• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4. Bina Kelembagaan

Bina Kelembagaan merupakan proses perbaikan mutu kelembagaan darikomunitas pengrajin sepatu baik individual, struktur, maupun aturan kelembagaan.

4.1 Komunitas Pengrajin Sepatu

Hasil wawancara dengan Sekretaris Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan Hari Selasa tanggal 16 April 2018di Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan menyatakan bahwa:

“Masyarakat pengrajin sepatu membentuk komunitas mereka, untuk mempermudah kegiatan mereka seperti pencarian bahan baku secara terkoordinir saling membantu pengerjaan, tapi masalahnya mereka walaupun sudah ada komunitas nampaknya kurang difungsikan.”

(Hasil wawancara dapat di lihat pada lampiran III)

Hasil wawancara dengan Bapak Eben Simanjuntak selaku salah satu pengrajin sepatu kulit, pada hari Sabtu tanggal 21 April 2018 di Egalite Shoes mengatakan bahwa:

“Ada komunitas kita di sini, kayak perkumpulan gitulah tapi kita jarang kumpul.Paling kumpul cuma cari bahan aja kalau bahan lagi susah.”

(Hasil wawancara dapat di lihat pada lampiran III)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pengrajin sepatu kulit sudah ada komunitasnya. Namun komunitas pengrajin sepatu hanya untuk mencari bahan baku.

4.3.3Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin Sepatu Kulit oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan

4.3.3.1 Pendukung

Adapun faktor pendukung dalam Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin Sepatu kulit oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan antara lain:

1.Internal

Dalam pemberdayaan pengrajin sepatu kulit tentu saja terdapat faktor yang mendukung, maka dari itu penulis terlebih dahulu mencari sumber pendukung yang berasal dari internal Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan selaku birokrasi pelaksana itu sendiri.

Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan pada Hari Senin tanggal 15 April 2018di Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan mengatakan bahwa:

“Faktor pendukung pemberdayaan masyarakat pengrajin sepatu kulit yang berasal dari internal Dinas yaitu kesediaan aparat dalam melakukan pemberdayaan pengrajin sepatu. Kita punya pegawai yang berpengalaman di bidang industri.”

(Hasil wawancara dapat di lihat pada lampiran III)

Hasil wawancara dengan Sekretaris Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan pada Hari Selasa tanggal 16 April 2018di Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan mengatakan bahwa:

“Pemberdayaan pengrajin sepatu tentunya didukung dengan ketersediaan fasilitas dan sarana penunjang pemberdayaan, contohnya adanya kendaraan untuk meninjau ke lapangan, peralatan untuk melakukan pelatihan dan konsultasi yaitu monitor dan lain-lain.”

(Hasil wawancara dapat di lihat pada lampiran III)

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pemberdayaan pengrajin sepatu kulit dari internal Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan, adalah ketersediaan pegawai yang professional di bidang industri dan adanya

fasilitas sarana penunjang untuk mengontrol di lapangan maupun pelatihan dan konsultasi.

2. Eksternal

Dalam pemberdayaan pengrajin sepatu kulit tentu saja terdapat faktor yang mendukung, maka dari itu penulis terlebih dahulu mencari sumber pendukung yang berasal dari eksternal Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan.

Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan pada Hari Senin tanggal 15 April 2018di Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan mengatakan bahwa:

“Kita bekerja sama dengan bank, yaitu Bank SUMUT untuk peminjaman modal bagi yang ingin mendirikan usaha kecil.”

(Hasil wawancara dapat di lihat pada lampiran III)

Hasil wawancara dengan Sekretaris Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan pada Hari Selasa tanggal 16 April 2018di Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan:

“Institusi lain juga berperan dalam pemberdayaan sepatu kulit. Salah satunya adalah bank, karena modal dari pengrajin sepatu kulit berasal dari bank di mana kita telah bekerja sama untuk peminjaman modal bagi pengusaha maupun pengrajin industri kecil.”

(Hasil wawancara dapat di lihat pada lampiran III)

Dari hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang menjadi faktor eksternal pendukung pemberdayaan pengrajin sepatu kulit yaitu adanya kerjasama antara Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan dengan pihak bank dalam peminjaman modal bagi pengrajin sepatu kulit.

4.3.3.2 Penghambat

Dalam kegiatan pemberdayaan pengrajin sepatu kulit ternyata tidak selalu berjalan mulus dan sesuai dengan rencana, sering kali dalam kegiatan tersebut dihadapkan pada faktor-faktor yang menghambat proses pengembangan industri kecil. Faktor-faktor ini tentu menyebabkan tujuan dari program pengembangan industri kecil tidak tercapai secara optimal.

1.Internal

Faktor penghambat pemberdayaan pengrajin sepatu kulit dari internal Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan dan pengrajin, berdasarkan wawancara dengan Kepala Dinas Koperasi Perindusrtian dan Perdagangan Kabupaten Asahan pada Hari Senin tanggal 15 April 2018 di Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan mengatakan bahwa:

“Keterbatasan modal adalah salah satu faktor yang menghambat proses pemberdayaan masyarakan industri kecil sepatu kulit.Dalam pelaksanaan program pemerintah tentang pemberian pinjaman kredit lunak kepada pengrajin sepatu belum berjalan dengan baik.

Yang kedua adalah kurangnya sarana prasarana seperti ketersediaan lahan parkir bagi pembeli. Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan telah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum untuk menganggarkan dana untuk pembuatan sarana lokasi parkir dalam RAPBD, namun belum menjadi prioritas anggaran pada APBD Kabupaten Asahan.”

(Hasil wawancara dapat di lihat pada lampiran III)

Hasil wawancara dengan Sekretaris Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan pada Hari Selasa tanggal 16 April 2018di Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan mengatakan bahwa:

“Faktor penghambat pemberdayaan pengrajin sepatu kulit terdapat pada pengrajin itu sendiri, di mana pengrajin masih kurang profesional dalam pembuatan sepatu kulit, karena banyak dari mereka yang hanya belajar singkat dari orangtua dan orang-orang sekitarnya.Faktor teknologi juga merupakan kendala bagi pemberdayaan pengrajin sepatu karena banyak diantara pengrajin yang tidak tahu mengoperasikan alat modern yang diberikan oleh Dinas.”

(Hasil wawancara dapat di lihat pada lampiran III)

Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Perindustrian Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan pada hari Rabu tanggal 17 April 2018di Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan:

“Kendalanya itu dek, produksi sepatu kulit buatan pengrajin sepatu belum ada pemasaran yang jelas. Pengrajin memproduksi sepatu kulit dan langsung menjualkannya di toko depan rumah mereka. Hanya sebagian pengrajin yang mau memasarkan ke luar kabupaten.Kendala yang kedua adalah organisasi kelompok pengrajin tidak berjalan dengan baik.Seharusnya itu, organisasi pengrajin difungsikan sebagai wahana komunikasi antar sesama pengrajin dan antara pengrajin dengan pemerintah.Organisasi yang tidak aktif ini membuat dampak, salah satunya adanya perbedaan harga produk sepatu yang sama yang ditetapkan pengrajin.”

(Hasil wawancara dapat di lihat pada lampiran III).

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap informan dan berdasarkan pengamatan yang diamati dilapangan, penulis menyimpulkan bahwa faktor penghambat internal pemberdayaan pengrajin sepatu kulit:

Dokumen terkait