• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

5.3 Analisis Data

5.3.1 Program Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf

5.3.1.1 Bimbingan Medis

Pada metode bimbingan medis dokter memeriksa kondisi tubuh pasien untuk mengetahui apakah pasien memiliki penyakit bawaan atau tidak, sehingga dalam perawatan selanjutnya dapat diantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Setiap klien yang masuk akan diperiksa, seperti yang di jelaskan oleh Jamal selaku pendampingan medis, bahwa tenaga medis akan memeriksa klien setiap 2 (dua) minggu sekali. Kesehatan pasien menentukan pemulihannya selama di rehabilitasi. Saat pasien memiliki kesehatan yang baik, diharpkan dapat menjalankan pengobatan secara maksimal. Namun saat kesehatan pasien dalam keadaan tidak baik menurut hasil pemeriksaan, pasien akan tetap menjalankan proses pemulihan namun di bawah control dari tenaga medis yang disediakan.

Informan pertama dan Informan keempat menjalani proses pemeriksaan dengan lancer. Hasilnya tidak menunjukkan adanya penyakit bawaan atau pun alergi terhadap sesuatu. Sedang Informan kedua dan Informan ketiga tidak menjalani pemeriksaan medis terlebih dahulu mengantisipasi perlawanan klien atas ketidakterimanya untuk direhabilitasi. Kedua informan tersebut diperiksa saat mereka sedang dan setelah melewati masa sakaunya. Hasilnya pemeriksaan medis menunjukkan bahwa informan dalam keadaan sehat tanpa ada penyakit bawaan.

Pemeriksaan medis yang dilakukan untuk melihat kondisi klien dalam keadaan siap untuk menjalani proses pemulihan secara maksimal. Dengan demikian setelah pihak pusat rehabilitasi mendapatkan hasil medis klien, maka dapat dimulai tahap detoksifikasi. Dimana PSPP “Insyaf menggunakan metode detoksifikasi abrupt withdrawl (cold turkey) dimana klien dibiarkan menghentikan pengguna narkoba secara tiba-tiba, tanpa mengurangi dosis pemakaian obat sedikit demi sedikit (Badan Narkotika Nasional, 2013: 48).

5.3.1.2Bimbingan Rohani (Spritual)

Agama bukan hanya untuk diakui oleh tenaga medis, namun memiliki peran dan fungsi untuk mendukung proses penyembuhan. Pada sisi normative, agama memberikan ajaran atau panduan tentang pentingnya menjaga kesehtan, sedangkan dari sisi perilaku nyata masih ada penganut agama yang tidak memeprhatikan aspek kesehatan.

Program bimbingan rohani atau spiritual di PSPP “Insyaf” diadakan seminggu 2 kali khusus umat kristiani, sedangkan umat umat muslim seminggu sekali mendengarkan ceramah dan setiap hari harus menjalankan sholat 5 waktu dan

menghafal ayat-ayat al-quran. Setiap klien ahrus bisa menghafal ayat sedikit demi sedikit, kalau rantainya ingin dilepas.

Informan pertama dan Informan keempat mengatakan kalau dia belajar banyak hal. Pelajaran yang paling ditekankan di panti adalah agama. Sejak direhabilitasi JPS dan HH mengaku mereka semakin mengerti apa itu agama, mereka juga sering mendengarkan khotbah apa yang diberikan pendeta kepada mereka. Setelah mendengar khotbah, mereka merasakan ibah dan merenungi masa lalu mereka yang suram. Sedangkan Informan kedua dan Informan ketiga mereka mengalami perkembangan di bidang keagamaan. Semenjak mereka sering melakukan sholat 5 waktu dan membaca al-quran mereka dapat pencerahan juga dari ustad setiap hari jumat, mereka dapat mengambil hikmah dari setiap pelajaran yang di berikan ustad kepada mereka. Dimana salah satunya untuk barang haram tersebut dan mengakui kesalahannya pada dirinya sendiri.

Bimbingan rohani yang sehat akan mendukung jasmani dalam proses penyembuhan. Terkhusus lagi karena kita adalah orang Indonesia yang notabennya sangat menjunjung kehidupan beragama sesuai dengan sila pertama dari pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa. Melalui agama ditanamkan kembali nilai-nilai yang sempat luntur. Saat jasmani lemah terhadap suatu percobaan, ada jiwa yang kuat untuk melawan keinginan daging. Dengan demikian pribadi dengan Tuhannya juga sanagt penting diperbaiki.

5.3.1.3Bimbingan Fisik dan Psikis

Metode bimbingan fisik di panti ini dilakukan dengan cara berolahraga setiap hari seperti sepak bola, bulu tangkis, tenis meja, dan lain-lain. Selain itu juga di lakukan cross country pada waktu-waktu tertentu. Melalui kegiatan ini para pasien

dapat melihat langsung kondisi masyarakat di sekitar mereka, sehingga mereka dapat membuka pemikiran mereka bahwa mereka juga bagian dari masyarakat. Bimbingan psikis dilakukan dengan cara konsultasi dengan psikolog yang bertugas di pusat, dimana psikolog bertugas membantu pasien mempersiapkan diri untuk kembali ke tengah-tengah masyarakat. Psikolog tidak hanya melakukan konsultasi dengan pasien tetapi juga keluarga pasien. Tugas psikolog di sini lebih dominan diperankan oleh konselor.

Keempat informan sangat menyukai olahraga, saat bangun pagi mereka ikut senam bersama klien lainnya dilapangan olahraga selama satu jam penuh. Mereka tidak keberatan apabila diminta untuk memimpin senam pagi setiap hari, karena olahraga adalah hobi mereka. Olahraga pada sore hari, informan pertama,kedua, dan keempat memilih bermain bola kaki atau basket, mereka suka bergabung dengan teman yang sedang bermain bola juga. Berbeda dengan informan ketiga, olahraga sore hari diisinya dengan lari-lari di perkarangan lapangan olahraga.

Konselor dapat menilai seperti apa klien dalam pergaulannya melalui pemilihan jenis olahrag sendiri. Ketiga informan mudah bergaul denagn tman- temannya. Berbeda dengan klien AA yang lebih senang berolahrag sendiri yang cenderung memilih menutup diri karena dia termasuk anak yang tida banyak bicara. Hal ini menunjukkan sejauh mana klien dapat masuk ke dalam lingkungan yang lingkungan lebih luas lagi dari lingkungn rehabilitasi yang di dalamnya berkumpul orang-orang yang memiliki tujuan yang sama yaitu untuk sembuh dari ketergantungan.

Metode bimbingan social ini bertujuan untuk memulihkan dan mengembangkan tingkah laku yang positif pada diri klien. Serta memiliki kemauan dan kemampuan klien dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya, sehingga klien dapat bersosialisasi, beradapatsi.

Informan pertama, kedua, dan keempat dalam bimbingan social tidak diragukan lagi. Karena dari awal masuk mereka sudah melakukan pertemuan pertama dengan klien lainnya, sehingga mereka sampai menjalani tahap program pada amsa rehabilitasi mereka sudah memiliki kelompok diskusi kecil masing-masing. Berbeda dengan informan ketiga, informan awal masuk belum ada bersosialisasi dengan lainnya, karena informan anaknya jarang berbiara dan dia juga merasa takut pertama masuk di panti rehabilitasi. Tetapi lama kelamaan melalui metode bimbingan social dan di dampingin oleh konselor informan belajar untuk lebih terbuka dengan klien lainnya.

5.3.1.5Bimbingan Keterampilan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, keempat informan telah mengikuti metode bimbingan keterampilan di panti, dan ini sangat menyenangkan bagi mereka karena dapat memperoleh pengetahuan setelah keluar dari panti ini nantinya. Adapun kegiatan keterampilan dari PSPP “Insyaf” seperti : keterampilan komputer, keterampilan elektronika dan keterampilan membuat kerajinan tangan contohnya seperti membuat asbak, temapat tisu, tempat kue dan lain-lain dari cangkang kerang.

Informan pertama dalam bimbingan keterampilan ini informan lebih suka dengan keterampilan komputer,bagi informan keterampilan bisa membuat dia lebih mendalami lagi ilmu computer untuknya. Informan kedua dan ketiga lebih suka dengan membuat kerajinan tangan yang terbuat dari cangkang kerang, karena

hasilnya nanti akan dilihat oleh orang tua mereka dan nantinya aka dibeli orang tua mereka sendiri. Dan bagi mereka itu bisa menjadi kenang-kenangan mereka nantinya setelah mereka keluar dari panti. Sedangkan informan keempat sangat menyukai keterampilan elektronika, informan menyukai keterampilan ini karena informan dulunya suka mengotak-ngatik alat-alat seperti radio, televise dan diperbaikinnya. Informan melakukan keterampilan ini agar informan tetap lancer melakukan kegiatan seperti ini setelah keluar dari panti.

Metode bimbingan keterampilan ini memiliki kegiatan yang terencana dengan memberikan bekal keterampilan kerja bagi klien untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan klien agar dapat memiliki keterampilan kerja sesuai dengan bakat dan minatnya. Setelah klien mengikuti bimbingan keterampilan selama setahun, mereka diharapkan dapat memanfaatkan potensinya sebagai modal hidup serta dapat mandiri secara social maupun ekonomi.

5.3.2Dukungan Keluarga 5.3.2.1Dukungan Penilaian

Dukungan penilaian meliputi pertolongan pada klien untuk memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stress. Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengharapan positif klien kepada klien lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-

strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif (Friedman, 1998).

Infroman pertama mengatakan bahwa dia dipuji oleh isterinya atas kemajuan JPS selama rehabilitasi sangat membuatnya isterinya senang. Saat JPS bertemu dengan keluarganya terutama isterinya, PC selalu saja memberikan pujian atas perkembangan JPS terutama di bidang keagamaan. Informan kedua pada saat ES bertemu dengan keluarganya, ES langsung memeluk ibu dan kakaknya ia pun menagis karena ia malu atas kesalahan yang ia perbuat. Tetapi keluarga ES tidak senang melihat kondisi kesehatannya karena ES semakin kurus layaknya orang gak diberi makan.

Informan ketiga saat bertemu dengan kedua orangtuanya ia merasa takut karena dulunya AA harus dipaksa untuk masuk ke panti rehabilitasi. Selain itu AA juga takut karena sering menjual perabotan rumah, walaupun ibunya sempat kesal dengan tingkah AA ibu AA sangat khawatir dengan kondisinya. Tetapi AA sudah mulai berubah menjadi dewasa dan emosinya bisa dikontrolnya. Sedangkan informan keempat, pada saat ibu HH bertemu dengannya, HH langsung meminta maaf karena berulang-berulang kali di rehabilitasi tidak sembuh juga dan dengan rehabilitasi terakhir ini HH berjanji untuk sembuh serta menjauhi semua hal berbau narkoba. Hal yang paling membuat saya senang, HH mau meneyelesaikan masa rehabilitasinya sampai benar-benar pulih dari narkoba.

Dari keempat informan disimpulkan bahwa keluarga mau mengakui bahwa klien sudah ada kemajuan positif. Adanya pujian bahwa penilaian yang didapatkan klien aats sesuatu yang telah diperolehnya, membuktikan pada diri klien bahwa mereka juga pantas diterima oleh orang lain. Dengan adanya keberhasilan yang

dicapai oleh klien yang di samping itu membuat keluarga bahagia, membuka satu gerbong lagi dalam proses pembenahan hubungan keluarga.

Pujian yang diberikan kepada klien atas sesuatu yang telah ia capai dan di sampaikan tidak secara berlebihan akan menimbulkan harga diri bagi klien sempat hilang. Harga diri ini nantinya akan mempengaruhi rasa saling meneria antara klien dan keluarga, sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan usaha klien untuk sembuh dan kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

Informan pertama mengatakan saat bertemu dengan isterinya bangga terhadap perkembangan dirinya selama rehabilitasi, menambah keyakinan JPS bahwa ia harus sembuh dari ketergantungannya. Selain itu JPS menjadi lebih semangat menjalani masa rehabilitasinya dan berjanji untuk memperbaiki sifat buruknya yang lalu demi keluarga dan masa depan anaknya.

Informan kedua dan informan ketiga sangat senang saat bertemu denagn keluarganya dan merasa dapat dukungan penuh dari orang-orang terdekatnya untuk sembuh dari narkoba. informan keempat mengaku sangat semangat apabila orang tuanya dating untuk berkunjung. Keluarga HH tiada hentinya memuji dia atas perkembangannya. Hal ini menjadi motivasi tersendiri bagi HH dalam menajlani masa rehabilitasinya.

Dari keempat informan menunjukkan adanya pembaharuan pandangan diri yang menjadi motivasi untuk sembuh. Pujian yang idaptkan juga berfungsi sebagai refleksi diri atau cermin diri untuk membetengi diri lebih kuat dari sebelumnya. Keluarga dari keempat informan bersedia memberikan semangat semaksimal mungkin guna kesembuhan dari klien. Keluarga adalah sumber stimulasi yang secara langsung mempengaruhi tindakan dan keputusan klien. Dengan begitu saat keluarga memberikan stimulasi positif berupa penyemangat, maka klien yang sudah menerima

diri terlebih dahulu akan memberikan respon yang positif pula. Hal ini dibuktikan dari respon positif yang diberikan oleh keempat informan.

Selama menjalani masa rehabilitasi, apa dan bagaimana keluarga berperilaku sangat mempengaruhi klien dalam masa pemulihannya. Untuk memperbaiki komunikasi yang renggang akibat masalah yang ditimbulkan dari dampak social narkoba, menciptakan suasana yang baik adalah sangat penting. Setelah klien menjalani masa rehabilitasi, bukan hanya klien saja yang mengalami perubahan. Keluarga juga mengalami perubahan. Selama klien dalam proses rehabiitasi untuk kesembuhannya, baik keluarga dank lien sangat menjaga keharmonisan hubungan dan sebisa mungkin menghindari konflik yang ada. Keluarga bersikap seobjektif mungkin dan mendukung setiap perubahan positif klien. Hal ini ditunjukkan oleh keempat informan.

5.3.2.2Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support material

support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan

masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

Dari ahsil penelitian ini, keempat informan selalu dipenuhi keluargany. Dilihat secara fisik, baik berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Informan pertama sudah memilik rumah, dan bekerja di salah satu perusahaan swasta, otomatis kebutuhan pakaiannya terpenuhi, begitu juga makannya. Informan kedua juga merupakan keluarga yang serba berkecukupan, hal ini dilihat dari kebutuhan fisiknya yang sudah terpenuhi oleh keluarganya. Begitu juga dengan informan ketiga setiap kebutuhannya selalu terpenuhi apalagi untuk melanjutkan pendidikannya. Sedangkan informan keempat dapat dikatakan mapan secara financial, karena klien sudah bekerja di salah satu pabrik import dan kakak klien bekerja di slaah satu bagian pemerintah. Namun pendapatannya lebih banyak dipakai untuk membeli narkoba.

Setiap individu ataupun keluarga pasti pernah mengalami krisis pada masa hidupnya. Masa krisis itu sendiri kadang tidak hanya dapat ditanggulangi oleh pribadi saja, namun dapat ditanggulangi secara kekeluargaan. Pada keluarga yang memiliki anggota keluarga terlibat kasus narkoba, akan lebih baik apabila ditanggulangi secara kekeluargaan. Salah satu yang harus dihadapi bagi keluarga pacandu narkoba yang sedang atau akan menjalani masa rehabilitasi adalah sumber pendanaan, karena menjalani masa rehabiilitasi, klien memiliki beberapa ewajiban yang harus dilakukan, salah satunya adalah menyiapkan keperluan serta biaya bulanan selama irehabilitasi.

Informan pertama membiayai proses rehabilitasinya sendiri dari hasil kerjanya serta bantuan isterinya juga. Informan kedua dan informan ketiga dibiayai oleh orang tuanya, karena notabenenya informan kedua masih dalam tanggungan ornag yang masih bersekolah sednagkan informan ketiga karena belum bekerja. Dan informan keempat didanai dari kakaknya yang di Aceh, karena selama menjalani masa rehabilitasi klien tidak dapat bekerja.

Dapat dikatakan keluarga sangat memperdulikan kondisi klien, terutama dalam menjalani masa rehablitasi. Keluarga akan berusaha semaksimal mungkin agar klien dapat focus menajlani masa rehabilitasinya dengan sungguh-sungguh. Melalui usaha yang dilakukan oleh keluarga, diharapka klien dapat ebrfikir lebih pnajng dan bijaksana bahwa kesembuhan mereka adalah alasan utama keluarga.

Sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak rehabiliatsi, keluarga akan diberikan jadwal kunjungan bagi klien dengan syarat tetap berada dalam kawasan pusat rehabilitasi. Kunjungan ini diwajibkan bagi setiap keluarga untuk melihat secara langsung bagaimana perkembangan klien selama berada direhabilitasi. Keluarga dari keempat informan selalu memebrikan kunjungan ekpada klien sesuai dengan jadwal yang telah diberikan oleh pihak rehabilitasi. Kunjungan pertama biasanya setelah 2 (dua) bulan berlalu masa rehabilitasi dan sebulan sekali.. Dalam hal kunjungan keluarga ini, yang ditekankan adalah kualitas dari pertemuan bukanlah kuantitasnya. Saat keluarga bertemu dengan klien diharapkan dapat menjalin kembali tali kebersamaan yang sempat terputus sebelumnya karena kesibukan masing-masing dan menyadari bahwa sangatlah penting meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Selain itu juga diharapkan kebiasaan ini akan berlanjut sampai klien selesai menjalani rehabilitasinya.

5.3.2.3Dukungan Informasional

Dukungan informasi dapat berupa saran-saran, nasihat, dan petunjuk yang dapat dieprgunakan oleh klien dlam mencari jalan keluar untuk pemecahan masalahnya. Informan JPS mengetahui tempat rehabilitasi PSPP “Insyaf” dari keponakan yang bekerja di rumah sakit medan, JPS mengatakan keluarganya tidak ada yang tahu sama sekali panti rehabilitasi. Informan WK mendapatkan tempat

rehabilitasi dari saudaranya dengan rekomondasi dari saudaranya WK mencari informasi lagi bagaimana cara mendaftar untu rehabilitasi. Informan ketiga mendaparkan informasi panti dari adik ibu NL dan mereka memilih panti ini karena kedisiplinanaya, sedangkan informan keempat HH mencari melalui internet yang bagus dan mudah dijangkau olehnya. Kemudian setelah mencari pusat rehabilitasi yang menurutnya baik, HH memutuskan untuk berkonsultasi dengan kedua orang tuanya kemudian HH mendaftarkan dirinya ke PSPP “Insyaf”.

Dari keempat informan utama di atas keluarga sangat aktif dalam mencari informasi mnegenai pusat rehabilitasi bagi klien. Ada yang mendapatkan informasi dari internet, saudara, dan rekomendasi dari keluarganya. Dengan adanya suaha keluarga untuk mencari tahu dimana dan bagaimana pusat rehabilitasi yang tepat untuk membantu pemulihan klien menunjukkan bahwa keluarga siap mendukung klien menghadapi masalahnya.

5.3.2.4Dukungan Emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.

Hubungan yang baik adalah hubungan yang terjalin antara dua belah pihak yang saling timbal balik. Terutama dalam keluarga, komunikasi adalah mutlak,

karena dalam komunikasi tatap muka keluarga dapat saling membahas berbagai masalah secara terbuka.

Informan utama pertama mengatakan bahwa mereka jarang bertemu dirumah, diakui juga bahwa JPS lebih sering menghabiskan waktunya berkumpul dengan teman-temannya, sedangkan isterinya sering di ladang. Respon yang diberikan JPS kepada PC sanagt berdampak negative saat membicarakn suatu masalah dan semakin mengundang emosi. PC mengatakan masalah keluarga yang mereka hadapi tidak terselesaikan dengan baik yang semakin menumpuk, karena tidak ada yang mau mengalah padahal ini demi kesejahteraan keluarganya.

Informan utama kedua sangat jarang berkomunikasi dengan keluarganya dirumah apalagi untuk menceritakan masalahya dengan kelaurganya itu sangat tidak mungkin baginya. Dan akhirnya ES mencari hiburan sendiri demi kesenangannya setelah mengkonsumsinya ES memiliki tingkah laku yang keras kepada keluarga menjadi anak pemebrontak. Informan utama ketiga karena AA termasuk anak pendiam dan tertekan dengan kondisi ekonominya serta orang tuanya memaksa dia untuk terus belajar AA merasa bosan. Dan akhirnya melakukan tindakan fatal sehingga membuat orang tuanya kecewa. Semenjak AA mengkonsumsi AA jarang untuk berkomunikasi dengan orang tuanya ia lebih memilih untuk menyendiri dikamar. Informan utama keempat karena tidak percaya diri pada dirinya akhirnya HH memutuskan untuk mengkonsumsi narkoba. semenjak ia mengkonsumsi tingkahnya semakin brutal kepada keluarganya dan HH tidak mematuhi peraturan rumah lagi.

Diawali dengan jarangnya bertatp muka yang berdampak pada rasa saling curiga, sehingga menyebabkan rasa saling ketidakpercayaan. Akhirnya memperburuk komunikasi antara anggota keluarga. Bagi informan pertama, ketiga dan keempat

yang dari awal sudah mengetahui bahwa klien adalah seorang pengguna anrkoba, sikap awal yang mereka lakukan dapat diaktakan baik, yaitu tidak panic dan mengumbarkannya kebanyak orang. Namun akan lebih tepat apabila tidak menunda masalah, artinya keluarga harus menghadapi amslah dengan mengadakan dialog terbuka dengan klien dengan sikap tenang dan jangan dalam waktu klien berada di bawah pengaruh narkoba.

Bagi informan utama kedua pada awalnya belum mengetahui bahwa klien adalah salah satu pecandu narkoba. Hal ini juga disebabkan karena keluarga tidak memiliki kemampuan melakukan deteksi dini mengenai orang-orang yang terlibat narkoba. Saat keluarga mengetahui bahwa klien mengkonsumsi narkoba, keluarga informan menanggapinya dengan bijaksana yaitu dengan mencari tempat rehabilitasi lalu mengajak informan untuk berbicara. Saat keluarga mengetahui klien adalah pecandu narkoba, keluarga menghargai kejujuran yang sudah klien tunjukkan. Keluarga tidak berhak memarhi klien atau pun merendahkan harga dirinya.

Informan pertama memilih untuk direhabilitasi atas dorongan dari isterinya. Karena tingkah laku informan yang sudah tidak panats dan isterinya sudah tahan lagi melihat ia teru-terusan seperti itu. menurut informan utama PSPP “Insyaf” memiliki kedisiplinan yang kuat dan sangat terjaga.

Informan kedua direhabilitasi di PSPP “Insyaf” karena diminta oleh keluarganya. Pada awalnya informan tidak mau direhabilitasi, tetapi atas permintaan orang tuanya informan bersedia direhabilitasi walaupun awalnya informan sempat kecewa karena dibohongi.

Informan ketiga juga sama seperti informan kedua, tetapi informan ketiga ini secara paksaan dari orang tua dan terpaksa orang tuanya melakukan

Dokumen terkait