• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

5.2 Hasil Temuan

5.2.4 Informan Utama III

Nama : NL

Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 53 tahun Agama : Islam

Pekerjaan : Penjaga Sekolah Status : Menikah

Ibu NL adalah orang tua dari AA. Ibu NL adalah seorang penjaga sekolah di Jl.Pancing. AA adalah anak satu-satunya di keluarganya. Hubungan keluarga sebelumnya sangatlah baik, kecuali setelah AA memakai narkoba. hubungan dengan

keluarga mulai tidak harmonis lagi. Sejak AA menggunakan narkoba, hubungan AA dengan orang tuanya menjadi renggang.

Ibu NL mulai menaruh rasa curiga bahwa anaknya adalah seorang pecandu narkoba saat AA mulai tidak disiplin dalam beraktivitas. Menurut Ibu AA:

“AA adalah anak yang semangat dalam belajar dan berprestasi selalu disekolah dan giat membantu orang tuanya, kalu dirumah dia termasuk anak pendiam gak banyak bicara atau permintaan. Namun beberapa waktu terakhir saya melihat kinerjanya menurun dan tingkahnya terkadang aneh kalau abis keluar kamar seperti orang gila.”

Hal-hal yang sangat membuat Ibu NL dan suaminya merasa aneh, yaitu barang- barang dan perabotan dirumah yang sering hilang. Namun masih tidak begitu yakin bahwasannya AA lah yang mencuri. Pada saat itu orang tua AA ini tidak ada bukti nyata yang menunjukkan bahwa anaknya memang benar-benar adalah seorang pecandu narkoba dan merasa dugaannya adalah kecurigaan yang tidak beralasan. Lalu pada suatu hari AA mengakui keadaannya bahwasannya ia mengkonsumsi narkoba mulai tamat SMA. Terkejut mendengar perkataan itu, Ibu NL langsung menceritakan kepada suaminya dan AA untuk menceritakan lagi kebenaran yang ia ceritakan. AA sama sekali mengakui perkataannya, ia mengakui secara jelas bahwa ia adalah pemakai narkoba. menurut Ibu NL:

“Saat saya menanyakan tentang hal itu, AA tidak mengelak dan berkata jujur kalau ia mengkonsumsi narkoba. dari cerita AA, ia telah terpengaruh lingkungan sekitarnya. Padahal AA ini anaknya termasuk pendiam dan tidak banyak permintaannya, apalagi dengan kondisi kami seperti ini dia sangat mengerti. Saat dia mengakui kesalahnnya, saya benar-benar kecewa mendengarkannya. Anak satu- satunya disekolah sangat beprestasi yang kami harapkan masa depannya, ternyata hancur dibuat lingkungan sekitar kami.”

Suatu saat orang tua AA pulang bekerja, AA ketahuan oleh orang tuanya ia sedang menggunakan narkoba dirumahnya, disitulah orang tuanya jerah dengan tingkahnya. Mau tidak mau Ibu NL memaksa AA untuk direhabilitasi. Dengan sigap Ibu NL mencari tempat rehabilitasi. Menurut Ibu NL:

“Saya dan suami saya tidak tahu sama sekali tempat rehabilitasi, tapi dengan sigapnya kami untuk mencari informasi dari saudara kami dan dia menyarankan untuk direhabilitasi di panti ini. Saya memilih panti ini karena kedisiplinanya, dan saya merasa nyaman saja anak saya di letak di panti tidak ada beban pikiran lagi dirumah.”

Setelah mendaftarkan anaknya di kantor PSPP “Insyaf” yanga ada di Lau Bakeri, Ibu NL mencari agar anaknya dapat di bawa ke panti tersebut. Saat ibu NL mengajukan tawaran kepada AA untuk direhabilitasi, AA langung menolak tawarannya mentah-mentah. Ibu NL lalu mencari jalan lain agar AA dapat segera di bawa ke panti rehabilitasi, yaitu dengan mengatakan kepada AA bahwa pengobatan di panti tersebut hanya sebulan saja setelah itu pulang kerumah. Dugaan orang tua AA tidak melesat, AA langsung saja mau dibawa oleh keluarga walaupun dengan cara dibohongi.

Sesampainya di panti, AA yag tidak mengetahui bahwa ia akan direhabilitasi selama sampai masa pemulihan, AA terkejut dan melakukan perlawanan. Ia berontak minta dipulangkan kerumah seperti kehidupan biasanya dan tidak perlu direhabilitasi. Namun, Ibu NL tetap pada pendiriannya bahwa AA harus direhabilitasi demi kenyamanan dan ketenangan hati orang tuanya. Dibantu konselor dan bagian keamanan panti, AA dibawa masuk ke ruang isolasi kemudian dirantai kaki dan tangannya. Setelah Ibu NL dan keluarga merasa kondisi AA sudah dapat dikendalikan oleh pihak panti, beliau pun pulang dan berpamitan dengan pihak panti. Setelah keluarga membawa AA ke panti, Ibu NL menganjurkan agar AA tidak perlu diperiksa dahulu hasil cek medis takut AA memberi pemberontakan. Ibu NL

memberikan hasil cek medis AA sebelumnya kepada tim medis panti untuk menunjukkan bahwa AA tidak memiliki penyakit apa pun dan dalam kondisi sehat.

Dua bulan kemudian, Ibu NL dikabari pihak panti untuk mengikuti pertemuan keluarga. Dimana dalam pertemuan ini akan diberitahu perkembangan anak melalui video dan ilmu serta pengetahuan mengenai narkoba. Keluarga merasa sangat senang dan lega karena AA sudah menunjukkan perubahan maupun sedikit. Ia mulai mau mengerjakan kegiatan program oleh panti dan sudah mulai sedikit terbuka kehidupan pribadinya kepada konselor.

Setelah 2 (dua) bulan direhabilitasi, keluarga diizinkan untuk bertemu dengan AA. Namun pada saat ditemui, AA justru meminta agar dia dibawa pulang dari panti ini dan meyakinkan orang tuanya bahwa dia sudah bisa berubah. Menurut Ibu NL:

“AA belum bisa dibawa pulang walaupun ia katakan sudah berubah, ia harus direhabilitasi sampai sembuh dan mengikuti programnya, karena ini semua untuk masa depannya. Walaupun dia selesai masa rehabilitasinya kami orang tuanya akan meletakkannya jauh dari kami, agar tidak terpengaruh lagi di lingkungan rumah kami.”

Ibu NL sangat berharap, bahwa AA harus mampu menyelesaikan masa rehabilitasinya. Rehabilitasi untuk AA adalah jalan terbaik untuk dirinya agar dapat sembuh dari ketergantungan narkoba. Ibu NL dan keluarga juga sudah membekali diri masing-masing dengan trik-trik menghadapi klien pasca rehabilitasi dan pengetahuan-pengetahuan untuk mencegah kambuhnya keinginan klien untuk mencoba narkoba lagi.

b. Klien : Anak dari NL Nama : AA Jenis Kelamin : Pria

Umur : 28 tahun Agama : Islam

Status : Belum Menikah

AA adalah anak satu-satunya dari Ibu NL. AA menggunakan narkoba hampir 9 tahun dan ia berada di panti sudah hampir 2 bulan. Narkoba yang digunakannya adalah shabu-shabu. Hasil wawancara peneliti, bahwa AA orangnya pendiam dan tidak banyak cakap terhadap orang lain. AA masuk di PSPP “Insyaf” ini awal juni 2015. AA mengatakan:

“Awalnya menjadi residen tidak senang karena kepaksaan orang tua saya dan saya ketakutan disini, karena saya orangnya pendiam dan saya tidak berani menegur yang lain. Namun sekarang ini sudah mulai terbiasa, dan sudah seperti keluarga sendiri.”

Dalam masa pendidikan AA sering berkumpul bersama teman-teman, kadang untuk mengerjakan tugas dan kadang hanya sekedar nongkrong. Karena pada saat AA berkumpul bersama teman-teman, ada teman yang sedang konsumsi shabu-shabu. Adapun alasan AA yang mendorong mengkonsumsi narkoba yaitu hanya sekedar ingin tahu serta ajakan teman-teman. Namun AA mengatakan dari rasa ingin tahu itu AA tergoda karena diajak teman dan akhirnya AA menggunakan shabu-shabu tersebut. Karena orang tua AA tidak mengetahui AA mengkonsumsi narkoba AA jadinya hampir setiap hari mengkonsumsi narkoba. Walaupun AA belum bekerja untuk membeli narkoba itu, AA mengatakan:

“Terkadang saya mencuri uang ibu saya, menjual handpone mereka dan perabotan rumah. Karena saya termasuk anaknya pendiam orang tua awalnya tidak menaruh rasa curiga kepada saya seperti saya meminta uang untuk bermain PS atau segala macam tetapi uang itu

dipakai untuk membeli narkoba. Terkahir saya ketergantungan sampai 9 tahun ini.”

Adapun penialain AA mengenai program-program yang ada di PSPP “insyaf” yaitu sudah sesuai dengan kebutuhan AA. Karena seperti halnya merokok tidak lah langsung diberhentikan tetapi masih merokok walaupun dalam satu ahri hanya 4 batang rokok yang dikonsumsi, tapi itu sudah sangat bagus. Karena nantinya AA dari narkoba dan terbebas juga dari rokok. Dan kalau masalah peraturan-peraturan yang ada di Panti Rehabilitasi ini AA sudah merasa senang karena kedisiplinan panti yang membuat AA merasa nyaman dan sudah menjadi keluarga.

AA mengakui perbuatannya bahwasannya selama yang dilakukan selama ini sudah sangat berdosa. Dimana halnya demi barang haram ini AA mencuri uang orang tuanya dan membodoh-bodohi orang tuanya. Adapun AA inginkan selama di panti yaitu bagaimana caranya supaya bisa menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya, yang bisa membuat orang tua bangga dan bahagia. Dari hasil wawancara tujuan AA setelah keluar dari panti rehabilitasi ini AA ingin membuka usaha tanpa membebani orang tuanya lagi.

5.2.5Informan Utama IV

Dokumen terkait