerja adalah lulusan perguruan tinggi (sarjana S1), diikuti oleh lulusan sekolah menengah kejuruan dan Diploma 3/ 4 baru SMA. Sementara itu meraka yang lulusan SD dan SMP cenderung tidak mencari pekerjaan. Persoalan ini menjadi indikasi serius lemahnya jiwa kewirausahaan yang ada dalam masyarakat, bahkan lulusan perguruan tinggi mencari pekerjaan bukan menciptakan lapangan kerja. Sementara lulusan SD dan SMP karena tidak memiliki daya tawar mereka cenderung untuk menerima pekerjaan apapun.

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

23 Tabel II.8

. Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Bantul Tahun 2011 – 2012 No Kecamatan

Angkatan Kerja

Tahun 2011 Tahun 2012

Bekerja Penganggur Bekerja Penganggur

1 Srandakan 17.666 267 19.931 1.853 2 Sanden 16.192 2.497 18.805 2.415 3 Kretek 18.680 615 17.210 1.844 4 Pundong 15.748 386 15.772 362 5 Bambanglipuro 24.685 2.361 22.249 1.674 6 Pandak 29.471 1.984 32.500 870 7 Bantul 32.396 4.286 36.841 3.804 8 Jetis 25.064 2.007 25.090 1.793 9 Imogiri 36.198 1.466 34.444 1.335 10 Dlingo 22.948 1.176 28.759 865 11 Pleret 25.410 2.886 29.540 2.072 12 Piyungan 20.514 588 27.371 3.051 13 Banguntapan 51.992 1.432 55.192 958 14 Sewon 43.828 2.645 43.456 1.309 15 Kasihan 47.709 2.801 46.237 2.463 16 Pajangan 20.809 701 21.091 309 17 Sedayu 27.257 1.121 27.505 1.098 Jumlah 476.567 29.219 501.993 28.075 Persentase 5,8% 5,3% Jumlah 476.567 29.219 501.993 28.075 Presentase 5,8% 5,3% Sumber : Disnakertrans Tabel II.9

Rasio Penduduk yang Bekerja dengan Angkatan Kerja Tahun 2007 – 2011 Kabupaten Bantul

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah penduduk yang bekerja 427.431 430.771 440.259 451.281 476.467 Jumlah angkatan kerja 461.593 466.136 471.112 481.420 505.786

Rasio Penduduk yang bekerja 0,93 0,92 0,93 0,94 0,94

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

24 Tabel II.10

Penduduk Yang Bekerja menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011-2012 No. Pendidikan 2011 2012 1 Tidak tamat SD 6.273 4.651 2 SD 6.486 6.316 3 SLTP 6.499 6.734 4 SLTA 6.485 6.670 5 Akademi 1.987 2.117 6 S1/S2 1.489 1.587 J u m l a h 29.219 28.075 Sumber : Disnakertrans

a. Relevansi dan Efektivitas Program

Analisis relevansi dipergunakan untuk mengetahui relevansi perkembangan capaian pembangunan daerah terhadap perkembangan tersebut secara nasional, menurut indikator yang ditentukan. Sedangkan analisis efektivitas dipergunakan untuk mengetahui efektivitas intervensi terhadap Indikator kemiskinan serta keterkaitan antara indikator utama dan indikator pendukung dari capaian pembangunan daerah.

Kinerja program penanggulangan kemiskinan, dapat dilihat dari penurunan maupun prosentase jiwa miskin di suatu wilayah. Dari data prosentase jiwa miskin Kabupaten Bantul tahun 2006 – 2012 dibandikan dengan provinsi DIY maupun secara nasional, secara umum prosentase jiwa miskin Kabupaten Bantul lebih besar dari kedua wilayah diatasnya. Namun demikian, grafik 3 dibawah, menunjukkan percepatan penurunan kemiskinan yang cukup signifikan terjadi di Kabupaten Bantul. Bahkan di tahun 2010, prosentase jiwa miskin menurun melampaui provinsi DIY. Hal tersebut disebabkan semakin beragamnya program penanggulangan kemiskinan dan semakin besarnya alokasi anggaran untuk program

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

25 penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bantul. (selengkapnya akan diuraikan di Bab III dan Bab IV). Selain itu juga disebabkan semakin terkoordinasinya kinerja TKPK di Kabupaten Bantul.

Gambar II.8

Presentase Jiwa Miskin Kabupaten Bantul, Propinsi DIY dan Nasional Tahun 2006-2010 19.08 18.99 18.32 17.23 16.83 17.75 16.58 15.42 14.15 13.33 36.23 27.39 22.58 18.05 15.38 10 20 30 40 2006 2007 2008 2009 2010

Propinsi Nasional Bantul

Sumber : Bappeda, 2011, diolah

Selama periode Maret 2009 hingga 2010, angka kemiskinan nasional hanya turun tipis dari 0,8 persen dari 14,15 persen menjadi 13,3 persen. Angka kemiskinan pada Maret 2010 turun ke angka 31,02 juta jiwa atau sekitar 13,33 persen dari total penduduk Indonesia. Sementara itu sampai akhir tahun 2010 angka kemiskinan turun sebesar 11,25%.

Angka kemiskinan di Provinsi DIY tahun 2007 sebesar 18.99 %, terus mengalami penurunan sampai dengan tahun 2010 sebesar 16,83%.

Gambar II.9

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

26 Sedangkan di Kabupaten Bantul, sampai dengan tahun 2010 masih memiliki 16,17 % KK miskin. Hal ini disebabkan karena masih belum optimalnya akses pelayanan kesehatan, pendidikan, permodalan/kredit dan informasi bagi keluarga miskin. Permasalahan lain adalah masih belum optimalnya kemitraan pemerintah, dunia usaha, LSM, dan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan.

Seperti diketahui, rendahnya kesempatan kerja merupakan faktor penyebab pengangguran. Pengangguran/ tidak bekerja merupakan salah satu indikator penyebab seseorang menjadi miskin. Berikut adalah gambaran penduduk yang bekerja dan data penduduk menganggur.

Gambar II.10

Angkatan Kerja, Bekerja dan Menganggur Kabupaten Bantul Tahun 2006 – 2010

Sumber : Disnakertrans, 2010, diolah

Data Pengangguran di Kabupaten Bantul, cenderung menurun dari tahun 2006 – 2010. Hal tersebut disebabkan makin dimudahkannya peluang berusaha serta banyaknya pelatihan ketrampilan bagi angkatan kerja baru. Analisis perbandingan pada data penduduk bekerja dan menganggur dengan Provinsi DIY menunjukkan bahwa meskipun kecil angkanya, dari tahun 2006 – 2010, angka pengangguran cenderung

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

27 menurun sedangkan angka Provinsi DIY sedikit meningkat. Gambaran secara rinci dapat diamati pada grafik dibawah ini :

Gambar II.11

Penduduk Bekerja Provinsi DIY dan Kabupaten Bantul Tahun 2006 – 2010

Sumber : Bappeda Provinsi DIY dan Disnakertrans Kab. Bantul, 2010

Gambar II.12

Penduduk Menganggur Provinsi DIY dan Kabupaten Bantul Tahun 2006 – 2010

Sumber : Bappeda Provinsi DIY dan Disnakertrans Kab. Bantul, 2010

Program pemberdayaan merupakan salah satu upaya yang telah dilaksanakan pemerintah kabupaten Bantul dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan pengurangan pengangguran. Kebijakan

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

28 tersebut diarahkan untuk mengembangkan kemampuan masyarakat, membangunan perilaku, serta pengorganisasian masyarakat. Program kegiatan penanganan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul dari tahun ke tahun telah menunjukan hasil yang cukup baik, hal ini tercermin dari semakin kecilnya jumlah prosentase Kepala Keluarga (KK) miskin dari tahun ke tahun. Pada tahun pertama yaitu pada tahap awal program ini dilakukan memang belum menunjukan keberhasilan, sehingga pada tahun 2005 tercatat jumlah prosentase KK miskin justru mengalami peningkatan dari 13,29% (tahun 2004) menjadi 21,99% (tahun 2005), dan 35,05% pada tahun 2006, hal ini dikarenakan kejadian gempa 27 Mei 2006. Namun untuk tahun-tahun berikutnya prosentase KK miskin mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu dari 35,05% pada tahun 2006 menjadi 28,11% (tahun 2007), 23,13% (tahun 2008) dan 18,05% (tahun 2009) serta turun lagi menjadi 16,17% (tahun 2010).

b. Prioritas Intervensi dan Wilayah

Kecamatan yang mempunyai penduduk miskin terbanyak adalak kecamatan Kasihan, kecamatan Banguntapan dan Kecamatan Sewon.

Kecamatan penerima program/kegiatan kemiskinan terbanyak (sampai dengan tahun 2009) adalah Kecamatan Imogiri (283 program/kegiatan) dan Kecamatan Banguntapan (257 program/kegiatan).

Dari hasil evaluasi program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pada tahun 2009, terdapat beberapa catatan yang akan diperbaiki pada pelaksanaan kinerja program penanggulangan kemiskinan di tahun-tahun selanjutnya. Catatan tersebut adalah :

1) Implementasi program penanggulangan kemiskinan (pronangkis) yang diselenggarakan Pemda Kabupaten Bantul

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

29 pada tahun 2009 pada umumnya mampu menurunkan angka kemiskinan, yakni pada rentang penurunan 1,58-10,91%.

2) Sejumlah 52 unit kegiatan (program) pronangkis yang dilaksakanan oleh 10 SKPD Pemda Kabupaten Bantul, dan didukung pendanaan serta kelengkapan peraturan yang memadai. Pada umumnya kegiatan (program) yang diluncurkan sesuai dengan persoalan kemiskinan yang menjadi beban masyarakat yakni didominansi oleh permasalahan ekonomi, papan dan kesehatan, serta sebagian kecil pangan.

3) Perencanaan program (kegiatan) prespektif dapat ditingkatkan melalui pelibatan TKPK Kabupaten Bantul secara intensif. Di sejumlah kecil wilayah dijumpai jumlah kegiatan yang berlebih tidak sepadan dengan persoalan kemiskinan yang menjadi beban masyarakat. Sejauh ini implementasi masing-masing kegiatan (program) belum dilengkapi SOP yang jelas, sementara pelaporan hasil dalam format LAKIP tidak cukup menggambarkan informasi pelaksanaan kegiatan (program) secara komprehensif.

2.2.2 Bidang Kesehatan

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

menyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif, serta norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

30 pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Salah satu sarana untuk promosi kesehatan melalui Bantul Expo yang diisi dengan pemeriksaan kesehatan paru dan jantung pada pengunjung serta konsultasi kesehatan. Selain itu dalam memperingati Hari Kesehatan Nasional, diadakan serangkaian kegiatan berupa senam sehat, Festival Bantul Sehat dan jambore kader. Sosialisasi program-program kesehatan juga dilakukan lewat media elektronik yaitu radio, televisi dan website serta media cetak berupa leaflet, poster dan majalah Infokes.

Hasil kegiatan promosi kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) mengalami peningkatan yang cukup baik. Dilihat dari PHBS tatanan rumah tangga pada tahun 2012, sebanyak 67,27% rumah tangga telah ber-PHBS.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan dilakukan dengan kegiatan inovatif berupa Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK) yang dimulai sejak tahun 2007. Tujuan kegiatan adalah untuk merubah pola pikir, pola sikap, dan pola tindak seluruh stakeholder, termasuk juga para pejabat dan masyarakat dalam ikut menangani permasalahan kesehatan; menurunkan kematian ibu maternal, kematian bayi, menurunkan jumlah kesakitan DBD, jumlah penderita gizi buruk, dan meningkatkan penemuan kasus TBC.

Unit analisis DB4MK telah diubah dari Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan menjadi Dusun Bebas 4 Masalah Kesehatan. Hal ini berdasarkan aspirasi dari kepala desa dan masyarakat karena peluang masyarakat untuk mendapatkan reward lebih besar dengan unit analisis yang lebih kecil yaitu dusun dan masyarakat mempunyai harapan yang lebih besar untuk mengupayakan daerahnya bebas empat masalah kesehatan. Reward diberikan bagi dusun dengan kriteria :

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

31 b) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 100%;

c) Kunjungan ibu hamil ke fasilitas kesehatan (K7) minimal 90%; d) Partisipasi masyarakat di Posyandu (D/S) minimal 90% dalam 12 bulan;

e) Kunjungan neonatal lengkap minimal 90%; dan f) Angka Bebas Jentik (ABJ) minimal 95%.

Pada tahun 2012, reward diberikan pada 40 dusun dari 567 dusun yang masyarakatnya secara aktif melakukan upaya pemberdayaan dan hasilnya diketahui melalui indikator proses yang telah ditetapkan, dan disahkan berdasarkan SK Bupati Nomor 363 Tahun 2012 tentang Pemenang Reward DB4MK Plus.

a. Perkembangan Antar –Waktu dan Antar-Wilayah

Di dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diamanatkan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif, serta norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pembangunan bidang kesehatan juga menjadi perhatian penting dalam komitmen dunia internasional yang dituangkan dalam Millenium

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

32 dengan bidang kesehatan yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan (target 1), menurunkan angka kematian anak (target 4), meningkatkan kesehatan ibu (target 5), dan memerangi HIV dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya (target 6), serta memastikan pelestarian lingkungan hidup (target 7). Sampai dengan tahun 2005 indikator-indikator kesehatan yang barkaitan dengan pencapaian MDG’s masih belum optimal seperti angka gizi buruk masih 1,02%, Angka kematian bayi (AKB) masih 12,24 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) masih 109,65 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) 26 per 100.000 penduduk. Dalam rangka akselerasi perbaikan indikator kesehatan diatas Pemerintah Kabupaten Bantul merumuskan program Dusun Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK). Masalah kesehatan yang diakselerasi tersebut adalah : AKI, AKB, Gizi buruk, BDB dan Tubercolosis (TB).

Upaya pembangunan bidang kesehatan, selain dilaksanakan dengan program, juga didukung dengan ketersediaan dan kecukupan sarana dan prasarana kesehatan. Berikut adalah sebaran sarana kesehatan di wilayah Kabupaten Bantul, meliputi 27 Puskesmas, yang terdiri dari 16 Puskesmas dengan Tempat Tidur dan 11 Puskesmas Non Tempat Tidur, Puskesmas Pembantu ada 67 buah, dan Puskesmas Keliling 27 unit. Rumah Sakit Pemerintah ada dua, yaitu Rumah Sakit Umum Panembahan Senopati Bantul dan RS Hardjo Lukito, serta BP4 sebanyak satu buah dan Gudang Farmasi satu buah.

Pelayanan kesehatan swasta dilaporkan Rumah Sakit Swasta ada 9 Rumah Sakit, Praktek Dokter Perorangan 491 buah, Bidan Praktek Swasta 261 buah, Balai Pengobatan/Klinik 78 buah, Rumah Bersalin 32 buah, Praktek Pengobatan Tradisional 83 buah, Toko Obat 4 buah, Apotek 100 buah, Laboratorium swasta 4 buah, Industri kecil Obat Tradisional 20 buah dan optikal 5 buah. Untuk Upaya Kesehatan

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

33 Berbasis Masyarakat (UKBM), di Kabupaten Bantul sudah terbentuk 75 Desa Siaga dengan 75 Poskokesdes, dan 1123 Posyandu.

Tabel II.11

JUMLAH TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS PUSKESMAS TAHUN 2011

No Puskesmas Dokter Umum Dokter Gigi Apoteker & Tenaga Farmasi

Bidan Perawat Gizi Kesmas Sanitasi Teknis

Medis 1 Srandakan 4 2 2 10 8 2 1 1 1 2 Sanden 4 2 1 11 9 2 1 2 2 3 Kretek 4 2 1 12 8 1 1 2 2 4 Pundong 3 3 1 9 8 1 0 1 1 5 Bambanglipuro 4 1 2 11 9 2 0 3 2 6 Pandak I 5 2 1 8 8 2 0 2 2 7 Pandak II 3 1 1 3 5 1 0 1 1 8 Bantul I 2 3 1 4 5 1 1 2 1 9 Bantul II 3 2 1 4 6 2 0 2 1 10 Jetis I 3 1 2 8 7 3 0 1 1 11 Jetis II 2 1 1 5 5 1 0 1 1 12 Imogiri I 5 2 0 8 9 2 1 1 2 13 Imogiri II 2 2 1 5 7 2 0 1 1 14 Dlingo I 4 1 2 10 8 1 2 1 1 15 Dlingo II 3 3 1 7 8 1 2 1 1 16 Pleret 3 1 1 11 10 2 1 2 2 17 Piyungan 5 2 1 8 9 2 2 1 3 18 Banguntapan I 2 1 1 4 6 1 1 2 2 No Puskesmas Dokter

Umum Dokter Gigi Apoteker & Tenaga Farmasi

Bidan Perawat Gizi Kesmas Sanitasi Teknis Medis 19 Banguntapan II 4 1 1 11 9 2 0 2 1 20 Banguntapan III 2 1 1 5 6 1 0 3 1 21 Sewon I 4 2 2 8 10 2 0 1 4 22 Sewon II 2 1 1 6 4 2 0 2 2 23 Kasihan I 6 2 1 10 9 1 1 2 2 24 Kasihan II 3 1 1 4 6 2 2 1 1 25 Pajangan 2 2 1 9 9 2 0 1 2 26 Sedayu I 5 2 1 5 11 1 1 1 1 27 Sedayu II 2 1 1 4 5 1 1 2 1 Jumlah 91 45 31 203 204 44 20 42 42 Sumber : Dinkes, 2012

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 2012

34 Berikut disajikan gambar peta penyebaran Puskesmas dan Rumah Sakit di Kabupaten Bantul Tahun 2012 :

Gambar II.13

Sebaran Sarana Kesehatan di 17 kecamatan

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Bantul 2010

Gambar II.14

UMUR HARAPAN HIDUP

70,9 70,9 70,95 71,11 71,21 71,31 70,6 70,8 71 71,2 71,4 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Ta hu n Tahun

Angka Harapan Hidup Kabupaten Bantul Tahun 2005 - 2010

Dokumen terkait