• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Latar Belakang Historis

Pada abad ke-19 nasib politik dan ekonomi negara Mesir semakin erat terkait dengan keadaan politik Eropa, misalnya Inggris dan Perancis. Selama awal 1800an, Mesir mengekspor kapas ke negara-negara Eropa dalam jumlah besar dan kapaspun akhirnya menjadi hasil utama Mesir (Rahnema,1996 :127).

Kenyataan seperti itu menjadikan politik, ekonomi, dan kebudayaan di negara Mesir sangat terpengaruh oleh bangsa Eropa. Mesir menjadi negara yang menggantungkan kebutuhan ekonominya pada bangsa Eropa. Dominasi politik dan ekonomi dan ekonomi Eropa disertai dominasi budaya budaya terlihat pada kecenderungan elit Mesir untuk bergaya hidup barat dan untuk memungut gagasan barat, meski dengan mengorbankan keyakinan dan praktik tradisional Islam (Rahnema,1996 :128). Kairo dan Iskandariah mengembangkan lingkungan gaya barat dan eropa, dimana orang Mesir dapat bergaya hidup Eropa, seperti sering mengunjungi restoran dan klub malam.

Pada tahun 1881, muncul suatu gerakan menentang dominasi politik, ekonomi dan budaya Eropa, tetapi karena kelihatan mengancam investasi asing, gerakan ini mendorong Inggris melakukan invasi militer pada tahun 1882 (Rahnema,1996 :127). Dalam hal ini agresi militer yang dilakukan Inggris tersebut bertepatan dengan lahirnya Muhammad Syakir.

Pada tahun 1900-an, lahirlah sebuah gerakan nasionalis baru dan menyerukan kemerdekaan Mesir (Rahnema,1996 :127). Pada saat itu, Inggris secara resmi memisahkan Mesir dari Ustmaniah dan menyatakan sebagai wilayah protektorat (Rahnema,1996 :127). Pada akhir perang tahun 1919, berdiri sebuah gerakan nasionalis untuk kemerdekaan Mesir. Sehingga Inggris menghadapi badai protes nasionalis, dan akhirnya membuat pernyataan sepihak soal kemerdekaan Mesir (dengan beberapa syarat) pada tahun 1922 (Rahnema,1996 :127). Keadaan politik yang labil menjadikan masyarakat Mesir pada umumnya resah karna Islam dengan nilai-nilai ajaran yang luhur dan bermartabat semakin tidak berdaya berhadapan dengan hegemoni pemerintah barat.

Dengan demikian, iklim politim di Mesir pada tahun-tahun sebelum penerbitan Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’ dalam keadaan dominasi asing

dan perlawanan masyarakat Mesir terhadap dominasi asing. Melihat sejarah yang terjadi pada masa-masa sebelum penerbitan Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’ dapat digaris bawahi bahwa pemikiran Muhammad Syakir tidak dapat

dilepaskan dari keadaan dan lingkungan yang sangat ke barat-baratan. Ada kehawatiran masyarakat bahwa nilai-nilai Islam dan kultur budaya Islam yang ada pada Negara tersebut akan luntur dan tenggelam oleh pengaruh budaya asing.

B. Riwayat Hidup Muhammad Syakir

Kitab Washōyā disusun oleh Muhammad Syakir bin Ahmad bin

pada pertengahan Syawal pada tahun 1282 Hijriyah. Ia menghafal Al Qur’an

disanadan belajar dasar-dasar keilmuan untuk studi selanjutnya.

Muhammad Syakir kemudian melanjutkan pengembaraannya

(rihlah) ke Universitas Al-Azhar dan ia belajar dari guru-guru besar pada

masa itu. Ia dipercaya untuk memberikan fatwa pada tahun 1307 Hijriyah dan menduduki jabatan sebagai ketua Mahkamah Mudiniyyah Al-Qulbiyyah.

Pada tahun 1322 hijriyah, ia ditunjuk sebagai guru bagi ulama-ulama Iskandariyah. Pada saat itu Muhammad Syakir ditunjuk sebagai wakil bagi para guru Al-Azhar. Muhammad Syakir adalah orang yang kokoh di dalam keilmuan baik secara naqliyah (dalil-dalil al-kitab dan as-sunah) maupun secara aqliyah., ia dikenal mahir di dalam diskusi maupun perdebatan.

Di akhir umurnya, Muhammad Syakir terbaring di rumahnya karena sakit lumpuh, dan ia telah benar-benar menegakkan apa yang diwajibkan bagi dirinya berdasarkan agamanya. Muhammad Syakir wafat pada tahun 1358 Hiriyah yang bertepatan pada tahun 1939 Masehi

(www.salafiyoon.net/syaikh-muhammad-syakir.html).

C. Sistematika Penulisan Kitab Washōyā

Secara garis besar sistematika Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’

dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini.

1. Bab satu tentang nasehat guru kepada peserta didiknya

Nasehat itu dapat dipahami dari redaksi berikut ini, misalnya

Wahai anakku, semoga Allah memberimu petunjuk dan pertolongan

anak yang berada di sisi ayah yang dicintainya. Aku akan bahagia dirimu berbadan sehat, berpendirian kuat, suci hati, berakhlak mulia, menjaga adab, menjauhi perkataan tercela, lemah lembut dalam bergaul, menyayangi sesama, menolong fakir, belas kasih terhadap yang lemah, pemaaf, tidak meninggalkan sholat, dan tidak menunda-nunda waktu

untuk beribadah kepada pencipta, pemilik, pemelihara, penguasamu”.

Secara garis besar nasehat dalam bab satu ini berkenaan dengan kepribadian yang Islami, dan sikap yang Islami pula baik terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain. Dan untuk mempersiapkannya dengan memenuhi seluruh kebutuhannya dengan pemenuhan yang harmonis yang membawa ketenteraman dan ketenangan. Islam juga memerintahkan setiap muslim untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang wajib dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang haram guna memperkuat pola jiwa Islami. Islam telah mewajibkan kepada setiap muslim untuk menunaikan shalat wajib, shaum Ramadhan, membayar zakat, berbakti kepada orang tua, menunaikan haji, menuntut ilmu, berdakwah dan ber

-amar makruf nahi mungkar, bahkan berjihad (berperang/memperjuangkan

penegakkan hukum Islam) di jalan Allah melawan (tidak tunduk kepada hukum) orang-orang kafir. Sebaliknya, Islam melarang setiap Muslim untuk meninggalkan semua itu; di samping melarang sejumlah makanan haram, melarang riba, melarang judi, mabuk, zina, korupsi, menggunjing, menyakiti orang lain, dan lain-lain.

2. Bab dua tentang wasiat agar bertaqwa kepada Allah swt.

Bab kedua ini berisi tentang nasehat kepada peserta didik untuk tetap bertaqwa kepada Alah swt, dalam segala keadaan, sebab taqwa merupakan pondasi dalam kehidupan. Nasehat itu sebagaimana

diredaksikan dalam ungkapan berikut ini, “Wahai anakku, sesungguhnya

Rabbmu mengetahui apa yang tersimpan dalam hatimu, semua yang diucapkan oleh lisanmu dan melihat seluruh perbuatanmu. Karena itu

bertaqwalah pada Allah Yang Maha Agung”.

Wahai anakku, hindarilah olehmu jangan sampai Allah tidak ridha dengan perbuatanmu. Hindarilah jangan sampai Allah yang telah menciptakanmu memberimu rizki dan akal yang sehat sehingga engkau dapat mengamalkannya dalam hidup dan kehidupan itu murka kepadamu. Bagaimanakah perasaanmu bila engkau berbuat sesuatu yang dilarang oleh orang tuamu. Sedangkan orang tuamu melihat perbuatanmu? Tidaklah engkau takut keduanya memarahimu? Hendaklah perbuatanmu terhadap Allah pun demikian. Karena Allah selalu memperhatikan perbuatanmu. Walau engkau tidak melihatnya. Jangan sekali-kali engkau mengingkari perintah Allah dan jangan engkau melakukan sesuatu yang di larangnya.

3. Bab ketiga tentang hak dan kewajiban terhadap Allah dan rasul-Nya

Bab ketiga nasehat yang berkenaan dengan hak dan kewajiban terhadap Allah dan Rasul-Nya atas bekal dan kenikmatan Allah yang

sudah diberikan. Nikmat yang berupa kemampuan inderawi yang dapat dipergunakan untuk mengobservasi, menyelidiki alam semesta serta nikmat yang berupa kemampuan berfikir. Nasehat itu sebagaimana diredaksikan dalam uraian berikut ini.

Wahai anakku, sesungguhnya Allah Tabaaraka Wa Ta’aa (yang

banyak berkahnya lagi Maha Luhur) telah menciptakanmu dan menyempurnakan berbagai nikmatnya padamu baik lahir maupun batin. Tidaklah kau sadari, sesungguhnya awal darimu hanyalah setetes air (mani) yang memancar ke rahim ibumu atas curahan nikmat serta rahmad Rabbmu engkau lahir dari kandungan ibumu sehingga anak manusia yang sempurna. Allah menganugerahi dirimu dengan lisan sehingga engkau dapat berbicara, telinga sehingga engkau dapat mendengar, mata sehingga engkau dapat melihat dan akal sehingga engkau dapat membedakan yang baik dan buruk. Sesuai dengan firman Allah :

































Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl : 78)

4. Bab keempat hak-hak dan kewajiban terhadap kedua orang tua

Bab keempat nasehat yang berkenaan dengan hak dan kewajiban terhadap orang tua untuk selalu berbakti dan bersikap baik kepada orang

tua. Nasehat itu sebagaimana diungkapkan dalam uraian berikut ini. Beliau mendasarkan nasehatnya pada Al Quran.

Wahai anakku, ketika engkau merasa benar dalam berbakti pada Ayah Ibumu, maka sesungguhnya kewajiban kedua orang tuamu terhadap dirimu lebih berat dari itu semua, yang kewajiban itu nanti akan dilipat gandakan atas dirimu. Allah berfirman :















































































23. Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia[850].

24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". [850] mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu. (QS. Al-Israa : 23-24)

Bab kelima nasehat yang berkenaan dengan hak-hak teman yang harus dilakukan. Teman dalam menuntut ilmu harus dihormati dan diperlakukan sebagaimana mestinya. Nasehat itu sebagaimana dijelaskan dalam uraian berikut ini.

Wahai anakku, ingatlah! Engkau telah menjadi seorang pelajar yang menuntut ilmu dan engkau memiliki banyak teman. Mereka adalah saudara dan temanmu dalam pergaulan. Karena itu, jangan engkau menyakiti hati atau berlaku buruk terhadap mereka.

6. Bab keenam nasehat yang berkenaan dengan adab mencari ilmu

Bab keenam nasehat yang berkenaan dengan hak-hak teman yang harus dipenuhi. Teman dalam menuntut ilmu harus dihormati dan diperlakukan sebagaimana mestinya. Pendidik juga berpesan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, nasehat itu sebagaimana dijelaskan dalam uraian berikut ini.

Wahai anakku, belajarlah dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Jagalah waktumu jangan sampai berlalu dengan sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat bagimu.

Wahai anakku, baca dan pahamilah dengan penuh kesungguhan pelajaran yang telah maupun yang belum di bahas oleh gurumu. Bila engkau menemui kesulitan jangan ragu untuk bertanya dan mendiskusikannya dengan temanmu. Dan jangan engkau alihkan ke masalah lain sebelum tuntas masalah pertama dan dapat kau pahami dengan baik. Apabila guru telah memilihkan tempat duduk untukmu,

jangan engkau pindah ke tempat yang lain. Bila salah seorang teman kamu hendak menempati tempat dudukmu. Janganlah kamu bertengkar atau mengganggunya, tetapi kemukakan kepada gurumu agar beliau memberimu tempat duduk tertentu.

Wahai anakku, bila gurumu telah memulai pelajaran, jangan engkau larut dalam pembicaraan dengan temanmu, simaklah setiap pembicaraan dengan temanmu, simaklah setiap pembelajaran gurumu dengan penuh kesungguhan.Jangan engkau melamun di tengah-tengah pelajaran.Bila engkau menemui kesulitan, mintalah kepada gurumu dengan sopan untuk mengulangi menerangkan sekali lagi.Jangan engkau melantangkan suara di hadapan gurumu dan jangan engkau bantah penjelasanya sehingga dia tidak menyukaimu.Wahai anakku, bila seorang murid telah melanggar adab di hadapan guru dan teman-temanya maka wajiblah dididik untuk beradab yang baik karena belum memahami masalah adab.

Wahai anakku, bila engkau tidak memuliakan gurumu lebih dari orang tuamu, maka engkau tidak mendapatkan manfaat dari ilmu yang di ajarkanya.Wahai anakku, tawadhu (merendahkan hati) dan akhlak yang baik itu adalah hiasan ilmu pengetahuan. Maka barang siapa yang bertawadhu karena Allah, akan di angkatlah derajatnya. Allah akan menjadikan seluruh makhluknya cinta dan hormat kepadanya. Barang siapa takabur dan berakhlak tercela maka jatuhlah martabatnya. Allah akan

menjadikan seluruh makhluk membenci dirinya dan tidak mungkin ada orang yang menghormati, memuliakan dan menyayanginya.

Wahai anakku, bila ada sesuatu yang lebih berbahaya bagi pelajar dari pada kemarahan guru dan ulama.Karena itu, takutlah anakku, jangan sampai engkau membuat kemarahan pendidikmu atau menunjukan akhlak tercela dihadapanya.Terimalah anakku nasehatku ini. Carilah keridhoan guru-gurumu, mintalah doa mereka agar engkau mudah dalam belajar. Semoga Allah mengabulkan doa guru-gurmu sehingga tercapai cita-citamu. Apabila engkau sedang menyepi seorang diri, perbanyaklah munajat (berdialog) dan tawakal (berserah diri) kepada Allah. Semoga Allah memberimu ilmu pengetahuan yang luas dan bermanfaat dengan mengamalkan ilmu tersebut. Sesungguhnya Rabbmu maha mendengar dan mengabulkan segala doa, yang luas anugerah dan kemuliaanya.

7. Bab ketujuh adab-adab belajar, menghafal, dan berdiskusi

Bab ketujuh nasehat untuk selalu belajar dan berdiskusi berupa pelajaran yang belum di pahami maupun yang sudah di pahami. Tujuannya supaya pelajaran yang belum di pahami segera paham sedangkan yang sudah di pahami supaya lebih di hayati. Nasehat tersebut sebagaimana berikut ini.

Wahai, Anakku ! Bersikaplah sopan dengan temanmu yang engkau pilih untuk belajar. Apabila engkau telah mengerti sebelum dia, maka janganlah membanggakan diri terhadapnya, karena dapat mendahuluinya. Apabila dia berbeda pendapat denganmu dalam memahami suatu masalah,

maka dengarkanlah apa yang dikatakannya. Barangkali dia telah memahaminya dengan benar dan engkaulah yang salah dalam pemahaman. Hindarilah perdebatan dengan cara yang batil dan jangan membela pendapatmu bilamana keliru. Karena ilmu itu amanat dan siapa yang membela kebatilan, dia pun telah menyia-nyiakan amanat Allah.

Wahai, Anakku ! Perbanyaklah menghafal ilmu, karena kendala ilmu adalah lupa.

Ketahuilah, bahwa di penghujung tahun engkau akan diuji tentang semua pengetahuanmu. Dan ketika ujian, manusia akan dimuliakan bila dia bisa menjawab dengan baik.

Sebaliknya, dia akan dihinakan oleh keluarga dan saudara-sauaranya, bila tidak bisa menjawab dengan baik dan tampak bahwa hasil yang diperolehnya kurang memuaskan.

Wahai, Anakku ! Jangan sampai hafalanmu itu hanya sekedar menghafal kata-kata tanpa memahami maknanya. Akan tetapi, pusatkan perhatianmu pada pemahaman makna-makna dan penetapannya dalam pikiranmu.

Karena ilmu adalah apa yang engkau pahami bukan yang engkau hafalkan.

Wahai, Anakku ! Jarang sekali seorang pelajar berkumpul dengan sekelompok temannya, melainkan dialog di antara mereka berlangsung sekitar perdebatan dan diskusi mengenai masalah-masalah yang mereka ketahui.

Maka, janganlah engkau memotong perkataan pembicara dan jangan tergesa-gesa menjawab sebelum meyakininya serta jangan membantah tentang suatu masalah yang belum pernah engkau ketahui.

Jangan mendebat tanpa alasan yang benar dan jangan menunjukkan kesombongan terhadap orang yang mendebatmu.

Jangan keluar dari topik perdebatan hingga menyalahkan pendapat lawanmu dan jangan menyakitinya dengan perkataan yang menyakitkan serta jangan menjelekkannya bila dia salah mengerti.

Wahai, Anakku ! Dialog antara para pelajar tentang masalah-masalah ilmiah adalah besar faedahnya. Dialog itu menguatkan pemahaman, melancarkan lisan dan membantu pengungkapan sasaran-sasaran yang dimaksud serta menghasilkan keberanian para pelajar.

Akan tetapi, wahai anakku, hal ini tidak berguna di sisi Allah maupun manusia, kecuali bila akhlakmu lurus, jauh dari perkataan keji, engkau katakan kebenaran walaupun terhadap dirimu dan tidak terpengaruh oleh celaan orang dalam menyatakan kebenaran.

Wahai anakku, apabila engkau menghendaki kebaikan atas dirimu, maka ajaklah beberapa orang teman sekolahmu untuk muthala’ah (belajar) bersama, mungkin temanmu dapat menolongmu dalam memahami sesuatu. Bila engkau telah memahami pelajaranmu, jangan kau tinggalkan begitu saja buku pelajaranmu. Tetaplah belajar bersama dengan teman-temanmu seperti engkau sedang menghadapi pelajaran di hadapan para

didikmu. Apabila mendapai sebuah masalah dan engkau mengira bahwa engkau telah memahaminya, maka janganlah engkau merasa cukup dengan dugaanmu, hingga engkau tinggalkan kitab dari tanganmu dan menetapkannya untuk dirimu atau temanmu, seakan-akan engkau memberikan pelajaran kepada para pelajar.

Uraian di atas jelas sekali bahwa belajar tidak boleh terhenti dalam keadaan yang bagaimanapun. Karena belajar apapun juga di sesuaikan dengan keadaan.

8. Bab kedelapan adab-adab olahraga dan berjalan di jalan umum

Bab kedelapan pentingnya kesehatan dalam kehidupan sehingga bab ini berpesan selalu berolahraga di waktu yang bagus demi menjaga kesehatan tubuh, mengutamakan keselamatan dan kesopanan dimanapun terutama tempat umum. Nasehat tersebut dapat di pahami dalam uraian ini. Wahai, Anakku ! sesungguhnya engkau di waktu senggangmu memerlukan olahraga, supaya badanmu giat untuk mempelajari pelajaran-pelajaranmu.

Apabila engkau keluar untuk berolahraga, pergilah ke tempat-tempat yang baik hawanya. Hendaklah engkau bersikap tenang. Jangan berjalan cepat dan bergurau dengan seseorang di jalanmu dan jangan tertawa, kecuali sekedar tersenyum.

Wahai, Anakku ! Apabila engkau keluar untuk berolahraga atau keperluan lain bersama teman-temanmu, janganlah kalian menghalangi orang yang lewat di jalan.

Dan janganlah kalian berbaris di jalan umum. Bilamana jalannya luas, maka berjalanlah dua-dua. Kalau tidak, maka berjalanlah satu-satu.

Wahai, Anakku ! Sesungguhnya jalan umum bukanlah milik seseorang. Akan tetapi, setiap orang yang lewat memiliki hak di situ. Maka, janganlah berdesak-desakan di jalan, karena hal itu menjelekkan citra pelajar (santri) dan menghilangkan penghormatan orang-orang kepada mereka.

Wahai, Anakku ! Apabila engkau melihat keributan di jalanmu atau perkelahian massal, maka janganlah mempedulikan atau mendekati mereka. Barangkali hal itu bisa menyebabkan engkau dihina atau dituduh dengan suatu perbuatan, padahal engkau bersih darinya.

Wahai, Anakku ! Apabila seseorang mengganggumu di jalan, maka janganlah membalas gangguan itu dengan yang setimpal. Maafkanlah orang yang berbuat jahat kepadamu, niscaya Allah mengangkat derajatmu.

Allah Ta’ala berfirman, ”Dan balasan suatu kejahatan adalah

kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik,

maka pahalanya atas (tanggungan) Allah”. (QS.asy-Syura : 40)





























40. dan Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa,

Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik[1345] Maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang

[1345] Yang dimaksud berbuat baik di sini ialah berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadanya.

Dengan akhlak yang baik inilah Allah mendidik kita dalam Kitab-Nya yang mulia.

Wahai, Anakku ! Apabila engkau keluar dari masjid atau rumah untuk membeli sesuatu makanan, minuman, pakaian atau semacam itu yang engkau butuhkan, maka janganlah engkau bertengkar dengan orang-orang bodoh dan janganlah engkau dengarkan perkataan-perkataan mereka yang kotor.

Menjauhlah dari orang-orang ini sekuat tenagamu. Janganlah engkau bertengkar dengan penjual dalam menentukan harga. Jika harganya cocok denganmu, belilah. Kalau tidak, maka pergilah secara baik.

Janganlah engkau menghubungi penjual hanya dengan tujuan menawar saja tanpa membeli, karena hal itu akan menyebabkan mereka mencaci maki atau mengejekmu.

Wahai, Anakku ! Janganlah engkau mengeraskan suaramu ketika berbicara dengan seseorang, kecuali sekedar yang bisa didengarnya.

Hendaklah engkau berkata lembut dan berbicara dengan baik. Hindarilah berbicara dengan seseorang dengan perkataan yang mengurangi derajatmu pada orang itu, walaupun dia sebaya umurnya dan sama kedudukannya denganmu.

Apabila seseorang berbicara kepadamu, maka dengarkanlah perkataannya dengan baik dan jangan bersikap keras dan kasar. Pergaulilah orang-orang dengan akhlak yang baik.

Wahai anakku, peliharalah kesehatanmu dengan berolahraga di waktu senggang. Sehingga akan pulih kembali semangatmu yang telah pudar dalam menuntut ilmu. Bila engkau hendak berolahraga pilihlah waktu yang udaranya masih sejuk (belum terlalu banyak populasi), yaitu pagi hari. Berjalanlah dengan tenang (menjaga tata tertib lalu lintas), jangan tergesa-gesa, jangan dorong mendorong dengan teman (sambil bermain-main) dan janganlah tertawa terbahak-bahak.

9. Bab kesembilan adab-adab majlis dan ceramah

Bab kesembilan merupakan nasehat yang selalu dilakukan setiap hari, bab ini berisi adab memasuki ruangan sesuai yang diajarkan Rasulullah SAW sebagaimana uraian berikut ini.

Wahai anakku, bila engkau melewati sekelompok orang, ucapkanlah salam kepada mereka dengan ucapan salam yang sesuai dengan sunnah Rasul,

yaitu : “Assalamu’alaikum”(semoga keselamatan di curahkan pada kalian).

Dan jangan engkau ganti ucapan salam itu dengan salam yang tidak ada tuntunan dari Rasulullah saw. Janganlah engkau memasuki ruangan kecuali setelah meminta izin. Mungkin mereka yang di dalam ruangan sedang membicarakan suatu perkara yang tidak boleh di dengar orang lain selain mereka. Jauhi pula olehmu sifat kekanak-kanakan, karena sifat itu

sangat mempengaruhi wibawa, sekalipun yang melakukannya adalah orang yang terpandang saat itu.

Wahai, Anakku ! Apabila engkau melewati sekelompok orang, maka ucapkan salam kepada mereka dengan perkataan yang sudah dikenal dan disebutkan dalam Sunah Nabawiyah, yaitu perkataanmu;

Assalaamu’alaikum.

Janganlah mengganti bentuk penghormatan ini dengan bentuk-bentuk lain yang baru dan jangan memasuki majelis sekumpulan orang, kecuali setelah meminta ijin. Barangkali mereka sedang merundingkan suatu perkara yang mereka tidak suka orang lain ikut serta di dalamnya. Hindarilah sedapat mungkin untuk menjadi tamu yang tidak diundang. Karena tamu yang tidak diundang tidaklah disukai oleh orang banyak, meskipun dia seorang yang paling alim di masanya.

Wahai, Anakku ! Lihatlah kepada dirimu. Bilamana engkau di rumahmu sedang melakukan suatu pekerjaan misalnya dan engkau tidak suka orang lain mengetahuinya. Tiba-tiba datang seseorang, lalu masuk kepadamu. Bukankah engkau merasakan keberatan danberharap dia segera pergi? Demikian pula keadaanmu bila engkau mendatangi sekelompok orang tanpa minta ijin dan tidak pula disukai keberadaanmu oleh mereka.

Wahai, Anakku ! Apabila engkau diundang untuk duduk bersama

Dokumen terkait