• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Rencana Pembangunan Tahunan Desa

b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa. c. Tata Ruang dan Peruntukan Lahan.19

1. Tingkatan Undang-Undang /PERDES yang di desa: Proses/ Prosedur Penyusunan PERDES

a. PERDES ( dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa )

b. Peraturan Kepala Desa ( dibuat oleh Kepala Desa dasarnya dari Perdes)

c. Keputusan Kepala Desa ( dibuat oleh Kepala Desa dasarnya dari Perdes & PerKades)

2. DasarHukum/Acuan Untuk Membuat PERDES : a. Undang-Undang/ UU

b. Peraturan Pemerintah/PP c. Peraturan Menteri/ Permen d. Perda Provinsi/Perda Prov

19

PERMENDAGRI Nomor 26 Tahun 2006 Tentang Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan PERDES,

tersedia d

e. Peraturan Gubernur/Pergub f. Perda Kabupaten/Perdakab g. Peraturan Bupati/Perbub

3. Kaidah Hukum & Tata Cara Penyusunan Perdes

a. Penyusunan PERDES merupakan tindak lanjut Peraturan Daerah tentang pemerintahan Desa.

b. Penyusunan PERDES pada dasarnya relatif sama dengan membuat produk-produk hukum lainnya seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, dan lain-lain.20

20

Loc.cit.

Beberapa kaidah hukum yang harus dipatuhi dalam menyusun PERDES:

a. PERDES harus disusun oleh pejabat yang berwenang yaitu Pemerintah Desa/KepalaDesa dengan BPD. Kalau ini tidak dipenuhi maka PERDES tersebut dianggap tidak ada dan segala akibatnya batal demi hukum.

b. PERDES yang disusun harus mengikuti prosedur penyusunan yang lazim diberlakukan kepada produk hukum pada umumnya baik menyangkut bentuk, kata, kalimat, tanda baca, maupun proses penyusunan, pengesahan, dan pemberlakukannya.

c. PERDES tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi tingkatannya.

d. PERDES yang dibuat harus mempertimbangkan aspek sosiologis sehingga produk hukum dapat diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat secara wajar dan spontan.

e. Yang dijadikan dasar penyusunan Perdes adalah UU,PP,Perda, Permen, Pergub, Perbup.

f. Keputusan/Surat Edaran tidak bisa dijadikan dasar pembuatan PERDES g. PERDES dapat dibatalkan apabila tidak sesuai dengan prinsip-prinsip

tersebut diatas.21

1. Tahap Inisiasi

Tahapan Penyusunan Perdes

Dalam pembuatan Peraturan Desa atau PERDES terdapat beberapa tahapan penyusunan

Pada tahap inisiasi ide atau gagasan dalam pembuatan PERDES dapat datang dari dua belah pihak baik dari Pemerintah Desa maupun dari BPD. Apabila usulan tersebut datangnya dari BPD, maka rancangan tersebut diserahkan kepada Kepala Desa, begitu juga sebaliknya apabila usulan tersebut datangnya dari Kepala Desa maka rancangan Peraturan Desa diserahkan kepada BPD. Artinya kedua belah pihak sama – sama mempunyai hak untuk mengajukan Peraturan Desa. BPD mengadakan rapat yang dihadiri oleh ketua – ketua bidang (bidang kemasyarakatan

21

atau pemerintahan dan pembangunan) untuk membahas pendapat tersebut.Apabila disepakati perlu adanya PERDES, maka hasil rapat tersebut dijadikan hasil pra-Rancangan PERDES.

Usulan Peraturan Desa bisa didapat dari masukan anggota masyarakat yang secara langsung mengusulkan peraturan atau lewat BPD kemudian dari BPD baru dibahas dengan membuat semacam bentuk kepanitiaan kecilyang dilakukan oleh BPD untuk dapat dibahas.Jika disetujui baru pengadaan rapat secara lengkap dapat dibuat untuk membahas pantas tidaknya PERDES.Setelah itu dibuat Rancangan PERDES, dalam hal ni sebuah ide atau gagasan pembuatan PERDES harus dibahas terlebih dahulu melalui sidang pleno guna menetapkan apakah usulan tersebut disetujui menjadi sebuah Rancangan PERDES atau tidak. Setelah mendapat persetujuan dari rapat BPD bahwa dari usulan pembuatan PERDES menjadi RAPERDES, maka Sekretaris BPD membuat RAPERDES untuk diserahkan kepada Kepala Desa dalam bentuk tulisan guna mendapat persetujuan untuk menjadi PERDES.

Setelah Kepala Desa menerima RAPERDES, Kepala desa mengadakan rapat bersama dengan perangkatnya guna membahas Rancangan yang disampaikan oleh BPD. Hasil keputusan rapat tersebut akan dibahas dalam rapat gabungan yang dihadiri oleh BPD, Kepala Desa dan perangkatnya sebagaimana diketahui bahwa yang dimaksud dengan perangkat Desa sesuai dalam pasal 12 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor

72 tahun 2005 tentang Desa terdiri dari Sekretaris Desa, pelaksana teknis lapangan dan unsur kewilayahan.22

RAPERDES yang diajukan bermula dari satu pendapat atau satu pandangan baik dari pihak BPD atau pihak Kepala Desa, setelah dibahas bertemu dengan Kepala Desa, sekretaris Desa dan perangkat Desa lainnya sehinnga menghasilkan kesepakatan bersama, makaPERDES yang diajukan mungkin mengalami perubahan yang bertujuan untuk menyempurnakan isi 2. Tahap Sosio-Politis

RAPERDES yang telah diterima oleh Pemerintah Desa, diadakan pembahasan dalam rapat gabungan antara BPD, Kepala Desa serta perangkat Desa. Peranan perangkat Desa tersebut dimaksudkan untuk menampung aspirasi masyarakat sehingga dalam pelaksanaannya nanti PERDES dapat diterima. Dalam rapat pembahasan ketua BPD memberikan penjelasan mengenai latar belakang dan tujuan dibuatnya PERDES. Selanjutnya dalam rapat tersebut diadakan sesi tanya jawab sebagai bagian pengumpulan aspirasi. Kemudian Kepala Desa diberi draft RAPERDES sebelum diadakan rapat pembahasan. Pada waktu rapat pembahasan, permasalahan yang ada dalam RAPERDES dibahas satu persatu, dibacakan oleh Ketua BPD, dan yang menetapkan PERDES adalah kepala Desa.

22

dan materi PERDES, sehingga PERDES yang dihasilkan dapat memenuhi aspirasi masyarakat dan menyangkut kepentingan umum. Setelah diadakan pembahasan yang mendalam maka dapat diambil sebuah keputusan dapat diterima atau tidaknya rancangan tersebut menjadi sebuah PERDES. Pengambilan keputusan tentang Peraturan Desa biasanya dilakukan dengan menggunakan cara musyawarah untuk mufakat. Namun tidak menutup kemungkinan diadakan voting.

3. Tahap Yuridis

Setelah rancangan tersebut mendapat persetujuan dari semua pihak untuk dijadikan Peraturan Desa maka langkah selanjutnya adalah Kepala Desa bersama BPD menetapkan Rancangan Peraturan Desa tersebut menjadi sebuah Peraturan Desa sesuai Pasal 55 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa. Peraturan Desa berlaku sejak ada ketetapan dari Kepala Desa. Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

Setelah aspek – aspek diatas telah terpenuhi, maka pembuatan kebijakan desa dapat dikatakan sudah berjalan sesuai prosedur tanpa ada pihak – pihak terkait yang tidak terakomodir.

1.6.5. Intervensi

Secara umum intervensi merupakan salah satu istilah yang ada dalam dunia politik. Istilah ini merujuk pada individu atau pun kelompok baik formal dan non formal yang mencampuri urusan pihak lain yang bukan merupakan urusannya. Para ahli lebih merincikan dengan jelas mengenai apa yang dimaksud dengan intervensi, dimana mayoritas dari mereka mengatakan bahwa intervensi lebih merupakan kepada kegiatan campur tangan yang berlebihan dalam berbagai bidang baik itu kebijakan politik, ekonomi, sosial, hukum dan budaya. Hal ini dikarenakan cakupan dari intervensi itu sendiri yang sangat luas dan berhubungan dengan berbagai bidang.23

Menurut Black’s Law Dictionary, intervensi adalah ikut campur suatu pihak dalam urusan pihak lainnya dengan menggunakan kekuatan atau ancaman kekuatan. Sedangkan menurut Lauterpach intervensi adalah campur tangan suatu pihak terhadap urusan pihak lain dengan maksud untuk memelihara atau mengubah keadaan, situasi, atau barang yang ada di pihak lain.24

1.7. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk melakukan pemahaman yang cermat terhadap fenomena sosial berdasarkan gejala-gejalanya.

23

Sigit Riyanto. 2007. “Intervensi Kemanusiaan Melalui Organisasi Internasional”. Jurnal Mimbar Hukum 2007. Edisi 19 Tahun 2007. hal 7.

24

Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, maupun masyarakat pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.25

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.

Penelitian deskriptif kualitatif melakukan analisis dan menyajikan data-data serta fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan.

1.7.1. Jenis Penelitian

26

25

Hadari Nawawi. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 1987. hal. 63.

26

Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2000. hal. 5

Dengan demikian untuk memperoleh data, peneliti turun ke lapangan untuk melakukan wawancara terhadap aktivitas dari objek yang diteliti serta dari dokumentasi-dokumentasi yang ada sebagai pelangkap data yang dibutuhkan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap apakah terdapat intervensi yang dialakukan oleh PT PP London Sumatera terhadap pembuatan kebijakan desa.

1.7.2. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian berada pada Desa Perkebunan Sei Rumbia dan Desa Nagodang yang berada dalam tanah HGU ( Hak Guna Usaha ) PT PP London Sumatera di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan, maka peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yakni seperti berikut :

1. Data Primer

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara ( interview ). Teknik pengumpulan data melalui wawancara ialah dengan bertanya langsung kepada informan yang dianggap sesuai dan terkait serta mengetahui permasalahan yang dijadikan sebagai objek penelitian. Dalam hal ini informan yang dijadikan sumber informasi adalah beberapa informan kunci ( key informan ) yakni Kepala Desa Perkebunan Sei Rumbia yakni Bapak Katmin, Ketua BPD Desa Perkebunan Sei Rumbia yang bernama Bapak Sudirman, dan Sekretaris Desa Perkebunan Sei Rumbia yakni dengan Ibu Mirna. Selanjutnya wawancara juga dilakukan terhadap Kepala Desa Perkebunan Nagodang yakni Bapak Suwoyo, Ketua BPD Desa Perkebunan Nagodang Bapak

Suharto, dan Sekretaris Desa Perkebunan Nagodang Ibu Irnawati Nasution serta informan tambahan seperti tokoh desa, masyarakat desa tersebut juga pihak PT PP London Sumatera.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini adalah dengan mencari informasi dan data melalui buku – buku, internet, jurnal ilmiah, dan bentuk sumber informasi lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Selain itu informasi dan data tambahan juga didapatkan dari literatur perundang – undangan, artikel – artikel, dan lainnya. Nantinya informasi yang didapat dari berbagai sumber tadi dapat dijadikan panduan dalam melakukan penelitian ini.

1.7.4. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterprestasikan data yang diperoleh di lapangan dari para key informan. Penganalisaan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data, informasi kemudian data yang diperoleh akan dianalisa sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian. Jadi teknik analisa data kualitatif yaitu dengan menyajikan data dengan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan di lapangan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek

yang di teliti dan kemudian menarik kesimpulan. Harapannya dari data dan informasi yang diperoleh sebelumnya untuk dapat menganalisa dan memberikan gambaran tentang apakah terdapat intervensi yang dilakukan pihak PT PP London Sumatera terhadap pembuatan kebijakan Desa Perkebunan Sei Rumbia dan Desa Perkebunan Nagodang.

1.8. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi kedalam beberapa bab untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci mengenai permasalahan yang diteliti. Adapun pembagian dalam sistematika penulisan penelitian ini adalah seperti berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah dan pengantar dari penelitian ini, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.