• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanggilan Perangkat Desa Perkebunan Sei Rumbia dan Nagodang oleh Manajer PT PP Lonsum

BAB III : INTERVENSI PT PP LONDON SUMATERA DALAM PEMBUATAN PEMBUATAN

INERVENSI PT PP LONDON SUMATERA DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN DESA

3.2. Kronologis Pembuatan Rancangan Peraturan Desa Tentang Pengamamanan Swakarsa ( PAM Swakarsa ) di Desa Perkebunan Sei

3.2.1 Pemanggilan Perangkat Desa Perkebunan Sei Rumbia dan Nagodang oleh Manajer PT PP Lonsum

Kasus pembuatan kebijakan PAM Swakarsa oleh desa ini bermula dari dipanggilnya beberapa perangkat desa baik yakni Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Ketua BPD dari Desa Perkebunan Sei Rumbia maupun dari Desa Perkebunan Nagodang untuk datang kekantor perusahaan PT PP London Sumatera dan bertemu dengan manajer kebun yakni Bapak Ir. Sukamto. Pemanggilan tersebut terjadi pada tanggal 9 November 2013 seperti yang disampaikan oleh Bapak Katmin Kepala Desa Perkebunan Sei Rumbia dalam wawancara, dimana dia mengatakan.

“ Seingat saya waktu itu kami perangkat desa dipanggil tanggal sembilan bulan sebelas kalau gag salah, yang manggil waktu itu asisten kebun. Dia bilang dipanggil pak manajer kekantor besar ada yang mau dibahas disana kata asisten tadi”.53

“ Betul waktu itu tanggal sembilan bulan sebelas tahunnya dua ribu tiga belas pas kebetulan waktu itu saya lagi gag dikantor karena ada rapat dikantor Pemdes, jadi saya gag ikut kesana. Yang pergi ya Pak Kades aja kemarin, itu pun ada pemanggilan itu saya taunya juga karena Pak Kades yang telpon saya.

Begitu juga perangkat Desa Perkebunan Nagodang mengatakan hal yang sama dengan perangkat Desa Perkebunan Sei Rumbia, dalam wawancara yang dilakukan dengan Sekretaris Desa Ibu Indrawaty dimana dia menyampaikan.

54

Berdasarkan data wawancara dengan Narasumber dari kedua desa, diketahui bahwa ketika berada dikantor besar rapat dikantor besar tadi dihadiri oleh Manajer

53

Wawancara dengan Bapak Katmin. Loc. cit.

54

Perkebunan Bapak Ir Sukamto, Kepala Pasukan Pengaman Perkebunan ( PAPAMBUN ) Bapak Rahmadi, Kepala Desa Perkebunan Sei Rumbia Bapak Katmin, Ketua BPD Desa Perkebunan Sei Rumbia Bapak Sudirman, dan Kepala Desa Perkebunan Nagodang yaitu Bapak Suwoyo.

Pembahasan rapat diawali dengan pemaparan kondisi keamanan perkebunan maupun lingkungan pemukiman oleh Ketua Pasukan Pengamanan Perkebunan ( PAPAMBUN ) Bapak Rahmadi yang mengatakan bahwa kondisi kemanan di wilayah perkebunan PT PP Lonsum mulai tidak kondusif, berbagai kasus pencurian dan perampokan terjadi di wilayah perkebunan. Bukan hanya pencurian di areal tanaman kebun melainkan juga di areal pemukiman karyawan dan pekerja di perusahaan. Banyak kendaraanterutama roda dua punya karyawan perkebunan yang hilang bahkan ketika siang hari. Bapak Rahmadi juga menyampaikan bahwa kondisi pasukan pengamanan perkebunan atau satpam kebun jumlahnya tidak mencukupi untuk mengawasi dan melakukan pengamanan maksimal sampai ke tempat – tempat yang terjauh.

Setelah Bapak Rahmadi menyampaikan kondisi terkini keamanan yang ada di wilayah perkebunan PT PP London Sumatera, maka selanjutnya pembahasan dilanjutkan dengan pemaparan tentang solusi kondisi tadi dimana Bapak Ir. Sukamto. Dia mengatakan bahwa masalah kondisi keamanan di wilayah perusahaan adalah merupakan tanggung jawab bersama antara perusahaan dengan masyarakat perkebunan, oleh karena itu perlu adanya sinergi antara perusahaan

maupun masyarakat khsusnya juga dengan pemerintahan desa yang berada dalam wilayah perkebunan yakni Desa Perkebunan Sei Rumbia dan Desa Perkebunan Nagodang. Hal ini dikarenakan masyarakat kebun dan wilayah kebun juga merupakan masyarakat Desa dan juga Wilayah dari masing – masing desa yakni Desa Perkebunan Sei Rumbia dan Desa Perkebunan Nagodang. Sudah sepatutnya masalah keamanan ini juga harus diselesaikan secara bersama – sama, maka dari itu Bapak Ir Sukamto memanggil perwakilan perangkat desa untuk dapat hadir dalam membahas penyelesaian masalah keamanan di lingkungan perusahaan dan wilayah Pemerintahan kedua Desa.

Berdasarkan kondisi dan pemaparan tadi maka selanjutnya Bapak Ir. Sukamto menyampaikan gagasan sekaligus instruksinya kepada seluruh perangkat desa untuk segera membuat rapat pembuatan kebijakan Pengamanan untuk desa atau yang disebut sebagai kebijakan PAM Swakarsa. Bapak Ir. Sukamto selanjutnya menjelaskan model PAM Swakarsa yang dimaksud adalah para masyarakat Desa yang Notabenenya merupakan pekerja perusahaan harus bergilir untuk melakukan penjagaan terhadap aset perusahaan yang juga merupakan aset desa. Penjagaan dilakukan diluar jam kerja dari karyawan tersebut dan penetapan titik lokasi yang dijaga akan dibagikan oleh Pak Rahmadi selaku PAPAMBUN. Penjagaan dilakukan siang dan malam hari karena kondisi kerawanan tadi tidak hanya terjadi di malam hari saja. Kebijakan ini harus dibuat melalui mekanisme Pemerintahan Desa karena nantinya kebijakan ini bisa berupa Surat Keputusan

atau SK Kepala Desa maupun PERDES atau Peraturan Desa sebagai payung legalnya.55

Setelah pemaparan pandangan oleh Kepala Desa Perkebunan Nagodang, selanjutnya adalah Bapak Katmin Kepala Desa Perkebunan Sei Rumbia yang menyampaikan pandangannnya mengenai Instruksi perusahaan terhadap Pemerintahan Desa untuk membuat kebijakan PAM Swakarsa. Bapak Katmin selanjutnya mempertanyakan tentang apakah penjagaan yang dilakukan oleh karyawan tadi masuk kedalam penambahan jam kerja atau lembur dan apakah ada

Setelah melakukan penjelasan kepada perangkat desa mengenai instruksi pembuatan kebijakan PAM Swakarsa selanjutnya Bapak Ir. Sukamto mempersilahkan kepada perangkat desa untuk memberikan pandangan terhadap penerapan kebijakan PAM Swakarsa tadi. Yang pertama dipersilahkan memberikan pandangan adalah Kepala Desa Perkebunan Nagodang yakni Bapak Suwoyo dimana pada saat itu menurut penuturan Kepala Desa Sei Rumbia dan Ketua BPD Desa Perkebunan Sei Rumbia langsung menyepakati instruksi manajer tadi dengan alasan yang kurang lebih sama dengan yang dipaparkan oleh manajer kebun yang mengatakan bahwa tanggung jawab keamanan wilayah perusahaan juga merupakan tanggung jawab Pemerintah dan Masyarakat Desa karena berada pada wilayah dan teritori yang sama dengan wilayah perusahaan.

55

dispensasi terhadap karyawan yang melakukan penjagaan malam hari agar dapat sedikit memperlambat jam kehadiran untuk beristirahat.

Pertanyaan yang diberikan Bapak Katmin tadi selanajutnya langsung dijawab oleh Bapak Ir. Sukamto dalam penjelasannya menyampaikan bahwa PAM Swakarsa tersebut merupakan bentuk tanggung jawab dari pekerja dan masyarakat terhadap keamanan di lingkungan pekerjaan dan pemukiman mereka layaknya Siskamling, sehingga tidak akan dihitung sebagai penambahan jam kerja dan jam kerja tetap berlaku sebagaimana mestinya.

Dengan penjelasan yang diberikan Ir Sukamto tersebut membuat Bapak Katmin dan Bapak Sudirman melakukan diskusi singkat dan memutuskan kalau Desa Perkebunan Sei Rumbia yang dipimpinnya tidak menyetujui instruksi manajer dan tidak akan melakukan rapat desa untuk membahasnya. Hal ini terjadi karena menurut perangkat Desa Perkebunan Sei Rumbia, jika mereka menyetujui dan melaksanakan bahkan sampai menerapkan kebijakan tersebut maka sama saja dengan mereka mengorbankan kepentingan masyarakat banyak yang merupakan pekerja di perusahaan tersebut. ini dikarenanakan mayoritas aset yang dijaga lebih merupakan kepada aset milik perusahaan dan mayoritas berada diluar area pemukiman masyarakat desa yang sebetulnya lebih prioritas.

Setelah penjelasan yang diberikan Bapak Katmin jalannya pembahasan tadi mulai berjalan alot dan panas dimana Perangkat Desa Perkebunan Sei Rumbia tetap dengan pendiriannya dengan menanggung segala resiko yang mungkin

terjadi dan mempertanggungjawabkannya kepada perangkat Desa Perkebunan Sei Rumbia lainnya. Sementara itu Bapak Suwoyo selaku Kepala Desa Perkebunan Nagodang tetap menyetujui instruksi yang diberikan oleh Ir. Sukamto dan akan segera mengadakan rapat dengan seluruh perangkat untu dijadikan Rancangan Peraturan Desa dan segera dapat diimplementasikan.56

3.2.2. PascaPemanggilan Perangkat Desa Perkebunan Sei Rumbia dan

Nagodang oleh Manajer PT PP Lonsum

A. Desa Perkebunan Nagodang

Tanggal 14 November 2013 Bapak Suwoyo selaku Kepala Desa Perkebunan Nagodang mengundang seluruh perangkat desa dan perangkat BPD Desa Perkebunan Nagodang untuk melakukan rapat sosialisasi dan pembuatan Rancangan Peraturan Desa atau RANPERDES tentang kebijakan PAM Swakarsa yang dicanangkan oleh PT PP London Sumatera. Rapat ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan yang dihadiri oleh Bapak Suwoyo pada tanggal 9 November 2013 di kantor besar perusahaan PT PP London Sumatera.57

Dalam rapat yang diadakan dikantor Desa Perkebunan Nagodang tersebut dihadiri oleh Bapak Suwoyo Kepala Desa , Ibu Indrawaty Sekretaris Desa, Bapak Segar F Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan Ibu Juni, Bapak Suwarno Kepala Dusun I, dan Bapak Sugiman Kepala Dusun III. Sementara itu dari pihak BPD hadir Bapak Suharto Ketua BPD dan Bapak Jumadi

56

Wawancara dengan Bapak Sudirman. Loc. cit.

57

Sekretaris BPD, serta dihadiri pula oleh asisten kebun Nagodang yakni Bapak Parno. Rapat dibuka dengan pemaparan tentang rancangan Manajer Kebun dalam mengatasi masalah keamanan diwilayah perusahaan seperti yang ada dalam pembahasan tanggal 9 November 2013, hal ini dikarenakan ketika pembahasan dengan manajer hanya Bapak Suwoyo yang berhadir pada saat itu. Setelah pemaparan oleh Bapak Suwoyo, dikarenakan usul pembuatan RANPERDES PAM Swakarsa ini berasal dari perangkat Desa Perkebunan Nagodang maka selanjutnya dilakukan dengar pendapat oleh perangkat desa dengan unsur BPD.

Terkait Rancangan Peraturan Desa mengenai PAM Swakarsa yang diajukan oleh Kepala Desa Perkebunan Nagodang, ternyata BPD dan mayoritas peserta rapat yang hadir memiliki pandangan yang berbeda dengan Kepala Desa mengenai Rancangan Peraturan Desa PAM Swakarsa tersebut. Diantara peserta rapat hadir yang memiliki kesamaan pandangan dengan Kepala Desa adalah Kepala Urusan Pembangunan Ibu Juni dan Bapak Parno Asisten Kebun. Dalam tanggapanya terhadap RANPERDES PAM Swakarsa tersebut Bapak Suharto menyatakan sikap ketidaksetujuannya, dia menyampaikan bahwa jika RANPERDES disetujui akan berdampak negatif terhadap masyarakat desa sekaligus pekerja kebun. Ini disebabkan sama saja melakukan upaya kerja tambahan tanpa upah dan memunculkan ketidakadilan dimana masyarakat desa bukan hanya terdiri dari karyawan biasa melainkan staf maupun manajer juga

bermukim diwilayah Desa. Sementara jika kebijakan ini diterapkan yang terkena kewajiban penjagaan hanya karyawan biasa sementara staff dan manajer tidak.58

Pada akhirnya instruksi perusahaan tersebut memang tidak disetujui oleh mayoritas peserta rapat pembahasan Rancangan Peraturan Desa atau RANPERDES untuk dijadikan sebuah kebijakan. Akan tetapi pihak perusahaan tetap memberikan apresiasi terhadap Bapak Suwoyo selaku Kepala Desa atas kinerjanya membawa dan memperjuangkan RANPERDES tersebut dalam rapat Dari hasil observasi dengan wawancara terhadap informan, ketiga orang peserta rapat yang menyetujui PAM Swakarsa dijadikan kebijakan Desa Perkebunan Nagodang merupakan Kepala Desa, Kepala Urusan Pembangunan, dan Asisten Kebun. Motivasi Kepala Desa menyetujui pembuatan kebijakan tersebut adalah untuk tetap mempertahankan hubungan yang baik dengan pihak perusahaan tempat dia bekerja dan menjabat sebagai Kepala Desa. Sementara Kepala Urusan Pembangunan yakni Ibu Juni merupakan istri dari Bapak Suwoyo Kepala Desa Perkebunan Nagodang sehingga wajar jika Ibu Juni menyetujui keputusan yang diambil oleh suaminya. Dan Bapak Parno selaku asisten kebun tentu saja harus tetap mempertahankan usulan kebijakan tersebut untuk dijadikan kebijakan desa dikarenakan Bapak Parno memang mendapatkan perintah langsung dari manajer agar memantau dan memastikan instruksi kebijakan tersebut dapat terlaksana.

58

desa. Dan pada pemiihan Kepala Desa Perkebunan Nagodang tahun 2014 Bapak Suwoyo terpilih kembali untuk yang kedua kalinya sebagai Kepala Desa Perkebunan Nagodang.

B. Desa Perkebunan Sei Rumbia

Satu hari pasca pemanggilan perangkat desa dan BPD Desa Perkebunan Sei Rumbia oleh Manajer kebun PT PP London Sumatera, tepatnya tanggal 10 November 2014 Bapak Katmin selaku Kepala Desa mengumpulkan seluruh unsur stake holder pembuat kebijakan di desanya untuk melakukan konsolidasi dan sosialiasai atas instruksi dari manajer kebun dan sosialisasi pernyataan sikap Kepala Desa dan Ketua BPD Desa Perkebunan Sei Rumbia dalam menanggapi instruksi manajer kebun tersebut.59

Maksud diadakannya rapat konsolidasi dan sosialisasi ini adalah untuk menegaskan sikap yang diambil oleh Kepala Desa dan Ketua BPD dan sekaligus himbauan kepada seluruh stake holder yang ada di Desa Perkebunan Sei Rumbia untuk menolak instruksi perusahaan dalam upaya pembuatan kebijakan PAM Swakarsa di Desa Perkebunan Sei Rumbia dikarenakan dari pada dampak yang positif malah lebih banyak dampak negatif yang akan timbul dari penerapan PAM Swakarsa di desa ini. Dalam rapat ini hadir Bapak Katmin Kepala Desa, Ibu Mirna Sekretaris Desa, Bapak Waluyo Kepala Urusan Pembangunan, Bapak Karimin Kepala Urusan Keuangan, Bapak Sarto Kepala Dusun Emplasmen, dan Bapak Riadi Kepala Dusun 2. Sementara dari pihak BPD Desa Perkebunan Sei

59

Rumbia hadir Bapak Sudirman Ketua BPD, Bapak Eddi Sarwo Wakil Ketua BPD, dan Bapak Alianto anggota BPD. Sedangkan dari pihak LPMD Desa Perkebunan Sei Rumbia hadir Bapak Misnar Ketua LPMD dan Bapak Supiyat Seksi Keamanan LPMD.

Pada rapat tersebut Bapak Katmin dan Bapak Sudirman memaparkan kronologis pemanggilan, isi pertemuan, dan hasil pembahasan yang dilakukan oleh mereka dengan manajer, PAPAM, dan perangkat desa lainnya. Setelah melakukan pemaparan Bapak Katmin selaku Kepala Desa kemudian meminta pandangan yang hadir mengenai sikap yang diambil oleh Bapak Katmin dan Bapak Sudirman. Selanjutnya Bapak Misnar dan Bapak Sarto mewakili peserta rapat yang lain mengatakan setuju atas sikap yang diambil oleh Bapak Katmin dan Bapak Sudirman dengan alasan seluruh perangkat desa dan stake holder di Desa Perkebunan Sei Rumbia merupakan karyawan biasa yang tentu saja sangat dirugikan dengan kebijakan tersebut dan mereka juga mengatakan bahwa pengaktifan kembali Sistem Keamanan Lingkungan di wilayah pemukiman menjadi solusi yang lebih bijak dibandingkan dengan instruksi perusahaan tersebut.60

Sikap dan keputusan yang diambil oleh Perangkat Desa dan stake holder yang ada di Desa Perkebunan Sei Rumbia ternyata berdampak langsung terhadap Bapak Katmin selaku Kepala Desa dan Bapak Sudirman selaku Ketua BPD yang dianggap perusahaan sebagai pembangkang perintah perusahaan. Bapak Katmin

60

yang sebelum pemanggilan oleh manajer bekerja sebagai seorang Satuan Pengamanan Perusahaan ( SATPAM ) diberhentikan dari posisisinya tersebut dan kemudian hanya dipekerjakan sebagai karyawan lepas tanpa punya struktur jabatan. Hal tersebut terjadi hanya dua bulan sesudah keputusan Bapak Katmin menolak langsung instruksi perusahaan untuk pembuatan PAM Swakarsa.61 Yang dialami oleh Bapak Sudirman bahkan lebih parah jika dibandingkan dengan Bapak Katmin, Bapak Sudirman dimutasi kerja dari kebun Sei Rumbia ke Kebun 84 tidak berapa lama setelah pemberhentian Bapak Katmin dari SATPAM.62

Jika dilihat dari kronologis yang terjadi di Desa Perkebunan Sei Rumbia, maka akan terlihat perbedaan yang jelas antara Desa ini dibawah pimpinan Bapak Katmin dengan Desa Perkebunan Nagodang yang dipimpin oleh Bapak Suwoyo pasca peristiwa pemanggilan dan pemberian instruksi pembuatan kebijakan PAM Swakarsa dari Manajer Kebun yang mewakili perusahaan. Ternyata pendapat masing – masing perwakilan Desa tersebut berdampak langsung bukan hanya pada pekerjaan mereka sebagai karyawan atau pekerja perusahaan tetapi juga Dengan dimutasikannya Bapak Sudirman mengakibatkan pengunduran dirinya sebagai seorang Ketua BPD di Desa Perkebunan Sei Rumbia. Menurut keduanya hal ini bisa berlaku dengan begitu cepat dikarenakan posisi mereka berdua hanya karyawan biasa yang hanya dengan persetujuan setingkat manajerial sudah dapat langsung dipindah kerja atau dimutasikan. Hal ini tidak akan terjadi jika yang berada diposisi mereka itu setingkat staff atau pun mandor.

61

Wawancara dengan Bapak Katmin. Loc. cit.

62

berdampak pada pekerjaan dan jabatan mereka sebagai perangkat desa masing – masing.

3.3. Analisis Terhadap Intervensi PT PP London Sumatera Dalam

Pembuatan Kebijakan PAM Swakarsa Desa.

Jika merujuk kepada teori kebijakan Menurut Chander dan Plano, maka menurut mereka kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya – sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah.63

Permsalahan keamanan yang disampaikan dalam kronologis pembuatan kebijakan PAM Swakarsa untuk kedua desa seperti yang dijelaskan dalam sub bab sebelumnya, merupakan sebuah permasalahan yang tidak saja merupakan permasalahan desa melainkan juga permasalahan yang langsung dirasakan oleh masyarakat perkebunan. Akan tetapi sangat disayangkan permasalahan ini malah Dalam kenyataannya kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan masalah-masalah publik. Hal ini juga berlaku terhadap kedua Desa yakni Desa Perkebunan Sei Rumbia dan Desa Perkebunan Nagodang yang tentu dalam pemecahan – pemecahan masalah baik dalam pemerintahan desa maupun masalah – masalah yang dihadapi masyarakat desa akan memanfaatkan segala macam sumber daya yang ada di kedua desa untuk memecahkannya.

63

dimanfaatkan oleh PT PP London Sumatera untuk mendapatkan pengamanan gratis terhadap aset perusahaan melalui intervensi yang mereka lakukan terhadap pembuat kebijakan desa agar menjadikan PAM Swakarsa sebagai sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintahan Desa.

Walaupun dikatakan dalam teori kebijakan publik Chander dan Plano bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah, namun intervensi disini merupakan intervensi positif demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas. Akan tetapi PT PP London Sumatera mengartikan lain intervensi tersebut karena intervensi yang dilakukan oleh PT PP Lonsum merupakan intervensi yang berdampak negatif dan merugikan kelompok – kelompok karyawan biasa yang dijadikan tenaga PAM Swakarsa tanpa penambahan upah dan pengurangan jam kerja.

Sedangkan menurut WollDalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari tindakan – tindakan pemerintah yaitu:

a. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat.

b. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat.

c. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.64

64

Said ZainalAbidin, Loc.Cit.

Ketiga tingkatan pengaruh kebijakan pemerintahan dalam hal ini pemerintahan desa sebagai implikasi dari tindakan – tindakan pemerintah nampaknya juga berlaku dalam kasus intervensi pembuatan kebijakan PAM Swakarsa oleh PT PP London Sumatera terhadap Desa Perkebunan Sei Rumbia dan Desa Perkebunan Nagodang. Hal ini terlihat dari adanya opsi lain yang sebenarnya bisa diambil oleh pembuat kebijakan di kedua desa yakni melaksanakan instruksi perusahaan atau tidak. Seperti yang dilakukan oleh perangkat Desa Perkebunan Sei Rumbia yang memilih opsi untuk tidak melaksanakan instruksi PT PP London Sumatera melelui manajer kebunnya. Opsi tersebut diambil dikarenakan adanya dampak kebijakan yang negatif dan merugikan sebagai efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Penjelasan diatas juga telah diperkuat dengan bagan tentang hubungan elemen sistem kebijakan yang disampaikan oleh Dunn dalam bagan seperti dibawah ini.

Gambar 3

Hubungan Elemen Sistem Kebijakan

Sumber : William Dunn dalam Buku Analisis Kebijakan Publik ( 2010 ).

Dalam bagan ini William Dunn menjelaskan bahwa ketiga elemen diatas merupakan satu – kesatuan pembangun sistem pembuatan kebijakan yang kesemua elemen harus ada dan utuh untuk menghasilkan sebuah kebijakan yang rasional dan efektif. Menurut Dunn dalam teori sistem mengatakan bahwa pembuatan kebijakan publik tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan – lingkungan tempat kebijkan tersebut disusun, dibuat, dan diimplementasikan.

Pelaku kebijakan linGkunGan kebijakan kebijakan Publik

Tuntutan terhadap kebijakan dapat dilahirkan karena pengaruh lingkungan, dan kemudian ditransformasikan ke dalam suatu sistem politik.

Dalam waktu yang bersamaan ada keterbatasan dan konstrain dari lingkungan yang akan mempengaruhi policy makers. Faktor lingkungan tersebut antara lain : karakteristik geografi, seperti : sumber daya alam, iklim, dan topografi ; variabel demografi, seperti : banyaknya penduduk, distribusi umur penduduk, lokasi spasial ; kebudayaan politik ; struktur sosial ; dan sistem ekonomi. Anderson dalam hal ini juga memberikan penjelasan khusus dalam kasus – kasus tertentu mengenai lingkungan yakni seperti dalam kasus tertentu, menurutnya lingkungan internasional dan kebijakan internasional juga menjadi hal yang sangat penting dipertimbangkan oleh pembuat kebijakan sebagai sebuah hal yang mungkin menentukan arah pembuatan suatu kebijakan.65

Kebijakan menerima atau menolak intervensi PT PP London Sumatera untuk pembuatan kebijakan PAM Swakarsa juga merupakan keputusan yang diambil dengan pertimbangan dan tekanan lingkungan yang ada di masing – masing desa yakni Desa Perkebunan Sei Rumbia dan Desa Perkebunan Nagodang. Kondisi kedua desa yang berada dalam lingkungan HGU atau hak guna usaha PT PP London Sumatera dan para perangkat desa yang hampir seluruhnya mempunyai pekerjaan utama sebagai pekerja di PT PP London Sumatera ini yang menjadi salah satu faktor kondisi lingkungan yang memberikan

65

tekanan dalam pengambilan sikap dan keputusan para perangkat desa untuk membuat sebuah kebijakan publik.

Ada perbedaan cara dan pandangan yang dilakukan oleh masing – masing perangkat pemerintahan dari kedua desa dalam menanggapi tekanan dan faktor lingkungan yang mereka terima dalam hal memutuskan pembuatan kebijakan