• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERJANJIAN INVESTASI ASEAN DALAM RANGKA

4. Pengaturan mengenai Ketenagakerjaan dalam Investas

Indonesia di bandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya jauh memiliki sumberdaya manusia yang lebih besar, hal ini karena Indonesia memiliki populasi terbanyak ke-empat di dunia. Jika sumberdaya ini ditingkatkan kualitasnya serta dilakukan langkah-langkah dan pengaturan mengenai sumberdaya manusia ini dengan baik maka akan bermanfaat bagi pembangunan Indonesia.

Pada saat masih berlakunya Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, secara langsung menyatakan prinsip tenaga kerja Indonesia, yaitu penggunaan tenaga kerja Indonesia, kecuali untuk keahlian manajemen dan teknik yang belum tersedia, dapat digunakan tenaga ahli asing. Di samping itu, kepada penanam modal asing diwajibkan untuk mendidik dan memilih tenaga kerja Indonesia agar secara berangsur-angsur dapat menggantikan tenaga asing. Dalam hal ini pemerintah Rl akan mengawasi pelaksanaannya.91

90

Lampiran II, no. 39 tahun 2014, tgl 23 april 2014, hlm. 87-88. 91

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, Pasal 11, 12 dan Pasal 13.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang telah menggantikan UU No. 1 Tahun 1967 mengatur masalah ketenagakerjaan, yaitu:

a. Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja harus mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia.

b. Perusahaan penanaman modal berhak menggunakan tenaga ahli warga negara asing untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan Kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia melalui pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Perusahaan penanaman modal yang mempekerjakan tenaga kerja asing diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan untuk diselesaikan secara musyawarah antara perusahaan penanaman modal dan tenaga kerja.

f. Jika penyelesaian tidak mencapai hasil, penyelesaiannya dilakukan melalui upaya mekanisme tripartite, dan apabila penyelesaian tidak mencapai hasil, perusahaan penanaman modal dan tenaga kerja menyelesaikan perselisihan hubungan industrial melalui pengadilan hubungan industrial.92 Mengenai perizinan bagi Tenaga Kerja Asing (TKA), untuk mempekerjakan TKA diperlukan adanya izin kerja dalam bentuk Izin Kerja Tenaga Asing (IKTA), IKTA dapat dibagi atas IKTA jangka pendek yang tidak dapat diperpanjang serta IKTA yang berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang. Permohonan IKTA tersebut harus diisi informasi menyangkut tenaga kerja asing yang bersangkutan, seperti:

a. Nama dan alamat perusahaan yang mempekerjakan; b. Nama dan alamat tenaga kerja yang bersangkutan; c. Deskripsi tentang jabatan yang bersangkutan; d. Jangka waktu bekerja;

92

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 10.

e. Pernyataan dari perusahaan yang bersangkutan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan kepada tenaga kerja Indonesia;

f. Surat rekomendasi dari instansi terkait.93

Setelah dikeluarkannya IKTA tersebut, harus mengajukan harus mengajukan permohonan kepada Dirjen Imigrasi untuk memperoleh KITAS (Kartu Izin Tinggal Sementara). Setelah berada di Indonesia dalam jangka waktu 3 (tiga) hari, tenaga kerja yang bersangkutan beserta keluarganya (yang berumur 16 tahun ke atas) harus melaporkan kepada kantor Imigrasi setempat untuk dicatat dan memperoleh Buku Mutasi (Blue Book). Pengaturan mengenai penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia diatur dalam berbagai ketentuan peraturan baik yang terdapat dalam Undang-Undang Penanaman Modal maupun Peraturan Menteri Tenaga Kerja.94

Pada perusahaan PMA, dalam praktek terdapat kecenderungan terjadinya perlombaan antara penetapan kriteria keahlian teknik tenaga kerja yang dilakukan di negara penerima modal dengan perkembangan keahlian teknologi pada perusahaan transnasional.Sementara itu, pemerintah Indonesia telah menerbitkan kebijaksanaan berupa pengaturan sanksi-sanksi bagi perusahaan transnasional yang masih menggunakan tenaga asing yang sebenarnya telah dapat digantikan dengan tenaga Indonesia.95

Walaupun pemerintah Indonesia telah menerbitkan peraturan yang terkait dengan masalah ini, di mana adanya ketentuan tentang sanksi terhadap perusahaan PMA yang melanggarnya, namun banyak perusahaan modal asing lebih senang membayar

93Ana Rokhmatussa’dyah, dan Suratman,

Hukum Investasi dan Pasar Modal (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 74.

94

Ibid. 95

Juajir Surmadi, Aspek-aspek HukumFranchise dan Perusahaan Transnational (Makassar: Citra Aditya Bakti, 1995) hlm. 64.

denda/sanksi tersebut, karena penggunaan tenaga ahli asing dirasakan lebih menguntungkan daripada menggunakan tenaga kerja Indonesia.96

Dalam kaitannya dengan tenaga kerja asing yang dipekerjakan oleh perusahaan PMA di Indonesia, perlu diperhatikan persyaratan dan ketentuan yang ditekankan di dalam Surat Keputusan MENINVES/ Ketua BKPM (Badan Kordinasi Penanaman Modal) Nomor 15/SK/1993 tentang Tata Cara Permohonan Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing, khususnya dalam Pasal 29 sampai Pasal 34, yang antara lain menentukan sebagai berikut:

a. Rencana penggunaan tenaga kerja asing wajib memperoleh persetujuan MENINVES/Ketua BKPM.

b. Permohonan persetujuan sebagaimana tersebut di atas, diajukan secara tertulis disertai Formulir RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing), ditujukan kepada MENINVES/Ketua BKPM dengan dilengkapi: 1) Bagan organisasi,

2) Rekaman akta pendirian,

3) Bukti lapor ketenagakerjaan yang telah disahkan oleh Kantor Departemen Tenaga Kerja,

c. Rekaman KTP Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Pendamping dan SK Pengangkatannya sebagai karyawan perusahaan.

d. Persetujuan RPTKA dikeluarkan oleh MENINVES/Ketua BKPM dalam bentuk Surat Keputusan (SK) RPTKA, disampaikan kepada pemohon

96

dengan tembusan DEPNAKER, Departemen Teknik yang bersangkutan dan BKPMD (Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah) setempat. e. Tenaga kerja asing yang sudah siap datang ke Indonesia wajib memiliki

Visa Berdiam Sementara (VBS) yang dikeluarkan oleh Kantor Perwakilan Rl (KBRI).

f. Perusahaan transnasional yang ingin menempatkan tenaga kerja asing harus mengajukan permohonan penerbitan Kartu Izin Masuk Sementara (KIM/S) kepada Kantor Imigrasi setempat, setelah tenaga kerja asing datang dengan VBS.

g. TKA yang telah memperoleh KIM/S dan bekerja di Indonesia, wajib memperoleh IKTA. Permohonan IKTA diajukan secara tertulis kepada Ketua BKPMD setempat