• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biodiversitas Indonesia dengan Nilai Tertentu

Dalam dokumen sma10bio Biologi Riana (Halaman 152-155)

Keanekaragaman Hayati di Indonesia

E. Biodiversitas Indonesia dengan Nilai Tertentu

Sebagai gudang keanekaragaman hayati, Indonesia banyak disorot oleh berbagai kalangan yang berkepentingan dengan flora dan fauna Indonesia, terutama yang bersifat endemik. Pada dasarnya, semua hayati di dunia ini memiliki nilai tertentu, yaitu nilai ekonomi langsung dan nilai ekonomi tidak langsung.

1. Nilai Ekonomi Langsung

Nilai ekonomi langsung dapat diamati dari kegiatan suatu masyarakat yang memanen dan memanfaatkan hayati secara langsung, misalnya ada hewan yang bertindak sebagai pemangsa alami hama. Burung pemangsa, burung hantu, dan ular sanca mengendalikan hama tikus di daerah yang ditanami.

Nilai ekonomi langsung meliputi nilai kegunaan konsumtif dan nilai kegunaan produktif. Nilai kegunaan Konsumtif diberikan untuk hayati yang dikonsumsi masyarakat lokal yang tidak terlihat di pasar nasional maupun internasional. Hayati yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan masyarakat tradisional di negara berkembang, yaitu untuk kayu bakar, sayur-sayuran, buah-buahan, daging, obatan-obatan, tali-temali, dan bahan bangunan.

Nilai kegunaan produktif, yaitu nilai untuk hayati yang diambil di alam, dan dijual ke pasar pada tingkat nasional maupun internasional. Produk dinilai dengan metode ekonomi standar. Hayati dengan nilai kegunaan produktif digunakan untuk bahan baku obat, bahan bangunan, industri pakaian, perhiasan, dan keperluan lainnya. Banyak sekali hayati khas Indo- nesia yang memiliki nilai kegunaan produktif, di antaranya:

a. meranti untuk bahan bangunan;

b. eboni (kayu hitam) untuk bangunan dan alat rumah tangga; c. jati untuk bahan bangunan;

d. karet untuk bahan alat rumah tangga, industri otomotif; e. rotan untuk alat rumah tangga;

f. buah-buahan untuk konsumsi makanan pelengkap, misalnya durian, sirsak, jambu biji, avokad, delima, kesemek, salak, sawo, nangka, ram- butan, mangga, manggis, markisa, melon, pisang, pepaya, dan kenari; g. Tanaman penyegar, misalnya asam, jahe, kunir, kencur, vanili, teh, dan

kopi.

2. Nilai Ekonomi Tidak Langsung

Nilai ekonomi tidak langsung dapat dibagi menjadi nilai kegunaan nonkomsumtif, nilai pilihan, dan nilai eksistensi.

a. Nilai Kegunaan Nonkonsumtif

Nilai ini diberikan untuk berbagai jasa lingkungan yang kita nikmati tanpa melalui penggunaan secara langsung, misalnya:

1) orang utan untuk kebun binatang, sebagai kebutuhan rekreasi dan ekoturisme;

2) aneka jenis burung endemik, seperti cendrawasih, jalak Bali, elang Jawa, dan burung hantu untuk ekoturisme dan rekreasi serta nilai pendidikan dan ilmiah;

3) ayam pelung, berbagai jenis ular untuk ekoturisme, rekreasi serta nilai pendidikan dan ilmiah;

4) komodo dan maleo untuk nilai pendidikan dan ilmiah;

5) damar, rasamala, berbagai pohon kayu lainnya sebagai perlindungan sumber air dan tanah, pengatur iklim, dan monitor lingkungan;

6) anggrek, bunga bangkai (Amorpophalus titanum), kantung semar (Nepen- thes), teratai, mawar, melati padma (Rafflesia arnoldi), dan bunga lainnya untuk rekreasi, tanaman hias, ekoturisme, pendidikan, dan ilmiah.

Keanekaragaman Hayati di Indonesia 145 b. Nilai Pilihan

Nilai pilihan dari spesies adalah potensi suatu spesies dalam memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat pada suatu saat di masa depan. Solusi dengan adanya perubahan kebutuhan masyarakat saat ini sering kali ada pada tumbuhan atau hewan yang belum tersentuh. Untuk itu dilakukanlah telaah daya guna keanekaragaman hayati, dikenal dengan istilahbiodiversity prospecting, yaitu penelaahan potensi jenis tumbuhan dan satwa liar beserta gen dan produk kimiawinya yang berdaya guna, contohnya sebagai berikut. 1) Eceng gondok sangat prospektif dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan alat rumah tangga, pakaian, perhiasan rumah, dan sebagainya. 2) Rumput alang-alang untuk produksi pemanis pengganti gula tebu. 3) Kelompok alga (Spirulina, Chlorella, Nostoc, Oscillatoria, Gloeocapsa, Ana-

baena) prospektif untuk memenuhi kebutuhan gizi, pupuk biologis, pembersih polutan, produksi cat, dan pewarna tekstil.

4) Kelompok bakteri dan jamur.

Margasatwa bernilai ekonomi tinggi menjadi barang untuk perdagangan dalam negeri dan internasional, serta menjadi sumber pangan penting untuk masyarakat setempat. Perburuan tradisional kadang-kadang berhubungan dengan upacara adat, misalnya perburuan berbagai jenis burung dan mamalia. Burung, primata, mamalia, dan reptil diketahui sebagai barang perdagangan. Primata merupakan hewan laboratorium yang penting untuk percobaan. Mamalia dan reptil digunakan di berbagai macam industri. Ikan air tawar dimanfaatkan untuk keperluan setempat dan perikanan. Berbagai aktivitas masyarakat dengan memanfaatkan satwa dapat dilihat pada Gambar 6.13.

Banyak bakteri dan jamur yang dimanfaatkan untuk bahan bioteknologi, baik sebagai fermenter maupun jasa rekayasa genetik, contohnya yoghurt, anggur, keju dan antibiotik.

Sumber: Margasatwa, Indonesian Heritage

Gambar 6.13 Berbagai aktivitas masyarakat dengan memanfaatkan satwa. Dari kiri atas ke kanan, burung langka dijual di pasar burung; kucing liar yang diawetkan dan dijual sebagai hiasan; sepasang sapi madura yang dihias untuk karapan sapi

Cari info tentang cara membuat kerajinan tas dari eceng gondok dan pelepah pisang. Tanyakan kepada pengrajin tas, industri rumah, dan bengkel latihan kerja yang ada di kotamu. Keterampilan yang kamu peroleh ini dapat dijadikan usaha mandiri karena bahan mentahnya mudah didapat tanpa modal besar.

c. Nilai Eksistensi

Nilai eksistensi merupakan nilai keberadaan suatu spesies. Saat ini di seluruh dunia, orang peduli terhadap kehidupan liar dan sangat prihatin atas perlindungannya. Contoh: komodo, maleo, anoa, cendrawasih, kakaktua, orang utan, harimau, tapir, Coelacanth, tarsius, elang Jawa, jalak Bali, badak, duyung, lumba-lumba, pesut, meranti, eboni, matoa, Rafflesia arnoldi,

Amorpophalus tianum, edelweiss (Anaphalis javanica), anggrek, dan masih banyak lagi. Khusus untuk Coelacanth, masyarakat dunia mengira bahwa ikan tersebut merupakan ikan purba yang telah lama punah. Namun ternyata ikan ini masih eksis di perairan Bunaken, diburu dan dijadikan sumber makanan oleh nelayan dan penduduk sekitar. Selain di Bunaken, Coelancanth hanya ditemukan di Madagaskar. Agar nilai-nilai biodiversitas tetap terjaga, kita perlu mengetahui ancaman apa saja yang membahayakan kelestarian biodiversitas.

Dalam dokumen sma10bio Biologi Riana (Halaman 152-155)