• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERJANJIAN INVESTASI ASEAN DALAM RANGKA

2. Bidang Usaha yang Terbuka Untuk Investasi Asing

Kegiatan investasi asing saat ini di setiap negara secara umum dibatasi oleh peraturan-peraturan dari negara asal investor asing tersebut (governance by the home nation), negara tuan rumah dimana investor asing menanamkan modalnya (governance by the host nation) dan juga hukum internasional yang terkait (governance by multi nation organizations and international law).81 Pengaturan mengenai pembatasan-pembatasan di bidang penanaman modal asing oleh negara tuan rumah ini pada dasarnya merupakan kewenangan negara tersebut yang berasal

80

Ibid.

81

Ralph H. Folsom, Michael W. Gordon, John A. Spanogle, Jr., Principle of International Business transactions, Tradeand Economic Relations (Minnesota: Thomson West: 2005), hlm. 557

dari kedaulatannya sebagai suatu negara yang berdaulat.82 Tetapi biasanya kedaulatan tuan rumah itu juga ditentang dan dibatasi oleh hukum internasional khususnya perjanjian-perjanjian internasional dalam bidang ekonomi dimana negara tuan rumah juga ikut menjadi negara pihak.

Di Indonesia, pembatasan-pembatasan investasi sebagaimana di jelaskan diatas dimanifestasikan melalui pengaturan daftar bidang-bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal atau biasanya lebih dikenal sebagai investment negative list. Mengenai bidang usaha ini, dalam UUPM diatur dalam pasal 12.Pasal 12 menyatakan semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan.83Artinya, bidang usaha yang terbuka adalah bidang usaha yang tidak diatur sebagai bidang usaha yang tertutup atau terbuka dengan persyaratan. Sedangkan mengenai bidang usaha tertutup dan terbuka dengan persyaratan, kriteria dan daftarnya akan diatur dengan Peraturan Presiden dalam bentuk Daftar Negatif Investasi.84

Penentuan bidang usaha untuk penanaman modal asing seperti ini bersifat dinamis karena setiap waktu dapat berubah sesuai perkembangan kondisi negara dan hubungan dengan negara lain. Contohnya dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing telah ditentukan bahwa bidang usaha tertentu tidak boleh untuk investasi asing secara penuh. Namun, dalam perkembangannya bidang usaha itu dapat melakukan investasi asing dengan syarat harus ada kerja sama dengan penanam modal dalam negeri. Untuk mengkaji dan menganalisis

82

M. Sornarajah, Op. Cit., hlm. 97. 83

Republik Indonesia, Undang-Undang Penanaman Modal, pasal 12, ayat (1). 84

perkembangan bidang usaha di atas, kita harus mengkaji dari berbagai peraturan yang ada.85

Sebelumnya di Indonesia peraturan mengenai daftar bidang usaha tertutup dan bidang usaha terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal atau sering disebut dengan Daftar Negatif Investasi (DNI), pertama sekali diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 juncto Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007, lalu di gantikan dengan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 yang akhirnya diganti kembali dengan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 yang berlaku sampai saat ini.

Terdapat beberapa perbedaan antara DNI 2014 dengan DNI 2010, antara lain terkait dengan kebijakan tentang kepemilikan modal asing yang bertambah, berkurang, serta terdapatnya penambahan bidang usaha baru yang belum diatur dalam DNI 2010. DNI 2014 mengatur kebijakan tentang bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal serta bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan yang terbagi dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi;

2. Bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan;

3. Bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya, lokasi tertentu, serta perizinan khusus.

Dalam DNI 2014, beberapa kelompok bidang usaha mengalami perubahan dalam hal kepemilikan modal baik asing maupun dalam negeri, ada yang meningkat dan adapula yang berkurang.Terkait dengan kepemilikan modal asing yang berkurang,

85

maka beberapa kelompok bidang usaha yang berubah di antaranya adalah bidang energi dan sumber daya mineral serta bidang komunikasi dan informatika.Dalam sektor energi dan sumber daya mineral, salah satu bidang usaha yang mengalami perubahan adalah bidang usaha pemboran, baik off-shore maupun on-shore. Dalam peraturan sebelumnya, yaitu DNI 2010, kegiatan pemboran off-shore dan on-shore kebijakan terkait kepemilikan modal asing adalah maksimal 95%, sedangkan dalam DNI 2014, pemboran off-shore dibatasi kepemilikan modal asing menjadi maksimal 75%, serta pemboran on-shore menjadi kepemilikan modal dalam negeri 100% (penanam modal dalam negeri).86

Selain adanya pengurangan kepemilikan modal asing, maka terdapat juga perubahan kepemilikan modal asing yang menjadi bertambah.Kelompok bidang usaha yang termasuk adalah mencakup bidang energi dan sumber daya mineral, perhubungan, kesehatan, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta keuangan. Sehubungan dengan sektor energi dan sumber daya mineral, bidang usaha yang berubah antara lain pembangkit listrik >10 MW, transmisi tenaga listrik, serta distribusi tenaga listrik yang sebelumnya berdasarkan kebijakan dalam DNI 2010 kepemilikan modal asing adalah maksimal 95%. Sedangkan, dalam DNI 2014 apabila penanaman modal tersebut dilakukan dalam rangka kerjasama pemerintah swasta/KPS selama masa konsesi, maka kepemilikan modal asing adalah maksimal 100%. Selain itu, terkait sektor keuangan seperti bidang usaha modal ventura, dalam kebijakan sebelumnya ditetapkan bahwa kepemilikan modal asing adalah maksimal 80%, sedangkan dalam DNI 2014 maksimum kepemilikan modal asing adalah adalah 85%.87

86

Debby Selina Panjaitan, Pemerintah Menerbitkan Daftar Negatif Investasi Terbaru, http://hukumpenanamanmodal.com/pemerintah-menerbitkan-daftar-negatif-investasiterbaru/ ,diakses tanggal 15 Februari 2015.

87

Disamping itu, pemerintah juga membuka beberapa sektor untuk kepemilikan asing. Bidang usaha yang dimaksud adalah sektor perhubungan yakni mencakup pembangunan terminal angkutan darat dan barang untuk umum dengan porsi asing maksimal 49% dan penyelenggaraan pengujian berkala kendaraan bermotor atau Uji

KIR dengan kepemilikan asing maksimal 49 %.

Sektor lainnya yang dibuka untuk asing adalah sektor kesehatan, di mana ada kenaikan saham milik asing untuk industri farmasi menjadi 85% dari sebelumnya 75%.Serta, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif khususnya periklanan.Ini terkait dalam rangka kesepakatan di ASEAN untuk diberikan batasan saham 51%.