• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

5.2 Hasil Temuan

5.2.3 Informan Utama II

Nama : WK

Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 28 tahun Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Menikah

WK adalah kakak klien ES yang tinggal di Polonia Medan. WK adalah kakak tertua dari 3 bersaudara, dimana ES adalah anak bungsu di keluarganya. ES dan keluarganya tidak mengetahui bahwa ES adalah pengguna narkoba, karena ES menggunakan narkoba semenjak ia duduk di bangku 3 (tiga) SMP.

WK mengetahui ES menggunakan narkoba dari teman-teman ES dan tingkah laku ES yang semakin buruk. WK menjelaskan:

“Kami sebagai keluarganya tidak tahu menahu mengenai masalah ini, sampai teman-temannya menelepon saya dan meceritakan apa yang terjadi begitu juga dengan orang tua saya mengeluh karena tingkah lakunya. Saya dan keluarga sangat terkejut saat mendengar cerita teman-temannya, karena sebelumnya ES tidak pernah bermasalah dengan narkoba, apalagi untuk mencobanya.”

Setelah mendengar cerita dari teman-teman ES, WK segera membicarakan langkah apa yang terbaik untuk ES dalam mengobati dari ketergantungannya. Cara rehabilitasi adalah keputusan yang diambil oleh keluarga dan WK pun mencari tempat rehabilitasi untuk ES, WK mendapatkannya dari saudara mereka. WK segera mencari tahu bagaimana cara untuk memasukkan ES ke pusat rehabilitasi tersebut. WK menanyakan tentang pusat rehabilitasi kepada teman-temannya yang sering berhubungan dengan narkoba. setelah mendapat informasi yang WK butuhkan, beliau segera mendatangi PSPP “Insyaf” yang ada di Lau Bakeri dan berkonsultasi dengan pihak rehabilitasi. Segera WK mendaftarkan ES tanpa sepengetahuan calon klien. Pendanaan bulanan ES dikumpulkan dari hasil patungan keluarga.

Beberapa hari setelah mendaftarkan ES, WK segera membawa ES ke PSP “Insyaf”. Karena ES belum menyetujuinya untuk mulai di rehabilitasi, WK dan keluarga terpaksa menggunakan cara lain agar ES dapat di rehabilitasi di PSPP “Insyaf”. Dengan alasan ES diajak untuk melihat-lihat tempat rehabilitasi yang ditawarkan saudaranya, apabila merasa cocok dengan tempat rehabilitasinya ES dapat memberitahukannya kepada WK untuk didaftarkan.

Saat sampai di PSPP “Insyaf”, ES dipersilahkan untuk berkeliling melihat keadaan PSPP “Insyaf”. Segera dengan sigap dan cekatan konselor dan bagian keamanan yang sedang bertugas memegangi ES dengan kuat. ES yang tidak mengetahui rencana yang sudah dibuat WK dan pihak panti memberikan perlawanan dan memberontak. Namun Es tidak sanggup melawannya, WK dan orang tuanya yang ikut mengantar melihatnya sampai dimasukkan ke ruangan isolasi. WK yang tidak mengikuti hanya melihat dari jauh ES dibawa paksa sambil mengucapkan kata- kata kasar, alasan WK tidak ikut ngantar ke ruang isolasi karena sebenarnya ia tidak tega lihat adiknya diperlakukan seperti itu.

WK dan keluarganya memaklumi perlawananya yang diberikan oleh ES, karena memang pada awalnya Es tidak mengetahui niat keluarganya yang akan memasukkannya ke pusat rehabilitasi. Setelah yakin kondisi ES sudah dapat dikontrol oleh pihak panti, WK dan keluarganya segera meninggalkan ES dan kembali ke Medan.

Seperti yang sudah diprogramkan pihak panti kepada keluarga klien lain, keluarga ES juga diharuskan mengikuti pertemuan keluarga setiap hari jum’at sesuai yang sudah dijadwalkan. Pada pertemuan keluarga, konselor menjelaskan perkembangan klien selama berada di pusat rehabilitasi. Perkembangan ES sendiri seperti yang dijelaskan konselor kepada keluarga WK:

“Biar pun ES sudah hampir 5 bulan menjalani masa rehabilitasi, dia tetap belum bisa menerima kenyataan bahwa ia sedang dalam masa rehabilitasi. Menurut cerita ES kepada konselor dirinya tidak separah itu sehingga dirinya ahrus direhabilitasi secara paksa seperti ini. Kami sekeluarga juga sangat menyayangkan kejadian ini, kami keluarganya yang berada di Medan tidak satu pun yang menyangka bahwa ES adalah pecandu narkoba.”

Setelah 2 (dua) bulan menjalani masa rehabilitasi, WK dan keluarganya diperbolehkan bertemu dengan ES di PSPP “Insyaf”. Awalnya keluarga sangat takut untuk bertemu dengan ES karena saat itu telah membohongi ES agar dapat masuk kepusat rehabilitasi. Ternyata telah sampai di PSPP “Insyaf” dan bertemu dengan ES, respon yang diberikan sangatlah positif. Menurut WK:

“Kami pikir ES akan marah kepada kami karena telah berbohong saat hendak memasukkannya ke panti ini. Ternyata saat kami bertemu dengannya, ES justru menyambut kami dengan senang. Saat dia tahu kami sampai kami melihatnya bergegas menemui kami dan memeluk kami satu per satu. ES mengucapkan kata maaf telah terlena

pada barang haram itu, ES mengaku sangat menyesal pernah berbuat kesalahan yang begitu fatal sehingga membuat keluarga kecewa kepadanya. Selain itu ES juga mengatakan dia akan mengikuti program rehabilitasi ini sampai sembuh.”

Keluarga tidak menyangka respon positif yang telah diberikan ES. Selama menjalani rehabilitasi, ES menjadi lebih sabar dan dewasa. Hal ini membuat keluarga merasa keputusan untuk merehabilitasi ES tidaklah sia-sia. WK dan keluarga juga mengatakan akan memperbaiki hubungan yang mulai renggang satu dengan lainnya. WK dan keluarganya memberikan dukungan penuh kepada ES guna kesembuhannya. WK juga mengatakan kepada ES bahwa dia dan keluarga siap mendukung setiap keputusan ES selama tujuannya baik dan untuk proses kesembuhannya.

Keluarga juga sangat senang melihat kemajuan ES yang mulai rajin sholat, tidak jarang ES juga menjadi imam pada sholat berjamaah dengan klien lain. Selain rajin sholat, keluarga juga salut akan perubahan ES yang sudah banyak menghafal ayat-ayat al-qur’an, bahkan sesekali dia diminta untuk menyampaikan khotbah pada sholat jum’at. Hal ini sangat berbeda sekali mengingat selama dirumah ES jarang sekali sholat atau berjamaah.

Selama mengikuti pertemuan keluarga setelah mengadakan kunjungn ke panti, WK mengatakan dia dan keluarga mendapat banyak pelajaran penting. Selain mengerti bagaimana mencegah relaps pada mantan pecandu narkoba, WK juga belajar bagaimana menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan ES dan belajar untuk saling mempercayai satu dengan yang lainnya. Keluarga berharap setelah menyelesaikan masa rehabilitasinya, ES dapat tetap melaksanakan ajaran-ajaran yang telah dilakukannya selama berada di pusat rehabilitasi. Keluarga juga berharap agar ES dapat kembali bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat walaupun

keadaannya saat ini tidak diberitahukan ke masyarakat atau keluarga jauhnya, serta membuat kegiatan-kegiatan positif baginya dan keluarga.

b.Klien : Adik WK Nama : ES Jenis Kelamin : Pria Umur : 23 tahun Agama : Islam Pekerjaan : -

Status : Belum Menikah

ES adalah adalah klien dari PSPP “Insyaf” dan ia bertempat tinggal di Polonia di Medan. ES menggunakan narkoba mulai dari 3 SMP. ES menjelaskan:

“Saya sudah 5 tahun menggunakan narkoba, jenis narkoba yang saya gunakan adalah shabu-shabu. Awal saya memakai narkoba karena ajakan teman lingkungan. Pertama saya coba-coba saya sedikit merasa bersalah, namun kenikmatan yang saya dapatkan lebih besar.”

Menurut ES saat memakai shabu-shabu, dia menjadi sangat bersemangat. ES membeli narkoba dari uang jajannya ditambah dengan membohongi orang tuanya dengan alasan lain serta menjual barang-barang dan perabotan yang ada dirumah secara perlahan.

Awal ES memakai narkoba, satu pun keluarganya tidak ada yang tahu. Malah kalau ES ingin pakai dia keluar dari rumah pergi kerumah temannya yang sama sekali tidak terjerat dalam kasus itu. Namun karena teman ES tidak tahan dengan kelakuan ES temannya melaporkannya kepada kakak ES. Hingga pada suatu saat ES

dan temannya bertengkar karena kelakuannya yang tidak bisa berubah dan tetap menggunakan narkoba tanpa memikirkan hubungan pertemanan. Menurut ES:

“Mungkin setelah kami bertengkar hebat waktu itu, teman saya melaporkan saya ke kakak saya atau orang tua saya. Makanya mereka bisa mengetahui bahwa saya memakai narkoba.”

Setelah mengetahui bahwa ES sudah 5 tahun lamanya mengkonsumsi shabu- shabu, keluarganya memaksa ES untuk jujur atas perbuatannya di luar sana. Dengan adanya kesepakatan bersama karena keluarga sudah tidak tahan lagi dengan tingkah laku ES, ES ditawarkan untuk direhabilitasi dimana namun dia tidak tahu berapa lama serta kapan akan memulai masa rehabilitasi. Segera setelah ES menyetujui dia akan direhabilitasi, ES langsung dibawa ke Pusat Rehabilitasi PSPP “Insyaf” dengan alasan untuk melihat keadaan tempat dimana dia akan menjalani masa rehabilitasi nanti saat dia sudah siap untuk direhabilitasi. ES juga mengatakan bahwa dia tidak tahu perihal masa yang akan ia jalankan adalah kurang lebih setahun.

Sesampainya di panti, Es langsung berkeliling melihat kegiatan dan situasi panti. Namun tidak lama kemudian, ES ditarik dan dibawa paksa oleh konselor dan satpam ke ruang isolasi. ES sangat terkejut karena secara tiba-tiba dia seperti di culik dan dimasukkan ke ruang isolasi kemudian tangan dan kakinya dipasangkan rantai.. ES seketika berontak merasa dibohongi dan mengatakan bahwa dia belum siap untuk menjalani masa rehabilitasi.ES lantas mengelurkan bahasa-bahasa kasar untuk memaki keluarga serta konselor yang telah memaksanya masuk ke ruang isolasi. Selama ES berada diruang isolasi, dirinya merasa sangat lemas karena tidak mendapatkan asupan shabu-shabu sedikit pun. Selain itu ES juga harus bisa beraktifitas dengan tetap menggunakan rantai di tangan dan kakinya. ES merasa sangat sulit bergerak, untuk berjalan saja dia merasa sangat harus berhati-hati agar

tidak jatuh. Begitulah selama dia berada diruang isolasi. Pertama kali sampai di panti, ES tidak menjalani proses pemeriksaan karena mengantisipasi perlawaanannya untuk bebas ataupun dari usaha melarikan diri. ES mendapatkan pemeriksaan medis saat sedang dan setelah mengalami masa sakaunya. Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak adanya penyakit atau alergi klien terhadap sesuatu.

Setelah berada di luar ruang isolasi dan dipindahkan ke asrama bersama klien lainnya, rantai pada tangannya sudah bisa dilepaskan. Hari pertama berada di luar ruang isolasi, ES merasa ada sedikit kebebasan. Dia dapat menghirup udara luar selain ruang isolasi. Dia juga dapat berjalan ke sana dan kemari. ES dapat ikut senam bersama di pagi hari dan merilekskan tubuh di sore harinya. Hal yang paling sulit bagi ES adalah saat ia harus mengikuti pengembangan keterampilan karena ia belum terbiasa melakukan kegiatan tersebut. Hampir seminggu ES baru dapat merasakan bahwa kegiatan yang selama ini ia ikuti sangat bermanfaat utnuk dirinya karena dapat menghilangkan rasa emosi secara perlahan.

Selama 5 (lima) bulan direhabilitsi, ES masih belum rela menjalani masa rehabilitasi. ES juga mengaku dia masih suka memberikan pemberontakan apabila diminta untuk melakukan suatu hal oleh konselor. Namun perlawanan apapun yang dilakukan ES, konselor tidak peduli. Konselor tetap menyuruh ES melakukan banyak hal, seperti menyikat kamar mandi dengan sikat gigi. Mau tidak mau ES harus mengikuti apa yang konselor perintahkan kepadanya, karena tidak mau nantinya akan dihukum lebih berat lagi. Setelah menyelesaikan perintah yang disuruh oleh konselor, ES baru sadar bahwa dia sedang dilatih untuk bersabar dan menahan emosinya. Hal ini membuat ES merasa dia mendapatkan pelajaran berharga dan menyadari kalau dirinya memang pantas untuk dihukum.

Namun ES tetap saja belum menerima kenyataan bahwa dia direhabilitasi walaupun sudah mempelajari banyak hal selama beberapa bulan direhabilitasi. Setelah 2 (dua) bulan, ES diperbolehkan untuk bertemu dengan keluarganya. Kakak, orang tua serta keluarga besarnya ikut mengunjungi ES di panti. Merasa senang bertemu dengan seluruh anggota keluarganya, ES seperti mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya untuk sembuh dari ketergantungan narkoba. Selain mendapat dukungan dari keluarga terdekatnya, ES juga banyak diberikan arahan oleh para staf yang ada di panti dan meyakinkan bahwa ia layak mendapatkan kehidupan yang lebih baik di luar lingkungan narkoba. Semenjak itu ES sudah bisa menerima kenyataan bahwa dia memang harus direhabilitasi demi masa depannya.

Menjelang 5 (lima) bulan masa rehabilitasi, ES merasa jenuh akan setiap rutinitasnya di panti. ES beranggapan bahwa dia sudah yakin sembuh dari ketergantungan dan sudah pantas untuk diperbolehkan pulang kerumahya. Namun konselor dan kelaurganya tidak sependapat dengan ES. Menurut ES :

“Untuk apa saya direhabilitasi lebih lama lagi di panti ini, saya yakin sudah sembuh. Berada 4 bulan lagi disini hanya menghambur- hamburkan uang saja. Lebih baik uangnya dipakai untuk hal lain yang lebih berguna daripada dipakai untuk melanjutkn masa rehabilitasi saya yang sudah sembuh.”

Permintaan Es untuk dibawa pulang oleh keluarganya ditepis dengan segera, karena merasa ES belum dapat mengontrol emosinya. Hal itu dilihat dari keinginan ES untuk pulang, apabila ES sudah bisa mengontrol keinginanya, ia tidak akan minta untuk dibawa pulang melainkan merasa dirinya harus menyelesaikan proses pengobatannya di panti. ES pun menerima keputusan keluarganya untuk menyelesaikan masa rehabilitasi selama 4 bulan lagi. Menurut ES:

“Saya tidak akan melawan permintaan keluarga untuk melanjutkan masa rehabilitasi, saya berusaha menghindari konflik

antara saya dan keluarga. Saya tidak mau komunikasi baik yang sudah terjalin putus karena masalah yang dapat diselesaikan secara kekeluargaan.”

ES berharap saat ia keluar dari PSPP “Insyaf” 4 bulan mendatang, keluarganya dapat menerima dirinya seperti apa adanya dan tidak pernah menaruh kecurigaan berlebihan kepada setiap kegiatan ES nanti. ES juga sudah merencanakan akan membangun sebuah usaha keluarga di Medan nanti untuk mengisi waktunya agar tidak terjerumus lagi ke dunia narkoba dan berharap dapat kembali ketengah-tengah masyarakat. ES juga sudah mempersiapkan diri dengan berbagai trik saat menghadapi teman-teman dari lingkungan lamanya, karena ES sudah jera merasakan rehabilitasi selama 9 bulan akibat dari pemakaian narkoba.

5.2.4Informan Utama III

Dokumen terkait