• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Bimbingan Orang Tua

a. Pengertian Bimbingan Orang Tua

Secara etimologis, bimbingan merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, yaitu guidance. Shertzer & Stone (1966:3) (dalam Kusuma Ningsih), mengemukakan bahwa29 guidance berasal dari kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur atau mengemudikan). Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Sedangkan menurut W.S. Winkel (1981) (dalam Kusuma Ningsih) mengemukakan bahwa guidance mempunyai hubungan dengan guiding'. “showing away” (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving instruction (memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan nasihat). Penggunaan istilah bimbingan seperti dikemukakan di atas tampaknya proses bimbingan lebih menekankan kepada peranan pihak pembimbing. Hal ini tentu saja tidak sesuai lagi dengan arah perkembangan dewasa ini, di mana pada saat ini klien lah yang justru diauggap memiliki peranan penting dan aktif dalam proses

29 Kusuma Ningsih, Bimbingan dan Konseling, (06 Februari 2009 12:28),

pengambilan keputusan serta bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keputusan yang diambilnya.

Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di bawah ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli30:

1) Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975) mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian secara maksiinum di sekolah, keluarga dan masyarakat.

2) Peters dan Shertzer (Sofyan S. Willis, 2004) mendefinisikan bimbingan sebagai: the process o f helping the individual to understand him self and his world so that he can utilize his potentialities.

3) United States Office o f Education (Arifin, 2003) memberikan rumusan bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis kepada peserta didik dan membuat penyesuaian diri terhadap berbagai bentuk problema yang dihadapinya, misalnya problema kependidikan, jabatan kesehatan, sosial dan pribadi. Dalam pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar peserta didik mengetahni tentang diri pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

4) Jones et.al. (Sofyan S. Willis, 2004) mengemukakan: “guidance is the help given by one person to another in making choice and adjustment and in solving problem.

5) Djumhur dan Moh. Surya (1975) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan inasalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya {self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya {self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya {self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya {self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Noer Aly berpendapat bahwa orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara resmi anak pada masa awal kehidupannya berada di tengah ibu dan ayahnya, dan dari merekalah anak mulai mengenal pendidikan.31

Selanjutnya, Zakiah Daradjat berpendapat bahwa orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalali anak mula-mula menerima pendidikan.32 Sedangkan Ahmad Tafsir berpendapat orang tua adalah orang yang paling benanggung jawab terhadap pendidikan anak didik.33

Dari beberapa definisi di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa bimbingan orang tua adalali proses guiding, meliputi: “showing away" (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving instruction (memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan nasihat), yang dilakukan oleh orang tua kandung yang memikul tanggung jawab terhadap pendidikan anak.

b. Pengaruh Orang Tua terhadap Pendidikan Anak

Orang tua sebagai seorang pemimpin dalam keluarga harus mendahulukan pendidikan terhadap lingkungan keluarganya agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak baik. Pengaruh orang tua sangat penting di dalam menentukan keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Dalam hal ini, orang tua berperan sebagai:

1) Pendidik

Dengan mehhat hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap anak, maka tanggung jawab pendidikan itu pada dasamya tidak bisa dipikulkan kepada orang lain, sebab guru dan pemimpin

' 2 Zakiah Daradjat, 11mu Pendidikan ..., op. cit., him. 35.

umat umpamanya, dalam memikul tanggung jawab pendidikan hanyalah merupakan keikutsertaan. Jadi, tanggung jawab pendidikan yang dipikul oleh para pendidik selain orang tua adalah merupakan pelimpahan dari tanggung jawab orang tua, karena satu dan lain hal tidak mungkin melaksanakan pendidikan anaknya secara sempuma, terlebih dalam masyarakat yang senantiasa berkembang maju.

2) Pelindung

Orang tua di samping mempunyai tugas sebagai pendidik, ia juga harus melindungi keselamatan keluarganya, baik moril maupun materiilnya (jasmani dan rohaninya). Oleh karena itu, alangkah idealnya bila orang tua mampu memenuhi kebutuhan anak-anaknya, baik kebutuhan fisik maupun psikis.

3) Motivator

Motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kea rah tujuan.34 Dari konsep tersebut mengandung tiga aspek, yaitu: (1) kondisi terdorong, (2) perilaku yang timbul dan terarah karena kondisi dan (3) tujuan yang akan dituju oleh perilaku itu.

Di sinilah tantangan orang tua untuk memberikan motivasi atau rangsangan dari luar yang kemudian mampu secara alamiali menumbuhkan motivasi dan dalam diri anak tersebut. Orang tua memberi pengaruh utama dalam motivasi belajar anak.

34 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), Edisi

4) Fasilitator

Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti mang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku dan lain-lain. Orang tua berkewajiban memenuhi fasilitas belajar anak agar proses belajar beijalan lancar.

5) Pembimbing

Orang tua mempunyai peran yang sangat besardalam meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya. Sebagai orang tua tidaklah merasa cukup telah memberikan fasilitas maupun biaya sekolah, tetapi anak masih membutuhkan bimbingan dari orang tuanya.

c. Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak

Setiap orang tua memiliki tanggung jawab terhadap anggota keluarganya. Dalam hal ini orang tua berkewajiban memenuhi kebutuhan terhadap anak-anaknya, baik kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan sehingga anak mampu untuk hidup mandiri. Tanggung jawab orang tua terhadap anak sangat menentukan keberhasilan anak di masa depan.

2. Prestasi Belajar

Prestasi adalah keberhasilan proses dan keberhasilan produk yang telali dicapai melalui rangkaian proses yang telah dilakukan. '5

Menurut pendapat Slameto35 36, belajar merupakan suatu proses perubahan, vaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, pengertian belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan.37

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai dalam belajar, yaitu perubahan-perubahan dalam perilaku siswa dalam interaksi dengan lingkungannya sebagai hasil dari pengalaman dan latihannya.

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar diperlukan adanya evaluasi yang nantinya akan dijadikan sebagai tolak ukur maksimum yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama waktu yang telah ditentukan. Apabila pemberian mated telah dirasa cukup, guru dapat melakukan tes yang hasilnya akan digunakan sebagai ukuran dari prestasi belajar yang bukan hanya terdiri dari nilai mata pelajaran saja tetapi juga mencakup nilai tingkah laku siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar.

35 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op. oil., him. 121.

36 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta. Rineka Cipta,

2003), Cet IV, him 2.

Keberiiasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar dipengarulii oleh beberapa faktor, yaitu tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat yang diiniliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang mendorong untuk maju, selain itu lingkungan sekolah yang tertib, teratur dan disiplin

3 0

merupakan pendorong dalam proses pencapaian prestasi belajar.

Menurut Merson U. Sangalang yang dikutip oleh Tulus Tu’u, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik38 39, antara lain:

a. Faktor kecerdasan

Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi- prestasi lain yang ada pada dirinya.

b. Faktor bakat

Bakat-bakat yang dimiliki siswa apabila diberi kesempatan untuk dikembangkan dalam pembelajaran akan dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan.

c. Faktor minat dan perhatian

Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik sena teliti terhadap sesuatu. Apabila siswa menaruh minat pada satu pelajaran tertentu

38 Slameto, op. cit., him. 54-71.

?9 Tulus Tu’u, Per an Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa (Jakarta: Grasindo,

biasanya cenderung untuk memperhatikannya dengan bail;. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberikan dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa.

d. Faktor motif

Motif selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila dalam belajar, siswa mempunyai motif yang baik dan kuat, hal ini akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi.

e. Faktor cara belajar

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh cara belajar siswa. Cara belajar yang efisien memungkinkan mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efektif.

f. Faktor lingkungan keluarga

Keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberikan pengaruh pada prestasi siswa. Terutama dalam hal mendorong, memberikan semangat, dan memberikan teladan yang baik kepada anaknya.

g. Faktor sekolah

Sekolah merupakan faktor pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem, dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etika, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan.

Pencapaian hasil belajar yang baik tidak hanya diperoleh dari tingkat kecerdasan siswa saja, tetapi bjuga didukung oleh lingkungan keluarga dan

sekolah, di mana guru dan alat belajar dijadikan sebagai sumber belajar bagi kelancaran proses belajar mengajar.

Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar dipengaruhi beberapa faktor, yaitu tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran yang sesuai dengan bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan sekolah yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses pencapaian prestasi belajar.40

Sedangkan Muhibbin Syah secara global menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibagi menjadi tiga macam41, yaitu:

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.

b. Faktor ekstemal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Jadi, keberhasilan siswa mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor itu terdiri dari tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, ada minat

40 Ibid., him. 81.

41 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Remaja

dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran variatif yang dikembangkan guru, dan suasana keluarga yang memberikan dorongan anak untuk maju. Selain itu, lingkungan sekolah yang tertib, teratur dan disiplin yang kondusif bagi kegiatan kompetensi siswa dalam pembelajaran.

3. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam mempersiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, sehingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajar an agama Islam dan sumber utamanya, kitab suci A1-Qur’an dan hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta menggunakan pengalaman, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat sehingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa42

Menurut Zakiah Daradjat dkk, Pendidikan Agama Islam adalah43 pendidikan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran

42 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, loc. cit.

agama Islam itu sebagai pandangan hidupnya {way o f life) deini keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akherat kelak.

Tayar Yusuf (dalam Abdul Majid)44, mengartikan Pendidikan

Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan

pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT.

Pengertian lain dari Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan dsan asuhan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhan jasmani dan rohani untuk mencapai tingkat dewasa sesuai dengan ajaran agama Islam, dalam Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila.45

Sedangkan Abdul Majid46 memberikan pengertian Pendidikan Agama Islam sebagai usaha yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam sesuai kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Abdul Majid dan Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep

dan Implemeniasi Kurikulum 2004 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), him. 130.

Depag RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama

Islam, 2004), him. 10.

b. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuharini dkk (dalam Abdul Majid) dapat ditinjau dari berbagai segi47, yaitu:

1) Dasar yuridis/hukum

Dasar perundang-undangan yang menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal terdiri dari 3 macam, yaitu:

a) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara Pancasila, sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa.

b) Dasar struktural/konstitusional, yaitu Undang Undang Dasar 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat (1) dan (2) yang berbunyi: (1) Negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa; (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing- masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. c) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap. MPR No.

IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap. MPR No. IV/MPR/1978 Jo. Tap. MPR No.lI/MPR/1993 diperkuat oleh Tap. MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR/1993 tentang Garis-garis Besar Hainan Negara yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan

dalam kurikulum sekolali formal, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

2) Aspek psikologis

Psikologis merupakan dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan, keliidupan masvarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia sebagai individumaupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tenteram, sehingga memerlukan pegangan hidup. Jadi, semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan-Nya. Hal ini teijadi pada masyarakat primitive maupun masyarakat yang sudah modem, yang merasa tenang dan tenteram hatinya dapat dekat dan mengabdi kepada Zat yang Maha Kuasa.

c. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam48 bahwa Pendidikan Agama Islam di Sekolali Dasar berlungsi untuk:

1) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.

2) Pengembangan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanainkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.

3) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui Pendidikan Agama Islam.

4) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pengajaran ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan non nyata), sistem dan fungsionalnya.

6) Penyaluran peserta didik untuk memahami pendidikan agama ke lembaga yang lebih tinggi.

Faisal (dalam Abdul Majid) berpendapat bahwa49 terdapat beberapa pendekatan yang digunakan dalam menaikkan fungsi agama Islam di sekolah:

1) Pendekatan nilai universal, yaitu suatu program yang dijabarkan dalam kurikulum.

2) Pendekatan meso, artinya pendekatan program pendidikan yang memiliki kurikulum, sehingga dapat memberikan informasi dan kompetisi pada anak.

3) Pendekatan ekso, yaitu pendekatan program pendidikan yang memberikan kcmampuan kebijakan kepada anak untuk membudidayakan nilai agama Islam.

4) Pendekatan makro, artinya pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kecukupan keterampilan seseorang sebagai profesional yang mampu mengemukakan ilmu teori, informasi yang diperoleh sehari-hari.

d. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Menurur Garis-garis Besar Pelaksanaan Pendidikan (GBPP) Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar, Pendidikan Agama Islam bertujuan menungkatkan keimanan, pemahamam penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bemegara.

Pendidikan Agama Islam pada pendidikan dasar bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terns berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bemegara, serta untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.50

BAB III

Dokumen terkait